Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN
Pembangunan dibidang kesehatan tidak bisa dilepaskan dari upaya
mewujudkan kesehatan anak sedini mungkin sejak dalam kandungan. Upaya kesehatan ibu telah dipersiapkan sebelum dan selama kehamilan bertujuan untuk
mendapatkan bayi yang sehat. Gangguan kesehatan yang terjadi selama ke-hamilan
dapat mempengaruhi kesehatan janin dalam kandungan hingga kelahiran dan
pertumbuhan bayi selanjutnya.1
Pemantauan kesejahteraan janin merupakan hal penting dalam pengawasan
janin, terutama pada saat persalinan. Dukungan teknologi sangat berperan dalam
kemajuan pemantauan janin, hal ini tampak nyata setelah era tahun 1960 an. Angka
mortalitas perinatal Indonesia masih jauh diatas rata-rata negara maju, yaitu 60 170
berbanding kurang dari 10 per 1.000 kelahiran hidup. Asuhan antenatal modern
memerlukan tatalaksana yang efisien, efektif, andal, dan komprehensif. Pemantauan
kesejahteraan janin sudah merupakan suatu kompetensi yang harus dimiliki oleh
tenaga medis dan paramedis yang melakukan asuhan antenatal dan asuhan persalinan.
Standarisasi pemantauan sudah merupakan suatu prasyarat yang harus dipenuhi agar
evaluasi keberhasilan atau kegagalan pemantauan kesejahteraan janin yang dikaitkan
dengan luaran perinatal dapat dilaksanakan dengan baik. Standarisasi memerlukan
kegiatan yang terstruktur dan berkesinambungan dengan evaluasi berkala melalui
suatu pelatihan pemantauan kesejahteraan janin.2
BBLR merupakan salah satu dampak tidak sempurnanya tumbuh kembang
janin selama di dalam rahim ibu. BBLR adalah bayi yang mempunyai berat lahir
kurang dari 2.500 gram yang ditimbang pada saat lahir sampai dengan 24 jam pertama
setelah lahir. BBLR mempunyai resiko morbiditas dan mortalitas yang tinggi.
Berdasarkan data Depkes RI tahun 2003 yang dilihat dari pola penyebab kematian
neonatal, proporsi penyebab kematian neonatal kelompok umur 0-7 hari tertinggi
adalah akibat prematur dan berat badan lahir rendah (35%), kemudian asfiksia lahir
(33,6%).1
Setiap tahun di dunia diperkirakan lahir sekitar 20 juta bayi berat lahir rendah
(BBLR). Kelahiran BBLR sebagian disebabkan oleh lahir sebelum waktunya
(prematur), dan sebagian oleh karena mengalami gangguan pertumbuhan selama
masih dalam kandungan PJT (Pertumbuhan Janin Terhambat. BBLR merupakan
1

penyumbang utama angka kematian pada neonatus. Menurut perkiraan World Health
Organization (WHO), terdapat 5 juta kematian neonatus setiap tahun dengan angka
mortalitas neonatus (kematian dalam 28 hari pertama kehidupan) adalah 34 per 1000
kelahiran hidup, dan 98% kematian tersebut berasal dari negara berkembang. Secara
khusus angka kematian neonatus di Asia Tenggara adalah 39 per 1000 kelahiran
hidup. Dalam laporan WHO yang dikutip dari State of the worlds mother 2007 (data
tahun 2000-2003) dikemukakan bahwa 27% kematian neonatus disebabkan oleh Bayi
Berat Lahir Rendah. Namun demikian, sebenarnya jumlah ini diperkirakan lebih
tinggi karena sebenarnya kematian yang disebabkan oleh sepsis, asfiksia dan kelainan
kongenital sebagian juga adalah BBLR. Di Indonesia, menurut survey ekonomi
nasional (SUSENAS) 2005, kematian neonatus yang disebabkan oleh BBLR saja
sebesar 38,85%.4

Anda mungkin juga menyukai