Anda di halaman 1dari 12

Yuli Suprayitno

Pupuk Organik Buranci Terhadap


1110005301067
Produksi Baby Corn (Zea mays L.)

Pengaruh Konsentrasi
Pertumbuhan dan
Page | 1

PENGARUH KONSENTRASI PUPUK ORGANIK BURANCI TERHADAP


PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BABY CORN (Zea mays L.)

Yuli Suprayitno
Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Tamansiswa Padang
ABSTRAK
Percobaan tentang pengaruh konsentrasi pupuk organik buranci terhadap
pertumbuhan dan produksi baby corn (Zea mays L.) telah dilaksanakan di lahan
percobaan Unit Pelaksana Teknis Daerah Sekolah Menengah Kejuruan Pertanian
Pembangunan (SMK-PP) Negeri Padang. Percobaan ini berlangsung dari November
2012 - Januari 2013. Tujuan percobaan adalah untuk mendapatkan konsentrasi pupuk
organik buranci yang tepat terhadap pertumbuhan produksi baby corn. Rancangan yang
digunakan pada percobaan ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan
perlakuan konsentrasi pupuk organik
buranci. Konsentrasi yang dicobakan adalah
0 ml l-1 air; 50 ml l-1 air; 100 ml l-1 air, 150 ml l-1 air; 200 ml l-1 air, yang masing-masing
diulang 3 kali. Data hasil pengamatan terakhir disidikragam dan jika F hitung lebih
besar dari F tabel 5 % dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur taraf 5 %. Berdasarkan
percobaan disimpulkan, bahwa pemberian 50 ml l -1 air pupuk organik cair buranci
terbaik produksi tanaman baby corn, dengan produksi yaitu 1,04 kg per plot setara
dengan 2,61 ton ha-1. Berdasarkan kesimpulan disarankan untuk mendapatkan
produksi tanaman baby corn terbaik dengan menggunakan konsentrasi 50 ml l-1 air
pupuk organik cair buranci di daerah Lubuk Minturun, Kota Padang.
Kata kunci : baby corn, pupuk organik

PENDAHULUAN
Baby corn merupakan salah satu jenis sayuran atau disebut juga jagung semi.
Baby corn sebelumnya dikenal sebagai sayuran khas yang dikonsumsi oleh kalangan
terbatas. Sekarang telah dikenal luas, karena mengandung nilai gizi yang tinggi, antara
lain 33 kal kalori, 0,10 g lemak, 2,2 g protein, 7,4 g karbohidrat, 7 mg kalsium, 100
mg fosfor, 0,50 mg besi, 200 S.I vit A, 0,08 mg vit. B1, 8 mg vit C, 89,5 g air dan
bagian yang dapat dimakan 100 %.
Kualitas dan kuantitas produksi baby corn yang tinggi memerlukan pengelolaan,
termasuk cara budidaya dan pasca panen yang baik dan intensif. Salah satu kegiatan
yang perlu dilakukan adalah pemupukan baik berupa pupuk alami maupun pupuk

Universitas Tamansiswa padang

Yuli Suprayitno
Pupuk Organik Buranci Terhadap
1110005301067
Produksi Baby Corn (Zea mays L.)

Pengaruh Konsentrasi
Pertumbuhan dan
Page | 2

buatan, karena tanaman baby corn tidak akan memberikan hasil yang maksimal jika
unsur hara yang diperlukan tidak cukup tersedia.
Mahalnya harga pupuk buatan saat ini, menyebabkan petani harus berfikir dan
mencari alternatif

pupuk alami sebagai pengganti pupuk buatan tersebut. Hal ini

dilakukan untuk mengurangi biaya produksi dalam melakukan usahatani. Pupuk organik
yang umum digunakan untuk tanaman adalah dari kotoran sapi, domba dan ayam,
namun ketersediaannya semakin sulit diperoleh. Pemanfaatan kotoran kelinci
merupakan salah satu alternatif untuk pemenuhan kebutuhan pupuk organik, terutama
untuk daerah-daerah sentra produksi sayuran, termasuk baby corn.
Secara garis besar ada empat jenis pupuk organik yaitu: kompos, mulsa alami,
pupuk organik padat dan pupuk organik cair. Secara umum manfaat pupuk organik
adalah : 1) memberikan nutrisi bagi tanaman,

2) memperbaiki struktur tanah, 3)

meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK), 4) menambah kemampuan tanah untuk


menahan air, 5) meningkatkan aktivitas biologi tanah, 6) meningkatkan pH tanah asam,
7) meningkatkan ketersediaan unsur hara mikro, 8) meningkatkan daya tahan tanaman
terhadap penyakit terutama penyakit tular tanah, dan 9) tidak berdampak buruk pada
lingkungan.
Satu ekor kelinci yang berusia dua bulan lebih, atau yang beratnya sudah
mencapai 1 kg akan menghasilkan 28,0 g kotoran lunak per hari dan mengandung 3g
protein serta 0,35 g nitrogen dari bakteri atau setara 1,3 g protein . Buranci memiliki
kandungan bahan organik C/N : (1012%), P (2,202,76%), K (1,86%), Ca (2,08%),
dan pH 6,477,52.
Penggunaan

pupuk

kandang

kotoran

kelinci(buranci) berpengaruh nyata terhadap

kelinci

berupa

bubur

kotoran

pertumbuhan dan produksi rumput

P.maximum dan S.hamata setelah 6 kali panen yang sudah berumur 258 hari. Namun
penggunaan kotoran kelinci untuk tanaman sayuran belum banyak informasinya,
sehingga perlu dilakukan penelitian.
BAHAN DAN METODE
Percobaan telah dilaksanakan di lahan percobaan Unit Pelaksana Teknis Daerah
Sekolah Menengah Kejuruan Pertanian Pembangunan (SMK-PP)
dengan tanah berjenis Ultisol. Percobaan ini berlangsung dari

Negeri Padang

November 2012 -

Januari 2013.

Universitas Tamansiswa padang

Yuli Suprayitno
Pupuk Organik Buranci Terhadap
1110005301067
Produksi Baby Corn (Zea mays L.)

Pengaruh Konsentrasi
Pertumbuhan dan
Page | 3

Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah benih jagung varietas Bisma,
pupuk organik bubur kotoran kelinci (buranci), dan pupuk kandang sapi. Sedangkan
alat-alat yang digunakan adalah cangkul, parang, garu, tugal, timbangan analitik, gelas
ukur, meteran, ember, gembor, gunting, ajir, papan label dan alat tulis.
Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan
perlakuan konsentrasi pupuk organik buranci. Konsentrasi yang dicobakan adalah
-1

-1

-1

-1

-1

ml l air (A); 50 ml l air (B); 100 ml l air (C), 150 ml l air (D); 200 ml l air (E).
Paramater yang diamati adalah tinggi tanaman, total luas daun, umur panen pertama,
panjang tongkol, , jumlah tongkol per batang, bobot tongkol per tanaman, produksi per
plot dan ha-1. Data hasil pengamatan terakhir disidikragam, bila berbeda nyata
dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf nyata 5 %.
Kotoran padat dan urin dicampur 1 : 1 (v/v) hingga menjadi bubur difermentasi
selama 4 hari. Kemudian diaplikasikan ke tanaman baby corn sesuai perlakuan.
Pemberian buranci dilakukan tiga kali yaitu umur 2 mst, umur 4 mst, dan setelah
panen pertama. Pada umur 2 mst perlakuan diberikan 100 ml per batang, umur 4 mst
diberikan 200 ml per batang, dan setelah panen pertama diberikan 300 ml per batang.
Cara pemberian buranci dilakukan dengan sistem coran disebelah kiri/kanan tanaman.
Penanaman dilakukan dengan cara membuat lobang tanam dengan kedalaman 3-5
cm, dengan jarak 50 cm x 20 cm, sehingga setiap petakan seluas 2 x 2 m mempunyai
4 x 9 lobang = 36 lobang. Setiap lobang tanam diisi 2 benih jagung. Pada umur satu
minggu dilakukan penjarangan dengan meninggalkan 1 tanaman setiap rumpun yang
memiliki pertumbuhan yang seragam, sehingga setiap petakan berisi 36 tanaman.
Penyiangan dilakukan dua kali yaitu pada umur 2 minggu setelah tanam dan umur 4
minggu setelah tanam. Pada saat penyiangan juga dilakukan pembumbunan, yaitu
dengan cara menimbunkan tanah diantara barisan tanaman sekaligus menggemburkan
tanah agar dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Hama yang ditemukan adalah
jangkrik yang menyerang tanaman jagung (saat pertumbuhan), pengendalian dilakukan
dengan cara mekanis. Pada umur 48 hari dilakukan pembuangan bunga jantan
(detasseling) dilakukan pada saat tassel muncul, tapi belum membuka, dengan cara
menggunting atau memotong tangkai tassel. Hal ini dimaksudkan agar penyerbukan
tidak terjadi sehingga tongkol

dapat tumbuh lebih banyak

dan pertumbuhannya

seragam. Panen tongkol dilakukan dengan memperhatikan rambut tongkol jagung

Universitas Tamansiswa padang

Yuli Suprayitno
Pupuk Organik Buranci Terhadap
1110005301067
Produksi Baby Corn (Zea mays L.)

Pengaruh Konsentrasi
Pertumbuhan dan
Page | 4

semi yaitu panjang rambut sekitar 3-5 cm. Pemetikan tongkol dilakukan dengan cara
memetik atau memotong tangkai tongkol secara hati-hati.
Paramater yang diamati adalah tinggi tanaman, total luas daun, umur panen
pertama, panjang tongkol, jumlah tongkol per batang, bobot tongkol per tanaman,
produksi per plot dan ha-1.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Tinggi tanaman baby corn akibat pemberian beberapa konsentrasi pupuk
organik cair buranci umur 7 mst.
Konsentrasi POC buranci (ml l-1)

Tinggi tanaman (cm)

0
50
100
150
200
KK

170,93
196,29
186,50
197,49
215,84
12,15 %

Tabel 1 memperlihatkan

pemberian beberapa konsentrasi pupuk organik cair

buranci tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman. Pemberian 0-200 ml l -1 air pupuk
organik cair

buranci menghasilkan tinggi tanaman yang hampir sama. Hal ini

dimungkinkan karena

pertumbuhan tinggi tanaman tidak hanya dipengaruhi oleh

pemberian pupuk organik cair buranci, tetapi juga interaksi antara faktor lingkungan
dengan tanaman itu sendiri. Menurut

Sutedjo (2010) pertumbuhan dan produksi

tanaman dipengaruhi oleh sifat genetis, faktor lingkungan, dan faktor tanah itu sendiri.
Berdasarkan hasil pengamatan tinggi tanaman akibat pemberian pupuk organik
cair buranci pada tanaman baby corn diperoleh tinggi tanaman 170,93 cm sampai
dengan 215,84 cm sudah termasuk normal. Berdasarkan data deskripsi tanaman jagung
varietas Bisma tinggi tanaman adalah 190 cm (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Sukarami, 1994). Hal ini juga dapat dibandingkan dengan hasil percobaan Ermajuita
(2007) pemberian pupuk tithonia cair 0-100 ml per batang diperoleh tinggi tanaman
baby corn 190,69 cm sampai dengan 212 cm.
Tabel 2. Total luas daun tanaman baby corn akibat pemberian beberapa konsentrasi
pupuk organik cair buranci.

Universitas Tamansiswa padang

Yuli Suprayitno
Pupuk Organik Buranci Terhadap
1110005301067
Produksi Baby Corn (Zea mays L.)

Pengaruh Konsentrasi
Pertumbuhan dan
Page | 5

Konsentrasi POC buranci (ml l-1)

Total luas daun (cm2)

0
50
100
150
200
KK

5429,65
6246,38
5627,51
6060,32
6118,61
12,24 %

Tabel 2 menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik cair buranci 0-200 ml l1

air menghasilkan total luas daun yang sama, hal ini dapat dihubungkan dengan Tabel 1

bahwa total luas daun sangat ditentukan oleh tinggi tanaman dalam keadaan normal,
semakin tinggi tanaman maka jumlah daun yang dihasilkan akan semakin banyak
dan akan meningkatkan total luas daun yang dihasilkan, dengan demikian akan
memberikan kesempatan berfotosintesis semakin besar, sehingga sintesis senyawa
organik dalam tanaman seperti karbohidrat, asam amino, dan lemak akan semakin tinggi
yang berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan serta pergantian sel yang rusak di
dalam tanaman. Pada percobaan ini pemberian beberapa konsentrasi pupuk organik cair
buranci tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman, sehingga

jumlah daun yang

dihasilkan hampir sama, dengan demikian total luas daun yang dihasilkan juga
hampir sama.
Total luas daun berhubungan dengan proses fotosintesis. Semakin luas daun
maka hasil fotosintesis akan semakin meningkat. Disamping ditentukan luas daun, juga
ditentukan oleh CO2 dan air di dalam sel klorofil dengan bantuan cahaya matahari untuk
meningkatkan pertumbuhan tanaman. Menurut

Novizan (2001) dalam proses

fotosintesisi CO2 dan air di dalam sel klorofil akan bereaksi dengan adanya bantuan
radiasi matahari untuk memproduksi gula. Untuk menigkatkan pertumbuhan tanaman,
proses fotosintesis harus dibuat menjadi lebih efisien. Hal ini juga tidak terlepas dari
peranan daun, dimana semakin luas ukuran daun merupakan salah satu potensi yang
cukup besar bagi berlangsungnya aktifitas fotosintesis sebagai salah satu proses
fisiologis yang berhubungan erat dengan perkembangan organ tanaman seperti daun.
Tabel 3. Umur panen pertama tanaman baby corn akibat pemberian beberapa
konsentrasi pupuk organik cair buranci.

Universitas Tamansiswa padang

Yuli Suprayitno
Pupuk Organik Buranci Terhadap
1110005301067
Produksi Baby Corn (Zea mays L.)

Pengaruh Konsentrasi
Pertumbuhan dan
Page | 6

Konsentrasi POC buranci (ml l-1)

Umur panen pertama (hari)

0
50
100
150
200
KK

54,33
53,33
54,67
54,33
53,67
2,98 %

Tabel 3 menunjukkan bahwa pemberian beberapa konsentrasi pupuk organik cair


buranci tidak bepengaruh terhadap umur panen pertama. Hal ini dimungkinkan karena
umur panen pertama tidak hanya ditentukan oleh perlakuan pupuk organik cair
buranci yang diberikan, tetapi juga interaksi antara faktor lingkungan dengan tanaman
itu sendiri. Menurut Sutedjo (2010) pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh genetis
tanaman dan faktor lingkungan. Lebih lanjut Dwijoseputro (2000) menyatakan bahwa
tanaman tumbuh dan berkembang dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor dalam (genetik)
dan faktor luar (lingkungan).
Tabel 4. Panjang tongkol tanaman baby corn akibat pemberian beberapa konsentrasi
pupuk organik cair buranci.
Konsentrasi POC buranci (ml l-1)
0
50
100
150
200
KK

Panjang tongkol (cm)


8,95
9,54
10,44
10,44
10,81
8,95 %

Tabel 4 menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik cair buranci 0-200 ml l1

air menghasilkan pertumbuhan panjang tongkol yang berbeda tidak nyata. Hal ini

terjadi karena pupuk organik cair buranci lebih dominan fungsinya dalam memperbaiki
sifat fisik, kimia dan biologis tanah, sehingga tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan
panjang tongkol. Menurut Alex (2012) bahwa dengan penambahan organik berupa
pupuk organik cair buranci dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologis tanah.
Sifat fisik tanah diantaranya memperbaiki aerasi tanah dan meningkatkan kemampuan
menahan air, sedangkan secara kimia berupa penambahan unsur hara dan secara
biologis adalah menigkatkan aktivitas mikroorganisme yang berperan pada fiksasi

Universitas Tamansiswa padang

Yuli Suprayitno
Pupuk Organik Buranci Terhadap
1110005301067
Produksi Baby Corn (Zea mays L.)

Pengaruh Konsentrasi
Pertumbuhan dan
Page | 7

nitrogen dan transper hara tertentu seperti N, P, dan S. Lebih lanjut Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (2001) menerangkan bahwa bahan organik dapat mengaktifkan
biologi tanah, seperti jasad perombak N, jasat pelarut P dan membantu serapan fosfhat
sehingga pemupukan terutama pupuk N, P dan K dapat di tingkatkan.
Buranci memiliki kandungan bahan organik C/N : (1012%), P (2,202,76%), K
(1,86%), Ca (2,08%), dan pH 6,477,52. Menurut Arifin (2003) menyatakan bahwa
bahan organik dapat memperbaiki dan mempertahankan tanah supaya tetap gembur.
Lebih lanjut Sutedjo (2010) menyatakan, bahan organik merupakan salah satu
komponen penyusun tanah. Penambahan bahan organik dapat memperbaiki sifat fisik,
kimia dan biologis tanah, secara fisik penambahan bahan organik mengarah pada
perubahan struktur dan tekstur tanah, sedangkan secara kimia mampu menambah
ketersediaan hara didalam tanah.
Selanjutnya faktor genetik lebih berpengaruh terhadap pertumbuhan panjang
tongkol.

Seperti pendapat Dwijoseputro (2000) bahwa tanaman tumbuh dan

berkembang dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu : faktor dalam (genetik) dan faktor luar
(lingkungan). Dari hasil penelitian Ermawati (1997) bahwa panjang tongkol juga
dipengaruhi oleh umur panen, semakin lama panen setelah keluar rambut maka tongkol
akan semakin panjang dan besar.
Tabel 5. Jumlah tongkol per batang tanaman baby corn akibat pemberian beberapa
konsentrasi pupuk organik cair buranci.
Konsentrasi POC buranci (ml l-1)

Jumlah tongkol per batang (buah)

0
50
100
150
200
KK

2,39 c
3,17 bc
3,50 ab
3,50 a
4,17 a
15,53 %

Tabel 5 menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik cair buranci mampu


mendorong pembentukan tongkol lebih banyak. Pemberian 200 ml l -1 air pupuk organik
cair buranci menghasilkan jumlah tongkol per batang terbanyak yaitu 4,17 buah, tetapi
tidak berbeda dengan pemberian 100 dan 150 ml l -1 air, sedangkan tanpa pemberian
pupuk organik cair buranci menghasilkan jumlah tongkol per batang terendah yaitu 2,39
buah. Hal ini disebabkan karena pada konsentrasi 200 ml l -1 air tersedianya unsur hara

Universitas Tamansiswa padang

Yuli Suprayitno
Pupuk Organik Buranci Terhadap
1110005301067
Produksi Baby Corn (Zea mays L.)

Pengaruh Konsentrasi
Pertumbuhan dan
Page | 8

yang cukup saat pertumbuhan

dan pembentukan tongkol, sehingga berpengaruh

terhadap jumlah tongkol yang dihasilkan. Pemberian pupuk organik cair buranci sangat
penting dalam meningkatkan ketersedian hara. Sesuai menurut Lingga dan Marsono
(2001) bahwa pemberian pupuk organik dapat menambah bahan organik dan unsurunsur lainnya ke dalam tanah, terutama N, P dan K.
Tongkol yang terbentuk dipengaruhi oleh hara P disamping sumbangan hara
lainnya dari pupuk organik cair

buranci seperti N dan K yang berperan dalam

pembentukan tongkol. Menurut Sutedjo (2010) untuk pembentukan bunga dan buah
sangat banyak diperlukan unsur P. Hal ini terbukti pada bunga, buah, dan biji saat
pembiakan generatif ternyata di dalamnya mengandung

unsur P. Sehingga jika

kandungan P-nya tidak optimal maka pembentukan tongkolnya juga akan berkurang.
Jumlah tongkol per batang sangat dipengaruhi oleh perlakuan detaseling dan
panen yang tepat waktu, karena detaseling dan panen yang tepat akan merangsang
pembentukan tongkol-tongkol pada ruas-ruas yang ada di bawahnya dan akan
merangsang pembentukan tongkol-tongkol sekunder. Sesuai menurut hasil penelitian
Adnyana dan Suanda (1993) perlakuan dengan detaseling dan tanpa detasseling
menghasilkan tongkol berturut-turut 3,78 dan 3,10 tongkol, yang disebabkan karena
pelaksanaan detasseling yang tepat waktu yaitu saat malai sudah keluar tapi belum
membuka, hal ini akan merangsang pembentukan tongkol-tongkol pada ruas-ruas yang
ada di bawahnya, dan waktu panen yang tepat waktu yaitu setelah rambut tongkol
keluar sepanjang 2-3 cm, yang merangsang pembentukan tongkol-tongkol sekunder,
serta

pemanjangan ruas yang memberi kesempatan kepada tongkol-tongkol yang

terbentuk untuk berkembang dengan baik.


Tabel 6. Bobot tongkol per tanaman baby corn akibat pemberian beberapa konsentrasi
pupuk organik cair buranci.
Konsentrasi POC buranci (ml l-1)

Bobot tongkol per tanaman (g)

0
50
100
150
200
KK

25,37 d
42,62 c
48,47 b
48,06 bc
65,28 a
17,70 %

Universitas Tamansiswa padang

Yuli Suprayitno
Pupuk Organik Buranci Terhadap
1110005301067
Produksi Baby Corn (Zea mays L.)

Pengaruh Konsentrasi
Pertumbuhan dan
Page | 9

Tabel 6 memperlihatkan pemberian beberapa konsentrasi pupuk organik cair


buranci mampu meningkatkan bobot tongkol per tanaman. Bobot tongkol tertinggi
diperoleh pada pemberian 200 ml l-1 POC buranci yaitu 65,28 g, berbeda dengan
perlakuan lain. Bobot tongkol terendah diperoleh pada perlakuan tanpa pemberian POC
buranci yaitu 25,37 g. Hal ini dapat dihubungkan dengan jumlah tongkol perbatang
(Tabel 7), semakin banyak jumlah tongkol per batang maka bobot yang dihasilkan akan
semakin berat dan sebaliknya semakin sedikit jumlah tongkol per batang maka bobot
yang dihasilkan akan semakin ringan, kerena pada percobaan ini pemberian 200 ml l -1
POC buranci menghasilkan jumlah tongkol terbanyak, maka bobot yang dihasilkan
juga akan semakin berat.

Tabel 9. Produksi per plot dan ha-1 tanaman baby corn akibat pemberian beberapa
konsentrasi pupuk organik cair buranci.
Konsentrasi POC buranci
(ml l-1)
0
50
100
150
200
KK

Produksi per plot (kg)

Produksi ha-1 (ton)

0,78 c
1,04 a
0,87 bc
0,98 ab
1,04 a

1,96 c
2,61 a
2,18 bc
2,45 ab
2,57 a
10,49 %

Tabel 9 memperlihatkan bahwa pemberian pupuk organik cair buranci dapat


meningkatkan produksi per plot dan ha-1 bila dibandingkan dengan tanpa pemberian
pupuk organik cair buranci. Pemberian 50 ml l-1 air menghasilkan produksi per plot dan
ha-1 tertinggi (1,04 kg per plot setara dengan 2,61 ton ha-1), namun tidak berbeda dengan
pemberian 150 dan 200 ml l-1 air pupuk organik cair buranci, tetapi berbeda nyata
dengan tanpa pemberian pupuk organik cair buranci, yang menghasilkan produksi per
plot dan per ha terendah (0,78 kg per plot setara dengan 1,96 ton ha-1).
Tingginya produksi pada pemberian 50 ml l-1 air pupuk organik cair buranci,
tidak terlepas dari tersedianya hara yang cukup dan seimbang dalam tanah, sehingga
tanaman baby corn dapat berproduksi secara optimal. Menurut Lakitan (2000) apabila
keadaan hara dalam tanah tersedia dalam keadaan cukup dan seimbang, maka akan

Universitas Tamansiswa padang

Yuli Suprayitno
Pupuk Organik Buranci Terhadap
1110005301067
Produksi Baby Corn (Zea mays L.)

Pengaruh Konsentrasi
Pertumbuhan dan
P a g e | 10

menunjukkan gejala pertumbuhan yang normal dan produksi dalam keadaan optimal.
Untuk mencapai pertumbuhan dan produksi yang optimal sangat diperlukan unsur hara
yang cukup, baik hara makro maupun mikro. Diduga pemberian 50 ml liter-1 air pupuk
organik cair buranci memenuhi kriteria tersebut, sehingga pertumbuhan dan produksi
tanaman lebih baik dan optimal.
Produksi plot juga sangat ditentukan oleh jumlah tongkol per batang (Tabel 5).
Semakin banyak jumlah tongkol per batang, maka produksi per plot akan lebih tinggi.
Dan sebaliknya semakin rendah jumlah tongkol, maka produksi per plot akan semakin
rendah. Selanjutnya produksi persatuan luas sangat dipengaruhi oleh varietas, umur,
kesuburan tanah, dan keadaan air. Disamping itu jumlah populasi tanaman per satuan
luas juga

mempengaruhi produksi, dengan semakin banyaknya populasi tanaman

maka jumlah tongkol yang dihasilkan akan semakin banyak pula, sehingga mampu
memberikan kenaikan produksi yang lebih tinggi (Suryatna, 2000).
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan percobaan disimpulkan bahwa pemberian 50 ml l -1 air pupuk
organik cair buranci terbaik produksi tanaman baby corn, dengan produksi yaitu 1,04
kg per plot setara dengan 2,61 ton ha-1. Berdasarkan kesimpulan disarankan untuk
mendapatkan produksi tanaman baby corn terbaik dengan menggunakan konsentrasi
50 ml l-1 air pupuk organik cair buranci di daerah Lubuk Minturun, Kota Padang.
DAFTAR PUSTAKA
Adnyana G. M. dan D. K. Suanda. 1993. Pertumbuhan tongkol baby corn akibat
detasseling pada berbagai tingkat populasi yang berbeda. Fakultas Pertanian
Universitas Udayana. Denpasar.
Alex. 2012. Sukses Mengolah Sampah Organik Menjadi Pupuk Organik. Pustaka Baru
Press. Yogyakarta. 163 hal.
Arifin, 2003. Azolla Pembudidayaan dan pemanfaatan pada tanaman padi. Penebar
Swadaya. Jakarta 32 Hal.
Badan Pengendali Bimas. 1983. Pedoman Bercocok tanam Padi, Palawija dan
sayuran.Departemen pertanian satuan Pengendali Bimas.Jakarta.

Universitas Tamansiswa padang

Yuli Suprayitno
Pupuk Organik Buranci Terhadap
1110005301067
Produksi Baby Corn (Zea mays L.)

Pengaruh Konsentrasi
Pertumbuhan dan
P a g e | 11

Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Sukarami, 1994. Informasi tekniologi.
Departemen Pertanian. Solok.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 2001. Kompos Jerami Trichoderma. Padang. 34
hal.
Dwijosepoetro D, 2000. Pengantar fisiologi tumbuhan. PT. Gramedia. Jakarta.
Effendi, S. 1985. Bercocok tanam jagung. Yasaguna. Jakarta. 96 hal.
Ermajuita. 2007. Pengaruh dosis pupuk tithonia cair terhadap pertumbuhan dan hasil
jagung semi (Zea masys L.). Skripsi Sarjana Strata I Universitas Tamansiswa
Padang. 43 hal.
Ermawati. 1997. Usaha peningkatan kuantitas dan kualitas jagung semi melalui
pemetikan tongkol utama dan pemberian asam gibberelat ( GA 3 ). Thesis Pasca
Sarjana Universitas Andalas Padang.
Frizia, F. 1993. Pengaruh waktu pemangkasan daun dan populasi terhadap pertumbuhan
dan produksi tanaman jagung ( Zea mays L ) hibrida C1. Thesis Pasca Sarjana
Unand.
Haryani.1992. Bertanam Baby corn. Trubus.19 hal.
Karama, A.S., A.R. Marzuki dan I. Manwan. 1991. Penggunaan pupuk organik pada
tanaman pangan. Pros. Lokakarya Nasional Efisiensi penggunaan pupuk V.
Cisarua. Puslittanak. Bogor.
Lingga P. 1986. Pengaruh Kerapatan tanaman terhadap pertumbuhan dan produksi Baby
corn. Laporan. LP.USU Medan.
Lingga P dan Marsono. 2001. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.
165 hal.
Muhadjir, F. 1988. Karateristik tanaman jagung. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Pangan. Badan Penelitian dan Pengambangan Pertanian. Bogor. Hal 33
48.
Murbandono. 1988. Menbuat Kompos. Penebar Swadaya. Jakarta. 54 hal.
Novizan, 2001. Petunjuk praktis pemupukan yang efektif. Agromedia Pustaka. Jakarta.
114 hlm.
Prihmantoro,H. 1999. Memupuk tanaman buah, Penebar Swadaya, Jakarta, 73 hal.
Rinsema, W.T. 1993. Pupuk dan pemupukan. Bhratara Karya Aksara. Jakarta.
hal.

205

Universitas Tamansiswa padang

Yuli Suprayitno
Pupuk Organik Buranci Terhadap
1110005301067
Produksi Baby Corn (Zea mays L.)

Pengaruh Konsentrasi
Pertumbuhan dan
P a g e | 12

Rukmana, R. 1997. Budidaya baby corn. Kanisius. Yogyakarta.48 hal.


Rukmana, R. 2002. Budidaya baby corn. Kanisius. Yogyakarta. 50 hal.
Sajimin, Rahardjo dan Purwantari. 2005. Potensi Kotoran Kelinci Sebagai Pupuk
Organik dan Pemanfaatannya Pada Tanaman Pakan dan Sayuran. Lokakarya
Nasional Potensi dan Peluang Pengembangan Usaha Agribisnis Kelinci. Balai
Penelitian Ternak Bogor.
Suprapto. 1998. Bertanam jagung. PT. Penebar Swadaya. Jakarta. 52 hal.
Suryatna, S. 2000. Pupuk dan pemupukan. PT. Melton Putra. Jakarta. 64 hal.
Sutedjo. 2010. Pupuk dan cara pemupukan. PT. Bina Aksara. Jakarta. 182 hal.
Sutoro, Soelaiman. Y, Iskandar. 1988. Budidaya tanaman Jagung. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Pangan.Badan Penelitian dan Penmgembangan
Pertanian. Bogor.hal 49-66.
Taslim, Partohardjono dan Djunainah, 1993. Bercocok tanam padi sawah. Puslitbangtan.
Bogor. Hal 445-479.
Tim Penulis Penebar Swadaya.1991. Sweet Corn Baby Corn. Swadaya. Jakarta.
hal.

79

Universitas Tamansiswa padang

Anda mungkin juga menyukai