PENDAHULUAN
Preeklampsia adalah kelainan multisistem spesifik pada kehamilan yang
ditandai oleh timbulnya hipertensi dan proteinuria setelah umur kehamilan 20
minggu (Wagener, 2004). Faktor risiko pre-eklampsia meliputi kondisi-kondisi
medis yang berpotensi menyebabkan penyakit mikrovaskuler (misal: diabetes
mellitus, hipertensi kronik, kelainan vaskuler, dan jaringan ikat), antifosfolipid
antibody syndrome, dan nefropati (Mignini et. al, 2006). Faktor-faktor risiko lain
dihubungkan dengan kehamilan itu sendiri atau lebih spesifik terhadap ibu dan
ayah janin. Pre-eklampsia dapat didiagnosis dengan adanya kenaikan tekanan
pembuluh darah, proteinuria, dengan atau tanpa disertai edema non dependent.
Diagnosis definitif untuk preklamsia hanya dapat ditegakkan setelah usia gestasi
20 minggu. Hipertensi yang termasuk pre-eklampsia didefinisikan sebagai
tekanan darah yang menetap 140/90 mmHg pada ibu yang sebelumnya memiliki
tekanan darah normal, sedangkan proteinuria yang sering disebutkan adalah
300mg/24 jam atau +1 pada urin.
Kehamilan preterm adalah suatu kehamilan yang terjadi pada seorang
wanita dengan usia kehamilan 28 - 37 minggu, sedangkan persalinan preterm atau
kurang bulan didefinisikan sebagai persalinan yang terjadi setelah umur
kehamilan lebih dari 28 minggu dan sebelum genap 37 minggu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pre-eklampsia Berat
1. Definisi
Preeklampsia adalah kelainan multisistem spesifik pada kehamilan yang
ditandai oleh timbulnya hipertensi dan proteinuria setelah umur kehamilan 20
minggu. Kelainan ini dianggap berat jika tekanan darah dan proteinuria
meningkat secara bermakna atau terdapat tanda-tanda kerusakan organ,
termasuk gangguan pertumbuhan janin (Wagener, 2004).
2. Etiologi
Penyebab pasti preeklampsia masih belum jelas. Hipotesis faktor-faktor
etiologi preeklampsia dapat diklasifikasikan menjadi 4 kelompok, yaitu: faktor
genetik, faktor imunologik, faktor gizi dan infeksi, serta interaksi antara faktorfaktor tersebut (Mignini et. al, 2006).
Ada beberapa teori yang mencoba menjelaskan perkiraan etiologi dari
kelainan tersebut sehingga kelainan ini sering dikenal dengan The disease of
theory. Adapun teori-teori tersebut antara lain:
a. Peran prostasiklin dan tromboksan
Pada preeklampsia didapatkan kerusakan pada endotel vaskuler
sehingga terjadi penurunan produksi prostasiklin (PGI-2) yang pada
kehamilan normal akan meningkat, mengaktivasi penggumpalan dan
fibrinolisis. Aktivasi trombosit menyebabkan pelepasan tromboksan (T xA2)
dan serotonin sehingga terjadi vasospasme dan kerusakan endotel.
b. Peran faktor imunologis
Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama, Hal ini
dihubungkan dengan pembentukan blocking antibodies terhadap antigen
plasenta yang tidak sempurna. Beberapa wanita dengan preeklampsia
mempunyai kompleks imun dalam serum. Beberapa studi mendapati
aktivasi komplemen dan sistem imun humoral pada preeklampsia.
Perubahan plasentasi
PGE2/PGI2
Renin/angiotensin II
Vasokonstriksi arteri
Kerusakan endotel
Hipertensi sistemik
Tromboksan
Disfungsi endotel
endotelin, NO
DIC
Ginjal
SSP
Proteinuri
GFR
kejang
koma
Hati
LFT abnormal
Organ lainnya
iskemi
fibrin,
trombin
termasuk
kelainan
hipertensi
dalam
kehamilan.
Proteinuria (-) /
stabil
Proteinuria
(+) /
meningkat, TD
meningkat,
HELLP
Syndroma
Proteinuria
(+) /
Proteinuria (-)
Hipertensi
kronik
Preeklampsia
superimposed
pada Hipertensi
kronik
Preeklampsia
Hipertensi
Gestasional
6
Genuine preeklampsia
Gejala preeklampsia yang timbul setelah kehamilan 20 minggu
disertai dengan oedem (pitting) dan kenaikan tekanan darah 140/90
b.
6. Diagnosis
Kriteria diagnostik untuk preeklampsia :
Preeklampsia
Tekanan darah : sistolik > 140 mmHg atau diastolic > 90 mmHg setelah
kehamilan 20 minggu yang sebelumnya memiliki tekanan darah yang normal.
Proteinuria : 0,3 gr atau lebih protein 24 jam
Preeklampsia berat
Tekanan darah : sistolik > 160 mmHg atau diastolic > 110 mmHg
Proteinuria : 5 gr atau lebih protein 24 jam
Gejala lain : oliguria ( < 500 ml urin dalam 24 jam), gangguan pandangan,
edema paru dan sianosis, nyeri epigastrik kuadran atas, gangguan fungsi liver,
trombositopenia, gangguan pertumbuhan janin.
7. Pencegahan
Tidak ada alat ukur yang pasti untuk mencegah preeklampsia. Walaupun
demikian, beberapa usaha untuk mencegah preeklampsia telah dilakukan,
antara lain :
a. Pencegahan non-medikal
1. Restriksi garam
Tidak terbukti dapat mencegah terjadinya preeclampsia
2. Suplementasi diet yang mengandung :
a) Minyak ikan yang kaya dengan asam lemak tidak jenuh, misalnya
Omega-3 PUFA.
b) Antioksidan : vit C, vit E, B karoten, CoQ1o-N-Acethyl cysteine,
zinc, magnesium, calcium.
3. Tirah baring tidak terbukti :
a) Mencegah terjadinya preeklampsia
b) Mecegah persalinan preterm
Di Indonesia tirah baring masih diperlukan pada mereka yang
mempunyai risiko tinggi terjadinya preeclampsia.
b. Pencegahan dengan medikamentosa
1. Diuretik : tidak terbukti mencegah terjadinya preeclampsia bahkan
memperberat hipovolemia.
2. Anti hipertensi tidak terbukti mencegah terjadinya preekalmpsia
3. Kalsium : 1500-2000 mg/ hari, dapat dipakai sebagai suplemen pada
risiko
tinggi
terjadinya
preeclampsia,
meskipun
belum
8. Komplikasi
a. HELLP syndrom
b. Perdarahan otak
c. Gagal ginjal
d. Hipoalbuminemia
e. Ablatio retina
f. Edema paru
g. Solusio plasenta
h. Hipofibrinogenemia
i.
Hemolisis
j.
Perawatan Aktif
Sedapat mungkin sebelum perawatan aktif pada setiap penderita dilakukan
pemeriksaan fetal assesment (NST & USG).
1) Indikasi (salah satu atau lebih)
a) Ibu
Usia kehamilan 37 minggu atau lebih
Adanya tanda-tanda atau gejala impending eklampsia, kegagalan
terapi konservatif yaitu setelah 6 jam pengobatan meditasi terjadi
kenaikan desakan darah atau setelah 24 jam perawatan medisinal,
ada gejala-gejala status quo (tidak ada perbaikan).
b) Janin
Hasil fetal assesment jelek (NST & USG)
Adanya tanda IUGR
2) Laboratorium
Adanya "HELLP syndrome" (hemolisis dan peningkatan fungsi hepar,
trombositopenia).
10
menurun,
fungsi
jantung
terganggu,
depresi
SSP,
12
13
B. KEHAMILAN PRETERM
1. Definisi
Kehamilan preterm adalah suatu kehamilan yang terjadi pada seorang
wanita dengan usia kehamilan antara 28 minggu sampai 37 minggu,
sedangkan persalinan preterm atau kurang bulan didefinisikan sebagai masa
kehamilan yang terjadi sesudah 28 minggu dan sebelum genap 37 minggu.
Persalinan yang terjadi di antara usia gestasi ini didefinisikan sebagai
persalinan kurang bulan.
Dalam literatur yang digunakan adalah kriteria yang didasarkan pada
berat badan kelahiran kurang bulan yakni bobot lahirnya kurang dari 2500
gram. Keuntungan dari parameter ini adalah kita mudah menentukan usia
kehamilan, tetapi cara ini kurang tepat, dimana berat badan lahir denagn
berat badan rendah dengan umur gestasi aterm.
2. Etiologi
Penyebab untuk kelahiran kurang bulan biasanya tidak diketahui. Di
bawah ini tercantum sebagian kejadian yang menjadi predisposisi untuk
persalinan preterm :
a. Ruptura spontan selaput ketuban
Persalinan spontan yang jauh sebelum aterm umumnya didahului
oleh ruptura spontan selaput ketuban. Penyebab ruptura selaput ketuban
ini jarang diketahui, tetapi infeksi setempat semakin sering terlibat dalam
tahun-tahun belakangan ini.
b.
14
c.
d.
e.
f.
Kematian janin
Kematian janin yang terjadi sebelum aterm umumnya, tapi tidak
selalu diikuti oleh persalinan preterm spontan.
g.
Inkompetensi serviks
Pada wanita dalam presentasi kecil dengan kehamilan yang jauh
dari aterm, serviks yang inlompeten dapat menipis dan berdilatasi bukan
sebagai akibat dari peningkatan aktivitas uterus, melainkan akibat dari
kelemahan intrinsik serviks.
h.
Anomali uterus
Sangat jarang terjadi, anomali uterus ditemukan pada kasus-kasus
persalinan preterm.
i.
j.
Retensio IUD
Kemungkinan persalinan preterm meningkat secara nyata kalau
kehamilan terjadi sementara pasien menggunakan alat kontrasepsi dalam
rahim (IUD).
15
k.
l.
m.
3. Diagnosis
Diagnosis persalian kurang bulan harus didasarkan pada adanya
kontraksi rahim teratur pada kehamilan kurang bulan yang berkaitan dengan
perubahan serviks akibat dilatasi atau pembukaan.
Pada umumnya seperti Inggris, Amerika juga Indonesia tidaklah lazim
untuk memeriksakan serviks pada kunjungan antenatal. Beberapa peneliti
melaporkan manfaat pemeriksaan tersebut untuk meramalkan kemungkinan
persalinan preterm. Papiernik menemukan untuk bahwa indikator yang
paling sensitive ialah servik yang pendek < 2 cm dan pembukaan (tanda
servik yang matang) mempunyai resiko relatif persalinan preterm mencapai
3-4x. Meskipun masih terdapat kendala, yakni kuantifikasi penilaian dan
perbedaan antar pemeriksa.
4. Pencegahan Persalinan Preterm
a. Pendidikan masyarakat melalui media yang ada tentang bahaya dan
kerugian kelahiran preterm atau berat lahir rendah. Masyarakat
diharapkan untuk menghindari faktor resiko diantaranya ialah dengan
16
makanan
lebih
baik
pada
masa
hamil
agar
kontraksi yang teratur dengan jarak 7-8 menit atau kurang dan adanya
pengeluaran lendir kemerahan cairan pervaginam diikuti salah satu
berikut ini
periksa dalam :
pendataran 50-80% atau lebih
pembukaan 2 cm atau lebih
6. Penanganan
Tujuan utama adalah bagaimana mengetahui dan menghalangi
terjadinya persalinan prematur. Ketika mendiagnosis persalinan kurang
bulan, beberapa keputusan penanganan perlu dilakukan tentang :
-
pemeriksaan dalam
penilaian ini dilakukan bila tidak ada kontraindikasi seperti plasenta
previa. Penilaian awal harus dilakukan untuk memastikan panjang dan
dilatasi servikal serta kedudukan dan sifat dan bagian yang berpresentasi.
17
18
BAB III
STATUS PENDERITA
A. ANAMNESIS
Tanggal 28 Mei 2012
1. Identitas Penderita
Nama
: Ny. M
Umur
: 21 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Pekerjaan
Agama
: Islam
Alamat
: Tawangsari, Sukoharjo
Status Perkawinan
HPMT
: 16 Oktober 2011
HPL
: 2 Agustus 2012
UK
: 30+5 minggu
Tanggal Masuk
No.RM
: 01130122
Berat badan
: 55 Kg
Tinggi Badan
: 156 cm
2. Keluhan Utama
Tensi tinggi
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Seorang G1P0A0, 21 tahun, umur kehamilan 30+5 minggu
merupakan kiriman dari bidan dengan keterangan PEB. Pasien merasa
hamil 7 bulan, kenceng-kenceng teratur belum dirasakan, air kawah
belum dirasakan keluar, gerak janin (+) masih dirasakan, lendir darah (-).
Pasien tidak merasakan sakit kepala yang terpusat di dahi, tidak
merasakan pandangan kabur, tidak merasakan nyeri pada ulu hati.
19
: Disangkal
: Disangkal
Riwayat DM
: Disangkal
Riwayat Asma
: Disangkal
: Disangkal
Riwayat Hipertensi
: Disangkal
: Disangkal
Riwayat DM
: Disangkal
Riwayat Asma
: Disangkal
: Disangkal
6. Riwayat Fertilitas
Baik
7. Riwayat Obstetri
I
: Kehamilan sekarang
Menarche
: 12 tahun
Lama menstruasi
: 7 hari
Siklus menstruasi
: 28 hari
Tensi
: 200/110 mmHg
Nadi
: 96 x / menit
: 36,5 0C
Kepala
: Mesocephal
Mata
THT
Leher
Thorax
Cor
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Palpasi
Perkusi
: Sonor/Sonor
Palpasi
21
Perkusi
Ekstremitas :
Oedema
+
Akral dingin
-
2. Status Obstetri
Inspeksi
Kepala
: Mesocephal
Mata
Wajah
Thorax
Abdomen
: 21 cm
II
III
IV
22
Perkusi
Auskultasi
Genital eksterna
Ekstremitas
: Oedema
+
akral dingin
-
Pemeriksaan Dalam :
VT
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium Darah tanggal 27 Mei 2012 :
Hemoglobin
: 11,9 gr/dl
Hematokrit
: 38 %
AE
: 5,55 x 103/uL
AL
: 15,8 x 103/uL
AT
: 324 x 103/uL
Golongan Darah
:O
GDS
: 106 mg/dL
Ureum
: 26 mg/dL
Creatinin
: 0,8 mg/dL
Na+
: 138 mmol/L
K+
: 4,3 mmol/L
23
2.
Ion klorida
: 108 mmol/L
SGOT
: 35 u/l
SGPT
: 19 u/l
Albumin
: 2,9 g/dl
LDH
: 610 U/L
PT
: 10.3
APTT
: 32.0
HbS Ag
: negatif
Protein Urin
: (+++) / positif 3
: 77
FL
: 56
AC
: 232
EFBW : 1310
Plasenta berinsersi di corpus kiri Grade I-II
Air ketuban kesan cukup
Tak tampak kelainan kongenital mayor
Kesimpulan : saat ini janin dalam keadaan baik
D. KESIMPULAN
Seorang G1P0A0, 21 tahun, UK 30+5 minggu, riwayat fertilitas baik, riwayat
obstetri belum dapat dinilai, teraba janin tunggal, intra uterin, his (-), DJJ
(+) reguler, TBJ : 1310 gram, portio lunak, mencucu = (-) cm, eff 10 %,
kepala floating, kulit ketuban dan penunjuk belum dapat dinilai, air ketuban
(-), sarung tangan lendir darah (-), TD: 200/110 mmHg, Protein Urin +++
(positif 3).
E. DIAGNOSA AWAL
24
O2 3-4 liter/menit
NST
Inj.Mg SO4 40% (4 gram boka, 4 gram boki), dilanjutkan 4 gram/6jam jika
syarat terpenuhi
: kenceng-kenceng
KU
: baik, CM
VS
: T: 150/90 mmHg
N: 84 x/ menit
Rr: 20 x/ menit
t: 36.50C
: cor/pulmo dbn
Abdomen
Genital
Dx.: PEB pada primigravida hamil preterm dalam persalinan kala I fase laten
Tx.:
Observasi 10
VS
: T : 150/100
N : 92x/menit
Abdomen
Rr : 20x/menit
S : 36,8o C
Gen
Diagnosis
Terapi
Pukul 16.15
Bayi lahir spontan, dengan outcome : bayi hidup, Jenis Kelamin: perempuan,
Berat Badan: 1400 gr, panjang badan: 42 cm, LK/LD: 24 / 23 cm, Apgar Score :
8-9-10, anus (+), cacat (-) dirawat di HCU Neonatus
Pukul 16.30
Plasenta lahir kesan lengkap bentuk cakram ukuran 20x20x1,5 cm, panjang tali
pusat 40 cm.
Lama persalinan:
Jumlah Perdarahan:
Kala I
: 10 jam
Kala II
: 100 cc
KalaII
: 20 menit
Kala III
: 50 cc
26
Kala III
: 15 menit
Kala IV
: 30 cc
Total
: 10 Jam 35 menit
Total
: 180 cc
Pukul 18.00
Evaluasi 2 jam post partus
Kel: KU: baik, CM, gizi kesan cukup
VS :
T: 150/90 mmHg
N: 88 x/ menit
t: 36,50C
Mata
: CA(-/-), SI (-/-)
Thorax
: C/P dbn
: lochia (+)
Dx.
Tx.
:
Infus RL 20 tpm
O2 2 liter/menit
MgS04 40% 4 gr / 6 jam
Nifedipin 3X10mg jika TD 180/110 mmHg
Amoxicilin 3x500mg
Sulfas Ferous 1x1
Vitamin C 2x1
:-
KU
VS
: T: 150/100 mmHg
N: 84 x/ menit
Rr: 20 x/ menit
t: 36,70C
: cor/pulmo dbn
27
Abdomen
Genital
Dx.: Post Partus Spontan pada PEB pada primipara hamil preterm
Tx.:
Infus RL 20 tpm
Amoxicilin 3x500mg
Vitamin C 2x1
:-
KU
VS
: T: 140/90 mmHg
N: 88 x/ menit
Rr: 20 x/ menit
t: 36,90C
: cor/pulmo dbn
Abdomen
Genital
Dx.: Post Partus Spontan pada PEB pada primipara hamil preterm
Tx.:
Amoxicilin 3x500mg
Vitamin C 2x1
28
:-
KU
VS
: T: 130/90 mmHg
Rr: 20 x/ menit
t: 36,60C
N: 80 x/ menit
Mata : CA (-/-), SI (-/-)
Thorax
: cor/pulmo dbn
Abdomen
Genital
Dx.: Post Partus Spontan pada PEB pada primipara hamil preterm
Tx.:
Amoxicilin 3x500mg
Vitamin C 2x1
: 11,8 gr/dl
Hematokrit
: 37 %
AE
: 4,06 x 103/uL
AL
: 12,6 x 103/uL
AT
: 250 x 103/uL
Golongan Darah
:O
GDS
: 91 mg/dL
Ureum
: 11 mg/dL
Creatinin
: 0,5 mg/dL
Na+
: 138 mmol/L
K+
: 3,4 mmol/L
Ion klorida
: 106 mmol/L
SGOT
: 19 u/l
29
SGPT
: 10 u/l
Albumin
: 3,4 g/dl
LDH
: 521 U/L
PT
: 13detik
APTT
: 28,7 detik
Protein Urin
: (+) / positif 1
:-
KU
VS
: T: 130/90 mmHg
N: 80 x/ menit
Rr: 20 x/ menit
t: 36,50C
: cor/pulmo dbn
Abdomen
Genital
Dx.: Post Partus Spontan pada PEB pada primipara hamil preterm
Tx.:
Amoxicilin 3x500mg
Vitamin C 2x1
BLPL
Edukasi:
-
secukupnya
Minum vitamin yang diberikan dokter secara teratur
30
BAB IV
ANALISIS KASUS
Pre-eklampsia dapat didiagnosis dengan adanya kenaikan tekanan pembuluh
darah, proteinuria, dengan atau tanpa disertai edema non dependent. Diagnosis
definitif untuk preklamsia hanya dapat ditegakkan setelah usia gestasi 20 minggu.
Hipertensi yang termasuk pre-eklampsia didefinisikan sebagai tekanan darah yang
menetap 140/90 mmHg pada ibu yang sebelumnya memiliki tekanan darah
normal, sedangkan proteinuria yang sering disebutkan adalah 300mg/24 jam
atau +1 pada urin.
Ny. M, 21 tahun dari anamnesa didapat adanya peningkatan tekanan darah
yang menetap setelah kehamilan 20 minggu yang tidak didapatkannya sebelum
kehamilan, dan saat pemeriksaan fisik didapat tekanan darah 200/110 mmHg,
oedema pada kedua ekstremitas bawah, pada pemeriksaan laboratorium urin
proteinuria didapat hasil +3. Diagnosis pre-eklampsia berat didapatkan dari
kriteria diagnosis yaitu tekanan darah sistolik 160 mmHg dan tekanan darah
diastolik 90 mmHg. Perkembangan pre-eklampsia semakin meningkat pada
umur kehamilan pertama dan kehamilan umur ekstrem, seperti terlalu tua atau
terlalu muda.
Berdasarkan usia kehamilan, hamil preterm adalah kehamilan dengan usia
kurang dari 37 minggu. Hal ini sesuai dengan pasien Ny.M bila dihitung usia
kehamilannya dari HPMT tanggal 16 Oktober 2011 (umur kehamilan 30 minggu),
sehingga kami diagnosis dengan kehamilan preterm.
Pada pasien ini dilakukan perawatan konservatif karena usia kehamilan
yang preterm, tanpa disertai tanda-tanda impending eklampsia dan keadaan janin
baik. Pada kasus ini belum ada indikasi dilakukan terminasi aktif. Terminasi aktif
dapat dilakukan yaitu jika didapatkan hasil penilaian kesejahteraan janin jelek, ada
keluhan subjektif, adanya sindrom HELLP, kehamilan aterm, kegagalan
perawatan konservatif.
Selain itu juga diberikan pengobatan medisinal pada pasien ini. Pengobatan
medisinal sama dengan perawatan medisinal pada pengelolaan aktif. Hanya
31
32
DAFTAR PUSTAKA
33