dengan menghambat pada satu atau beberapa tahapan sintesis melanin. Beberapa
bahan pemutih yang sering dipakai untuk kelainan hiperpigmentasi adalah sebagai
berikut: Hidrokuinon3,4,6-8 Komponen fenol hidrokuinon dipakai secara luas untuk
melasma, hiperpigmentasi pasca inflamasi, dan kelainan hiperpigmentasi lainnya.
Hidrokuinon didapatkan secara alamiah pada kopi, teh, bir, dan anggur. Mekanisme
kerja hidrokuinon adalah dengan menghambat aktivitas tirosinase sehingga
mengganggu konversi tirosin menjadi melanin. Besarnya aktivitas penghambatan
tirosinase sampai 90%. Di samping itu hidrokuinon ini juga menghambat sintesa
DNA dan RNA serta mempercepat degradasi melanosom. Hidrokuinon di pasaran
tersedia dalam konsentrasi 2%-5%. Secara umum hidrokuinon tergolong relatif
aman, labil mudah berubah warna terutama apabila terpapar UV dan merupakan
baku emas sebagai bahan pemutih kulit. Beberapa efek samping yang sering terjadi
adalah iritasi kulit dan dermatitis kontak. Walaupun demikian, kadang dijumpai efek
samping berupa okronosis yang berdampak kurang baik dalam prognosis terapi
kelainan pigmentasi. Okronosis ini terutama muncul apabila diberikan dalam
konsentrasi tinggi dan jangka waktu lama pada pasien berkulit gelap. Hidrokuinon
ini dilaporkan mempunyai efek mutagenik, sehinga di beberapa negara seperti
Afrika, Jepang dan Eropa melarang penggunaan hidrokuinon untuk terapi kelainan
hiperpigmentasi. Untuk mengurangi efek yang tidak diinginkan, hidrokuinon
dianjurkan pemakaiannya selama 4 bulan kemudian diganti dengan bahan pemutih
lainnya, begitu seterusnya secara periodik. Asam Kojik (5-hydroxymethyl-4
pyrone)3,4,6-8 Merupakan inhibitor tirosinase yang berasal dari Aspergilus dan
Penicilium. Pada industri makanan, asam kojik dipakai untuk mencegah perubahan
warna makanan menjadi kecoklatan dan untuk mempercepat pematangan buah
strawberi. Di pasaran tersedia dalam konsentrasi 1% dan 4% yang dioleskan 2 kali
sehari. Efek pencerahan kulit akan tampak setelah pemakaian selama 1-2 bulan.
Asam kojik juga sering memunculkan efek iritasi kulit sehingga sering
dikombinasikan dengan preparat steroid topikal. Asam Azeleat (Azelaic Acid)3,4,6-8
Merupakan asam dekarbosilat berasal dari Pityrosporum ovale. Efek lightening
bersifat selektif dengan menghambat enzim tirosinase pada melanosit yang sangat
aktif, sehingga tidak berpengaruh pada perubahan warna kulit normal. Di pasaran,
tersedia pada konsentrasi 20%, dioleskan sehari 2 kali selama 3-12 bulan. Asam
azeleat secara umum ditoleransi dengan baik sehingga dapat digunakan dalam
jangka panjang. Efek samping dirasakan sedikit rasa menyengat beberapa saat
setelah dioleskan berupa eritema, rasa gatal, panas dan skuamasi yang akan
menghilang setelah 2-4 minggu pemakaian. Vitamin C Topikal4,6-8 Vitamin C
berefek pada beberapa tahap oksidasi melanogenesis. Mekanisme terjadinya efek
pengurangan pigmentasi, disebabkan oleh karena vitamin C ini mampu berinteraksi
dengan ion Cu (copper/tembaga) pada tempat kerja tirosinase dan mengurangi
konversi menjadi DOPAquinon. Secara umum sediaan vitamin C topical bersifat labil,
tetapi di antara sediaan vitamin C topical ternyata magnesium Lascorbic acid 2
phosphate (MAP) merupakan yang paling stabil. Glabridin (Ekstrak Licorice)4,6-8
Didapat dari akar Glycyrrhiza glabra linneva yang mengandung 10-40% glabridin,
sebagai bahan aktifnya. Glabridin dapat menghambat aktivitas tirosinase tanpa
efek sitotoksik. Glabridin 0,5 % dapat mengurangi eritema dan pigmentasi akibat
UVB dan mempunyai efek antiinflamasi karena dapat menghambat produksi anion
superoksid. Bearberry dan Arbutin4,6-8 Arbutin merupakan beta D glucopyranoside
dari hidrokuinon yang berasal dari tanaman bearberry (Uva ursi folium) dan juga
didapatkan dari 50 MEDICINUS Vol. 26 No.2 August 2013 medical review daun
cranberry dan blueberry. Mekanisme aksi diperkirakan pada penghambatan
tirosinase dan DHICA (5,6 hydrokyindole 2 carboxylic acid) polimerase, serta
penghambatan maturasi melanosom. Di Jepang bahan ini dipakai dalam konsentrasi
3%, tetapi konsentrasi yang lebih tinggi dapat menimbulkan hiperpigmentasi
paradoksal. Kedelai (Soy)4,6-8 Dikenal dua fraksi protein yang berefek mengurangi
pigmentasi yaitu soybean trypsin inhibitor dan Bowman-Birk inhibitor. Kedua protein
ini terbukti secara in vitro dan in vivo mengurangi pigmentasi dan mampu
mencegah pigmentasi yang disebabkan oleh paparan UV. Mekanismenya melalui
penghambatan pecahnya protease-activated receptor 2 (PAR-2) yang diekspresikan
di keratinosit, sehingga diperkirakan berefek menghambat transfer melanosom dari
melanosit ke keratinosit. Mekanisme yang sama juga terdapat pada niasinamid
yang merupakan turunan vitamin B3. Pemakaian susu soya segar dan tidak
dipasteurisasi, dua kali sehari selama 12 minggu memperbaiki lesi hiperpigmentasi
dengan efek samping minimal. Niasinamid4,6-8 Niasinamid atau nikotinamid,
merupakan bentuk aktif dari vitamin B3. Niasinamid dapat menghambat transfer
melanosom ke keratinosit epidermis. Pemakaian niasinamid 5% dua kali sehari
selama 8 minggu memperbaiki lesi hiperpgimentasi. Kombinasi niasinamd 3,5% dan
retinil palmitat dua kali sehari menunjukkan perbaikan lesi hiperpigmentasi setelah
4 minggu dibandingkan vehikulum saja. BAHAN YANG MENINGKATKAN EFEKTIVITAS
BAHAN PEMUTIH Asam Retinoat dan Retinol4,6-8 Asam retinoat merupakan turunan
vitamin A dan telah banyak digunakan sebagai bahan pemutih pada kelainan
melasma dan hiperpigmentasi pasca inflamasi (HPI) akibat acne. Mekanisme kerja
sebagai bahan pemutih belum jelas, tetapi suatu penelitian pada binatang
didapatkan bahwa asam retinoat mampu dapat menghambat tirosinase. Pada tahun
1975 Kligman dan Willis menyatakan bahwa mekanisme kerja asam retinoat
mampu lebih meratakan distribusikan granula pigmen di keratinosit. Penelitian lain
mengatakan bahwa asam retinoat juga mengganggu transfer melanin ke keratinosit
dan mempercepat pengelupasan epidermis. Sehingga dari berbagai pernyataan di
atas terlihat jelas bahwa asam retinoat akan berefek mengurangi pigmentasi pada
kelainan-kelainan pigmentasi yang berupa bercak atau peninggian kulit akibat
percepatan epidermopoiesis. Asam retinoat tersedia dalam konsentrasi 0,025%;
0,5%; 0,1% dalam vehikulum solusio, gel maupun krim. Di samping asam retinoat
dikenal turunan turunan vitamin A yang lain seperti retinol dan adapalene,
walaupun kurang efektif dibandingkan asam retinoat dan tretinoin. Efek samping
yang tidak diinginkan berupa eritema, deskuamasi dan rasa seperti terbakar yang
disebut dengan retinoid dermatitis. Asam Glikolat4,6-8 Asam glikolat merupakan
asam hidroksi alfa yang berasal dari gula tebu, yang mempunyai efek pencerahan.
Manifestasi klinis GA sangat tergantung pada konsentrasi. Pada konsentrasi rendah,
GA mampu melepaskan ikatan antar keratinosit sehingga deskuamasi keratinosit
dua orang lainnya (10%) tidak ada perubahan setelah 8 kali terapi. Pada kelompok
yang mendapatkan mikrodermabrasi dan TCA 15% terjadi penurunan frekuensi
terapi menjadi 4-6 kali dan tidak didapatkan efek samping yang serius. Pada
penelitian lainnya, didapatkan bahwa mikrodermabrasi aman dilakukan pada
berbagai kelainan hiperpigmentasi dan pada berbagai tipe kulit I. TERAPI LASER11
Prinsip penggunaan laser untuk terapi hiperpigmentasi sama dengan untuk indikasi
lain yaitu berdasarkan prinsip selektif fototermolisis. Laser yang dipilih adalah jenis
Q switched dengan panjang gelombang 500-1100 nm yang sesuai dengan target
kromofornya berupa melanin. Beberapa contoh Q switched yang dipakai adalah QS
Nd YAG 532 nm, 1064nm, QS Ruby 694nm dan QS Alexanderite 755 nm. Kelainan
hiperpigmentasi yang dapat diterapi dengan laser adalah lesi-lesi hiperpigmentasi
di epidermis dan dermis, seperti: lentigo, efelid, berbagai nevus, dan tato. Seperti
halnya modalitas terapi lain untuk kelainan hiperpigmentasi, terapi laser ini akan
efektif dan sedikit menimbulkan efek samping apabila diawali dengan peningkatan
ketepatan diagnosis, pengetatan seleksi pasien, perawatan pre laser dan post laser
dengan benar.52 MEDICINUS Vol. 26 No.2 August 2013 medical review TABIR SURYA
3,7 Tabir surya adalah bahan yang ditujukan untuk menvgurangi efek buruk pajanan
sinar matahari seperti efek terbakar surya, tanning dan supresi respon imun dengan
cara menyerap, memantulkan atau menghamburkan enerji sinar matahari yang
sampai di kulit. Merujuk pada mekanisme aksi tabir surya pada kejadian pigmentasi
karena paparan sinar matahari, maka merupakan kewajiban penggunaan tabir
surya pada pasien yang mendapatkan terapi untuk kelainan hiperpigmentasi.
Dikenal dua macam tabir surya yaitu tabir surya sistemik seperti beta karoten,
vitamin C, vitamin E dan tabir surya topikal baik yang bersifat fisik maupun kimiawi.
Tabir surya sistemik belum terbukti mempunyai efek perlindungan terhadap
terbakar sinar matahari dan penurunan respon imun, sedangkan tabir surya topikal
dapat diukur efek proteksinya terhadap efek terbakar sinar matahari dengan
melihat Faktor Pelindung Surya (FPS). Tabir surya yang beredar dipasaran
mempunyai variasi nilai FPS dari 15 sampai 50 sesuai rekomendasi dari berbagai
institusi kesehatan dunia bahwa penggunaan tabir surya dianjurkan dengan FPS >
15. Tidak dianjurkan tabir surya dengan FPS tinggi oleh karena berisiko terhadap
timbulnya perasaan aman yang berlebihan, biaya tinggi, lebih berisiko terjadi reaksi
iritasi, alergi, fototoksik maupun fotoalergi. PERTIMBANGAN TERAPI
HIPERPIGMENTASI Telah disebutkan diatas berbagai bahan dan modalitas terapi
kelainan hiperpigmentasi. Hal yang lebih penting dari semua terapi dan tindakan di
atas adalah ketepatan dalam diagnosis, mengetahui patologi kelainan
hiperpigmentasi, kesiapan pasien dalam menerima terapi atau tindakan,
pengetahuan teknis obat-obatan dan tindakan, dosimetri, mengetahui indikasi,
kontra indikasi, faktor risiko dan efek samping. KESIMPULAN Telah dibahas beberapa
pilihan bahan topikal dan modalitas terapi untuk kelainan hiperpigmentasi kulit
yang meliputi berbagai bahan pemutih topikal, pengelupasan kimiawi,
mikrodermabrasi dan terapi laser. Dasar pemilihan terapi adalah ketepatan dalam
diagnosis, mengetahui patologi kelainan hiperpigmentasi, kesiapan pasien dalam
menerima terapi atau tindakan, pengetahuan teknis obat obatan dan tindakan,
dosimetri, mengetahui indikasi, kontra indikasi, faktor risiko dan efek samping. Di
samping itu pemakaian tabir surya yang sesuai merupakan kewajiban untuk pasien
yang mendapatkan terapi kelainan hiperpigmentasi untuk mengurangi
kemungkinan terjadinya efek samping seperti reaksi iritasi, alergi, fototoksik
maupun fotoalergi, hiperpigmentasi pasca inflamasi dan timbulnya perasaan aman
yang berlebihan serta biaya tinggi pada pasien. 1. Saghari S. Skin pigmentation and
Pigmentation Disorders. In: Baumann L, Saghari S, Weisberg E (eds) Cosmetic
Dermatology, Principles and Practice. 2nd ed. New York. Mc Graw Hill Medical. 2009;
98-108. 2. Lapeere H, Boone B, Schepper SD, Verhaeghe e, Ongenae K, Geel NV.
Hypomelanosis and Hypermelanosis. In: Wolf K, Goldsmith LA, Katz St, Gilchrest BA,
(eds) Fitzpatricks Dermatology in General Medicine. 7thed, vol 1, new York, McGraw
Hill medical, 2008;623-40. 3. Rebat M, Halder Georgianna M, Richards. Management
of Dyschromias in Ethnic Skin. Dermatol Therapy 2004, vol 17:153-7. 4. Policarpio B.
Skin Lightening and Depigmenting Agents. http:// emedicine. medscape.com.
Updated Oct 26, 2009; 1-11. 5. Park HY, Pongpudpunth M, Lee J, Yaar M. Biology of
Melanocyttes. In: Wolf K, Goldsmith LA, Katz St, Gilchrest BA, (eds) Fitzpatricks
Dermatology in General Medicine. 7thed, vol 1, new York, Mc Graw Hill medical,
2008;593-608. 6. Marta I, Rendon, Jorge I, Gaviria. Skin Lightening Agents. In:
Draelos ZD (ed) Cosmeceuticals 2nd , China, Elsevier Saunders,2009;103-9, 7.
Marta I, Rendon, Jorge I, Gaviria. Review of Skin-Lightening Agents. Dermatol Surg
2005:31:886-9. 8. Baumann L and Allemann IB. Depigmenting Agents. In Baumann
L, Saghari S, Weisberg E (eds) Cosmetic Dermatology, Principles and Practice. 2nd
ed. New York. Mc Graw Hill Medical.; 2009;279- 91 9. Gupta AK, Gover MD, Nouri K,
Taylor S. The treatment of melasma: a review of clinical trials. J Am Acad Dermatol.
Dec 2006;55(6):1048-65. 10. Grimes P. Microdermabrasion. In: Draelos ZD (ed)
Cosmetic Dermatology. Products and Procedures.Wiley-Blackwell. 2010. 418- 25. 11.
Rohrer TE, Ort RJ, Arndt KA and Dover JS. Laser in the treatment of pigmented
lesions. In: Kaminer MS, Arndt KA, Dover JS RohreTE, Zachary CB (eds), Atlas of
Cosmetic Surgery, 2nd ed, Philadelphia, Saunders Elsevier, 2009; 155-177.