BAB I
PENDAHULUAN
uraian
diatas
penulis
tertarik
untuk
melakukan
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Abortus
2.1.1 Definisi Abortus
Abortus adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana fetus
mempunyai berat 400-1000 gram. Atau usia kehamilan kurang dari 28
minggu (Pujiningsih, 2010).
Keguguran atau abortus adalah dikeluarkannya hasil konsepsi
sebelum mampu hidup di luar kandungan dengan berat badan kurang dari
1000 gram atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu ( Manuaba, 2010 ).
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum
janin dapat hidup di luar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan
kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram
( Prawirohardjo, 2008).
Abortus menjadi tidak terhindarkan, jika perdarahan uterus disertai
kontraksiuterus yang kuat dan menyebabkan dilatasi serviks. Ibu akan
mengalami nyeri kolik uterus yang hebat dan pemeriksaan vagina akan
menunjukkan dilatasi osteum serviksdengan bagian kantong konsepsi
menonjol di dalamnya. Abortus yang tak terhindarkan ini dapat mengikuti
tanda-tanda abortus mengancam atau yang lebih umum, mulai tanpa
peringatan terlebih dahulu. Bila tanda-tanda abortus yang tak terhindarkan
dapat terjadi abortus (Manuaba, 2008).
7
sang
ibu,
kadang-kadang
dilakukan
sesudah
pemerkosaan.
b) Eugenic abortion: pengguguran yang dilakukan terhadap
janin yang cacat.
c) Elective abortion: pengguguran yang
dilakukan untuk
alasan-alasan lain.
Dalam bahasa sehari-hari, istilah "keguguran" biasanya digunakan
untuk spontaneous abortion, sementara "aborsi" digunakan untuk induced
abortion ( Apuranto, 2012 ).
10
11
12
umumnya
penderita
tidak
sulit
untuk
hamil,
namun
13
2.1.3 Etiologi
Penyebab abortus sebagian besar tidak di ketahui penyebabnya,
tetapiterdapat beberapa hal yang dapat menyebabkan abortus yaitu
sebagai berikut :
1. Infeksi
a)
14
15
Malaria
manusia, yaitu
vivax,
ovale, malariae,
dan
falsiparum.
Pneumonia
Demam Tifoid
16
preterm pada hampir 80% kasus, dengan angka kematian janin 60%
dan angka kematian ibu 25% (Cunningham, 2005).
2. Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll.
3. Penyakit kronis, misalnya hipertensi esensial, diabetes, dan asma.
a.
Hipertensi esensial
Wanita
hamil
dengan
hipertensi
esensial
biasanya
hanya
derajat
kontrol
(Cunningham, 2005).
metabolik
pada
trimester
pertama
17
c. Asma
Asma bronkiale merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan
yang sering dijumpai dalam kehamilan dan persalinan. Pengaruh
asma pada ibu dan janin sangat bergantung dari sering dan beratnya
serangan, karena ibu dan janin akan kekurangan oksigen atau
hipoksia. Keadaan hipoksia bila tidak segera diatasi tentu akan
berpengaruh pada janin, dan sering terjadi keguguran, persalinan
prematur, atau berat janin tidak sesuai dengan usia kehamilan
(Wiknjosastro, 2005).
4. Syok, trauma fisik, kelainan alat kandungan, kelainan kromosom dan
lingkunganyang kurang sempurna (Nugroho, 2010).
5. Pertumbuhan Hasil KonsepsiKelainan pertumbuhan hasil konsepsi
dapat
menimbulkan
kematian
janindan
cacat
bawaan
yang
luar seperti
infeksi endometrium
atau pengaruh obat dan radiasi. Kelainan yang sering ditemukan pada
abortus spontan adalah trisomi, poliploidi dan kemungkinan pula
kelainan kromosom seks. Sekitar 2/3 dari abortus spontan pada
trimester pertama merupakan anomali kromosom dengan dari
jumlah tersebut adalah trisomi autosom dan sebagian lagi merupakan
triploidi, tetraploidi, atau monosomi 45X. 20 dari 40 kasus abortus
terdapat kelainan kromosom kariotip. 65 % orang tua yang
18
dengan
sel
kromosom
normal,
tingkat
aneuploidinya
menyebabkan
peredaran
darah
dan
oksigenasi
ke
19
20
21
2.1.6 Diagnosis
Sekitar 20 persen kehamilan berakhir dengan keguguran, sebagian
besar terjadi 5-6 minggu pertama kehamilan. Wanita mungkin mengalami
beberapa pendarahan atau kram ringan dan USG dilakukan untuk
mendeteksi apakah embrio masih hidup. Kriteria diagnosis keguguran
dengan USG bervariasi di seluruh dunia. Di Inggris, kantung kehamilan
kosong dengan diameter lebih dari 20 milimeter diklasifikasikan sebagai
keguguran, sementara di Amerika Serikat diameter 16 milimeter. Jika
sebuah kantung kecil terdeteksi kosong, wanita biasanya disarankan
menjalani scan kedua 7 sampai 14 hari kemudian ( Apuranto, 2012 ).
Abortus dapat di duga bila seorang wanita dalam masa reprodusksi
mengeluh tentang perdarahan pervaginam setelah mengalami haid yang
terlambat, sering pulaterdapat rasa mulas. Kecurigaan tersebut dapat di
perkuat dengan di tentukannya kehamilan muda pada pemeriksaan
bimanual dan dengan tes kehamilan secara biologis atau imunologi bila
mana hal itu dikerjakan. Harus di perhatikan macam dan banyaknya
perdarahan, pembukaan serviks, dan adanya jaringan dalam kavum
uterusatau vagina (Sujiyatini, 2009).
22
meningatkan
aliran
darah
kerahim
danmengurangi
ransangan mekanis.
b) Memberikan terapi obat-obatanObat-obat yang di berikan adalah
obat penenang yaitu Penobarbital 3x30 mg dan valium. Memberi
obat anti perdarahan yaitu adona dantransamin. Memberi obat
penguat plasenta yaitu gestanon dan duphaston. Obat anti
kontraksi rahim yaitu duvadilan, dan papaverin.
c) Evaluasi
terhadap
perdarahan.
Mengulangi
tes
kehamilan
akan
diperiksa
menggunakan
ultrasonografi.
(Pujiningsih,2010).
di
sertai
dengan
pengosongan
uterus
23
janin
sudah
keluar,
tetapi
placenta
masih
tertinggal,
dengan
memberikan
uterotonika
dan
antibiotic
24
25
darah, faktor Rh, dan tes terhdap sifilis dan pada suami diperiksa sperma
(Prawirohardjo, 2005).
antibiotika
yang
cukup
dan
tepat
(untuk
operatif
melihat
jenis
komplikasi
dan
banyaknya
26
27
d. Implan
1. Waktu aplikasinya segera.
2. Jika pasangan tersebut mempunyai 1 anak atau lebih
dan ingin kontrasepsi jangka panjang.
e. Alat kontrasepsi dalam rahim
1. Waktu aplikasinya segera dan setelah kondisi pasien
pulih kembali.
2. Tunda insersi jika hemoglobin kurang 7 gr/dl (anemia)
atau jika dicurigai adanya infeksi.
f. Tubektomi
1. Waktu aplikasinya segera.
2. Untuk pasangan yang ingin menghentikan fertilitas.
3. Jika dicurigai adanya infeksi, tunda prosedur sampai
keadaan jelas. Jika hemoglobin kurang 7 gram/dl, tunda
sampai anemia telah diperbaiki.
4. Sediakan metode alternatif (seperti kondom).
Beberapa wanita mungkin membutuhkan :
a. Jika klien pernah diimunisasi, berikan booster tetanus toksoid 0,5 ml
atau jika dinding vagina atau kanalis servikalis tampak luka
terkontaminasi.
b. Jika riwayat imunisasi tidak jelas, berikan serum anti tetanus 1500 unit
intramuskuler diikuti dengan tetanus toksoid 0,5 ml setelah 4 minggu.
c. Penatalaksanaan untuk penyakit menular seksual.
28
29
30
b. Pada umur lebih dari 30 tahun, Alat Reproduksi Ibu tidak sebaik pada
umur 20 - 30 tahun.
Umur 35 Tahun ke atas bukan Umur Ideal untuk Hamil
a. Secara Fisik, kesehatan tubuh ibu sudah tidak sebaik pada umur 20 30 tahun.
b. Biasanya Ibu sudah mempunyai dua anak atau lebih, sehingga
mempunyai resiko yang lebih tinggi.
c. Kemungkinan memperoleh Anak yang tidak Sehat (misalnya cacat)
lebih besar.
Usia muda pada dasarnya berkisar antara 13-19 tahun secara
umum dinyatakan bahwa wanita usia muda adalah wanita yang berumur
dibawah 20 tahun. Usia reproduksi optimal bagi seorang wanita adalah
umur 20-35 tahun, dibawah dan diatas usia tersebut akan meningkatkan
risiko kehamilan atau persalinan. Karena perkembangan organ-organ
reproduksi yang belum optimal, kematangan emosi dan kejiwaan kurang
serta fungsi fisiologis yang belum optimal, sehingga sering terjadi
komplikasi yang tidak diinginkan dalam kehamilan. Sebaliknya pada usia
ibu yang lebih tua telah terjadi kemunduran fungsi fisiologis maupun
reproduksi secara umum, sehingga sering terjadi akibat merugikan
bayinya ( Susi, 2008 ).
31
2.2.2 Paritas
2.2.2.1 Definisi Paritas
Paritas adalah jumlah seluruh anak yang dilahirkan, berapa kali
ibumelahirkan, dan berapa anak yang dilahirkan yang hidup maupun yang
meninggal (Eni, 2009).
Menurut kamus saku Mosby, paritas (parity) adalah klasifikasi
perempuan dengan melihat jumlah bayi lahir hidup dan lahir mati yang
dilahirkan pada umur kehamilan lebih dari 20 minggu. Biasanya paritas
dicatat dengan menuliskan jumlah total kehamilan dan dituliskan dengan
huruf p atau kata para, (dalam epidemiologi) klasifikasi perempuan
dengan melihat jumlah bayi lahir hidup yang dilahirkannya.
Paritas (parity) adalah keadaan seorang wanita berkaitan dengan
memiliki bayi yang viabel (kamus saku bidan, 2005)
Menurut Maimunah (2005) dalam kamus istilah kebidanan, paritas
adalah jumlah persalinan yang dialami oleh wanita.
Paritas (Para) Parietas adalah jumlah anak yang telah dilahirkan oleh
seorang ibu baik lahir hidup maupun lahir mati. Paritas adalah jumlah
kehamilan yang dilahirkan atau jumlah anak yang dimiliki baik dari hasil
perkawinan sekarang atau sebelumnya ( Ilfa, 2010 ).
Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang
mampu
hidup
diluar
(Pusdiknakes, 2001).
rahim
dengan
usia
kehamilan
28
minggu
32
Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan oleh seorang ibu
(Nursalam, 2003).
Dikatakan bahwa terdapat kecenderungan kesehatan ibu yang
berparitas rendah lebih baik dari yang
33
lebih baik, sedangkan risiko pada paritas tinggi dapat dikurangi atau
dicegah dengan keluarga berencana. Sebagian kehamilan pada paritas
tinggi adalah tidak direncanakan (Wiknjosastro, 2006).
Ada pula sumber yang didapat dari wikipedia terdapat beberapa istilah
tentang paritas yaitu :
a. Primipara adalah seorang wanita yang pernah melahirkan satu kali
atau melahirkan untuk pertama kali
b. Multipara adalah seorang wanita yang telah melahirkan lebih dari
satu kali .
34
2.2.3 Pendidikan
Pendidikan seseorang merupakan salah satu proses perubahan
tingkah laku, semakin tinggi pendidikan seseorang maka dalam memilih
tempat tempat pelayanan kesehatan dalam mengambil keputusan
tentang kesehatan semakin diperhitungkan. Pendidikan adalah proses
pengubahan siakp dan perilaku seseorang atau kelompok orang dalam
usaha mendewasakan manusia melalui penerapan ilmu yang diperoleh
dalam pengetahuannya tentang hal hal yang berkaitan dengan
kehamilannya.
Pendidikan
yang
dijalani
seseorang
memiliki
35
seseorang
yang
berpendidikan
lebih
tinggi
akan
dapat
dan
meningkatkan
kesehatannya
dan
tidak
hanya
masih
banyaknya
ibu-ibu
yang
kurang
menyadari
36
2.2.4 Pekerjaan
Pekerjaan adalah kegiatan rutin sehari-hari yang dilakukan oleh
seorang
ibu
dengan
maksud
untuk
memperoleh
penghasilan
( Nonoratmodjo, 2003).
Meskipun jumlah penduduk perempuan hampir sama dengan lakilaki, tetapi hampir 0 % - 20 % lowongan kerja formal terisi oleh tenaga
kerja wanita. Jumlah kaum wanita dan peranannya sangat penting dalam
pembangunan bangsa, maka salah satu modal penting yang harus kita
miliki adalah derajat kesehatan yang memadai bagi kaum wanita. Wanita
hamil yang sehat mempunyai kesempatan memiliki bayi yang lebih sehat.
Wanita yang beban pekerjaannya berat cukup rentan terkena gangguan
kesehatan, jika tidak melakukan upaya pencegahan ( Pratiwi, 2004).
Wanita hamil yang bekerja di lahan pertanian dan kerap terpajan
pestisida secara langsung, ternyata berisiko lebih tinggi mengalami
abortus spontan. Selain itu, kebiasaan suami merokok dan beban kerja
37
38
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Bebas
adalah
variabel
yang
bila
ia
berubah
akan
).
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah karakteristik ibu yaitu umur,
paritas, pendidikan dan pekerjaan ibu.
2. Variabel Terikat ( Dependent Variabel )
Variabel Terikat adalah variabel yang berubah akibat perubahan
variabel bebas ( sastroasmoro, 2008 ). Variabel terikat dalam penelitian
ini adalah kejadian abortus.
38
39
Umur
Paritas
Pendidikan
Pekerjaan
Abortus
40
No
Variabel
1.
Abortus
2.
Umur
3.
Paritas
Definisi
Operasional
Ancaman atau
pengeluaran
hasil konsepsi
sebelum janin
dapat hidup di
luar
kandungan
Lamanya
hidup ibu sejak
dilahirkan
sampai pada
saat sekarang
yang dihitung
dalam
tahun
yang tercatat
dalam
buku
register
Jumlah
seluruh anak
yang dilahirkan
baik
yang
hidup maupun
yang
meninggal
yang tercatat
dalam
buku
register
Alat
Hasil
Ukur
Ukur
Menelaah atau Daftar
0 = Ya
melihat
buku Check
1 = Tidak
Register
di List
Ruang Bersalin
RSUD
dr.
Adjidarmo
Rangkasbitung
tahun 2011
Menelaah atau Daftar 0 = < 20
melihat
buku Check
dan >
Register
di List
35
Ruang Bersalin
tahun
RSUD
dr.
1 = 20
Adjidarmo
35
Rangkasbitung
tahun
tahun 2011
Cara Ukur
0=
Banyak
(> 3
anak)
1=
sedikit
( 3
anak)
Skala
ordinal
Ordinal
Ordinal
41
4.
5.
0=
Rendah
(<
SLTA )
1 = Tinggi
(
SLTA )
Ordianal
3.4 Hipotesis
Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis yang diambil dalam penelitian
ini adalah :
1) Ada hubungan umur dengan kejadian abortus di Ruang Bersalin
RSUD dr. Adjidarmo Rangkasbitung.
2) Ada hubungan paritas dengan kejadian abortus di Ruang Bersalin
RSUD dr. Adjidarmo Rangkasbitung.
3) Ada hubungan pendidikan ibu dengan kejadian abortus di Ruang
Bersalin RSUD dr. Adjidarmo Rangkasbitung.
4) Ada hubungan pekerjaan ibu dengan kejadian abortus di Ruang
Bersalin RSUD dr. Adjidarmo Rangkasbitung.
42
sampai
orang.
3.5.2 Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang
diteliti yang dianggap mewakili seluruh populasi ( Machfoedz, 2007 ).
Cara pengambilan sampel serta besarnya sampel sangat penting
artinya dalam penelitian karena hasil pengamatan yang dilakukan pada
individu dalam sampel digunakan untuk menafsirkan keadaan populasi
dimana sampel tersebut diambil.
Dalam penelitian ini untuk menentukan besarnya sampel, digunakan
rumus ( Notoatmodjo, 2003) :
n=
N
1 + N (d2)
43
Keterangan :
N : Besar Populasi
n : Besar Sampel
d : Tingkat kepercayaan / ketepatan yang diinginkan ( 0,1 )
n=
789
1+789(0,12)
sampel yang
akan diambil
adalah
89 orang.
terkena
sampel
adalah
setiap
kelipatan
dari
tersebut
( Notoatmodjo, 2010 ).
N ( jumlah populasi ) : 789 orang ( No. 1, 2, 3, ..789 )
n ( sampel )
: yang diinginkan 89
I ( Interval )
44
45
adalah
pembersihan
data
merupakan
kegiatan
P = f / n x 100%
46
Keterangan
P = Presentasi
F = Frekuensi
N = Jumlah sample
X2 = ( O E )
E
Keterangan :
X2
: Chi Square
: Jumlah
: Nilai Observasi
: Nilai Harapan
47
Februari
4
Maret
4
April
4
48
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
48
49
Abortus
Frekuensi
Presentase ( % )
Ya
44
49,4
Tidak
45
50,6
89
100,0
Jumlah
50
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Ibu Hamil Berdasarkan Umur di Ruang Bersalin
RSUD dr. Adjidarmo Rangkasbitung 2011
No.
Umur
Frekuensi
Presentase ( % )
45
50,6
20 35 tahun
44
49,4
89
100,0
Jumlah
Berdasarkan table 4.2 menunjukan bahwa ibu hamil yang berumur < 20
atau > 35 tahun proporsinya tidak jauh berbeda dengan ibu hamil yang
berumur 20 35 tahun yaitu 50,6 % dengan 49,4 %.
51
Paritas
Frekuensi
Presentase ( % )
> 3 anak
49
55,1
3 anak
40
44,9
89
100,0
Jumlah
52
Pendidikan
Frekuensi
Presentase ( % )
51
57,3
Tinggi ( SLTA )
38
42,7
Jumlah
89
100,0
53
Pekerjaan
Frekuensi
Presentase ( % )
Bekerja
27
30,3
Tidak Bekerja
62
69,7
Jumlah
89
100,0
54
No.
Umur
Abortus
Ya
Tidak
Jumlah
21
24
45
( 46,7 % )
( 53,3 % )
( 100,0
tahun
2
20 35 tahun
p. value
%)
23
21
44
( 52,3 % )
( 47,7 % )
( 100,0
0,597
%)
Jumlah
44
45
89
( 49,4 % )
( 50,6 % )
( 100,0
%)
55
No.
Paritas
> 3 anak
Abortus
Ya
Tidak
Jumlah
23
26
49
( 46,9 % )
( 53,1 % )
( 100,0
%)
p. value
0,602
56
2
3 anak
21
19
40
( 52,5 % )
( 47,5 % )
( 100,0
%)
Jumlah
44
45
89
( 49,4 % )
( 50,6 % )
( 100,0
%)
57
No.
1
Pendidikan
Rendah
Abortus
Ya
Tidak
Jumlah
23
28
51
( 45,1 % )
( 54,9 % )
( 100,0
( < SLTA )
2
Tinggi
%)
21
17
38
( 55,3 % )
( 44,7 % )
( 100,0
( SLTA )
Jumlah
%)
44
45
89
p. value
0,343
58
( 49,4 % )
( 50,6 % )
( 100,0
%)
59
No.
Pekerjaan
Bekerja
(PNS, non
Abortus
Ya
Tidak
Jumlah
10
17
27
( 37,0 % )
( 63,0 % )
( 100,0 % )
34
28
62
( 54,8 % )
( 45,2 % )
( 100,0 % )
44
45
89
( 49,4 % )
( 50,6 % )
( 100,0 % )
p. value
PNS)
2
Tidak Bekerja
Jumlah
0,123
60
4.2 Pembahasan
4.2.1 Ibu Hamil Dengan Abortus
Berdasarkan tabel 4.1 hasil penelitian didapatkan data bahwa hampir
separuhnya ( 49,4 % ) ibu hamil mengalami abortus. Hasil penelitian ini
lebih rendah dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Dina Kaspa Eka,
A.M.Keb. ( 2006 ) yang menunjukan kejadian abortus di Rumah Sakit dr.
Mohammad Hoesin Palembang tahun 2006 sebanyak 72,4 %.
Hal ini dikarenakan tempat dilakukannya penelitian yaitu di Rumah
Sakit, dimana Rumah Sakit itu sendiri merupakan tempat rujukan dan
kebanyakan terdapat pasien pasien yang beresiko atau bermasalah
( patologis ) sehingga banyak ibu hamil yang mengalami abortus yang
mendapatkan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit. Dan karena jumlah
populasi yang berbeda dan
61
62
penelitian
ini
yang
sedikit
dengan
jumlah sampel
menggunakan
tingkat
63
sedikit lebih rendah dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Dina Kaspa
Eka, A.M.Keb. ( 2006 ) yang menunjukan ibu hamil yang mengalami
abortus yang memiliki anak > 3 di Rumah Sakit dr. Mohammad Hoesin
Palembang tahun 2006 sebanyak 59,5 %.
Hal ini dikarenakan tempat dilakukannya penelitian yaitu di Rumah
Sakit, dimana Rumah Sakit itu sendiri merupakan tempat rujukan dan
kebanyakan terdapat pasien pasien yang beresiko atau bermasalah
( patologis ) sehingga banyak ibu hamil yang memiliki anak > 3. Dan
karena jumlah populasi yang berbeda dan
64
patologis
yang
pengetahuan
kesehatannya
kurang
karena
65
Risiko ini baru diketahui pada saat persalinan yang sering kali karena
kasusnya sudah terlambat sehingga dapat membawa akibat fatal.
Tinggi rendahnya tingkat pendidikan ibu erat kaitannya dengan
tingkat pengertian terhadap perawatan kesehatan, higiene, dan perlunya
pemeriksaan kehamilan (Santiyasa, 2004).
Jadi, ibu hamil yang berpendidikan rendah sangat rentan mengalami
abortus karena kurangnya pengetahuan atau informasi tentang kesehatan
dan kurangnya kesadaran tentang perawatan kesehatan pada ibu hamil
serta pemeriksaan kehamilan.
66
terlepas
sebagian
menimbulkan
kontraksi
yang
berakibat
67
68
69
70
abortus, disebabkan karena selain paritas ada faktor faktor lain yang
menyebabkan terjadinya abortus yaitu karena jarak kehamilan yang terlalu
dekat yaitu kurang dari 24 bulan merupakan jarak kehamilan yang berisiko
tinggi sewaktu melahirkan (Tukiran, 2008).
Jarak kehamilan terlalu dekat menyebabkan ibu punya waktu yang
terlalu singkat untuk memulihkan kondisi rahimnya. Setelah rahim kembali
ke kondisi semula, barulah merencanakan punya anak lagi (Ros, 2003).
Hal ini juga dikarenakan tempat dilakukannya penelitian yaitu di
Rumah Sakit, dimana Rumah Sakit itu sendiri merupakan tempat rujukan
dari berbagai Puskesmas dan BPS serta kebanyakan terdapat pasien
pasien yang beresiko atau bermasalah ( patologis ) karena berbagai faktor
yang harus mendapatkan penanganan di Rumah Sakit. Dan karena
jumlah populasi dan
71
dan
kurangnya
informasi
yang
menyebabkan
masih
72
73
74
teori menurut Ahmad ( 2012 ) yaitu wanita hamil yang bekerja di lahan
pertanian dan kerap terpajan pestisida secara langsung, ternyata berisiko
lebih tinggi mengalami abortus spontan. Selain itu, kebiasaan suami
merokok dan beban kerja wanita yang berat meningkatkan risiko
terjadinya abortus. Menurut data BPS tahun 2007, diperkirakan 13 juta
perempuan bekerja di sektor pertanian. Terkait pajanan pestisida,
penelitian di Finlandia melaporkan pula bahwa wanita yang mengalami
abortus spontan, 30 % lebih besar kemungkinannya bahwa mereka
bekerja di sektor pertanian.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Ruang Bersalin RSUD dr.
Adjidarmo tahun 2011, bahwa pekerjaan tidak mempengaruhi terjadinya
abortus, disebabkan karena selain pekerjaan ada faktor faktor lain yang
menyebabkan terjadinya abortus yaitu anemia.
Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi.
Wanita memerlukan zat besi lebih tinggi dari laki laki karena terjadi
75
76
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
77
77
5.2 Saran
Berdasrkan hasil penelitian mengenai Hubungan Karakteristik Ibu
Dengan Kejadian Abortus Di Ruang Bersalin RSUD dr. Adjidarmo
Rangkasbitung Tahun 2011. Beberapa saran yang dapat dijadikan
pertimbangan yaitu