Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Air Susu Ibu (ASI)
ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam
organik yang desekresi oleh kedua belah payudara ibu, sebagai makanan utama bagi bayi
(Soetjiningsih, 1997).
ASI bukan minuman, namun ASI merupakan satu-satunya makanan tunggal paling
sempurna bagi bayi hingga berusia 6 bulan. ASI cukup mengandung seluruh zat gizi yang
dibutuhkan bayi. Selain itu, secara alamiah ASI dibekali enzim pencerna susu sehingga organ
pencernaan bayi mudah mencerna dan menyerap gizi ASI. Sistim pencernaan bayi usia dini
belum memiliki cukup enzim pencerna makanan, oleh karena itu berikan pada bayi ASI saja
hingga usia 6 bulan, tanpa tambahan minuman atau makanan apapun (Arief, 2009).
Kandungan zat gizi ASI yang sempurna membuat bayi tidak akan kekurangan gizi
tetapi, makanan ibu harus bergizi guna mempertahankan kuantitas dan kualitas ASI.
Memberikan susu formula sebelum bayi berusia 6 bulan akan meningkatkan risiko diare, dan
sudah pasti memboroskan dana rumah tangga karena harga susu formula tidak murah (Arif,
2009).

2.2 Pengertian ASI Eksklusif


Yang dimaksud dengan ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja pada bayi umur 0-6
bulan, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan
makanan padat seperti pisang, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan nasi tim setelah bayi
berumur 6 bulan, bayi harus mulai di peerkenalkan dengan makanan padat, ssedangkan asi
dapat dberikan sampai usia 2 tahun (Roesli, 2009)

2.3 Pembentukan Air susu


7

Pada seorang ibu yang menyusui dikenal 2 refleks yang masing-masing


berperan sebagai pembentukan dan pengaruh air susu yaitu: refleks prolaktin berperan untuk
membuat kolostrum menjelang akhir kehamilan, namun jumlah kolostrum terbatas karena
prolaktin dihambat oleh estrogen dan progesteron yang kadarnya tinggi. Setelah partus
estrogen dan progesteron berkurang, di tambah dengan adanya isapan bayi yang merasang
hipotalamus menekan pengeluaran faktor-faktor yang menghambat sekresi prolaktin dan
merangsang pengeluaran faktor-faktor yang memacu sekresi prolaktin akan merangsang
adenohipofise (hipofise anterior) sehinnga keluar prolaktin. Hormon prolaktin ini merangsang
sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu. Pada ibu menyusui, prolaktin akan
meningkat dalam keadaan sters atau pengaruh psikis, anastesi, operasi dan rangsangan puting
susu, hubungan kelamin, obat-obatan traqulizer
hipotalamus seperti reserpin, klorpromazin dan fenotiazid. Sedangkan keadaan-keadaan yang
menghabat pengeluaran prolaktin adalah gizi ibu yang jelek dan obat-obatan seperti ergot Idopa. Refleks let down : rangsangan dari isapan bayi dilanjutkan ke neurohipofise ( hipofise
posterior) yang mengeluarkan oksitosin. Hormon oksitosin diangkut ke uterus melalui aliran
darah yang menimbulkan kontraksi pada uterus sehingga terjadi involusi darin organ tersebut.
Oksitosi
Sampai kealveoli dan memengaruhi sel mioepitelium. Kontraksi dari sel akan
memeras air susu keluar dari alveoli dan masuk ke duktus yang akan mengalir melelui duktus
laktiferus masuk ke mulut bayi. Faktor-fator yang meningkatkan refles let down adalah
melihat bayi, mendengar suara bayi,

sedangkan yang menghambat adalah keadaan

bingung/pikiran kacau, takut, merasasakit atau malu ketika menyusui, dan cemas
(soetjiningsih, 1997)

2.4 Komposisi ASI

Berdasarkan stadium laktasi komposisi ASI di bagi menjadi 3 bagian yaitu kolostrum,
ASI transisi atau pliharaan dan ASI matur. Kolostrum adalah cairan emas, cairan paling yang
paling kaya zat anti infeksi dan berprotein tinggi yaitu 10-17 kali lebih banyak di banding
ASI matur, serta kadar karbohidrat dan lemak yang rendah. Volume kolostrum antara 150-300
ml/24 jam, volume tersebut mendekati kapasitas lambung bayi yang baru berusia 1-2 hari dan
kolostrum harus diberikan pada bayi.
ASI transisi/peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sebelum menjadi ASI
yang matang, kadar protein semakin rendah sedangkan karbohidrat dan lemak semakin tinggi
dengan volume yang makin meningkat. ASI matur merupakan ASI yang keluar sekitar hari ke
-14 sampai seterusnya, dengan komposisi yang relatif konstan. Pada ibu yang sehat dengan
produksi ASI yang cukup, ASI merupakan satu-satunya makanan yang paling baik dan cukup
untuk bayi sampai umur 6 bulan (Roesli, 2000)

2.5 Aspek Gizi ASI


ASI mengandung banyak zat-zat gizi yang sangat dibutuhkan oleh bayi, adapun aspek
gizi ASI sebagai berikut:
1. Manfaat kolostrum
a. Kolostru adalah ASI yang pertama kali keluar menagndung zat kekebalan terutama
IgA (Imunoglobin A) untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi terutama
diare.
b. Jumlah kolostrum yang diproduksi berfariasi tergantung isapan bayi pada hari-hari
pertama kelahiran. Walaupun sedikit namun cukup untuk memenuhi gizi bayi. Oleh
karna itu, kolostrum harus di berikan pada bayi.
c. Kolostrum mengandung protein, vitamin A yang tinggi dan mengandung karbohidrat
dan lemak rendah, sehingga sesuai dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama

10

kelahirannya. Membantu mengeluarkan mekonium yaitu kotoran bayi yang pertama


berwarna hitam kehijauan.
2. ASI
a.

ASI mudah dicerna karena ASI mengandung enzim-enzim untuk mencernakan zat-zat gizi
yang terdapat dalam ASI tersebut.

b.

ASI mengandung zat-zat gizi berkualitas tinggi yang berguna untuk pertumbuhan dan
perkembangan kecerdasan bayi/anak.

c.

Selain mengandung protein yang tinggi, ASI memiliki perbandingan antara Whei dan Caesin
yang sesuai untuk bayi. Rasio Whei dengan Caesin merupakan salah satu keunggulan ASI
dibanding dengan susu sapi. ASI mengandung Whei lebih banyak yaitu 65:35. Komposisi ini
menyebabkan protein ASI lebih mudah diserap, sedangkan pada susu sapi mempunyai
perbandingan Whei:Casein adalah 20:80, sehingga tidak mudah diserap.

1.

Komposisi Taurin, DHA dan AA pada ASI


Taurin adalah sejenis asam amino kedua yang terbanyak dalam ASI yang berfungsi sebagai
neuro-trasmitter dan berperan penting untuk peroses maturasi sel otak. Percobaan
pada binatang menunjukkan bahwa difisiensi taurin akan berakibat akan terjadinya
gangguan pada retina mata.

a.

Decosahexanoic Acid (DHA) dan Arachidonic Acid (AA) adalah asam lemak tak jenuh rantai
panjang (polyunsaturated fatty acids) yang diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak yang
optimal. Jumlah DHA dan AA dalam ASI sangat mencukupi untuk menjamin pertumbuhan
dan kecerdasan anak. Disamping itu DHA dan AA dalam tubuh dapat dibentuk/disintesa dari
substansi pembentuknya (precursor), yaitu masing-masing dari Omega 3 (asam linolenat)
dan Omega 6 atau asam linoleat (Arif, 2009).

2.5.1 Manfaat ASI

11

Manfaat ASI adalah sebagai berikut:


Manfaat ASI bagi bayi :
a.

Perlindungan terhadap infeksi dan diare, ASI mengandung berbagai zat antibodi yang mampu
melindungi tubuh terhadap infeksi serta zat-zat lain yang dapat menghancurkan dinding sel
bakteri.

b.

Perlindungan terhadap alergi, salah satu zat yang terkandung dalam ASI adalah
immunoglobulin yang mampu melindungi tubuh terhadap alergi. Sedangkan immunoglobulin
pada tubuh manusia baru terbentuk setelah bayi berusia beberapa minggu. Oleh sebab itu
apabila bayi lahir langsung diberi ASI, kemungkinan terserang alergi relatif kecil.

c.

Mempererat hubungan dengan ibu, ASI bagi seorang bayi selain untuk memenuhi kebutuhan
gizinya, juga untuk lebih mengenal ibunya dan mendapatkan rasa nyaman. Belaian ibu pada
saat menyusui anak akan membuatnya merasa aman dan terlindungi.

d.

Memperbagus gizi dan bentuk rahang, pemberian ASI dapat mengurangi kerusakan pada
gigidan bentuk rahang.

e.

Mengurangi kegemukan/obesitas, zat mineral yang terdapat dalam ASI hanya sedikit, jika
dibandingkan dengan mineral yang terdapat pada susu sapi/non eksklufif sehingga bayi
cendrung cepat haus dan orang tua cendrung memberikan kembali susu boto/sapi. Akibatnya
bayi akan kelebihan kalori sehingga bayi tersebut menjadi gemuk (obesitas).

f.

Perlindungan dalam penyempurnaan otak, ASI mampu memproduksi hormon tixoid yang
dapat melindungi otak bayi. Walaupun bayi mampu memproduksi hormon tersebut namun
kemampuannya terbatas. Selain hal tersebut asam lemak yang terkandung pada ASI sangat
berperan dalam proses pertumbuhan dan penyempurnaan sel-sel otak.

g.

Dengan ASI bayi selalu mendapat susu yang segar, ASI yang masih tersimpan dalam
payudara ibu, selalu bersih, aman, segar, dan tidak pernah basi. Bagi ibu pekerja, sekembali

12

dari bekerja, ASI dapat diberikan langsung kepada bayi, ibu tidak perlu membuang ASI
terlebih dahulu.
h.

Semakin sering menyusukan semakin banyak produksi ASI, beda dengan susu bubuk apabila
semakin sering diberikan kepada bayi semakin cepat habis (mahal). Asi malah sebaliknya,
semakin sering di hisab semakin banyak asi di produksi, khususnya pada tahun pertama
menyusui.
Manfaat menyusui bagi ibu:

a.

Memberi kepuasan batin, ibu-ibu yang berhasil menyusui anaknya akan merasa senang dan
puas karena dapat memenuhi kebutuhan bayi dan melaksanakan tugas mulianya sebagai
seorang ibu.

b.

Lebih praktis dan ekonomis, pemberian ASI lebih praktis dan murah, karena tidak
merepotkan, yakni ibu tidak perlu mensterilkan botol, menyiapkan air hangat dan sebagainya.
Disamping itu tidak perlu mengeluarkan biaya yang cukup mahal untuk membeli susu
kaleng.

c.

Mengembalikan bentuk tubuh, apabila ibu-ibu menyusui bayinya dengan baik dan teratur
maka tubuh yang bertambah besar selama kehamilan akan kembali seperti semula dengan
cepat. Hari-hari pertama saat menyusui maka rahim akan berkontraksi saat bayi menghisap
puting susu. Kontraksi tersebut akan mempercepat pengembalian bentuk rahim dan
mengeluarkan darah serta jaringan yang tidak diperlukan dalam rahim.

d.

Menunda masa subur (efek KB), pemberian ASI dapat membantu menjarangkan kelahiran
dengan cara menunda terjadinya evolusi dan haid, namun itu tidak berarti bahwa dengan
menyusui tidak akan terjadi kehamilan, bila tanda-tanda haid muncul ibu tetap dianjurkan
menggunakan alat kontrasepsi.

e.

Mencegah pembengkakan, pemberian ASI secara terus-menerus akan membantu mencegah


payudara membengkak dan sakit. Untuk ibu yang sibuk selama bekerja, ASI dapat dipompa

13

dan disimpan ditempat yang aman (pada gelas dan disimpan di lemari es atau termos), dan
segera di berikan kepada bayi dengan sesendok setelah ibu tiba di rumah (UNICEF,1997).

2.6 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pemberian ASI Eksklusif


Faktor-faktor yang memengaruhi pemberian ASI eksklusif adalah sebagai berikut :
a. Adanya perubahan struktur masyarakat dan keluarga. Hubungan kerabat yang luas di daerah
pedesaan menjadi renggang setelah keluarga pindah ke kota. Pengaruh orang tua seperti
nenek, kakek, mertua dan orang terpandang dilingkungan keluarga secara berangsur menjadi
berkurang, karena mereka itu umumnya tetap tinggal di desa sehingga pengalaman mereka
dalam merawat makanan bayi tidak dapat diwariskan.
b. Kemudahan-kemudahan yang didapat sebagai hasil kemajuan teknologi pembuatan makanan
bayi seperti pembuatan tepung makanan bayi, susu buatan bayi, mendorong ibu untuk
mengganti ASI dengan makanan olahan lain.
c. Iklan yang menyesatkan dari produksi makanan bayi menyebabkan ibu beranggapan bahwa
makanan-makanan itu lebih baik dari ASI.
d. Para ibu sering keluar rumah baik karena bekerja maupun karena tugas-tugas sosial, maka
susu sapi adalah satu-satunya jalan keluar dalam pemberian makanan bagi bayi yang
ditinggalkan di rumah.
e. Adanya anggapan bahwa memberikan susu botol kepada anak sebagai salah satu simbol bagi
kehidupan tingkat sosial yang lebih tinggi, terdidik dan mengikuti perkembangan zaman.
f. Ibu takut bentuk panyudara rusak apabila menyusui dan kecantikanya akan hilang.
g. Pengaruh melahirkan di rumah sakit atau klini bersalin. Belum semua petugas paramedis
diberi pesan dan di beri cukup informasi agar menganjurkan setiap ibu untuk mnyusui bayi
mereka, serta praktik yang keliru dengan memberikan susu botol kepada bayi yang baru lahir
(Siregar, 2013)

14

Adapun faktor lain yang memengaruhi pemberian ASI adalah faktor sosial budaya (ibu
bekerja, meniru teman, tetangga atau orang terkemuka yang memberi susu botol, merasa
ketinggalan jaman jika menyusui), faktor psikologis (takut kehilangan daya tarik sebagai
wanita, tekanan batin), faktor fisik ibu (ibu yang sakit, misalnya mastitis, panas dan
sebagainya), faktor kurangnya petugas kesehatan sehingga masyarakat kurang mendapat
penerangan atau dorongan tentang manfaat pemberian ASI eksklusif, meningkatnya iklan
susu formula (Soetjiningsih, 1997).
Selain itu perilaku seseorang juga sangat memengaruhi pemberian ASI eksklusif.
Menurut Laurence W. Green dalam Notoatmodjo (2007), perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor
utama yaitu: 1. Faktor predisposisi (predisposing factors) yaitu faktor pencetus timbulnya
perilaku seperti umur, pendidikan, pekerjaan, pengalaman, kepercayaan, keyakinan dan lain
sebagainya. 2. Faktor pendukung (enabling factors) yaitu faktor yang mendukung timbulnya
perilaku seperti lingkungan fisik, dana dan sumber-sumber yang ada di masyarakat misalnya
iklan susu formula. 3. Faktor pendorong (reinforcing factors) yaitu faktor yang memperkuat
atau mendorong seseorang untuk berperilaku yang berasal dari orang lain misalnya peraturan
dan kebijakan pemerintah, dukungan suami dan lain sebagainya.

2.2.1 Umur
Semakin tua umur ibu, semakin tinggi kecendrungan menyusui bayinya dibandingkan
ibu-ibu muda, hal ini disebabkan karena semakin tua seorang ibu maka semakin banyak
pengalaman dalam menyusui bayi (Daldjoni, 2008).

2.2.2 Pendidikan Terakhir Ibu


Pendidikan membantu seseorang untuk menerima informasi tentang pertumbuhan dan
perkembangan bayi, misalnya cara memberikan ASI eksklusif hingga bayi berumur 6 bulan.

15

Proses pencarian dan penerimaan informasi ini akan cepat jika ibu berpendidikan tinggi
(Soetjiningsih, 1995).

2.2.3 Pekerjaan ibu


Kenaikan tingkat partisipasi wanita dalam angkatan kerja dan adanya emansipasi
dalam segala bidang kerja dan meningkatnya kebutuhan masyarakat menyebabkan turunnya
kesediaan menyusui dan lamanya menyusui (Siregar, 2004).
Setelah masa cuti berakhir ibu masih bisa memberikan ASI eksklusif, sebab usus bayi
usia 3 bulan belum siap mencerna makanan selain air susu ibu. Selain itu ASI merupakan
sumber gizi ideal dengan komposisi seimbang, jika diberikan secara eksklusif bayi akan lebih
sehat dan lebih cerdas dibanding bayi yang tidak mendapatkannya. Untuk buah hati tercinta,
seharusnya bekerja di luar rumah bukanlah halangan untuk memberikan yang terbaik
untuknya, termasuk memberikan ASI secara eksklusif. Ibu tetap bisa memberikan ASI perah,
yakni ASI yang diperas dari payudara, lalu diberikan pada bayi saat ibu bekerja di kantor.
Cara memeras ASI cukup dengan pijitan dua jari sendiri, ASI bisa keluar lancar, memang
membutuhkan waktu, yakni masing-masing payudara 15 menit (Yamina, 2010).

Cara menyimpan ASI perah


a. Taruh ASI dalam kantong plastik polietilen (misal plastik gula); atau wadah plastik untuk
makanan atau yang bisa dimasukkan dalam microwave, wadah melamin, gelas, cangkir
keramik. Jangan masukkan dalam gelas plastik minuman kemasan maupun plastik styrofoam.
b. Beri tanggal dan jam pada masing-masing wadah.
c. Dinginkan dalam refrigerator (kulkas). Simpan sampai batas waktu yang diijinkan (2
minggu).

16

d. Jika hendak dibekukan, masukkan dulu dalam refrigerator selama semalam, baru masukkan
ke freezer (bagian kulkas untuk membekukan makanan), gunakan sebelum batas maksimal
yang diijinkan (3-6 bulan).
e. Jika ASI beku akan dicairkan, pindahkan ASI ke refrigerator semalam sebelumnya, esoknya
baru cairkan dan hangatkan. Jangan membekukan kembali ASI yang sudah dipindah ke
refrigerator (Yamina, 2010).

Cara Memberi ASI Perah


a. Ambil ASI berdasarkan waktu pemerasan (yang pertama diperah yang diberikan lebih
dahulu).
b. Jika ASI beku, cairkan di bawah air hangat mengalir. Untuk menghangatkan, tuang ASI
dalam wadah, tempatkan di atas wadah lain berisi air panas.
c. Kocok dulu, lalu tes dengan cara meneteskan ASI di punggung tangan. Jika terlalu panas,
angin-anginkan agar panas turun.
d. Jangan gunakan oven, microwave untuk menghangatkan agar zat-zat penting ASI tidak
larut/hilang.
e. Berikan dengan sendok agar bayi bisa tetap merasakan puting susu ibunya. Jika
menggunakan botol susu maka bayi akan terbiasa dengan dot karet sehingga bayi akan
kesulitan menyusu dari payudara (Yamina, 2010).

2.2.4 Lama Waktu Kerja


Lama waktu kerja dapat memengaruhi pemberian ASI eksklusif karena semakin lama
waktu kerja seorang ibu maka semakin lama juga dia meninggalkan bayinya di rumah
sehingga ibu tersebut tidak dapat menyusui bayinya (Roesli, 2009).

17

2.2.5 Bentuk Persalinan


Bentuk persalinan dapat memengaruhi pemberian ASI eksklusif, ibu yang melahirkan
secara sectio caesarea lebih cenderung tidak memberikan ASI eksklusif dibandingkan dengan
ibu yang melahirkan secara normal karena kondisi ibu setelah operasi sangat tidak
memungkinkan ibu untuk melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD), akhirnya bayi terpaksa
diberikan susu formula (Jahangeer, 2009).

2.2.6 Iklan Susu Formula


Iklan susu formula yang sangat genjar baik di televisi, koran maupun majalah dapat
memengaruhi ibu dalam pemberian ASI eksklusif. Iklan yang menyesatkan dari produksi
makanan bayi dan susu formula menyebabkan ibu beranggapan bahwa makanan-makanan itu
lebih baik dari ASI sehingga ibu tidak lagi memberikan ASI saja kepada bayi tetapi ditambah
dengan susu formula ataupun makanan bayi lainnya (Siregar, 2004).

2.2.7 Dukungan Suami


Peran suami sangat menentukan keberhasilan menyusui karena suami akan turut
menentukan kelancaran refleks pengeluaran ASI (left down reflkx) yang sangat dipengaruhi
oleh keadaan emosional atau perasaan ibu. Ayah dapat berperan aktif dalam keberhasilan
pebnerian ASI dengan jalan memberikan dukungan secara emosional dan bantuan-bantuan
praktis lainya, seperti mennganti popok atau menyendawakn bayi, atau memijat bayi.
Memberesakan atau memberi makan anak adalah tugas bersama antara ayah dan ibu dengan
memberikan nafkah yang cukup untuk memenuhi gizi ibu dalam menyusui juga merupakan
bentuk dukungan dalam memberikan ASI eksklusif (Roesli, 2000).
Selain faktor-faktor yang memengaruhi pemberian ASI eksklusif tersebut, ada juga
beberapa kendala yang menghambat pemberian ASI eksklusif, yaitu:

18

1. Produksi ASI kurang


2. Ibu kurang memahami tata laksana laktasi yang benar
3. Ibu ingin menyusui kembali setelah bayi diberi formula (relaktasi)
4. Bayi terlanjur mendapatkan prelakteal feeding (pemberian air gula/dekstrosa, susu formula
pada hari-hari pertama kelahiran)
5. Kelainan ibu: puting ibu lecet, puting ibu luka, payudara bengkak, engorgement, mastitis
dan abses
6. Ibu hamil lagi padahal masih menyusui
7. Ibu bekerja
8. Kelainan bayi: bayi sakit, abnormalitas bayi (IDAI, 2010)

2.3 Pengertian Tenaga Kesehatan


Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam kesehatan dan
memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan dibidang kesehatan yang
untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan (Depkes RI,
2008).

2.3.1 Peran Petugas Kesehatan dalam Program ASI Eksklusif


Petugas kesehatan sangat berperan dalam keberhasilan proses menyusui, dengan cara
memberikan konseling tentang ASI sejak kehamilan, melaksanakan inisiasi menyusui dini
(IMD) pada saat persalinan dan mendukung pemberian ASI dengan 10 langkah kebehasilan
menyusui. Beberapa hambatan kurang berperannya petugas kesehatan dalam menjalankan
kewajibannya dalam konteks ASI ekslusif lebih banyak karena kurang termotivasinya petugas
untuk menjalankan peran mereka disamping pengetahuan konseling ASI yang masih kurang
(Sitaresmi, 2010).

19

Sebelum mulai mendidik ibu-ibu, para petugas kesehatan harus yakin bahwa
nasihatnya adalah berdasarkan pengetahuan yang cukup. Karena itu perlu diketahui seberapa
jauh pengetahuan petugas. Dalam kaitan ini diharapkan bahwa petugas kesehatan
pengetahuannya sudah siap untuk membina dan mengelola ibu-ibu menyusui berdasarkan
pengetahuan yang di dapat selama pendidikan dan bekerja, jika disetiapi instansi kesehatan
tersedia tenaga yang terampil dan terlatih mengenai aplikasi klinis dari seluk beluk proses
menyusui, serta didukung oleh program laktasi, maka dapatlah diharapkan bahwa gabungan
kedua komponen ini menjadi kunci keberhasilan proses laktasi (Roesli, 2000).

2.5 ASI Non Eksklusif


Pengertian ASI Non Eksklusif Pemberian ASI non eksklusif merupakan pemberian
ASI yang ditambah dengan pemberian makanan tambahan atau yang biasa kita kenal dengan
MP ASI, pemberian ASI non Eksklusif diberikan karena kurangnya pengetahuan, pemahaman
tentang ASI eksklusif dan pengaruh promosi susu formula (Roesli, 2000). Menurut Kompas,
2004 ASI non Eksklusif atau PASI adalah makanan bayi yang secara tunggal dapat memenuhi
kebutuhan gizi
bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi sampai berumur 6 bulan.

2.6 Kerangka Kerja Penelitia


Berdasarkan uraian diatas maka dapat dibuat kerangka kerja penelitian mengenai
Perbedaan Dampak Pemberian ASI Eksklusis dan NON eksklusif Terhadap Sistem Imun pada
Bayi Usia 0 - 6 Bulan.
input

Bayi
Usia 06 bulan

proses
Perbedaan
Dampak
Pemberiaan ASI
Eksklusif dan
NON Eksklusif

Output
1. Baik
2. Buruk

20

Kerangka kerja tersebut dapat dilihat bahwa objek yang diteliti adalah Perbedaan
Danpak Pemberian ASI Eksklusif dan NON Eksklusif pada Bayi Usia 0 - 6 Bulan.

Anda mungkin juga menyukai