Anda di halaman 1dari 7

PENDAHULUAN

Laser semakin populer dalam mengatasi berbagai masalah kulit, seperti untuk eksisi tumor
kulit, peremajaan kulit, penghilangan rambut yang tidak diinginkan, penghilangan tato,
terapi kelainan vaskular dan berbagai kelainan pigmentasi kulit. Berbagai kelainan
pigmentasi yang pernah dilaporkan dapat diterapi dengan laser antara lain: lentigo,
ephelides (freckles), caf au lait macules, melasma, dan berbagai nevus; walaupun dengan
efektivitas dan efek samping yang bervariasi terutama untuk kulit Fitzpatrick tipe IV-VI. Di
samping itu pilihan terapi dengan laser ini relatif mahal, dan seringkali laser tidak dapat
mengatasi kelainan pigmentasi dalam satu kali kunjungan. Variasi efektivitas terapi dengan
laser tergantung dari beberapa faktor, seperti: jenis laser yang digunakan, pengalaman
dalam penanganan, ketepatan diagnosis kelainan pigmentasi serta faktor pasien dalam
menjalani terapi laser.1-6
Makalah ini membahas tentang berbagai kelainan pigmentasi yang dapat diterapi dengan
laser, jenis laser yang dapat digunakan untuk mengatasi kelainan pigmentasi, manfaat dan
kerugian penggunaan laser, serta berbagai pendekatan yang perlu dilakukan agar terapi
laser ini efektif dalam mengatasi kelainan pigmentasi dalam praktek sehari-hari.
PRINSIP DASAR LASER UNTUK TERAPI KELAINAN PIGMENTASI
Penggunaan laser untuk terapi kelainan pigmentasi didasari oleh prinsip selective
photothermolysis seperti dikemukakan oleh Anderson dan Parrish yaitu: ketepatan sasaran
berupa kromofor, ketepatan panjang gelombang laser yang digunakan, durasi yang lebih
pendek dari TRT (thermal relaxation time) serta ketercukupan fluence untuk merusak
sasaran.1-5
Pada hiperpigmentasi, kromofornya berupa melanin atau melanosom; dan absorpsi energi
oleh melanin paling optimal terletak pada panjang gelombang 500-1100 nm, sedang TRT
melanin adalah kuadrat dari diameter melanin, yaitu 0.25-1 sec. Absorpsi energi laser oleh
melanin semakin menurun seiring dengan meningkatnya panjang gelombang cahaya,
sehingga jenis laser yang dipakai adalah laser dengan panjang gelombang yang dapat
merusak melanin dalam melanosit dan keratinosit secara selektif seperti jenis Q (quality)
switched.
Mekanisme terapi gangguan pigmentasi dengan laser jenis ini dikenal sebagai penghilangan
pigmen secara primer. Q-switched mengandung pengertian bahwa laser ini mampu
menyimpan energi yang sangat tinggi dalam kavitasnya melalui optical shutter, sehingga
saat laser ditembakkan ke target, alat ini akan mengeluarkan energi yang sangat tinggi,
yaitu 109 watt dalam nano second. Dikenal berbagai jenis laser Q-switched, seperti: laser QS
Nd:YAG 1064 nm, frequency doubled QS Nd:YAG 532 nm, laser QS Ruby 694 nm serta laser
QS Alexandrite 755 nm.1-5 Laser Q-switched.
Di antara jenis laser Q-switched yang efektif untuk terapi lesi pigmen epidermis atau tato
superfisial adalah frequency doubled QS Nd:YAG 532 nm. Seperti diketahui bahwa laser QS
Nd:YAG mengeluarkan gelombang inframerah 1064 nm, yang apabila dipasangkan kristal
potassium titanyl phosphate (PTP) seperti pada frequency doubled QS NdYAG 532 nm, akan
terjadi penggandaan frekuensi dan menghasilkan panjang gelombang 532 nm yang

berwarna hijau. Absorpsi energi laser panjang gelombang 532 nm dengan pulse width ultra
short (nanosecond) pada melanin inilah yang menyebabkan laser ini paling baik untuk
mengatasi lesi pigmen di epidermis maupun tato superfisial; sedangkan laser QS Nd:YAG
1064, laser QS Ruby 694 nm serta laser QS Alexandrite 755 nm dapat mencapai lesi pigmen
yang lebih dalam atau pigmen yang terletak di dermis. Di antara jenis Q-switched untuk
kelainan pigmen yang dalam, QS Nd:YAG 1064 nm lebih dipilih untuk pasien dengan kulit
gelap karena risiko terjadinya hipopigmentasi lebih kecil dibandingkan QS jenis lainnya.1-5
Laser Continuous Wave dan Laser Lainnya Walaupun laser Q-Switched menjadi pilihan
utama untuk mengatasi kelainan pigmentasi, akan tetapi laser continuous wave juga masih
dipakai untuk lesi superfisial. Target laser ini adalah air di epidermis dan tidak spesifik untuk
melanin, sehingga menyebabkan kerusakan termal yang non spesifik. Mekanisme ini dikenal
dengan penghilangan pigmen secara sekunder. Contoh laser ini: laser CO2 (10600 nm), laser
erbium (2490 nm), dan laser argon (488 nm, 514 nm); sedangkan laser fractional (1500 nm),
pulsed dye laser, long pulsed laser dan intense pulse lights (IPL) walaupun dapat dipakai
untuk menghilangkan lesi pigmentasi secara nonselektif, tetapi hasilnya tidak optimal dan
tidak dapat dipakai untuk menghilangkan tato.1,2
Pendekatan terapi laser yang baik untuk kelainan pigmentasi, di samping prinsip dasar
selective photothermolysis juga harus diketahui letak pigmen dalam struktur kulit, letak
melanin di intra atau ekstraselular, kepadatan distribusi melanin dan asal pigmen (melanin
atau tato). Secara umum dikatakan bahwa lesi pigmentasi jinak yang berespon baik
terhadap laser adalah lentigo, ephelides (freckles), nevus Ota, nevus Ito dan nevus biru;
sedangkan lesi caf au lait macule, nevus spilus, nevus Becker memberi hasil yang
bervariasi. Melasma dan hiperpigmentasi pasca inflamasi memberi respon kurang
memuaskan karena terapi laser sendiri mempunyai efek hiperpigmentasi pasca inflamasi
sebagai efek yang tidak diinginkan.1-2
LESI PIGMENTASI DI EPIDERMIS
Secara umum lesi pigmentasi di permukaann seperti epidermis lebih mudah dihilangkan
dengan laser daripada yang di dermis. Berikut kelainan pigmentasi di epidermis yang
responsif terhadap laser adalah:
1. Lentigo simplek, solar lentigo1-4,7,9,10
Lentigo berupa makula di epidermis bersifat jinak terjadi akibat paparan sinar UV. Melanin
pada kelainan ini terdistribusi superfisial yaitu di keratinosit dan melanosit, sehingga lesi ini
mudah dihilangkan dengan berbagai laser, seperti laser QS ruby, QS alexandrite, frequency
doubled QS Nd:YAG 532 nm, laser CO2, laser erbium dan IPL. Biasanya lentigo dapat diterapi
dengan hasil yang memuaskan dalam 1-3 kali sesi. Di antara bermacam-macam jenis laser,
terapi solar lentigo dengan laser QS ruby dan QS 532 nm Nd:YAG menduduki level of
evidence A.
Lesi ini harus dibedakan dengan lesi lentigo maligna, yaitu bentuk premaligna yang tidak
dianjurkan untuk diterapi dengan laser karena lesi lentigo maligna mengandung amelanotik
melanosit yang tidak suseptibel dengan laser, sehingga sering terjadi kekambuhan.
Walaupun demikian Orten SS, dkk dalam jurnal Otolaryngol Head Neck Surg, March 1999,
melaporkan 2 dari 8 penderita lentigo maligna yang diterapi QS Nd:YAG laser (532 nm, 1064

nm) dengan dosis 4-11 J/cm2 sebanyak 1 sampai 3 kali sesi memberi respon hilangnya lesi
secara total, baik klinis maupun histopatologi serta tidak terjadi rekurensi selama 3,5 tahun.
2. Ephelides1-4,7,11
Ephelides atau freckles adalah makula hiperpigmentasi, ukuran 1-2 mm, terdistribusi pada
daerah paparan sinar UV. Histopatologi ephelids berupa hiperpigmentasi di lapisan basal
tanpa disertai peningkatan jumlah melanosit. Ephelides sangat responsif terhadap terapi
laser QS.
Wang dkk., membandingkan efektivitas terapi freckles pada 15 subyek ras oriental antara
QS Alexandrite (755 nm), 1 sesi (6,5-7,5 J/cm2), de-ngan IPL (Quantum SR), 2 sesi (26-30
J/cm2 dan 28-32 J/cm2). Hasilnya laser QS ini lebih efektif menghilangkan freckles, tetapi
28% kasus mengalami hiperpigmentasi pasca inflamasi yang hilang dalam 3-6 bulan pasca
terapi, sedangkan subjek yang diterapi dengan IPL tidak ada yang mengalami
hiperpigmentasi pasca inflamasi.
Oleh karena lesi ini sering kambuh terutama dengan adanya paparan sinar UV, maka selama
perawatan dianjurkan harus selalu memakai tabir surya.
3. Caf au lait macules1-7,12
Caf au lait macules (CALM) adalah makula warna kecokelatan berbatas tegas, biasanya
soliter atau kadang merupakan bagian dari sindrom neurofibromatosis ataupun sindrom Al
Bright. Secara histopatologi didapatkan peningkatan jumlah melanosit, hipermelanosis
melanosit dan keratinosit dengan granula melanin raksasa. Walaupun lesi CALM relatif tipis
dan superfisial, lesi ini sangat sulit untuk dihilangkan. Efikasi terapi laser untuk CALM
bervariasi dan hasilnya tidak dapat diprediksi. Shimbasi dkk, melakukan terapi CALM dengan
laser QS ruby (594 nm), sebanyak 1-6 sesi terjadi lightening, walaupun dalam follow up 1021 bulan terjadi repigmentasi.
4. Nevus spilus1-5,13
Nevus ini terdiri dari makula yang berwarna kecokelatan (caf au lait macules) yang disertai
dengan makula atau papula lebih gelap (junctional melanocytic nevi ataupun campuran).
Histopatologi menunjukkan adanya hipermelanosis, pemanjangan rete ridges dan
hipermelanositosis di membran basalis. Lesi yang gelap dapat terdiri dari hiperplasia
melanositik, nevus melanositik, nevus junctional maupun nevus campuran. Grevellink dkk.,
melaporkan hilangnya lesi nevus spilus pada 80-100% penderita yang diterapi dengan laser
QS ruby, walaupun 1 pasien mengalami rekurensi setelah 2 tahun, dan satu pasien lainnya
mengalami rekurensi 3 tahun setelah terapi. Efek samping yang muncul setelah penggunaan
laser ini adalah hipo dan hiperpigmentasi. Pada pengamatan juga tampak bahwa bagian lesi
nevus spilus yang lebih gelap ternyata lebih responsif terhadap laser dibandingkan lesi yang
lebih cerah.
LESI PIGMENTASI DI EPIDERMIS DAN DERMIS
1. Nevus Becker1-5,14
Hamartoma ini sering dijumpai pada laki-laki dewasa dengan ratio 4:1 dibandingkan wanita.
Lesi berupa hiperpigmentasi disertai hipertrikosis yang terdistribusi unilateral pada bahu,
lengan atas, skapula dan badan. Histopatologis adanya hiperkeratosis ringan, akantosis,

elongasi pars retikularis dan hipermelanosis di membran basalis. Pada pemeriksaan dengan
mikroskop elektron didapatkan peningkatan ukuran dan jumlah melanosom pada keratinosit
di lapisan basal, serta didapatkan melanofag di dermis superfisial.
Kadang juga didapatkan pembesaran serat otot halus pada dermis pars retikularis. Terapi
dengan laser QS ruby maupun QS Nd:YAG dilaporkan efektif untuk lesi hiperpigmentasi
walaupun sering pula terjadi rekurensi. Hal ini diduga karena laser QS tidak dapat mencapai
melanin yang terdapat pada rambut. Laser long pulsed yang banyak digunakan saat ini
untuk penghilang rambut, dapat menghilangkan lesi hipertrikosis dan lesi hiperpigmentasi
pada nevus Becker. Dilaporkan dengan 3 sesi laser long pulsed pada follow up 10 bulan
ternyata lesi hilang sampai 90%. Trelies dkk., membandingkan efektivitas erbium: YAG laser
dengan QS Nd:YAG untuk terapi nevus Becker, didapatkan bahwa satu pass erbium:YAG
(2940 nm), 28 J/cm2, ukuran spot 3 mm, lebih unggul dibandingkan 3 sesi QS Nd:YAG (1064
nm), 10 J/cm2, ukuran spot 3 mm.
2. Hiperpigmentasi pasca inflamasi2,4,15
Hiperpigmentasi pasca inflamasi dapat berupa hiperpigmentasi pada epidermis, dermis
maupun kombinasi. Terapi dengan laser tidak dapat diprediksi, tidak konsisten, dan sering
tidak memuaskan. Pada area yang luas dianjurkan trial spot test sebelum seluruh lesi
diterapi. Energi yang dikeluarkan oleh laser QS Nd:YAG 532 nm untuk lesi epidermal
dianjurkan sebesar 2,5-4 J/cm2 dengan ukuran spot 2 mm; sedangkan untuk lesi dermal
dipakai QS Nd:YAG 1064 nm 10-12 J/cm2.
3. Melasma1-4,6,7,16
Melasma dibagi menjadi tipe melasma epidermal, dermal dan kombinasi epidermal dan
dermal. Tipe epidermal responsif terhadap laser QS Nd:YAG 532 nm pada 2,5-3,5 J/cm2,
ukuran spot 2 mm, sedangkan melasma tipe dermal sering tidak memuaskan, karena terjadi
hiperpigmentasi pasca inflamasi dan mudah terjadi rekurensi. Pada melasma refrakter,
Polnikorn melaporkan hilangnya lesi sampai 80% dan tidak terjadi rekurensi selama 18 bulan
pada penggunaan QS Nd:YAG 1064 nm (Medlite C6) 3,4 J/cm2, ukuran spot 6 mm, setiap
minggu, selama 10 kali.
4. Nevus melanositik1-6,17
Terapi dengan laser masih kontroversial karena tidak jelas apakah iradiasi laser yang
nonletal dapat menyebabkan perubahan keganasan pada nevus melanositik. Walaupun
perubahan keganasan karena terapi laser belum pernah dilaporkan, tetapi sementara waktu
terapi laser disarankan hanya untuk lesi yang jelas jinak, dan bila dicurigai ada keganasan
maka sebaiknya dilakukan biopsi. Terapi laser tidak disarankan pula untuk pasien yang
mempunyai riwayat keluarga melanoma maligna.
LESI PIGMENTASI DI DERMIS
1. Nevus Ota dan Ito1-6,18,19
Nevus Ota adalah hamartoma melanositik dermal yang disertai warna kebiruan pada regio
trigeminus. Sedangkan Nevus Ito, distribusinya pada bahu dan lengan atas sesuai dengan
inervasi nervus supraklavikula dan branchialis lateral. Secara histopatologis terdapat
melanosit dermal yang tersebar pada dermis bagian atas, sehingga terapi dengan laser
pigmen yang dapat mencapai dermis seperti QS Nd:YAG 1064 nm, QS Ruby dan QS

Alexandrite sangat efektif untuk nevus Ota dan Ito. Terapi biasanya memerlukan 4-10 kali
sesi, dan hilangnya lesi mencapai 70-100 persen dengan rekurensi hanya 0,6-1,2%.
2. Nevus biru1-4
Lesi melanositik jinak berwarna biru ini muncul secara spontan pada anak-anak atau dewasa
muda. Histopatologi lesi ini tampak melanosit yang terletak di dermis bawah. Warna biru
dari lesi disebabkan adanya efek Tyndall sebagai akibat adanya efek scattering jaringan di
atasnya. Nevus biru sangat jarang berubah menjadi bentuk ganas sehingga lesi ini dapat
dihilangkan dengan laser jenis QS ruby, alexandrite, Nd:YAG. Pada Nevus biru dengan
kedalaman lesi melanositik meluas sampai ke subkutis, maka respon terapi biasanya tidak
baik.
3. Acquired bilateral nevus of Ota-like macules (ABNOMs)/ nevus Hori/nevus
fuscoceruleus zygomaticus2,20- 22
Nevus ini sangat sering ditemukan pada ras Asia, ditandai adanya lesi hiperpigmentasi
kebiruan, terdistribusi bilateral pada daerah malar. Bedanya dengan nevus Ota, selain nevus
ini muncul setelah usia 20 tahun juga tidak disertai lesi pada mukosa. Gambaran
histopatologis berupa melanosit dermal yang mensintesis melanin lebih aktif dan tersebar
pada dermis papilaris dan dermis intermedius.
Polnikorn dkk melaporkan bahwa nevus Hori kurang responsif terhadap laser QS
dibandingkan lesi nevus Ota pada sesi pertama, kedua, sehingga penghilangan lesi
memerlukan sesi yang lebih banyak. Walaupun demikian Leong dkk mencoba meningkatkan
efektivitasnya dengan mengkombinasi 2 laser, yaitu QS Nd:YAG 532 nm yang diikuti oleh QS
Nd:YAG 1064 nm dan ternyata lebih efektif menghilangkan lesi dibandingkan QS Nd:YAG
1064 nm saja.
PENDEKATAN DALAM PENGGUNAAN LASER UNTUK KELAINAN PIGMENTASI1,6,8,23
1. Seleksi pasien
Hal yang paling utama dipertimbangkan sebelum melakukan terapi laser untuk kelainan
pigmentasi adalah ketepatan penegakan diagnosis, identifikasi faktor risiko rekurensi, faktor
prognostik dalam terapi laser, rencana terapi, biaya terapi, efek yang muncul selama dan
setelah terapi serta dibuatkan informed consent.
Anamnesis meliputi: onset kemunculan lesi, riwayat biopsi, riwayat perubahan dalam
perjalan penyakit (membesar, berdarah, berubah warna), riwayat kanker kulit dalam
keluarga, riwayat terapi lesi, riwayat pemakaian asam retinoat oral, riwayat herpes, riwayat
keloid, riwayat berjemur atau tanning, fototerapi dan tipologi kulit. Pada penderita yang
akan dilaser sebaiknya dilakukan priming minimal 2-8 minggu sebelum tindakan laser agar
terapi menjadi lebih efektif dan mengurangi efek hiperpigmentasi pasca inflamasi.
2. Prosedur operasional terapi
Anestesi: setiap pulse laser menyebabkan rasa nyeri yang sebenarnya dapat ditoleransi oleh
pasien, tetapi apabila lesi cukup luas dapat diberikan anestesi topikal oklusif 1 jam sebelum
tindakan laser.
Perlindungan mata operator dan pasien dengan kacamata yang optical density-nya sesuai

laser yang dipakai. Perlu diketahui bahwa laser QS dapat merusak retina secara permanen.
Apabila terapi laser dilakukan pada lesi di kelopak mata, maka bola mata penderita harus
dilindungi dengan metal corneal eye shield.
Lakukan uji spot test, dengan memakai ukuran spot yang disesuaikan dengan lesi, laser
dicobakan pada beberapa tempat pada lesi, dimulai dengan energi yang terendah.
Kemudian catat ukuran spot dan energi yang digunakan. Tes ini dievaluasi 4-8 minggu
kemudian. Evaluasinya adalah melihat adanya efek lightening dengan energi terendah.
Parameter itu yang dipakai untuk terapi keseluruhan lesi.
Posisikan laser tegak lurus terhadap lesi. Bila memakai QS laser, pada saat ditembakkan dan
mengenai partikel pigmen, akan terdengar bunyi meledak (popping sound). End point
primernya adalah kavitasi berupa warna keputihan pada lesi. Untuk lesi pigmen yang dalam
seperti nevus Ota, end point ini tidak terlihat tetapi pasien biasanya merasakan lebih panas
atau nyeri saat laser ditembakkan pada lesi.
End point sekunder, adalah terbentuknya purpura karena terjadi kerusakan pembuluh darah
di dermis. End point ini akan hilang dalam beberapa jam.
3. Post-operasi
Bersihkan luka dua kali sehari dengan larutan fisiologis, kemudian diikuti pemberian
antibiotik topikal, jaga luka selalu lembab; biasanya luka akan sembuh dalam 5-14 hari.
EFEK SAMPING DAN KOMPLIKASI1,2,6,8
Berbagai efek samping dan komplikasi penggunaan laser dapat terjadi seperti
hiperpigmentasi, hipopigmentasi dan jaringan parut. Bila hiperpigmentasi terjadi, dapat
diatasi dengan pemakaian hidrokuinon untuk beberapa bulan dan pemakaian tabir surya SPF
30. Komplikasi lainnya adalah terjadi hipopigmentasi terutama dengan QS ruby dan QS
alexandrite karena lebih merusak melanosit di epidermis. Komplikasi jaringan parut pada
penggunaan laser spesifik pigmen sangat jarang terjadi.
KESIMPULAN
Dalam makalah ini telah diuraikan berbagai kelainan pigmentasi yang dapat diterapi dengan
laser, jenis laser yang digunakan serta efek samping terapi laser yang dapat terjadi. Agar
terapi laser lebih berdaya dan berhasil guna, perlu dilakukan beberapa pendekatan seperti:
ketepatan dalam mendiagnosis kelainan pigmentasi, ketepatan seleksi pasien, perawatan
pre dan post-laser yang benar.
Daftar Pustaka
1 Rohrer TE, Ort RJ, Arndt KA and Dover JS. Laser in the treatment of pigmented lesions. In:
Kaminer MS, Arndt KA, Dover JS RohreTE, Zachary CB (eds). Atlas of Cosmetic Surgery, 2nd
ed, Philadelphia:Saunders Elsevier; 2009.p.155-177
2. Dierickx CC. Laser treatment of pigmented lesions. In: Goldberg DJ(ed). Laser
Dermatology. Berlin:Springer; 2005.p.37-60
3. Railan D and Kilmer S. Treatment of benign pigmented cutaneous lesions. In: Goldman MP
(ed). Cutaneous and Cosmetic Laser Surgery. Mosby:Elsevier; 2006.p.93-108

4. Kilmar LS and Garden JM. Laser treatment of pigmented lesions and tattoos. In: Seminars
in cutaneous medicine and surgery, Vol 19 (4) December 2000; 232-44.
5. Carpo BG, Grevlink , Grevelink SV. Laser treatment of pigmented lesions in children.
Seminars in Cutaneous Medicine and Surgery 2000; Vol 18(3):233-43
6. Golberg DJ. Pigmented lesions, tattoos, and disorders of hypopigmentation. In: Laser
Dermatology Pearls and Problems. Blackwell Publishing; 2008.p.73-113
7. Avram MR, Tsao S, Tannous Z, Avram MM. Disorders of pigmentation. In: Color Atlas of
Cosmetic Dermatology. New York:McGraw Hill; 2007.p.121-48
8. Wheeland RG, Marmur ES. Pigmented lesions and tattoos. In: Goldberg DJ, Rohrer TE
(eds). Laser and Lights, Volume 1, 2nd ed. Saunders Elsevier; 2009.p.29-51
9. Ortonne JP, Pandya AG, Lui H, and Hexsel D. Treatment of solar lentigenes. J Am Dermatol
2006; 54:s262-71
10. Orten SS, Warner M, Dinehart SM, Bardales RH and FlockST. Qswitched deodynium:
yttrium-aluminium-garnet laser treatment of lentigo maligna. Otolaryngol Head Neck Surg
1999; 120:296-302
11. Wang CC, Sue YM, Yang CH, Chen CK. A comparison of qswitched alexandrite laser and
intense pulsed light for the treatment of freckles and lentigenes in Asian persons: a
randomised, physician-blinded, spit-face comparative trial. J Am Acad Dermatol 2006;
54:804-10
12. ShimbaseT, Kamide R, Hashimoto T. Long-term follow up switched ruby laser. Aesth Plast
Surg 1997; 21:445-448(abstract)
13. Grevelink JM, Gonzalez S, Bonoan R, Vibhagool C, Gonzalez E. Treatment of nevus spilus
with the Q switched ruby laser. Dermatol Surg 1997; 23:365-70
14. Trilies MA, Allones I, Morena_Aias GA, Velez M. Beckers Naevus: A comparative study
between erbium:YAG and Q-switvhed neodynium: YAG; clinical and histopathological
findings. British J of Dermatol. 2005;152:308-13
15. Lask GP, Glassberg E. Neodymium:Yttrium-Aluminum-Garnet laser for the treatment of
cutaneous lesions. Clinics in Dermatology 1995; 13:81-6
16. Polnikorn N. Treatment of refractory dermal melasma with the MedLite C6 Q-switched
Nd:YAG laser: Two case reports. Journal of Cosmetic and Laser Therapy 2008; 10: 67-73
17. Suzuki H, Anderson RR. Treatment of melanocytic nevi. Dermatol Therapy 2005; 18:21726
18. Chan H, Kono T. Nevus of Ota: Clinical aspects and management. Skinmed 2003; 2: 8998
19. Alam M, Arndt KA, Dover JS. Laser treatment of nevus of Ota. Dermatol Therapy 2001;
14:55-9
20. Park JM,Tsao H, Tsao S. Acquired bilateral nevus of Ota-like macules (Hori Nevus):
Etiologic and therapeuitic considerations. J Am Acad Dermatol 2009; 61:66-93
21. Polnikorn. NdYAG laser for Horis Nevus. Dermatol Surg 2000; 26(5):477-80
22. Leong H, Goh CL, Khoo, Chan, Ang P. Treatment of acquired bilateral nevus of Ota-lie
macules (Horis Nevus) with a combination of the 532nm Q-switched Nd:YAG laser followed
by the 1064 nm Q-Switched NdYAG is more effective: Prospective study. Dermatol Surg
2006; 32:34-40
23. Aurangabadkar A, Mysore V. Standard guidelines of care: Lasers for tattoos and
pigmented lesions. Indian Journal of Dermatology, Venerology and Leprology 2009;
75(8):111-26

Anda mungkin juga menyukai