Anda di halaman 1dari 9

Bab 1.

Pendahuluan
1.1. Latar Belakang Perancangan
Sebagai salah satu sumber devisa non migas terbesar bagi
Negara Indonesia, crude palm oil (CPO) memiliki prospek komoditi yang
sangat cerah dalam perdagangan minyak nabati dunia. Crude palm oil
(CPO) adalah salah satu minyak nabati yang banyak diproduksi dan
dikonsumsi secara luas. Produksi CPO di Indonesia terus mengalami
peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2000 produksi minyak sawit
(CPO) Indonesia hanya sebesar 7,00 juta ton per tahun, namun pada
tahun 2011 produksi minyak sawit (CPO) Indonesia meningkat menjadi
22,51 juta ton pertahun (PDSI, 2012).
Peningkatan perkembangan produksi minyak sawit diikuti
dengan peningkatan perkembangan sektor perkebunan sawit. Khusus
di Provinsi Riau, sawit merupakan komoditas primadona bagi
masyarakat maupun badan usaha. Berdasarkan data Dinas Perkebunan
Provinsi Riau (2013), perkembangan luas areal perkebunan sawit
meningkat secara tajam, yakni 966,786 ha pada tahun 2000 meningkat
menjadi 2.258.553 ha pada tahun 2012. Selama periode 2000-2012
tingkat pertumbuhan rata-rata sebesar 8,08% per tahun, sementara
komoditas perkebunan lainnya seperti karet dan kelapa justru
mengalami penurunan (Syahza, 2013).
Meskipun Indonesia merupakan produsen minyak sawit dunia,
sampai saat ini Indonesia masih mendapatkan nilai tambah terkecil
dari produksi minyak sawit karena sebagian besar minyak sawit yang
diproduksi masih diekspor dalam bentuk crude palm oil (CPO), padahal
nilai tambah dari industri hilir CPO sangatlah besar. Potensi bahan baku
yang tinggi dapat dimanfaatkan dalam pengembangan industri
berbasis CPO di Indonesia, karena potensi ini memiliki nilai tambah
yang sangat signifikan. Salah satu industri pengolahan CPO yang
sangat menjanjikan adalah industri pengolahan RBD (refined,
bleached, and deodorized) palm olein. RBD palm olein merupakan
merupakan fraksi liquid yang diperoleh dari proses fraksionasi minyak
sawit (CPO) setelah dikristalisasi pada temperatur tertentu. RBD palm
olein memiliki kandungan asam lemak monounsaturated tertinggi
dibandingkan
produk-produk
turunan
minyak
sawit
lainnya
(Rajab,2008). RBD palm olein memiliki persentase kandungan asam
lemak tak jenuh tinggi sehingga menghasilkan viskositas lebih rendah
Pra-Rancangan Pabrik RBD Palm olein
Ganjil/2014-2015
By

Checked

Muhammad Amri

Putri Arini
Putri Husni Hidayah

Kelompok 3/S.
Approved

dan pada temperature rendah menunjukkan karakteristik lebih baik.


RBD palm olein dapat digunakan sebagai minyak yang dapat dimakan,
biasanya untuk minyak masak, untuk digunakan oleh pabrik makanan,
restoran dan penggunaan di rumah tangga.

Ditinjau dari prospek keuntungan yang akan didapat, pabrik RBD


palm olein layak dikembangkan di Indonesia. Hal ini ditunjang dengan
ketersediaan bahan baku yang sangat melimpah serta produk RBD
palm olein yang sangat berguna bagi masyarakat. Dengan berdirinya
pabrik RBD palm olein diharapkan potensi bahan baku CPO yang
melimpah dapat dimanfaatkan secara signifikan sehingga menjadi nilai
tambah yang menguntungkan bagi Indonesia.

1.2. Prospek Industri dan Pemasaran


RBD palm olein merupakan merupakan fraksi liquid yang
diperoleh dari proses fraksionasi minyak sawit (CPO) setelah
dikristalisasi pada temperatur tertentu. RBD palm olein dapat
digunakan sebagai minyak yang dapat dimakan, biasanya untuk
minyak masak, untuk digunakan oleh pabrik makanan, restoran dan
penggunaan di rumah tangga.
Berdasarkan data dari Kementrian Keuangan Republik Indonesia
tahun 2006-2010 yang tertera pada Gambar 1.1, perkembangan
ekspor RBD palm olein mengalami peningkatan tiap tahunnya namun
pada tahun 2010 mengalami penurunan. Dengan mendirikan pabrik
RBD palm olein maka akan membantu meningkatkan nilai ekspor RBD
palm olein.

Pra-Rancangan Pabrik RBD Palm olein


Ganjil/2014-2015
By

Checked

Muhammad Amri

Putri Arini
Putri Husni Hidayah

Kelompok 3/S.
Approved

4,500,000
4,000,000
3,500,000
3,000,000
2,500,000
Jumlah Ekspor (Ton) 2,000,000
1,500,000
1,000,000
500,000
0
2006

2007

2008

2009

2010

Tahun

Gambar 1.1 Perkembangan Ekspor RBD palm olein di Indonesia 20052010


Sumber : KemenKeu, 2010
6,000,000
5,000,000
4,000,000
Komsumsi (Ton)

3,000,000
2,000,000
1,000,000
0
1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
Tahun

Gambar 1.2 Konsumsi RBD palm olein di Indonesia


Sumber : BPPMD, 2009
Konsumsi RBD palm olein di Indonesia mengalami peningkatan
setiap tahunnya, hal ini dapat dilihat pada Gambar 1.2 sehingga RBD
palm olein dapat menjadi komoditi yang unggul. Dengan meningkatnya
Pra-Rancangan Pabrik RBD Palm olein
Ganjil/2014-2015
By

Checked

Muhammad Amri

Putri Arini
Putri Husni Hidayah

Kelompok 3/S.
Approved

kebutuhan RBD palm olein menyebabkan perlunya peningkatan


produksi untuk memenuhi kebutuhan pasar. Dari data konsumsi RBD
palm olein di Indonesia pada Gambar 3.1 prediksi kebutuhan RBD palm
olein pada tahun 2018 sekitar 10.756.000 ton. Melihat kenyataan pasar
tersebut, maka industri RBD Palm Olien memiliki peluang besar untuk
di kembangkan di indonesia.

1.3. Tujuan Perancangan


Tujuan pra-rancangan pabrik pembuatan RBD palm olein dari
CPO ini adalah untuk menerapkan disiplin ilmu Teknik Kimia dalam
penggunaan neraca massa, neraca energi, analisa ekonomi, dan ilmu
Teknik Kimia lainnya untuk menguji kelayakan perancangan pabrik RBD
palm olein.
Tujuan lain pra-rancangan pabrik RBD palm olein ini adalah
untuk memenuhi kebutuhan RBD palm olein dalam negeri yang selama
ini masih diimpor dari negara lain dan selanjutnya dikembangkan
untuk tujuan ekspor. Selain itu, dengan berdirinya pabrik ini akan
memberikan
lapangan
pekerjaan
dan
memicu
peningkatan
produktivitas rakyat yang pada akhirnya akan meningkatkan
kesejahteraan rakyat.

Bab 2. Deskripsi Proses


2.1

Proses-Proses Pembuatan RBD Palm Olien

Proses pembuatan RBD Palm Olien secara garis besar dapat


dibagi dua tahapan yaitu tahap pemurnian (refinery) dan pemisahan
(fractionation). dimana antara keduanya merupakan satu kesatuan
proses untuk menghasilkan minyak goreng yang berkualitas. Rafinasi
(Refining) atau proses pemurnian adalah proses untuk menghilangkan
zat-zat yang tidak di kehendaki yang ada dalam CPO, sehingga minyak
bebas dari bau, FFA (rendah), dan residu lainnya (Amang, 1996).
Fraksinasi adalah proses pemisahan antara fraksi-fraksi yang ada
dalam minyak goreng. Minyak nabati memiliki karakteristrik terdiri dari
bermacam-macam trigliserida, dimana trigliserida ini tersusun dari
asam-asam lemak dengan komponen karbon yang berbeda satu sama
lain dan berbeda pula titik lelehnya (Amang, 1996).
Pra-Rancangan Pabrik RBD Palm olein
Ganjil/2014-2015
By

Checked

Muhammad Amri

Putri Arini
Putri Husni Hidayah

Kelompok 3/S.
Approved

2.1.1 Proses Rafinasi


Bahan baku yang digunakan pada aproses pembuatan minyak
goreng adalah CPO (crude palm oil ). CPO yang diperoleh dari hasil
proses pressing dan ekstraksi di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) masih
mengandung komponen-komponen yang tidak diinginkan yaitu asam
lemak bebas (FFA = Free Fatty Acid), resin, gum, protein, fosfatida,
pigmen warna dan bau. Agar dapat dipergunakan sebagai bahan baku
minyak goreng, maka CPO tersebut harus diproses terdahulu melaui
Rafinasi (pemurnian). Proses pemurnian terdiri dari Proses Degumming,
Proses Bleaching dan Proses Deodorisasi.
2.1.1.1 Proses Degumming
Degumming adalah suatu proses pemisahan getah atau lendirlendir yang terdiri dari fosfatida, protein, residu, karbohidrat, air dan
resin tanpa mengurangi jumlah asam lemak bebas dalam minyak.
Getah-getah (gum) dalam minyak nabati perlu dihilangkan untuk
menghindari perubahan warna dan rasa selama langkah rafinasi
berikutnya. Proses yang dipilih adalah dry degumming, proses ini
melibatkan pembuangan Gum melalui proses presipitasi dalam kondisi
asam. Tahapan proses yang terjadi adalah temperatur CPO dinaikkan
dari temperatur 313 K menjadi 383 K menggunakan Plate Heat
Exchanger dengan sumber panas steam. Kemudian melewati mixer,
disini dilakukan penambahan asam fosfat (H3PO4) dengan konsentrasi
85% sebanyak 0,08% dari jumlah CPO yang dimasukkan kedalam
mixer agar didapatkan campuran yang homogen dimana kondisi
operasi berlangsung pada tekanan 1 atm. Selanjutnya di alirkan ke
Tangki degumming, Tangki degumming di lengkapi dengan pengaduk
untuk mendapatkan pencampuran yang sempurna. dan setelah itu
dilakukan pemisahan Gum dengan alat sentrifugal, Hasil proses ini
adalah Degummed Palm Oil (DPO), yaitu minyak sawit yang bebas
gummy substance dan selanjutnya dialirkan kedalam bleacher untuk
proses pemucatan.
2.1.1.2 Proses Bleaching
Pemucatan (bleaching) adalah suatu tahap proses pemurnian
untuk menghilangkan zat-zat warna yang tidak disukai dalam minyak.
Pemucatan ini dilakukan dengan cara fisika dengan menggunakan
absorben berupa Bleaching earth. Berdasarkan analisa proses, CPO yag
Pra-Rancangan Pabrik RBD Palm olein
Ganjil/2014-2015
By

Checked

Muhammad Amri

Putri Arini
Putri Husni Hidayah

Kelompok 3/S.
Approved

telah melewati proses pemisahan Gum di degummming tank kemudian


di alirkan ke bleaching tank, namun sebelum itu di lakukan
pencampuran di mixer dengan penambahan Bleaching earth. Jenis
Bleaching earth yang digunakan adalah simnit (kaolin), dengan
kecepatan laju alir 1,5% dari laju umpan CPO yang masuk. Suhu di
dalam tangki dinaikkan dengan steam pada suhu 303-382,99 K, agar
dapat mempermudah proses absorbsi dari impurities dengan cepat.
Kemudian disaring menggunakan filter press, sehingga mineral
mineral logam pengotor akan terpisah dan mendapatkan produk
berupa Bleached Palm Oil (BPO).
2.1.1.3 Proses Deodorizing
Proses
deodorizing
adalah
proses
mengurangi
atau
menghilangkan rasa dan bau yang tidak dikehendaki dalam DBPO
(Degummed Bleached Plam Oil). Senyawa-senyawa yang menimbulkan
rasa dan bau yang tidak enak tersebut biasanya berupa senyawa
karbohidrat tak jenuh, asam lemak bebas dengan berat molekul
rendah, senyawa-senyawa aldehid dan keton serta senyawa-senyawa
yang mempunyai volatilitas tinggi lainnya. Berdasarkan analisa proses,
Bleached Palm Oil (BPO) yang telah difiltrasi pada filter press dialirkan
ke tangki Stripper. BPO dipanaskan sampai suhu 533 K dengan sumber
panas dari high pressure steamboiler. Pada pemanasan ini, suhu
minyak BPO harus dikontrol agar minyak netral tidak menguap. Minyak
BPO dialirkan ke tangki deodorizer untuk memisahkan BPO menjadi
Palm Fatty Acid Distillat (PFAD) dan RBDPO. Prinsip kerja stripper.sama
dengan prinsip kerja destilasi bertingkat, yaitu memisahkan
berdasarkan titik didih senyawa yang ada pada BPO. PFAD yang
terpisah akan dialirkan menuju akumulator dan suhunya diturunkan,
beberapa akan dialirkan kembali kedalam deodorizer sebagai refluk.
RBDPO yang dihasilkan akan di alirkan menuju rangkaian dry
fractionation.

2.1.2

Proses Fraksinasi

Proses fraksinasi dilakukan dengan dry fractination. Proses


fraksinasi kering adalah untuk memisahkan minyak sawit menjadi dua
fraksi, yaitu pada oil (fraksi cair) dan pada stearin (fraksi padat). Fraksi
stearinmempunyai titik beku yang lebih besar dibandingkan dengan
titik beku olein. Trigliserida yang ada dalam fraksi stearinterutama
terdiri dari komponen asam lemak jenuh, sedangkan fraksi olein
Pra-Rancangan Pabrik RBD Palm olein
Ganjil/2014-2015
By

Checked

Muhammad Amri

Putri Arini
Putri Husni Hidayah

Kelompok 3/S.
Approved

terutama terdiri dari trigliserida dengan komponen-komponen tak


jenuh. Pada temperatur rendah (20oC) stearin berada pada fasa padat,
sedangkan olein tetap berada pada fasa cair. Dengan demikian dapat
dengan mudah dilakukan pemisahan fraksi. Selain itu metode ini lebih
sederhana dan non kimia sehingga lebih ramah lingkungan. Tahapan
proses fraksinasi dilanjutkan dengan tahap kristalisasi dan tahap
pemisahan fraksi oleindan stearin.
2.1.2.1. Kristalisasi
Tujuan kristalisasi adalah untuk menjadikan fraksi stearin
mengkristal akibat pendinginan pada suhu 293 K, dengan
menggunakan tangki kristalizer. Minyak sawit RBDPO dari tangki
penyimpanan dipompakan menuju pemanas heat exchanger. Hal ini
dilakukan agar RBDPO dalam keadaan fase cair, dimana suhunya
sekitar 303 323 K, Pemanas yang digunakan adalah steam. Kemudian
RBDPO dialirkan ke tangki kristalizer melalui katup. Di dalam kristalizer
temperatur RBDPO diturunkan sekitar 298 K dengan menggunakan air
pendingin. Proses pendinginan terjadi dua kali dengan menggunakan
air pendingin dari cooling tower berada pada suhu 298 K dialirkan ke
tangki kristalizer sehingga terjadi proses pendinginan dan
menghasilkan temperatur 303 K. Pada saat temperatur 303 K dicapai,
pendinginan akan dilanjutkan dengan menggunakan air dari chiller.
Chiller adalah unit pendingin air yang dapat menurunkan temperatur
air sampai 280 K namun proses pendinginan hanya sampai
temperature 293 K. Air ini akan digunakan untuk pendinginan minyak
lanjutan setelah didinginkan dengan air biasa dengan suhu 298 308
K. Selama di tangki kristalizer terjadi proses pendinginan, selama
proses ini Refined Palm Oil(RPO) diaduk dengan pengaduk.
Pengadukan bertujuan untuk mencegah pembekuan RPO, pemerataan
suhu dan pemerataan penyebaran kristal.
2.1.2.2. Pemisahan Fraksi Olein dari Kristal Stearin
Setelah proses kristalisasi, proses selanjutnya yaitu penyaringan
untuk dilakukan pemisahan antara olein dan stearin. Umumnya,
perusahaan pengilangan menggunakan membran filter press untuk
penyaringan tersebut. Stearin ditahan sebagai filter cake, sedangkan
olein keluar dari saringan sebagai filtrat. Hasil olein dimaksimalkan
dengan memeras cake stearin melalui pengempisan membran dengan

Pra-Rancangan Pabrik RBD Palm olein


Ganjil/2014-2015
By

Checked

Muhammad Amri

Putri Arini
Putri Husni Hidayah

Kelompok 3/S.
Approved

udara atau cairan.


Setelah terpisah antara Olein dan Stearin,
selajutnya dialirkan di tangki-tangki penyimpanan yang telah tersedia.

Pra-Rancangan Pabrik RBD Palm olein


Ganjil/2014-2015
By

Checked

Muhammad Amri

Putri Arini
Putri Husni Hidayah

Kelompok 3/S.
Approved

Pra-Rancangan Pabrik RBD Palm olein


Ganjil/2014-2015
By

Checked

Muhammad Amri

Putri Arini
Putri Husni Hidayah

Kelompok 3/S.
Approved

Anda mungkin juga menyukai