Responsi Kasus Fix
Responsi Kasus Fix
Oleh:
Baiq Noorma Yulindia
H1A 009 017
Pembimbing:
dr. Sukardi, Sp.A
BAB I
PENDAHULUAN
I.I Pendahuluan
Diare merupakan suatu penyakit dengan frekuensi kedua terbanyak di seluruh dunia
setelah infeksi saluran pernafasan akut (ISPA). Perkiraan para peneliti, penyakit diare ditemukan
sekitar satu milyar kasus pertahun dan merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas
anak-anak di Asia, Afrika, dan Amerika Latin. Hasil survei Program Pemberantasan (P2) Diare di
Indonesia menyebutkan bahwa angka kesakitan diare di Indonesia pada tahun 2000 sebesar 301
per 1000 penduduk dengan episode diare balita adalah 1,0 1,5 kali per tahun. Tahun 2003
angka kesakitan penyakit ini meningkat menjadi 374 per 1000 penduduk dan merupakan
penyakit dengan frekuensi KLB (Kejadian Luar Biasa) kedua tertinggi setelah DBD (Demam
Berdarah Dengue). Survei Departemen Kesehatan pada tahun 2003 mendapatkan bahwa
penyakit diare menjadi penyebab kematian nomor dua pada balita, nomor tiga pada bayi, dan
nomor lima pada semua umur.1,2
Diare adalah buang air besar (defekasi) encer lebih dari 3 kali per hari. Buang air besar
encer tersebut dapat atau tanpa disertai lendir dan darah. Diare akut merupakan diare yang
berlangsung kurang dari 15 hari. Diare akut disebabkan oleh banyak penyebab antara lain infeksi
(bakteri, parasit, virus), keracunan makanan, efek obat-obatan, dan lain-lain. Diare dapat
disebabkan oleh satu atau lebih patofiologi, antara lain : 1). Osmolaritas intraluminal yang
meninggi, disebut diare osmotik ; 2). Sekresi cairan dan elektrolit meninggi, disebut diare
sekretorik ; 3). Infeksi dinding usus, disebut diare infeksi ; dan lain-lain. Yang berperan pada
terjadinya diare akut terutama karena infeksi yaitu faktor kausal (agent) dan faktor pejamu
(host).3 Diagnosis diare akut ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Dehidrasi perlu diwaspadai karena merupakan salah satu penyebab
kematian pada pasien diare. Penentuan derajat dehidrasi sangat perlu dilakukan untuk
menentukan seberapa besar terapi cairan yang diberikan.2,3
Penatalaksanaan diare akut menurut WHO terdiri dari rehidrasi (cairan oralit osmolaritas
rendah), diet, zink, antibiotik selektif (sesuai indikasi), dan edukasi kepada orang tua pasien.
Selain itu, beberapa randomized controlled trials (RCT) dan metaanalisis menyatakan bahwa
probiotik efektif untuk pencegahan primer maupun sekunder serta untuk mengobati diare.
Mekanismenya secara singkat yaitu dengan meningkatkan kolonisasi bakteri probiotik di dalam
lumen saluran cerna, sehingga seluruh epitel mukosa usus telah diduduki oleh bakteri probiotik
melalui reseptor dalam sel epitel usus, sehingga tidak terdapat tempat lagi untuk bakteri patogen
untuk melekatkan diri pada sel epitel usus dan akhirnya kolonisasi bakteri patogen tidak terjadi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Definisi
Diare adalah buang air besar atau defekasi dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair
(setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200
ml/24 jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali
per hari. Buang air besar encer tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah. Diare akut yaitu
diare yang berlangsung kurang dari 15 hari. Sedangkan menurut world gastroenterology
organisation global guidelines 2005, diare akut didefinisikan sebagai pasase tinja yang
cair/lembek dengan jumlah lebih banyak dari normal, berlangsung kurang dari 14 hari.2
2.2.1 Etiologi Diare Akut
Diare akut disebabkan oleh banyak penyebab antara lain infeksi (bakteri, parasit, virus),
keracunan makanan, efek obat-obatan, dan lain-lain.2
Disamping itu penyebab diare noninfeksi yang dapat menimbulkan diare pada anak antara lain:,
Kesulitan makanan
Defek anatomis
Malrotasi
Penyakit Hirchsprung
Short Bowel Syndrome
Atrofi mikrovilli
Striktur
Malabsorbsi
Defesiensi disakaridase
Malabsorbsi glukosa dan galaktosa
Cystic fibrosis
Cholestosis
Penyakit celiac
Endokrinopati
Thyrotoksikosis
Penyakit Addison
Sindroma Androgenital
Neoplasma
Neuroblastoma
Phaeochromocytoma
Sindroma Zollinger Ellison
Lain-lain:
Infeksi non gastrointestinal
Alergi susu sapi
Penyakit Crohn
Defisiensi imun
Colitis ulserosa
Ganguan motilitas usus
Pellagra
Keracunan makanan
logam berat
Mushrooms
2.2.2 Patofisiologi
Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofiologi, antara lain : 1). Osmolaritas
intraluminal yang meninggi, disebut diare osmotik ; 2). Sekresi cairan dan elektrolit meninggi,
disebut diare sekretorik ; 3). Infeksi dinding usus, disebut diare infeksi ; 4). Malabsorbsi asam
empedu ; 5). Defek sistem pertukaran anion/transport elektrolit aktif di enterosit ; 6). Motilitas
dan waktu transit usus abnormal ; 7). Gangguan permeabilitas usus ; 8).inflamasi dinding usus,
disebut diare inflamatorik.2.3
Diare osmotik : diare tipe ini disebabkan oleh peningkatan tekanan osmotic intralumen
usus halus yang disebabkan oleh obat-obatan atau zat kimia yang hiperosmotik (MgSO4,
Mg(OH)2, malabsorbsi umum, dan defek dalam absorbsi mukosa
usus misal pada defisiensi disararidase, malabsorbsi glukosa/galaktosa.2,3 Diare sekretorik : diare
tipe ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi air maupun elektrolit dari usus, menurunnya
absorbsi. Yang khas pada diare ini yaitu secara klinis ditemukan diare dengan volume tinja yang
banyak sekali. Diare tipe ini akan tetap berlangsung walaupun dilakukan puasa makan/minum.
Penyebab dari diare tipe ini antara lain karena efek enterotoksin pada infeksi Vibrio cholerae,
atau Escherichia coli, penyakit yang menghasilkan hormon (VIPoma), reseksi ileum (gangguan
absorbsi garam empedu), dan efek obat laksatif (dioctyl sodium sulfosuksinat, dll).2,3 Diare
infeksi : infeksi oleh bakteri merupakan penyebab tersering dari diare.
Dari sudut kelainan usus, diare oleh bakteri dibagi atas noninvasif (tidak merusak
mukosa) dan invasif (merusak mukosa). Bakteri noninvasif menyebabkan diare karena toksin
yang disekresi oleh bakteri tersebut, yang disebut diare toksigenik. Misalnya enterotoksin yang
dihasilkan oleh bakteri Vibrio cholerae/eltor, yang mana enterotoksin yang dihasilkan merupakan
protein yang dapat menempel pada epitel usus, yang kemudian membentuk adenosin monofosfat
siklik (AMF siklik) di dinding usus dan menyebabkan sekresi aktif anion klorida yang diikuti air,
ion bikarbonat, dan kation natrium serta kalium. Mekanisme absorbsi ion natrium melalui
mekanisme pompa natrium tidak terganggu karena itu keluarnya ion klorida (diikuti ion
bikarbonat, air, natrium, ion kalium) dapat dikompensasi oleh meningginya absorbsi ion natrium
(diiringi oleh air, ion kalium dan ion bikarbonat, klorida). Kompensai ini dapat dicapai dengan
pemberian larutan glukosa yang diabsorbsi secara aktif oleh dinding sel usus.2,3
2.2.4 Patogenesis
Yang berperan pada terjadinya diare terutama karena infeksi yaitu faktor pejamu (host) dan
faktor kausal (agent). Faktor pejamu adalah kemampuan tubuh untuk mempertahankan diri
terhadap organisme yang dapat menimbulkan diare akut, terdiri dari faktor-faktor daya tangkis
atau lingkungan internal saluran cerna (keasaman lambung, motilitas usus, imunitas, dan juga
lingkungan mikroflora usus). Faktor kausal yaitu daya penetrasi yang dapat merusak sel mukosa,
kemampuan memproduksi toksin yang dapat mempengaruhi sekresi cairan usus halus, serta daya
lekat kuman. Patogenesis diare karena infeksi bakteri atau parasit terdiri atas :2,3
1. Diare karena bakteri non-invasif (enterotoksigenik)
PATHWAYS
Faktor infeksi
Faktor malabsorbsi
Gangguan peristaltik
Endotoksin
Tekanan osmotik
Hiperperistaltik
Pergeseran cairan
dan elektrolit ke
sempat diserap
Hipoperistaltik
merusak mukosa
usus
lumen usus
Endotoksin berlebih
Hipersekresi cairan
dan elektrolit
Hiponatremia
Hipokalemi
2.2.6
Manifestasi Klinis
Infeksi usus menimbulkan tanda dan gejala gastrointestinal serta gejala lainya bila terjadi
diare, kram perut, dan muntah. Sedangkan manifestasi sistemik bervariasi tergantung pada
penyebabnya.6
Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja yang mengandung sejumlah ion natrium,
klorida dan bikarbonat. Kehilangan air dan elektrolit ini bertambah bila ada muntah dan
kehilangan air juga akan meningkat bila ada panas. Hal ini dapat menyebabkan dehidrasi,
asidosis metabolik, dan hipokalemia. Dehidrasi merupakan keadaan yang paling berbahaya
karena dapat menyebabkan hipovolemia, kolaps kardiovaskular dan kematian bila tidak diobati
dengan tepat. Dehidrasi yang terjadi menurut tonisitas plasma dapat berupa dehidrasi isotonik,
dehidrasi hipertonik (hipernatremik) atau dehidrasi hipotonik6.
Menurut derajat dehidrasinya bisa tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan sedang, dehidrasi
berat. Infeksi ekstraintestinal yang berkaitan dengan bakteri enterik patogen antara lain :
vulvovaginitis, infeksi saluran kemih, endokarditis, osteomielitis, meningitis, pneumonia,
hepatitis, peritonitis dan septik tromboplebitis. Gejala neurologik dari infeksi usus bisa berupa
parestesia (akibat makan ikan, kerang, monosodium glutamate), hipotoni dan kelemahan otot.6
Bila terdapat panas dimungkinkan karena proses peradangan atau akibat dehidrasi. Panas
badan umum terjadi pada penderita dengan inflammatory diare. Nyeri perut yang lebih hebat dan
tenesmus terjadi pada perut bagian bawah serta rektum yang menunjukan terkenanya usus besar.
Mual dan muntah adalah gejala yang nonspesifik akan tetapi muntah mungkin disebabkan oleh
karena mikroorganisme yang menginfeksi saluran cerna bagian atas seperti: enterik virus, bakteri
yang memproduksi enteroroksin, giardia, dan cryptosporidium.6
2.2.7
Diagnosis
berkurangnya jumlah buang air kecil dengan warna urin gelap, tidak mampu berkeringat, dan
perubahan ortostatik. Pada keadaan berat dapat mengarah ke gagal ginjal akut dan perubahan
status jiwa seperti kebingungan dan pusing kepala.2,4 Dehidrasi menurut keadaan klinisnya dapat
dibagi atas tiga tingkatan:
Dehidrasi ringan (hilang cairan 2 3% BB): gambaran klinisnya turgor kurang, suara
dalam presyok atau syok, nadi cepat, napas cepat dan dalam.
Dehidrasi berat (hilang cairan 8 10% BB): tanda dehidrasi sedang ditambah kesadaran
Keadaan umum
Baik,sadar
*Gelisah,rewel
*lesu,lunglai/tidak
Mata
Normal
Cekung
sadar
Air mata
Ada
Tidak ada
Sangat cekung
Basah
Kering
Kering
Rasa haus
Periksa:
kulit
Hasil pemeriksaan
Tanpa dehidrasi
banyak
*kembali lambat
Dehidrasi
lambat
Dehidrasi berat
ringan/sedang
atau
Terapi
Rencana terapi A
Rencana terapi C
3. Pemeriksaan penunjang
Pada pasien yang mengalami dehidrasi berat atau toksisitas berat atau diare berlangsung
lebih dari beberapa hari, diperlukan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaannya antara lain
pemeriksaan darah tepi lengkap (hemoglobin, hematokrit, leukosit, hitung jenis leukosit), kadar
elektrolit serum, ureum dan kreatinin, pemeriksaan tinja, pemeriksaan Enzym-linked
immunosorbent assay (ELISA) mendeteksi giardiasis dan tes serologi amebiasis, dan foto x-ray
abdomen. Pasien dengan diare karena virus, biasanya mempunyai jumlah dan hitung jenis
leukosit yang normal atau limfositosis.8
Pasien dengan infeksi bakteri terutama bakteri yang invasif ke mukosa, memiliki
leukositosis dengan kelebihan darah putih muda. Neutropenia dapat timbul pada salmonellosis.
Ureum dan kreatinin diperiksa untuk mengetahui adanya kekurangan volume cairan dan mineral
tubuh. Pemeriksaan tinja dilakukan untuk melihat adanya leukosit dalam tinja yang menunjukkan
adanya infeksi bakteri, adanya telur cacing dan parasit dewasa. Pasien yang telah mendapatkan
pengobatan antibiotik dalam tiga bulan sebelumnya atau yang mengalami diare di rumah sakit
sebaiknya diperiksa tinja untuk pengukuran toksin clostridium difficile. Rektoskopi atau
sigmoidoskopi perlu dipertimbangkan pada pasien-pasien yang toksik, pasien dengan diare
berdarah atau pasien dengan diare akut persisten. Pada sebagian besar pasien, sigmoidoskopi
mungkin adekuat sebagai pemeriksaan awal. Pada pasien dengan AIDS yang mengalami diare,
kolonoskopi dipertimbangkan karena kemungkinan penyebab infeksi atau limfoma di daerah
kolon kanan. Biopsi mukosa sebaiknya dilakukan juga jika mukosa terlihat inflamasi berat.2
2.2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan diare akut menurut WHO terdiri dari:
1) ORS (Oral Rehidration Solution)
Terapi terbaik pada pasien diare yang mengalami dehidrasi adalah ORS, misalnya oralit
osmolaritas rendah. Cairan diberikan 50 200 ml/kgBB/24 jam tergantung kebutuhan dan status
hidrasi. Bila dehidrasi sedang atau berat sebaiknya diberikan cairan intravena atau infus.
Sedangkan dehidrasi ringan/sedang diberikan cairan per oral atau selang nasogastrik, kecuali bila
ada kontraindikasi. Pemberian per oral diberikan larutan oralit yang hipotonik dengan komposisi
29 g glukosa, 3,5 g NaCl, 2,5 g Natrium bikarbonat, dan 1,5 g KCl setiap liter.4
Dehidrasi
Rehidrasi
Waktu
-
Cairan
Ringansedang
4 jam
Berat
4 jam
75 cc (
gelas)
oralit/kgBB
atau ad
libitum
sampai tandatanda
dehidrasi
hilang
IVFD RL
30cc/kg BB
7
tetes/kgBB/m
enit,
Oralit ad
libitum
segera setelah
anak bisa
minum
Tanpa
dehidrasi
Pencegahan
Dehidrasi
10-20
cc/kgBB /
tiap BAB,
Oralit
10-20
cc/kgBB /
tiap BAB,
Oralit
Makan
Minum
ASI
diteruskan.
Susu formula
diteruskan
dengan
mengurangi
makanan
berserat,
ekstra 1 porsi
Dapat
ditangguhkan
sampai anak
menjadi segar
10-20
cc/kgBB /
tiap BAB,
Oralit
Dapat
ditangguhkan
sampai anak
menjadi segar
2) Diet
Jika anak menyusui, coba untuk meningkatkan frekuensi dan durasi menyusuinya. Pasien
diare tidak dianjurkan puasa, kecuali jika muntah-muntah hebat. Hindarkan susu sapi.4
3) Zink
Zink merupakan mikronutrien yang penting untuk kesehatan dan perkembangan anak.
Melalui efeknya pada sistem imun dan fungsi intestinal, pemberian zink selama episode diare
akan menurunkan durasi dan parahnya diare.4,6
4) Antibiotik
Pemberian antibiotik tidak dianjurkan pada semua pasien. Antibiotik diberikan pada pasien
jika merupakan indikasinya, seperti pada pasien disentri.4
5) Edukasi
Pengetahuan yang baik seorang ibu sangat menentukan kesehatan anak. Edukasi yang
diberikan seperti cuci tangan sebelum memberi ASI, kebersihan payudara juga perlu
diperhatikan, kebersihan makanan termasuk sarana air bersih, kebersihan peralatan makanan, dan
lain-lain.4
Selain lima penatalaksanaan diare yang dianjurkan menurut WHO, beberapa randomized
controlled trials (RCT) dan meta-analisis menyatakan bahwa probiotik efektif untuk pencegahan
primer maupun sekunder serta untuk mengobati diare. Manfaat probiotik selain sebagai terapi
diare akut pada anak adalah untuk pencegahan dan terapi imflamatory bowel disease (IBD),
irritable bowel syndrome (IBS),malabsorpsi laktose, necrotizing enterocolitis, nonalcoholic fatty
liver disease, pencegahan infeksi sistemik, hepatic encepalopathy, alergi, eradikasi helicobacter
pylori, kanker kolon, dan penyakit kardiovaskuler.5
2.2.8
Komplikasi
Gangguan elektrolit
Hipernatremia
Penderita diare dengan natrium plasma>150 mmol/L memerlukan pemantauan berkala
yang ketat. Tujuanya adalah menurunkan kadar natrium secara perlahan-lahan.
Penurunan kadar natrium plasma yang cepat sangat berbahaya oleh karena dapat
menimbulkan edema otak. Rehidrasi oral atau nasogastrik menggunakan oralit adalah
cara terbaik dan paling aman.1,4
Hiponatremia
Anak dengan diare yang hanya minum air putih atau cairan yang hanya mengandung
sedikit garam, dapat terjadai hiponatremia ( Na<130 mmol/L). Hiponatremia sering
terjadi pada anak dengan Shigellosis dan pada anak malnutrisi berat dengan odema.
Oralit aman dan efekstif untuk terapi dari hamper semua anak dengan hiponatremi.1,4
-
Hiperkalemia
Disebut hiperkalemia jika K>5 mEq/L, koreksi dilakukan dengan pemberian kalsium
glukonas 10% 0,5-1 ml/kgBB i.v pelan-pelan dalam 5-10 menit dengan monitor detak
jantung. 1,4
Hipokalemia
Diakatakan hipokalemia bila K<3,5 mEq/L, koreksi dilakukan menuurut kadar K: jika
kalium 2,5-3,5 mEq/L diberikan peroral 75 mcg/kgBB/hr dibagi 3 dosis. Bila <2,5 mEq/L
maka diberikan secara intravena drip (tidak boleh bolus) diberikan dalam 4 jam.
Dosisnya: (3,5-kadar K terukurx BBx0,4 +2 mEq/kgBB/24 jam) diberikan dalam 4 jam
lemudian 20 jam berikutnya adalah (3,5-kadar K terukurx BBx 0,4+1/6x2 mEqxBB).
Hipokalemia dapat menyebakan kelemahan otot, paralitik usus, gangguan fungsi ginjal
dan aritmia jantung.Hipokalemia dapat dicegah dan kekurangan kalium dapat dikoreksi
dengan menggunakan makanan yang kaya kalium selama diare dan sesudah diare
berhenti. 1,4
Demam
Edema/overhidrasi
Asidosis metabolik
Ileus paralitik
Kejang
Muntah
2.2.9 Pencegahan
1
2.2.10 Prognosis
Bila kita menatalaksana diare sesuai dengan 5 pilar diare, sebagian besar (90%) kasus
diare pada anak akan sembuh dalam waktu kurang dari 7 hari, sebagian kecil (5%) akan
melanjut dan sembuh dalam kurang dari 7 hari, sebagian kecil (5%) akan menjadi diare
persisten.6
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 IDENTITAS
3.1.1 Identitas Pasien :
Nama Lengkap
: An. S.M
Jenis Kelamin
: perempuan
Umur
: 7 bulan
Agama
: Islam
Alamat
: Monjok, Mataram
: Anak kandung
MRS
: 06 September 2014
No. RM
: 54 62 56
3.1.2 IdentitasKeluarga
Ibu
Ayah
Nama
Ny. N
Tn. M
Umur
26
28
Pendidikan
S1
SMA
Pekerjaan
Guru
Wiraswasta
mengalami batuk maupun pilek. Frekuensi BAK pasien 4-5 kali per hari semenjak sakit. BAK
berwarna kuning jernih, tidak pekat, darah (-). Pasien juga tampak rewel dan air mata pasien saat
menangis hanya sedikit yang keluar.
Riwayat Pengobatan
Pasien pernah di bawa pergi berobat ke okter praktik swasta, diberi obat penurun panas
serta anti muntah. Obat tersebut diberikan sebanyak 2 kali pada hari itu. Ibu pasien tidak
mengingat nama obat. Di IGD pasien segera diberikan terapi cairan melalui jalur intravena.
Riwayat Penyakit Keluarga / Lingkunngan
Tidak ada dalam keluarga maupun lingkungan sekitar rumah pasien yang mengalami
mencret.
Riwayat keluarga (Ikhtisar keturunan)
Pasien merupakan anak pertama.
Pasie
n
melakukan ANC teratur di rumah sakit dan dokter praktik swasta. Ibu pasien tidak pernah
mengalami sakit berat selama hamil, tidak pernah mengalami demam tinggi saat hamil, dan tidak
pernah mengalami hipertensi. Ibu menyangkal mengkonsumsi obat-obatan, jamu-jamuan,
alkohol, dan rokok saat hamil.
Pasien lahir cukup bulan, secara spontan dipuskesmas, dibantu oleh bidan dengan berat
badan lahir 2700 gram, panjang badan lahir 53 cm. Pasien langsung menangis. Riwayat biru
setelah lahir disangkal ibu pasien, tubuh kuning tidak ada saat lahir. Riwayat demam tinggi,
sesak napas dan kejang selama persalinan disangkal.
Riwayat Nutrisi
Inisiasi menyusui dini dilakukan ibu pasien. Pasien saat ini sudah tidak diberikan ASI
sampai, pasien mendapat ASI ekslusif hingga usia 7 hari. Akibat kesibukan ibu, ibu kesulitan
menyusui sehingga air susu lama kelamaan tidak keluar. Dalam sehari psien apat menghabiskan
hingga 4 botol susu. Air yang digunakan untuk membuat susu adalah air kemasan. Pasien
memiliki 5 botol susu. Sebelum botol susu digunakan untuk membuat susu, botol terlebih dahulu
direbus di air mendidih selama 10 15 menit. Hal ini dilakukan untuk membersihkan botol.
Makanan pendamping ASI diberikan ibu pasien berupa bubur kemasan. Air yang digunakan
untuk membuat bubur juga berasal dari air mineral. Dalam sehari pasien makan bubur 3 kali
dengan menggunakan sendok teh dan piring kecil.
Motorik Halus
Bicara
Sosial
Pasien bisa
Pasien menatap
tegak tanpa
mainan disekitarnya.
berbicara ba-ba,
muka, tersenyum
menangis, dan
spontan (+),
seperti tertawa
mengamati
ditopang
tangannya (+)
Vaksinasi
A. Dasar
BCG: 1 kali
Hepatitis: 4 kali
Polio: 3 kali
DPT: 3 kali
Campak: -
B. Ulangan
Sosioekonomi
Keluarga pasien termasuk dalam sosial ekonomi menengah, penghasilan perbulan sekitar
Rp.2.000.000 Rp. 3.000.000. Pasien tinggal di daerah perkampungan yang jarak antar rumah
saling berdekatan. Penghuni rumah sebanyak 4 orang, rumah beratap genteng, lantai keramik,
ventilasi ruangan kurang, kamar mandi di dalam rumah, sumber air dari PDAM, memasak
dengan kompor gas. Ibu pasien tidak rajin membersihkan tangan pasien ketika pasien ingin
memasukkan tangannya ke mulut.
Status Present
KU
: Sedang
Kes
: Rewel
GCS
: E4V5M6
TD
: tidak dievaluasi
RR
: 45 x/mnt
Tax
: 38,1C
CRT
: < 2dtk
Status Gizi
BB
: 7000 gram
PB
: 71 cm
Edema : (-)
Status Gizi
o BB/PB = -2 s.d 0 SD (Gizi Baik)
o BB/U = 0 sd 2 SD (Gizi Baik)
o TB/U = 0 sd 1 SD (Normal)
Status Generalis
Kepala:
Bentuk
Mata
pupil (+), isokor(pupil kiri 3mm pupil kanan 3mm), edema palpebra (-/-)
Mulut
: Bibir sianosis (-), makroglosi (-), palatoschizis (-), mukosa bibir basah
(+)
THT
Leher
: Tanda radang (-), otorrhea (-), sekret hidung +/+, rinorrhea (-), NCH (-)
: Pembesaran KGB (-)
Thorax :
Abdomen :
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
: distensi (-)
: Bunyi usus (+) meningkat
: Supel, massa (-), hepar, lien dan ren tak teraba, turgor kulit kembali
lambat.
Perkusi
Ekstremitas:
Tungkai Atas
Kanan
Tungkai bawah
Kiri
Kanan
Kiri
Akral hangat
Edema
Pucat
Muscle wasting
Tonus otot
Kulit
Urogenital
: normal
Anal perianal
3.4 RESUME
Pasien perempuan, usia 7 bulan dikeluhkan mencret sejak 1 hari yang lalu, dengan
frekuensi buang BAB 8 kali perhari. Konsistensi BAB cair tanpa disertai ampas, berwarna
kuning, tanpa disertai darah maupun lendir. Setiap kali buang air besar volume kotoran yang
keluar setengah gelas air mineral ( 75 ml). Pasien juga mengalami demam 1 hari sebelum
mencret, demam terus menerus. Pasien juga sebelumnya mengalami muntah setiap diberikan
susu formula dengan frekuensi muntah 4 kali, saat ini pasien sudah tidak muntah lagi dan
terlihat kuat menyusui. Pasien tidak mengalami batuk maupun pilek. Frekuensi BAK pasien 45 kali per hari semenjak sakit. Pasien juga tampak rewel dan air mata pasien saat menangis
hanya sedikit yang keluar.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan nadi 140 kali/menit, pernapasan 45 kali/menit, suhu
38,1 oC. Pada pemeriksaan kepala-leher didapatkan UUB cekung, mata cowong (+/+). Pada
pemeriksaan abdomen didapatkan distensi (-), BU (+) meningkat, turgor kulit abdomen menurun.
3.5 DIAGNOSIS
Diare akut dengan dehidrasi ringan/sedang et causa suspect virus
3.6 RENCANA TERAPI
Planning Terapi :
- IVFD RL
Kebutuhan cairan : 100 cc x 7 kg = 700 cc/24 jam = 7 tetes per menit
- Zinc 1 tablet perhari selama minimal 10 hari (1 x 20 mg) per oral
- Parasetamol sirup bila demam (dosis: 10 15 mg/kgBB) = 70 mg
- Oralit 100 cc jika BAB cair atau muntah
Planning Diagnostik : Darah lengkap, elektrolit, feses lengkap
Planning Monitoring
- Observasi tanda vital
- Observasi tanda-tanda dehidrasi
- Observasi pemberian cairan intravena
06/09/2014
HB (g/dL)
11,0
HCT (%)
37.1
RBC (106/uL)
4,73
MCV (fl)
76.4
MCH (pg)
24.9
MCHC (g/dL)
31.8
WBC (103/uL)
10.87
PLT (103/uL)
359
3.8 PROGNOSIS
Dubia Ad Bonam
FOLLOW UP PASIEN
Hari/ tgl
06/09/201
4
S
BAB cair (+) 8 kali,
ampas (-), lendir (-),
darah (-), muntah (-),
demam (+), kuat
minum susu (+),
rewel (+), tampak
lemah (+)
07/09/201
4
O
KU :sedang
RR:
45
x/menit
HR:140
x/menit
Tax:38,10C
UUB cekung
Mata
cowong +/+
Air
mata
sedikit
Turgor kulit
menurun
Diare akut
dengan
dehidrasi
ringan/sedang
et causa
suspect virus
- IVFD RL
Kebutuhan cairan :
100 cc x 7 kg = 500
cc/24 jam = 7 tetes
per menit
-Zinc
1
tablet
perhari
selama
minimal 10 hari (1 x
20 mg) per oral
-Parasetamol sirup
bila demam (dosis:
10 15 mg/kgBB)
= 70 gr
-Oralit 100 cc jika
BAB
cair
atau
muntah
- Susu formula
diteruskan
KU :sedang
RR:
48
x/menit
HR:120
x/menit
Tax:37,90C
UUB
terbuka datar
Mata
cowong -/Air mata (+)
Turgor kulit
menurun
Diare akut
dengan
dehidrasi
ringan/sedang
et causa
suspect virus
- IVFD RL
Kebutuhan cairan :
100 cc x 7 kg = 500
cc/24 jam = 7 tetes
per menit
-Zinc
1
tablet
perhari
selama
minimal 10 hari (1 x
20 mg) per oral
-Parasetamol sirup
bila demam (dosis:
10 15 mg/kgBB)
= 70 gr
-Oralit 100 cc jika
BAB
cair
atau
muntah
- Susu formula
diteruskan
KU :sedang
RR:
32
x/menit
HR:110
x/menit
Tax:37,00C
UUB
terbuka datar
Mata
cowong -/Air mata (+)
Turgor kulit
membaik,
kembali
dengan cepat
Diare akut
dengan
dehidrasi
ringan/sedang
et causa
suspect virus
- IVFD RL
Kebutuhan cairan :
100 cc x 7 kg = 500
cc/24 jam = 7 tetes
per menit
-Zinc
1
tablet
perhari
selama
minimal 10 hari (1 x
20 mg) per oral
-Parasetamol sirup
bila demam (dosis:
10 15 mg/kgBB)
= 70 gr
-Oralit 100 cc jika
BAB
cair
atau
muntah
- Susu formula
DAFTAR PUSTAKA
1. Tim Adaptasi WHO-Indonesia. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit.
Jakarta : WHO, Depkes RI, IDAI. 2009
2. Weizman Z, Asli G, Alsheikh A. Effect of a Probiotic Infant Formula on Infections in Child
Care Centers: Comparison of Two Probiotic Agents. Pediatrics 2008; 115: 5-9.
3. Pudjiadi AH, et al, editor. Pedoman Pelayanan Medis Anak. Jilid 1, Cetakan I. Jakarta: Ikatan
Dokter Anak Indonesia : 2010
4. Gill H, Prasad J. Probiotics, immunomodulation, and health benefits. Adv Exp Med Biol
2008; 606: 423-54.
5. Sanz Y, Nadal I, Snchez E. Probiotics as drugs against human gastrointestinal infections.
Recent Pat Antiinfect Drug Discov 2007; 2: 148-56.
6. Subagyo B dan Santoso NB. Diare akut dalam Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi Jilid
1, Edisi 1. Jakarta: Badan penerbit UKK Gastroenterologi-Hepatologi IDAI. 2010:87-110.