Anda di halaman 1dari 24

RESPONSI KASUS

DIARE AKUT DENGAN DEHIDRASI RINGAN SEDANG

Oleh:
Baiq Noorma Yulindia
H1A 009 017

Pembimbing:
dr. Sukardi, Sp.A

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA


DI BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN ANAK
RSU PROVINSI NTB
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
2014

BAB I
PENDAHULUAN

I.I Pendahuluan
Diare merupakan suatu penyakit dengan frekuensi kedua terbanyak di seluruh dunia
setelah infeksi saluran pernafasan akut (ISPA). Perkiraan para peneliti, penyakit diare ditemukan
sekitar satu milyar kasus pertahun dan merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas
anak-anak di Asia, Afrika, dan Amerika Latin. Hasil survei Program Pemberantasan (P2) Diare di
Indonesia menyebutkan bahwa angka kesakitan diare di Indonesia pada tahun 2000 sebesar 301
per 1000 penduduk dengan episode diare balita adalah 1,0 1,5 kali per tahun. Tahun 2003
angka kesakitan penyakit ini meningkat menjadi 374 per 1000 penduduk dan merupakan
penyakit dengan frekuensi KLB (Kejadian Luar Biasa) kedua tertinggi setelah DBD (Demam
Berdarah Dengue). Survei Departemen Kesehatan pada tahun 2003 mendapatkan bahwa
penyakit diare menjadi penyebab kematian nomor dua pada balita, nomor tiga pada bayi, dan
nomor lima pada semua umur.1,2
Diare adalah buang air besar (defekasi) encer lebih dari 3 kali per hari. Buang air besar
encer tersebut dapat atau tanpa disertai lendir dan darah. Diare akut merupakan diare yang
berlangsung kurang dari 15 hari. Diare akut disebabkan oleh banyak penyebab antara lain infeksi
(bakteri, parasit, virus), keracunan makanan, efek obat-obatan, dan lain-lain. Diare dapat
disebabkan oleh satu atau lebih patofiologi, antara lain : 1). Osmolaritas intraluminal yang
meninggi, disebut diare osmotik ; 2). Sekresi cairan dan elektrolit meninggi, disebut diare
sekretorik ; 3). Infeksi dinding usus, disebut diare infeksi ; dan lain-lain. Yang berperan pada
terjadinya diare akut terutama karena infeksi yaitu faktor kausal (agent) dan faktor pejamu
(host).3 Diagnosis diare akut ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Dehidrasi perlu diwaspadai karena merupakan salah satu penyebab
kematian pada pasien diare. Penentuan derajat dehidrasi sangat perlu dilakukan untuk
menentukan seberapa besar terapi cairan yang diberikan.2,3
Penatalaksanaan diare akut menurut WHO terdiri dari rehidrasi (cairan oralit osmolaritas
rendah), diet, zink, antibiotik selektif (sesuai indikasi), dan edukasi kepada orang tua pasien.

Selain itu, beberapa randomized controlled trials (RCT) dan metaanalisis menyatakan bahwa
probiotik efektif untuk pencegahan primer maupun sekunder serta untuk mengobati diare.
Mekanismenya secara singkat yaitu dengan meningkatkan kolonisasi bakteri probiotik di dalam
lumen saluran cerna, sehingga seluruh epitel mukosa usus telah diduduki oleh bakteri probiotik
melalui reseptor dalam sel epitel usus, sehingga tidak terdapat tempat lagi untuk bakteri patogen
untuk melekatkan diri pada sel epitel usus dan akhirnya kolonisasi bakteri patogen tidak terjadi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Definisi
Diare adalah buang air besar atau defekasi dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair
(setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200
ml/24 jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali
per hari. Buang air besar encer tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah. Diare akut yaitu
diare yang berlangsung kurang dari 15 hari. Sedangkan menurut world gastroenterology
organisation global guidelines 2005, diare akut didefinisikan sebagai pasase tinja yang
cair/lembek dengan jumlah lebih banyak dari normal, berlangsung kurang dari 14 hari.2
2.2.1 Etiologi Diare Akut
Diare akut disebabkan oleh banyak penyebab antara lain infeksi (bakteri, parasit, virus),
keracunan makanan, efek obat-obatan, dan lain-lain.2

Disamping itu penyebab diare noninfeksi yang dapat menimbulkan diare pada anak antara lain:,
Kesulitan makanan

Defek anatomis
Malrotasi
Penyakit Hirchsprung
Short Bowel Syndrome
Atrofi mikrovilli
Striktur

Malabsorbsi
Defesiensi disakaridase
Malabsorbsi glukosa dan galaktosa
Cystic fibrosis
Cholestosis
Penyakit celiac
Endokrinopati
Thyrotoksikosis
Penyakit Addison
Sindroma Androgenital

Neoplasma
Neuroblastoma
Phaeochromocytoma
Sindroma Zollinger Ellison
Lain-lain:
Infeksi non gastrointestinal
Alergi susu sapi
Penyakit Crohn
Defisiensi imun
Colitis ulserosa
Ganguan motilitas usus
Pellagra
Keracunan makanan
logam berat
Mushrooms

2.2.2 Patofisiologi
Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofiologi, antara lain : 1). Osmolaritas
intraluminal yang meninggi, disebut diare osmotik ; 2). Sekresi cairan dan elektrolit meninggi,
disebut diare sekretorik ; 3). Infeksi dinding usus, disebut diare infeksi ; 4). Malabsorbsi asam
empedu ; 5). Defek sistem pertukaran anion/transport elektrolit aktif di enterosit ; 6). Motilitas
dan waktu transit usus abnormal ; 7). Gangguan permeabilitas usus ; 8).inflamasi dinding usus,
disebut diare inflamatorik.2.3
Diare osmotik : diare tipe ini disebabkan oleh peningkatan tekanan osmotic intralumen
usus halus yang disebabkan oleh obat-obatan atau zat kimia yang hiperosmotik (MgSO4,
Mg(OH)2, malabsorbsi umum, dan defek dalam absorbsi mukosa

usus misal pada defisiensi disararidase, malabsorbsi glukosa/galaktosa.2,3 Diare sekretorik : diare
tipe ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi air maupun elektrolit dari usus, menurunnya
absorbsi. Yang khas pada diare ini yaitu secara klinis ditemukan diare dengan volume tinja yang
banyak sekali. Diare tipe ini akan tetap berlangsung walaupun dilakukan puasa makan/minum.
Penyebab dari diare tipe ini antara lain karena efek enterotoksin pada infeksi Vibrio cholerae,
atau Escherichia coli, penyakit yang menghasilkan hormon (VIPoma), reseksi ileum (gangguan
absorbsi garam empedu), dan efek obat laksatif (dioctyl sodium sulfosuksinat, dll).2,3 Diare
infeksi : infeksi oleh bakteri merupakan penyebab tersering dari diare.
Dari sudut kelainan usus, diare oleh bakteri dibagi atas noninvasif (tidak merusak
mukosa) dan invasif (merusak mukosa). Bakteri noninvasif menyebabkan diare karena toksin
yang disekresi oleh bakteri tersebut, yang disebut diare toksigenik. Misalnya enterotoksin yang
dihasilkan oleh bakteri Vibrio cholerae/eltor, yang mana enterotoksin yang dihasilkan merupakan
protein yang dapat menempel pada epitel usus, yang kemudian membentuk adenosin monofosfat
siklik (AMF siklik) di dinding usus dan menyebabkan sekresi aktif anion klorida yang diikuti air,
ion bikarbonat, dan kation natrium serta kalium. Mekanisme absorbsi ion natrium melalui
mekanisme pompa natrium tidak terganggu karena itu keluarnya ion klorida (diikuti ion
bikarbonat, air, natrium, ion kalium) dapat dikompensasi oleh meningginya absorbsi ion natrium
(diiringi oleh air, ion kalium dan ion bikarbonat, klorida). Kompensai ini dapat dicapai dengan
pemberian larutan glukosa yang diabsorbsi secara aktif oleh dinding sel usus.2,3
2.2.4 Patogenesis
Yang berperan pada terjadinya diare terutama karena infeksi yaitu faktor pejamu (host) dan
faktor kausal (agent). Faktor pejamu adalah kemampuan tubuh untuk mempertahankan diri
terhadap organisme yang dapat menimbulkan diare akut, terdiri dari faktor-faktor daya tangkis
atau lingkungan internal saluran cerna (keasaman lambung, motilitas usus, imunitas, dan juga
lingkungan mikroflora usus). Faktor kausal yaitu daya penetrasi yang dapat merusak sel mukosa,
kemampuan memproduksi toksin yang dapat mempengaruhi sekresi cairan usus halus, serta daya
lekat kuman. Patogenesis diare karena infeksi bakteri atau parasit terdiri atas :2,3
1. Diare karena bakteri non-invasif (enterotoksigenik)

2. Diare karena bakteri/parasit invasif (enteroinvasif), antara lain enteroinvasif E.Coli


(EIEC), shigella, dll. Diare disebabkan karena kerusakan dinding ususberupa nekrosis
dan ulserasi. Sifat diarenya sekretorik eksudatif, cairan diarenya dapat tercamput lendir
atau darah. Penyebab parasit yang sering yaitu E. Histolitika dan G. Lamblia.
2.2.5

PATHWAYS

Faktor infeksi

Faktor malabsorbsi

Gangguan peristaltik

Endotoksin

Tekanan osmotik

Hiperperistaltik

Pergeseran cairan

Makanan tidak Pertumbuhan bakteri

dan elektrolit ke

sempat diserap

Hipoperistaltik

merusak mukosa
usus

lumen usus

Endotoksin berlebih
Hipersekresi cairan
dan elektrolit

Isi lumen usus


Rangsangan pengeluaran
Hiperperistaltik
Diare
Gangguan keseimbangan cairan

Gangguan keseimbangan elektrolit

Kurang volume cairan (dehidrasi)

Hiponatremia
Hipokalemi

Pusing, lemah, letih, sinkope, anoreksia,

Penurunan klorida serum

mual, muntah, haus, oliguri, turgor kulit


kurang, mukosa mulut kering, mata dan

Hipotensi postural, kulit dingin, ubun-ubun

cekung, peningkatan suhu tubuh,

tremor , kejang, peka rangsang, jantung

penurunan berat badan

cepat dan lemah

2.2.6

Manifestasi Klinis
Infeksi usus menimbulkan tanda dan gejala gastrointestinal serta gejala lainya bila terjadi

komplikasi ekstraintestinal termasuk manifestasi neurologik. Gejala gastrointestinal bisa berupa

diare, kram perut, dan muntah. Sedangkan manifestasi sistemik bervariasi tergantung pada
penyebabnya.6
Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja yang mengandung sejumlah ion natrium,
klorida dan bikarbonat. Kehilangan air dan elektrolit ini bertambah bila ada muntah dan
kehilangan air juga akan meningkat bila ada panas. Hal ini dapat menyebabkan dehidrasi,
asidosis metabolik, dan hipokalemia. Dehidrasi merupakan keadaan yang paling berbahaya
karena dapat menyebabkan hipovolemia, kolaps kardiovaskular dan kematian bila tidak diobati
dengan tepat. Dehidrasi yang terjadi menurut tonisitas plasma dapat berupa dehidrasi isotonik,
dehidrasi hipertonik (hipernatremik) atau dehidrasi hipotonik6.
Menurut derajat dehidrasinya bisa tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan sedang, dehidrasi
berat. Infeksi ekstraintestinal yang berkaitan dengan bakteri enterik patogen antara lain :
vulvovaginitis, infeksi saluran kemih, endokarditis, osteomielitis, meningitis, pneumonia,
hepatitis, peritonitis dan septik tromboplebitis. Gejala neurologik dari infeksi usus bisa berupa
parestesia (akibat makan ikan, kerang, monosodium glutamate), hipotoni dan kelemahan otot.6
Bila terdapat panas dimungkinkan karena proses peradangan atau akibat dehidrasi. Panas
badan umum terjadi pada penderita dengan inflammatory diare. Nyeri perut yang lebih hebat dan
tenesmus terjadi pada perut bagian bawah serta rektum yang menunjukan terkenanya usus besar.
Mual dan muntah adalah gejala yang nonspesifik akan tetapi muntah mungkin disebabkan oleh
karena mikroorganisme yang menginfeksi saluran cerna bagian atas seperti: enterik virus, bakteri
yang memproduksi enteroroksin, giardia, dan cryptosporidium.6
2.2.7

Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan


penunjang2,4
1. Anamnesis
Pasien dengan diare akut datang dengan berbagai gejala klinik tergantung pada penyebab
penyakit dasarnya. Keluhan yang terpenting adalah buang air besar dengan bentuk tinja cair atau
encer 3 kali atau lebih dalam 24 jam. Keluhan diarenya berlangsung kurang dari 15 hari.
Dehidrasi dapat timbul jika diare berat dan asupan oral terbatas karena nausea dan muntah,
terutama pada anak kecil. Dehidrasi dapat bermanifestasi sebagai rasa haus yang meningkat,

berkurangnya jumlah buang air kecil dengan warna urin gelap, tidak mampu berkeringat, dan
perubahan ortostatik. Pada keadaan berat dapat mengarah ke gagal ginjal akut dan perubahan
status jiwa seperti kebingungan dan pusing kepala.2,4 Dehidrasi menurut keadaan klinisnya dapat
dibagi atas tiga tingkatan:

Dehidrasi ringan (hilang cairan 2 3% BB): gambaran klinisnya turgor kurang, suara

serak, pasien belum jatuh dalam presyok.


Dehidrasi sedang (hilang cairan 5 8% BB): turgor buruk, suara serak, pasien jatuh

dalam presyok atau syok, nadi cepat, napas cepat dan dalam.
Dehidrasi berat (hilang cairan 8 10% BB): tanda dehidrasi sedang ditambah kesadaran

menurun (apatis sampai koma), otot-otot kaku, sianosis.


2. Pemeriksaan fisik
Kelainan-kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan fisik sangat berguna dalam
menentukan beratnya diare dari pada menentukan penyebab diare. Status volume dinilai dengan
memperhatikan perubahan ortostatik pada tekanan darah dan nadi, temperature tubuh, dan tanda
toksisitas. Pemeriksaan abdomen yang seksama merupakan hal yang penting. Adanya dan
kualitas bunyi usus dan adanya atau tidak adanya distensi abdomen dan nyeri tekan merupakan
clue bagi penentuan etiologi.2
Penilaian
Lihat:

Keadaan umum

Baik,sadar

*Gelisah,rewel

*lesu,lunglai/tidak

Mata

Normal

Cekung

sadar

Air mata

Ada

Tidak ada

Sangat cekung

Mulut dan lidah

Basah

Kering

Kering

Rasa haus

Minum biasa,tidak *haus ingin minum Sangat kering


haus

Periksa:

turgor Kembali cepat

kulit
Hasil pemeriksaan

Tanpa dehidrasi

banyak

*malas minum atau

*kembali lambat

tidak bisa minum


*kembali
sangat

Dehidrasi

lambat
Dehidrasi berat

ringan/sedang

Bila ada 1 tanda*

Bila ada 1 tanda* ditambah


ditambah

atau lebih tanda lain

atau

Terapi

Rencana terapi A

lebih tanda lain


Rencana terapi B

Rencana terapi C

3. Pemeriksaan penunjang
Pada pasien yang mengalami dehidrasi berat atau toksisitas berat atau diare berlangsung
lebih dari beberapa hari, diperlukan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaannya antara lain
pemeriksaan darah tepi lengkap (hemoglobin, hematokrit, leukosit, hitung jenis leukosit), kadar
elektrolit serum, ureum dan kreatinin, pemeriksaan tinja, pemeriksaan Enzym-linked
immunosorbent assay (ELISA) mendeteksi giardiasis dan tes serologi amebiasis, dan foto x-ray
abdomen. Pasien dengan diare karena virus, biasanya mempunyai jumlah dan hitung jenis
leukosit yang normal atau limfositosis.8
Pasien dengan infeksi bakteri terutama bakteri yang invasif ke mukosa, memiliki
leukositosis dengan kelebihan darah putih muda. Neutropenia dapat timbul pada salmonellosis.
Ureum dan kreatinin diperiksa untuk mengetahui adanya kekurangan volume cairan dan mineral
tubuh. Pemeriksaan tinja dilakukan untuk melihat adanya leukosit dalam tinja yang menunjukkan
adanya infeksi bakteri, adanya telur cacing dan parasit dewasa. Pasien yang telah mendapatkan
pengobatan antibiotik dalam tiga bulan sebelumnya atau yang mengalami diare di rumah sakit
sebaiknya diperiksa tinja untuk pengukuran toksin clostridium difficile. Rektoskopi atau
sigmoidoskopi perlu dipertimbangkan pada pasien-pasien yang toksik, pasien dengan diare
berdarah atau pasien dengan diare akut persisten. Pada sebagian besar pasien, sigmoidoskopi
mungkin adekuat sebagai pemeriksaan awal. Pada pasien dengan AIDS yang mengalami diare,
kolonoskopi dipertimbangkan karena kemungkinan penyebab infeksi atau limfoma di daerah
kolon kanan. Biopsi mukosa sebaiknya dilakukan juga jika mukosa terlihat inflamasi berat.2
2.2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan diare akut menurut WHO terdiri dari:
1) ORS (Oral Rehidration Solution)
Terapi terbaik pada pasien diare yang mengalami dehidrasi adalah ORS, misalnya oralit
osmolaritas rendah. Cairan diberikan 50 200 ml/kgBB/24 jam tergantung kebutuhan dan status
hidrasi. Bila dehidrasi sedang atau berat sebaiknya diberikan cairan intravena atau infus.
Sedangkan dehidrasi ringan/sedang diberikan cairan per oral atau selang nasogastrik, kecuali bila

ada kontraindikasi. Pemberian per oral diberikan larutan oralit yang hipotonik dengan komposisi
29 g glukosa, 3,5 g NaCl, 2,5 g Natrium bikarbonat, dan 1,5 g KCl setiap liter.4
Dehidrasi

Rehidrasi
Waktu
-

Cairan

Ringansedang

4 jam

Berat

4 jam

75 cc (
gelas)
oralit/kgBB
atau ad
libitum
sampai tandatanda
dehidrasi
hilang
IVFD RL
30cc/kg BB
7
tetes/kgBB/m
enit,
Oralit ad
libitum
segera setelah
anak bisa
minum

Tanpa
dehidrasi

Pencegahan
Dehidrasi
10-20
cc/kgBB /
tiap BAB,
Oralit

10-20
cc/kgBB /
tiap BAB,
Oralit

Makan
Minum
ASI
diteruskan.
Susu formula
diteruskan
dengan
mengurangi
makanan
berserat,
ekstra 1 porsi
Dapat
ditangguhkan
sampai anak
menjadi segar

10-20
cc/kgBB /
tiap BAB,
Oralit

Dapat
ditangguhkan
sampai anak
menjadi segar

Monitoring dilakukan tiap 1 jam


Setelah
Sesuai terapi penderita tanpa dehidrasi
rehidrasi

2) Diet
Jika anak menyusui, coba untuk meningkatkan frekuensi dan durasi menyusuinya. Pasien
diare tidak dianjurkan puasa, kecuali jika muntah-muntah hebat. Hindarkan susu sapi.4
3) Zink

Zink merupakan mikronutrien yang penting untuk kesehatan dan perkembangan anak.
Melalui efeknya pada sistem imun dan fungsi intestinal, pemberian zink selama episode diare
akan menurunkan durasi dan parahnya diare.4,6
4) Antibiotik
Pemberian antibiotik tidak dianjurkan pada semua pasien. Antibiotik diberikan pada pasien
jika merupakan indikasinya, seperti pada pasien disentri.4
5) Edukasi
Pengetahuan yang baik seorang ibu sangat menentukan kesehatan anak. Edukasi yang
diberikan seperti cuci tangan sebelum memberi ASI, kebersihan payudara juga perlu
diperhatikan, kebersihan makanan termasuk sarana air bersih, kebersihan peralatan makanan, dan
lain-lain.4
Selain lima penatalaksanaan diare yang dianjurkan menurut WHO, beberapa randomized
controlled trials (RCT) dan meta-analisis menyatakan bahwa probiotik efektif untuk pencegahan
primer maupun sekunder serta untuk mengobati diare. Manfaat probiotik selain sebagai terapi
diare akut pada anak adalah untuk pencegahan dan terapi imflamatory bowel disease (IBD),
irritable bowel syndrome (IBS),malabsorpsi laktose, necrotizing enterocolitis, nonalcoholic fatty
liver disease, pencegahan infeksi sistemik, hepatic encepalopathy, alergi, eradikasi helicobacter
pylori, kanker kolon, dan penyakit kardiovaskuler.5
2.2.8

Komplikasi

Gangguan elektrolit

Hipernatremia
Penderita diare dengan natrium plasma>150 mmol/L memerlukan pemantauan berkala
yang ketat. Tujuanya adalah menurunkan kadar natrium secara perlahan-lahan.
Penurunan kadar natrium plasma yang cepat sangat berbahaya oleh karena dapat
menimbulkan edema otak. Rehidrasi oral atau nasogastrik menggunakan oralit adalah
cara terbaik dan paling aman.1,4

Hiponatremia
Anak dengan diare yang hanya minum air putih atau cairan yang hanya mengandung
sedikit garam, dapat terjadai hiponatremia ( Na<130 mmol/L). Hiponatremia sering

terjadi pada anak dengan Shigellosis dan pada anak malnutrisi berat dengan odema.
Oralit aman dan efekstif untuk terapi dari hamper semua anak dengan hiponatremi.1,4
-

Hiperkalemia
Disebut hiperkalemia jika K>5 mEq/L, koreksi dilakukan dengan pemberian kalsium
glukonas 10% 0,5-1 ml/kgBB i.v pelan-pelan dalam 5-10 menit dengan monitor detak
jantung. 1,4

Hipokalemia
Diakatakan hipokalemia bila K<3,5 mEq/L, koreksi dilakukan menuurut kadar K: jika
kalium 2,5-3,5 mEq/L diberikan peroral 75 mcg/kgBB/hr dibagi 3 dosis. Bila <2,5 mEq/L
maka diberikan secara intravena drip (tidak boleh bolus) diberikan dalam 4 jam.
Dosisnya: (3,5-kadar K terukurx BBx0,4 +2 mEq/kgBB/24 jam) diberikan dalam 4 jam
lemudian 20 jam berikutnya adalah (3,5-kadar K terukurx BBx 0,4+1/6x2 mEqxBB).
Hipokalemia dapat menyebakan kelemahan otot, paralitik usus, gangguan fungsi ginjal
dan aritmia jantung.Hipokalemia dapat dicegah dan kekurangan kalium dapat dikoreksi
dengan menggunakan makanan yang kaya kalium selama diare dan sesudah diare
berhenti. 1,4

Demam

Edema/overhidrasi

Asidosis metabolik

Ileus paralitik

Kejang

Malabsorbsi dan intoleransi laktosa

Muntah

2.2.9 Pencegahan
1

Mencegah penyebaran kuman patogen penyebab diare

Memperbaiki daya tahan tubuh pejamu

2.2.10 Prognosis
Bila kita menatalaksana diare sesuai dengan 5 pilar diare, sebagian besar (90%) kasus
diare pada anak akan sembuh dalam waktu kurang dari 7 hari, sebagian kecil (5%) akan
melanjut dan sembuh dalam kurang dari 7 hari, sebagian kecil (5%) akan menjadi diare
persisten.6

BAB III
LAPORAN KASUS

3.1 IDENTITAS
3.1.1 Identitas Pasien :
Nama Lengkap

: An. S.M

Jenis Kelamin

: perempuan

Umur

: 7 bulan

Agama

: Islam

Alamat

: Monjok, Mataram

Status dalam keluarga

: Anak kandung

MRS

: 06 September 2014

No. RM

: 54 62 56

3.1.2 IdentitasKeluarga
Ibu

Ayah

Nama

Ny. N

Tn. M

Umur

26

28

Pendidikan

S1

SMA

Pekerjaan

Guru

Wiraswasta

3.2 ANAMNESIS (Tanggal 06 September 2014, diberitahu oleh Ibu pasien)


Keluhan Utama : mencret
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke IGD RSUP NTB dengan kondisi sadar dikeluhkan mencret sejak 1 hari
yang lalu, frekuensi mencret 8 kali, saat ini pasien mengalami mencret 6 kali perhari, konsistensi
cair, tidak berampas, warna kekuningan, tidak terdapat lendir, dan tidak ada darah Setiap kali
buang air besar volume kotoran yang keluar setengah gelas air mineral ( 75 ml). Pasien juga
sebelumnya mengalami muntah setiap diberikan susu formula dengan frekuensi muntah 4 kali,
saat ini pasien sudah tidak muntah lagi saat diberi susu dan terlihat kuat menyusui. Pasien juga
dikeluhkan mengalami demam terlebih dahulu 1 hari sebelum mengalami mencret. Demam
terjadi secara tiba-tiba dan naik secara terus menerus, setelah diberikan obat penurun panas
demam dapat turun dan demam tidak sampai menyebabkan pasien kejang. Pasien tidak

mengalami batuk maupun pilek. Frekuensi BAK pasien 4-5 kali per hari semenjak sakit. BAK
berwarna kuning jernih, tidak pekat, darah (-). Pasien juga tampak rewel dan air mata pasien saat
menangis hanya sedikit yang keluar.

Riwayat Penyakit Sebelumnya


-

Pasien tidak pernah mengalami mencret sebelumnya.


Pasien pernah mengalami demam sebelumnya saat usia 4 bulan.
Pasien pernah mengalami batuk maupun pilek sebelumnya saat usia 4 bulan
Riwayat alergi : pasien tidak pernah dikeluhkan muncul bentol bentol, kemerahan di
kulit, sesak setelah mengkonsumsi obat atau makanan tertentu

Riwayat Pengobatan
Pasien pernah di bawa pergi berobat ke okter praktik swasta, diberi obat penurun panas
serta anti muntah. Obat tersebut diberikan sebanyak 2 kali pada hari itu. Ibu pasien tidak
mengingat nama obat. Di IGD pasien segera diberikan terapi cairan melalui jalur intravena.
Riwayat Penyakit Keluarga / Lingkunngan
Tidak ada dalam keluarga maupun lingkungan sekitar rumah pasien yang mengalami
mencret.
Riwayat keluarga (Ikhtisar keturunan)
Pasien merupakan anak pertama.

Pasie
n

Riwayat Pribadi dan Sosial

Riwayat Kehamilan dan Persalinan


Pasien merupakan anak pertama pada kehamilan pertama bagi ibu pasien. Ibu pasien

melakukan ANC teratur di rumah sakit dan dokter praktik swasta. Ibu pasien tidak pernah
mengalami sakit berat selama hamil, tidak pernah mengalami demam tinggi saat hamil, dan tidak
pernah mengalami hipertensi. Ibu menyangkal mengkonsumsi obat-obatan, jamu-jamuan,
alkohol, dan rokok saat hamil.

Pasien lahir cukup bulan, secara spontan dipuskesmas, dibantu oleh bidan dengan berat
badan lahir 2700 gram, panjang badan lahir 53 cm. Pasien langsung menangis. Riwayat biru
setelah lahir disangkal ibu pasien, tubuh kuning tidak ada saat lahir. Riwayat demam tinggi,
sesak napas dan kejang selama persalinan disangkal.

Riwayat Nutrisi
Inisiasi menyusui dini dilakukan ibu pasien. Pasien saat ini sudah tidak diberikan ASI

sampai, pasien mendapat ASI ekslusif hingga usia 7 hari. Akibat kesibukan ibu, ibu kesulitan
menyusui sehingga air susu lama kelamaan tidak keluar. Dalam sehari psien apat menghabiskan
hingga 4 botol susu. Air yang digunakan untuk membuat susu adalah air kemasan. Pasien
memiliki 5 botol susu. Sebelum botol susu digunakan untuk membuat susu, botol terlebih dahulu
direbus di air mendidih selama 10 15 menit. Hal ini dilakukan untuk membersihkan botol.
Makanan pendamping ASI diberikan ibu pasien berupa bubur kemasan. Air yang digunakan
untuk membuat bubur juga berasal dari air mineral. Dalam sehari pasien makan bubur 3 kali
dengan menggunakan sendok teh dan piring kecil.

Riwayat Tumbuh Kembang


Motorik Kasar

Motorik Halus

Bicara

Sosial

Pasien bisa duduk

Pasien bisa meraih

Pasien bisa

Pasien menatap

tegak tanpa

mainan disekitarnya.

berbicara ba-ba,

muka, tersenyum

menangis, dan

spontan (+),

seperti tertawa

mengamati

ditopang

tangannya (+)

Vaksinasi
A. Dasar
BCG: 1 kali
Hepatitis: 4 kali
Polio: 3 kali
DPT: 3 kali
Campak: -

B. Ulangan

Sosioekonomi
Keluarga pasien termasuk dalam sosial ekonomi menengah, penghasilan perbulan sekitar

Rp.2.000.000 Rp. 3.000.000. Pasien tinggal di daerah perkampungan yang jarak antar rumah
saling berdekatan. Penghuni rumah sebanyak 4 orang, rumah beratap genteng, lantai keramik,
ventilasi ruangan kurang, kamar mandi di dalam rumah, sumber air dari PDAM, memasak
dengan kompor gas. Ibu pasien tidak rajin membersihkan tangan pasien ketika pasien ingin
memasukkan tangannya ke mulut.

3.3 PEMERIKSAAN FISIK

Status Present

KU

: Sedang

Kes

: Rewel

GCS

: E4V5M6

TD

: tidak dievaluasi

: 140 x/mnt, teratur, kuat angkat

RR

: 45 x/mnt

Tax

: 38,1C

CRT

: < 2dtk

Status Gizi
BB

: 7000 gram

PB

: 71 cm

Edema : (-)
Status Gizi
o BB/PB = -2 s.d 0 SD (Gizi Baik)
o BB/U = 0 sd 2 SD (Gizi Baik)
o TB/U = 0 sd 1 SD (Normal)

Status Generalis

Kepala:

Bentuk
Mata

pupil (+), isokor(pupil kiri 3mm pupil kanan 3mm), edema palpebra (-/-)
Mulut
: Bibir sianosis (-), makroglosi (-), palatoschizis (-), mukosa bibir basah

(+)
THT
Leher

: Normocephalic, UUB cekung, old face (-)


: Konjungtiva anemis(-/-), sklera ikterik (-/-), mata cowong (+/+), Refleks

: Tanda radang (-), otorrhea (-), sekret hidung +/+, rinorrhea (-), NCH (-)
: Pembesaran KGB (-)

Thorax :

Inspeksi : Simetris, retraksi dinding dada (-/-),


Palpasi
: Pergerakan dinding dada simetris
Auskultasi :
Pulmo : bronkovesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Cor

: S1S2 tunggal, reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen :

Inspeksi
Auskultasi
Palpasi

: distensi (-)
: Bunyi usus (+) meningkat
: Supel, massa (-), hepar, lien dan ren tak teraba, turgor kulit kembali

lambat.

Perkusi

: timpani (+) pada seluruh lapang abdomen.

Ekstremitas:
Tungkai Atas
Kanan

Tungkai bawah

Kiri

Kanan

Kiri

Akral hangat

Edema

Pucat

Muscle wasting

Tonus otot

Kulit

: kering (-), kasar (-), ikterik (-)

Urogenital

: normal

Anal perianal

: baggy pants (-), tanda radang (-)

3.4 RESUME
Pasien perempuan, usia 7 bulan dikeluhkan mencret sejak 1 hari yang lalu, dengan
frekuensi buang BAB 8 kali perhari. Konsistensi BAB cair tanpa disertai ampas, berwarna
kuning, tanpa disertai darah maupun lendir. Setiap kali buang air besar volume kotoran yang
keluar setengah gelas air mineral ( 75 ml). Pasien juga mengalami demam 1 hari sebelum
mencret, demam terus menerus. Pasien juga sebelumnya mengalami muntah setiap diberikan
susu formula dengan frekuensi muntah 4 kali, saat ini pasien sudah tidak muntah lagi dan
terlihat kuat menyusui. Pasien tidak mengalami batuk maupun pilek. Frekuensi BAK pasien 45 kali per hari semenjak sakit. Pasien juga tampak rewel dan air mata pasien saat menangis
hanya sedikit yang keluar.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan nadi 140 kali/menit, pernapasan 45 kali/menit, suhu
38,1 oC. Pada pemeriksaan kepala-leher didapatkan UUB cekung, mata cowong (+/+). Pada
pemeriksaan abdomen didapatkan distensi (-), BU (+) meningkat, turgor kulit abdomen menurun.

3.5 DIAGNOSIS
Diare akut dengan dehidrasi ringan/sedang et causa suspect virus
3.6 RENCANA TERAPI
Planning Terapi :
- IVFD RL
Kebutuhan cairan : 100 cc x 7 kg = 700 cc/24 jam = 7 tetes per menit
- Zinc 1 tablet perhari selama minimal 10 hari (1 x 20 mg) per oral
- Parasetamol sirup bila demam (dosis: 10 15 mg/kgBB) = 70 mg
- Oralit 100 cc jika BAB cair atau muntah
Planning Diagnostik : Darah lengkap, elektrolit, feses lengkap
Planning Monitoring
- Observasi tanda vital
- Observasi tanda-tanda dehidrasi
- Observasi pemberian cairan intravena

Timbang berat badan tiap hari

3.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG


a. Darah Lengkap
Parameter

06/09/2014

HB (g/dL)

11,0

HCT (%)

37.1

RBC (106/uL)

4,73

MCV (fl)

76.4

MCH (pg)

24.9

MCHC (g/dL)

31.8

WBC (103/uL)

10.87

PLT (103/uL)

359

3.8 PROGNOSIS
Dubia Ad Bonam
FOLLOW UP PASIEN

Hari/ tgl
06/09/201
4

S
BAB cair (+) 8 kali,
ampas (-), lendir (-),
darah (-), muntah (-),
demam (+), kuat
minum susu (+),
rewel (+), tampak
lemah (+)

07/09/201
4

BAB cair (+) 4


kali,ampas (+), lendir
(-), darah (-) muntah
(-), demam (+), kuat
minum susu, rewel
(-).

08/09/201 BAB cair (+) 2 kali,


ampas
(+),
4
konsistensi lembek,
warna
kuning.
Muntah (-), demam
(-), kuat minum
ASI, rewel (-)

O
KU :sedang
RR:
45
x/menit
HR:140
x/menit
Tax:38,10C
UUB cekung
Mata
cowong +/+
Air
mata
sedikit
Turgor kulit
menurun

Diare akut
dengan
dehidrasi
ringan/sedang
et causa
suspect virus

- IVFD RL
Kebutuhan cairan :
100 cc x 7 kg = 500
cc/24 jam = 7 tetes
per menit
-Zinc
1
tablet
perhari
selama
minimal 10 hari (1 x
20 mg) per oral
-Parasetamol sirup
bila demam (dosis:
10 15 mg/kgBB)
= 70 gr
-Oralit 100 cc jika
BAB
cair
atau
muntah
- Susu formula
diteruskan

KU :sedang
RR:
48
x/menit
HR:120
x/menit
Tax:37,90C
UUB
terbuka datar
Mata
cowong -/Air mata (+)
Turgor kulit
menurun

Diare akut
dengan
dehidrasi
ringan/sedang
et causa
suspect virus

- IVFD RL
Kebutuhan cairan :
100 cc x 7 kg = 500
cc/24 jam = 7 tetes
per menit
-Zinc
1
tablet
perhari
selama
minimal 10 hari (1 x
20 mg) per oral
-Parasetamol sirup
bila demam (dosis:
10 15 mg/kgBB)
= 70 gr
-Oralit 100 cc jika
BAB
cair
atau
muntah
- Susu formula
diteruskan

KU :sedang
RR:
32
x/menit
HR:110
x/menit
Tax:37,00C
UUB
terbuka datar
Mata
cowong -/Air mata (+)
Turgor kulit
membaik,
kembali
dengan cepat

Diare akut
dengan
dehidrasi
ringan/sedang
et causa
suspect virus

- IVFD RL
Kebutuhan cairan :
100 cc x 7 kg = 500
cc/24 jam = 7 tetes
per menit
-Zinc
1
tablet
perhari
selama
minimal 10 hari (1 x
20 mg) per oral
-Parasetamol sirup
bila demam (dosis:
10 15 mg/kgBB)
= 70 gr
-Oralit 100 cc jika
BAB
cair
atau
muntah
- Susu formula

DAFTAR PUSTAKA
1. Tim Adaptasi WHO-Indonesia. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit.
Jakarta : WHO, Depkes RI, IDAI. 2009
2. Weizman Z, Asli G, Alsheikh A. Effect of a Probiotic Infant Formula on Infections in Child
Care Centers: Comparison of Two Probiotic Agents. Pediatrics 2008; 115: 5-9.
3. Pudjiadi AH, et al, editor. Pedoman Pelayanan Medis Anak. Jilid 1, Cetakan I. Jakarta: Ikatan
Dokter Anak Indonesia : 2010
4. Gill H, Prasad J. Probiotics, immunomodulation, and health benefits. Adv Exp Med Biol
2008; 606: 423-54.
5. Sanz Y, Nadal I, Snchez E. Probiotics as drugs against human gastrointestinal infections.
Recent Pat Antiinfect Drug Discov 2007; 2: 148-56.
6. Subagyo B dan Santoso NB. Diare akut dalam Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi Jilid
1, Edisi 1. Jakarta: Badan penerbit UKK Gastroenterologi-Hepatologi IDAI. 2010:87-110.

Anda mungkin juga menyukai