Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

A.

Definisi mioma uteri


Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan
ikat yang menumpangnya (Wiknjosastro, 2007).
Mioma Uteri adalah penyakit yang berjenis tumor. Berbeda dengan penyakit
kanker, mioma tidak, mempunyai kemampuan menyebar keseluruh tubuh (Setiati E,
2009).
Mioma Uteri adalah tumor jinak otot rahim disertai jaringan ikatnya, sehingga
dapat dalam bentuk padat karena jaringan ikatnya dominan dan lunak serta otot
rahimnya dominan (Manuaba I.G, 2010).
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan
ikat

yang

menumnpang,

sehingga

dalam

kepustakaan

dikenal

dengan

istilah Fibromioma, leiomioma, atau fibroid (Mansjoer, 2007).


Mioma Uteri adalah suatu tumor jinak, berbatas tegas, tidak berkapsul, yang
berasal dari otot polos dan jaringan ikat fibrous. Biasa juga disebut fibromioma uteri,
leiomioma uteri atau uterine fibroid. Tumor jinak ini merupakan neoplasma jinak
yang paling sering ditemukan pada traktus genitalia wanita,terutama wanita usai
produktif. Walaupun tidak sering, disfungsi reproduksi yang dikaitkan dengan mioma
mencakup infertilitas, abortus spontan, persalinan prematur, dan malpresentasi
(Crum, 2003).
Mioma uteri merupakan tumor jinak otot rahim, disertai jaringan ikatnya.
Sehingga dapat dalam bentuk padat karena jaringan ikatnya, dominan dan lunak
sehingga otot rahimnya dominan (Manuaba, 1998).
Mioma uteri adalah pertumbuhan tumor jinak dari sel-sel polos imatur yang
namanya diberikan sesuai dengan lokasinya di uterus (Hamilton, 1995).
B. Etiologi
Penyebab mioma uteri belum jelas, disangka berasal dari :
1. Wanita estrogenik yang menyebabkan sel-sel yang imatur/belum matang
2. Faktor keturunan (Wiknjosastro, 2007)
3. Predisposisi
a. Kulit hitam lebih banyak
b. Terjadi pada wanita sekitar umur 34-35 tahun (tidak pernah terjadi pada wanita
yang sudah menopause)
c. Nulipara/kurang subur (Wiknjosastro, 2007).
C. Faktor resiko
Faktor Risiko terjadinya mioma uteri yaitu:
1. Usia penderita : Mioma uteri ditemukan sekitar 20% pada wanita usia reproduksi
dan sekitar 40%-50% pada wanita usia di atas 40 tahun (Suhatno, 2007). Mioma
uteri jarang ditemukan sebelum menarke (sebelum mendapatkan haid). Sedangkan

pada wanita menopause mioma uteri ditemukan sebesar 10% (Joedosaputro,


2005).
2. Hormon endogen (Endogenous Hormonal) : Konsentrasi estrogen pada jaringan
mioma uteri lebih tinggi daripada jaringan miometrium normal. (Djuwantono,
2005)
3. Riwayat Keluarga : Wanita dengan garis keturunan tingkat pertama dengan
penderita mioma uteri mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk menderita mioma
dibandingkan dengan wanita tanpa garis keturunan penderita mioma uteri.
(Parker, 2007)
4. Indeks Massa Tubuh (IMT) : Obesitas juga berperan dalam terjadinya mioma
uteri. (Parker, 2007)
5. Makanan : Dilaporkan bahwa daging sapi, daging setengah matang (red meat),
dan daging babi menigkatkan insiden mioma uteri, namun sayuran hijau
menurunkan insiden mioma uteri (Parker, 2007).
6. Kehamilan : Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena tingginya kadar
esterogen dalam kehamilan dan bertambahnya vaskularisasi ke uterus. Hal ini
mempercepat pembesaran mioma uteri (Manuaba, 2003).
7. Paritas : Mioma uteri lebih banyak terjadi pada wanita dengan multipara
dibandingkan dengan wanita yang mempunyai riwayat frekuensi melahirkan 1
(satu) atau 2 (dua) kali (Khashaeva, 1992).
D. Lokasi Terjadinya Mioma
1.

Mioma sub serosa : Mioma ini tumbuh dibawah lapisan peritoneum, dapat
bertangkai dan melayang dalam cavum abdomen.

2.

Intramural : Terletak pada mimetrium. Kalau besar atau multipel dapat


menyebabkan pembesaran uterus dan berbenjol-benjol

3.

Mioma sub mukosa : Berada dibawah endometrium dan menonjol ke dalam


rongga uterus

4.

Servikal mioma : Mioma tumbuh didaerah serviks uteri

E. Gejala Klinis Mioma Uteri


Adanya myoma tidak selalu memberikan gejala karena itu myoma sering
ditemukan tanpa disengaja, yaitu pada saat pemeriksaan ginekologik. Gejala yang
ditemukanpun sangat tergantung pada tempat sarang myoma itu berada, besarnya
tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi ( Sarwono, 1999). Adapun tanda-tanda
yang umumnya terjadi adalah :
1. Tumor massa, dibawah perut : Sering kali penderita pergi ke dokter oleh karena
adanya gejala ini.

2. Perdarahan yang abnormal : Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah


hipermenorea, menorragi, dan dapat juga terjadi metroragia. Beberapa factor yang
menjdi penyebab perdarahan ini, antara lain adalah :
a. Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hiperplasia endometrium sampai
adenokarsinoma endometrium.
b. Permukaan endometrium yang lebih luas dari pada biasa.
c. Atrofi endometrium di atas mioma submukosum.
d. Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma
diantara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah
yang melaluinya dengan baik.
3. Rasa Nyeri : Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena
gangguan sirkulasi darah pada sarang myoma, yang disertai nekrosis setempat dan
peradangan.
4. Gejala dan Tanda penekanan : Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat
moma uteri. Penekanan pada kandung kemih akan menyebabkan poliuri, pada
uretra dapat menyebabkan retensio urine, pada ureter dapat menyebabkan
hidroureter dan hidronefrosis, pada rectum dapat menyebabkan obstipasi dan
tenesia, pada pembuluh darah dan pembuluh limfe di panggul dapat menyebabkan
edema tungkai dan nyeri panggul.
5. Infertilitas dan Abortus : Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup
atau menekan atau menutup pars interstitial tuba, sedangkan mioma submukosum
juga memudahkan terjadinya abortus oleh karena distorsi rongga uterus.
F. Patofisiologi
Ammature muscle cell nest dalam miometrium akan berproliferasi hal tersebut
diakibatkan oleh rangsangan hormon estrogen. ukuran myoma sangat bervariasi.
sangat sering ditemukan pada bagian body uterus (corporeal) tapi dapat juga terjadi
pada servik. Tumot subcutan dapat tumbuh diatas pembuluh darah endometrium dan
menyebabkan perdarahan. Bila tumbuh dengan sangat besar tumor ini dapat
menyebabkan penghambat terhadap uterus dan menyebabkan perubahan rongga
uterus. Pada beberapa keadaan tumor subcutan berkembang menjadi bertangkai dan
menonjol melalui vagina atau cervik yang dapat menyebabkan terjadi infeksi atau
ulserasi. Tumor fibroid sangat jarang bersifat ganas, infertile mungkin terjadi akibat
dari myoma yang mengobstruksi atau menyebabkan kelainan bentuk uterus atau tuba
falofii. Myoma pada badan uterus dapat menyebabkan aborsi secara spontan, dan hal
ini menyebabkan kecilnya pembukaan cervik yang membuat bayi lahir sulit.
G. Pathway

H. Pengaruh mioma

Pengaruh mioma pada kehamilan menurut Wiknjosastro,


(2006) adalah:

1. Mengurangi kemungkinan wanita menjadi hamil, terutama


pada mioma uteri sub mukosium
2. Kemungkinan abortus bertambah
3. Kelainan letak janin dalam rahim, terutama pada mioma
yang besar dan letak subserus
Pengaruh mioma pada persalinan :
1. Menghalangi lahirnya bayi, terutama pada mioma yang
letaknya diserviks
2. Inersia uteri dan atonia uteri
3. Mempersulit lahirnya plasenta.
I. Komplikasi Mioma Uteri
Menurut Wiknjosastro, (2007) yaitu:
1.

Degenerasi ganas : Keganasan umumnya terjadi ditemukan pada pemeriksaan


histologi uterus yang telah diangkat. Kecurigaan akan keganasan uterus apabila
mioma uteri cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam
menopause.

2.

Torsi (putaran tangkai) : Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi,
timbul gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis, sehingga terjadi
sindrom abdomen akut. Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang
diperkirakan karena gangguan sirkulasi darah padanya.

J. Pemeriksaan diagnostik
1.
Darah lengkap (DL)
2.
Test HCG Urine : Indikator kehamilan
3.
Ultra Sonografi
4.
Kondisi janin/cavum uteri : Terdapat jaringan patologis
5.
Kadar Hematocrit/Ht
6.
Status Hemodinamika
7.
Kadar Hemoglobin
8.
Status Hemodinamika
K. Penatalaksanaan Mioma Uteri
1.

Pengobatan : Tidak semua myoma uteri memerlukan pengobatan bedah 55%


dari semua myoma uteri tidak membutuhkan suatu pengobatan dalam bentuk
apapun, terutama apabila myoma uteri itu masih kecil dan tidak menimbulkan
gangguan/keluhan.Dalam dakade terakhir ada usaha mengobati myoma uteri
dengan GnRHa. Hal ini didasarkan atas pemikiran Leioma bahwa pada myoma
uteri terdiri atas sel-sel otot yang diperkirakan dipengaruhi oleh estrogen.
Pemberian GnRHa selama 16 minggu pada myoma uteri menghasilkan
degenerasi hialin di miometrium hingga uterus kecil.

2.

Pengobatan operatif : Pengobatan operatif pada myoma uteri dilakukan bila


myoma sebesar kehamilan 12-14, minggu, disertai pertumbuhan cepat.
Pengobatan operatif dilakukan dengan :
a. Myomektomi yaitu pengambilan sarang myoma saja tanpa, pengangkatan uterus.
Apabila myomektomi ini dikerjakan karena keinginan memproleh anak, maka
kemungkinan akan terjadi kehamilan 30-50%
b. Histerectomi yaitu pengakatan uterus perlu didasari bahwa 25-35% dari
penderita tersebut akan masih perlu histerectomi. Akhir-akhir ini jarang
dikerjakan karena uterus harus lebih kecil dari telur angsa dan tidak ada
perlekatan disekitarnya
c. Radioterapi : Tindakan ini bertjuan agar ovarium tidak berfungsi lagi sehingga
mengalami menopause. Radioterapi hanya dilakukan kalau terdapat kontra
indikasi untuk tindakan operatif. Radio terapi hendaknya, hanya dikerjakan
apabila tidak ada keganasan pada uterus.

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
1. Biodata : Umur 35-45 tahun mempunyai resiko terkena mioma uteri (20%) dan
jarang terjadi setelah menopause, karena pada menopause estrogen menurun, suku
bangsa kulit. Kulit hitam lebih banyak beresikoo terkena mioma daripada kulit
putih (Wiknjosastro, 2007).

2. Keluhan Utama : Gejala awal yang dirasakan oleh penderita mioma uteri menurut
Wiknjosastro, (2005) yaitu :
a. Perdarahan abnormal (hypermenore, menoragia, metoragie)
b. Rasa nyeri, akibat gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma yang disertai
nekrosis setempat dan peradangan.
c. Gangguan BAK (poliuri, retensio urine, disuria), hal ini akibat tekanan pada
kandung kemih
d. Gangguan BAB (obstipasi dan tanesmia), hal ini akibat tekanan pada rectum.
e. Edema tungkai dan nyeri panggul akibat penekanan pada pembuluh darah dan
pembuluh limfe.
3. Riwayat kesehatan lalu dan sekarang : Pada mioma uteri sering ditemukan pada
penderita yang sering mengalami perdarahan (hypermenorrhoe, menorrhagia,
metrorrhagia) yang lama dan terus-menerus kadang-kadang disertai rasa nyeri
pada perut bagian bawah dan riwayat kontak berdarah dan dysparenia (Hamilton,
1995).
4. Riwayat kesehatan keluarga : Adakah anggota keluarga pasien (ibu, kakak) yang
menderita/pernah menderita penyakit yang sama seperti pasien yang berupa
perdarahan terus-menerus dan lama karena predisposisi dari mioma adalah faktor
keturunan. Pada keluarga adakah riwayat gangguan pembekuan darah yang dapat
mengakibatkan perdarahan yang sulit berhenti (Wiknjosastro, 2005).
5. Riwayat kebidanan
Menurut Wiknjosastro, (2005) yaitu:
a. Haid : Pada riwayat haid sering ditemukan adanya hipermenorhea, menoragle,
metoragie, dan dysmenorea
b. Mioma uteri tidak terjadi sebelum menarche.
c. Setelah menopause banyak mioma menjadi lisut, hanya 10% saja yang masih
dapat tumbuh lebih lanjut.
d. Riwayat KB : KB hormonal dengan kadar estrogen yang tinggi merupakan
pencetus terjadinya mioma karena estrogen lebih tinggi kadarnya daripada
wanita yang menggunakan KB hormonal (Hartanto, 2003).
6. Pola kebiasaan sehari-hari
a. Nutrisi : Pada tumor yang berat dapat terjadi nafsu makan turun, rasa sesak dan
lain-lain (Wiknjosastro, 1999).
b. Eliminasi : Pola kebiasaan sehari-hari terutama pola eliminasi mengalami
perubahan. Perubahan pola BAK dapat berupa polakisuria, dysuria, dan kadang
terjadi retensio urine, perubahan pola BAB dapat berupa obstipasi dan tonesmi
(Wiknjosastro, 1999).
c. Seksualitas : Perubahan pola seksual dapat berupa kontak berdarah
dyspareunia, karena adanya mioma pada alat genetalia interna juga kadang
menyebabkan libido menurun (Wiknjosastro, 2007).

d. Aktifitas : Pola aktifitas terganggu akibat rasa nyeri yang timbul (Wiknjosastro,
2007).
e. Kondisi psikososial : Ibu mengalami kecemasan disebabkan karena
dampak/gejala yang ditimbulkan oleh adanya penyakit seperti perdarahan, ada
benjolan, perdarahan yang terus-menerus dan lama.
f. Kondisi spiritual : Ibu merasa terganggu dengan adanya perdarahan dan gejala
lain dari penyakitnya, terutama bagi pasien yang beragama Islam, tidak
dapat/terganggu dalam melaksanakan ibadah.
7. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : lemah, anemis
b. Kesadaran : composmentis sampai somnolen karena perdarahan menimbulkan
gangguan keseimbangan cairan.
c. Tanda-tanda vital
1) Tensi
: Dalam keadaan syok hipovolemik akan terjadi penurunan tensi
(hipotensi).
2) Nadi
: Dalam keadaan syok hipolemik akan terjadi takikardi.
3) Suhu
: Dapat normal dan dapat juga terjadi peningkatan suhu apabila
sudah ditemukan infeksi/dehidrasi berat.
4) Nafas
: Mengalami peningkatan sehubungan dengan gejala sekunder
yaitu : sesak nafas karena gangguan sirkulasi O2.
d. Muka
: Tampak pucat dan anemis.
e. Mata
: Konjungtiva pucat, sklera putih, kelopak mata tidak odem.
f. Mulut
: Mukosa mulut dan bibir tampak kering dan pucat. Bau aseton
bisa terjadi bila telah terjadi asidosis akibat dehidrasi/shock hipolemik yang
hebat.
g. Dada

: Gerakan nafas cepat karena adanya usaha nafas untuk

memenuhi O2 akibat sesak nafas.


h. Abdomen
: Tampak adanya pembesaran, teraba tumor di perut bagian
bawah, teraba lunak/keras, berbatas tegas, kenyal, dan berbeda dengan jaringan
di sekitarnya
i. Genetalia
: Adanya perdarahan pervaginam menoragie, metoragie.
j. Anus
: Karena penekanan mioma pada rectum dapat menyebabkan
haemoroid akibat pengerasan faces.
k. Ekstremitas
: Dapat terjadi penekanan edema tungkai akibat penekanan
pada pembuluh darah dan pembuluh lymfe.
8. Pemeriksaan khusus
a. Pemeriksaan bimanual : Teraba tumor padat uterus terletak di garis tengah atau
agak ke samping, teraba berbenjol-benjol. Mioma subserosum dapat
mempunyai tangkai yang berhubungan dengan uterus (Wiknjosastro, 2005).

b. Pemeriksaan uterus sonde : Mioma intramural akan menyebabkan kavum uteri


menjadi luas, sehingga diagnosanya ditegakkan dengan uterus sonde
(Wiknjosastro, 2005)
c. USG : USG abdominal dan transvaginal dapat membantu dan menegakkan
duagaan klinis. USG abdominal dan transvaginal digunakan untuk memantau
apakah mioma tadi bertambah besar atau tidak. Mioma dengan ukuran kecil
dapat diketahui dan letaknya terhadap cavum uteri juga dapat ditentukan,
apakah suatu mioma submukosum, intramural, atau subserosum.
d. Laboratorium : Pada mioma uteri yang disertai dengan perdarahan banyak
dapat terjadi penurunan kadar hemoglobin (Manuaba, 1998:410).
B. Diagnosa Keperawatan
1.

Anemia berhubungan adanya perdarahan yang abnormal (Manuaba, 1998).

2.

Cemas berhubungan dengan penyakitnya/perawatan di RS (Carpenito, 1992).

3.

Gangguan pola eliminasi BAK berhubungan dengan penekanan mioma uteri


terhadap kandung kencing (Manuaba, 1998).

4.

Gangguan pola BAB berhubungan dengan mioma uteri terhadap rectum


(Manuaba, 1998).

5.

Gangguan rasa nyaman (nyeri)berhubungan dengan penekanan pada urat saraf


oleh mioma uteri (Manuaba, 1998).

6.

Gangguan pemenuhan nutrisi sehubungan dengan mual/nafsu makan menurun


(Carpenito, 1998).

C. Intervensi keperawatan
No Tujuan dan
Dx Kriteria hasil
1
Tujuan : Anemia

Intervensi
1.

Jelaskan kepada ibu

Rasional
1. R/ Dengan diberikan

teratasi

penyebab perdarahan

informasi tentang penyakit

Kriteria : Kadar Hb

yang dialami.

ibu akan lebih mengerti

normal : 12 gr-16 gr%

2.

Jelaskan pada ibu

Kepala tidak pusing

untuk makan-makanan

Muka tidak pucat

yang mengandung

Konjungtiva

ferum.

palpebra merah muda

3.

Kolaborasi dengan
tim medis untuk
pemberian diit TKTP.

4.

Kolaborasi dengan

dan kooperatif.
2. R/ Makanan yang
mengandung ferum dapat
meningkatkan kadar Hb.
3. R/ Protein membantu
pembentukan Hb
4. R/ Untuk meningkatkan
kadar Hb.

tim medis untuk


2

Tujuan

: Cemas

1.

pemberian tranfusi darah


Berikan penjelasan
1. R/ Health education untuk

berkurang/hilang.

tentang mioma uteri dan

Kriteria : Tanda-

dampaknya.

tanda vital dalam batas

2.

Berikan dukungan

normal

moril tentang perubahan

fisiologik baik

Klien

mengungkapkan cemas
berkurang/hilang

fisik/psikologi.
3.

Berikan pengertian

- Wajah tidak tegang

terhadap keluarga, klien

dan melamun

atas perubahan fisiologis


baik fisik/psikologis.
4.

5.

Berikan ketenangan

menumbuhkan mekanisme
koping yang positif.
2. R/ Rasa percaya diri akan
timbul dalam diri klien,
sehingga dapat
menumbuhkan sikap yang
kooperatif
3. R/ Dukungan keluarga
merupakan sarana untuk
menumbuhkan rasa
percaya diri klien.
4. R/ Pendekatan therapeutik

pada klien dengan duduk

dapat memberikan

disampingnya.

dukungan moril secara

Berikan kesempatan
klien mengungkapkan
perasaannya.

positif
5. R/ Diharapkan klien dapat
kooperatif dengan baik
sehingga masalah yang

Tujuan

: Klien dapat

1. Berikan penjelasan

BAK dengan lancar.

tentang penyebab sulit

Kriteria : Klien

BAK.

dapat BAK dengan

2. Anjurkan ibu untuk

frekuensi normal 4-5

BAK setiap ada

kali sehari.

rangsangan untuk BAK.

dan kooperatif
2. R/Proses pengeluaran
urine yang lancar dapat
mencegah terjadinya
proses infeksi serta dapat

80 ml/jam atau 1-2

memberikan rasa nyaman.


3. R/Ibu dapat segera BAK.
apabila terdapat kandung 4. R/Mengetahui

liter/hari

kemih.

Produksi urine 40-

3. Berikan ransangan

4. Observasi intake dan


4

dihadapi teratasi
1. R/Pasien bisa mengerti

: Klien dapat

output cairan.
1.
Berikan penjelasan

BAB dengan frekuensi

tentang kesulitan BAB.

Tujuan

normal 1 kali/hari.
Kriteria : Klien

2.

Anjurkan ibu untuk


BAB secara teratur dan

keseimbangan cairan
dengan pantauan intake
dan output
1. R/ Pasien mengerti dan
kooperatif.
2. R/ Menahan faeces yang
lama pada rectum dapat

terjadi obstipasi.

agar ibu tidak menahan

menyebabkan keadaan

BAB.

faeces semakin keras dan

BAB 1x sehari

dengan konsistensi

3.

lunak.

Anjurkan ibu untuk


banyak minum 2 liter
atau 8-10 gelas
perhari.

4.

Anjurkan pada klien


untuk minum air hangat
30 menit sebelum
sarapan pagi.

5.

Anjurkan ibu untuk


melakukan olahraga
ringan.

6.

Kolaborasi dengan

semakin sudah BAB.


3. R/ Dengan masuknya air
yang cukup dapat
mempermudah
pengeluaran BAB.
4. R/ Air hangat dapat
merangsang pengeluaran
faeces.
5. R/ Membantu
memperlancar BAB.
6. R/ Dapat meningkatkan
peristaltik usus sehingga
BAB lancar

tim medis untuk


5

Tujuan

: Nyeri

memberikan laxansia.
1.
Jelaskan kepada

1. R/ Dengan menjelaskan

berkurang/hilang

klien tentang penyebab

mengenai penyebab nyeri,

Kriteria : Klien

nyeri.

klien akan mengerti dan

mengungkapkan nyeri

2.

Ajarkan kepada

berkurang/hilang

klien tentang strategi

relaksasi dengan

Klien tidak

menangis menahan

bernafas perlahan,

sakit.

teratur atau nafas dalam.


3.

Beri pengurang rasa


nyeri (analgesic) bila
nyeri sangat hebat.

4.

Observasi tandatanda vital

kooperatif dengan
tindakan.
2. R/ Dapat mengurangi rasa
nyeri.
3. R/ Obat analgesic akan
merangsang syaraf dengan
menekan rasa nyeri
sehingga mengurangi rasa
nyeri.
4. R/ Nyeri hebat ingin
menimbulkan pengeluaran
adrenalin yang berlebihan
sehingga berpengaruh
pada kenaikan frekuensi
denyut nadi dan tekanan

Tujuan

: Nutrisi

1. Berikan penyuluhan

darah
1. R/ Porsi kecil memberi

terpenuhi sesuai

tentang porsi makanan

kesempatan agar lambung

kebutuhan.

yang efektif untuk klien

tidak bekerja terlalu berat

Kriteria : Nafsu

yaitu porsi kecil tapi

sehingga mengurangi rasa

makan meningkat,

sering.

makan 3x sehari porsi

mual.
2. R/ Makanan berlemak

2. Hindari makanan

sedang.

berlemak dan

Pasien tidak mual

merangsang asam

BB ideal

lambung.

lebih lama tinggal di


dalam lambung sehingga
menimbulkan rasa penuh
(enek)

ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus : Pada tanggal 18 juli 2011 pukul 09.00 wib, Pasien Ny. P datang ke poli
kandungan RSUP dr.Soedono Madiun dengan keluhan pendarahan.
A.

Pengkajian
1.

Pengumpulan data
a. Data subyektif
Biodata

Istri

Suami

Nama

: Ny. P

Tn S

Umur

: 50 th

55 th

Agama

: Islam

Islam

Suku/bangsa

: Jawa/Indonesia

Jawa/Indonesia

Pendidikan

: SD

SD

Pekerjaan

: Buruh

Buruh

Penghasilan

: Rp. 600.000,-/bln

Rp. 600.000,-/bln

Status marital

: Menikah

Menikah

Lama/brp x nikah : 27 th/1x

27 th/1x

Alamat

: Grobogan RT.18/09 Jiwan, Madiun

No. register

: 6-42-75-67

2. Keluhan utama : Ibu datang di poli kandungan RSUP Dr.Soedono Madiun karena
ingin kontrol post kurretage mioma uteri. Ibu mengeluh pendarahan.
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit dengan gejala jantung
berdebar-debar (penyakit jantung), tekanan darah tinggi (hipertensi), batuk
lama lebih dari 2 minggu (TBC), sakit saat BAK (ginjal), banyak makan,
banyak minum dan sering kencing (DM), gangguan jiwa ataupun pembekuan
darah. Ibu tidak pernah operasi di daerah perut, disekitar panggul, alat genetalia
ataupun bagian tubuh yang lain. Sebelumnya mempunyai keluhan pada waktu
beraktifitas, kemudian periksa ke poli kandungan pada tanggal 5 Juli 2011 dan
MRS tanggal 6 Juli 2011 dengan diagnosa mioma uteri (geborn). Menjalani
curretage dan tranfusi pada tanggal 9 Juli 2011.
b. Riwayat kesehatan sekarang : Ibu mengatakan saat ini dalam keadaan sehat,
sudah tidak mengalami perdarahan dan nyeri perut hanya sedikit pusing.

c. Riwayat kesehatan keluarga : Didalam keluarga tidak ada yang menderita


penyakit seperti yang sedang diderita ibu sekarang.
d. Riwayat kebidanan
1) Riwayat haid : Menarche usia 14 tahun, haid teratur siklus 30 hari, lama
haid 7 hari, ganti pembalut 3x sehari konsistensi encer. Ibu tidak
merasakan nyeri saat haid. Sejak 2 bulan terakhir ini ibu mengeluh
perdarahan, dan disekitar benjolan terasa nyeri bila untuk aktivitas berat.
2) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas : anak pertama sampai dengan
keempat biasa ditolong bidan. Selama kehamilan dan persalinan sampai
dengan nifas dari anak pertama sampai keempat ibu selalu sehat tak pernah
mengalami keadaan yang abnormal. Semua anak lahir cukup bulan. Anak
terkecil berusia 10 tahun.
e. Riwayat KB : Sejak kelahiran anak pertama ibu menggunakan KB suntik.
Setelah kelahiran anak terakhir ibu mengikuti program KB steril tahun 2000.
4. Pola kebiasaan sehari-hari
a. Nutrisi
Sebelum MRS : Makan 3x sehari dengan komposisi nasi, sayur (sawi, bayam,
kangkung), lauk (tahu, tempe, telur). Minum + 6 gelas perhari (air putih + teh
hangat, kadang-kadang kopi).
Selama di RS : makan 3 kali sehari dengan komposisi nasi, sayur (wortel,
kacang panjang, bayam) dan lauk (daging, tahu, tempe). Minum air putih 3
botol aqua literan +2 gelas teh hangat sehari.
b. Eliminasi
Sebelum MRS : BAB 1x sehari, konsistensi lembek, warna kuning trengguli,
bau khas. BAK 4-5 kali sehari warna kuning jernih. Ibu merasakan nyeri di
daerah benjolan saat BAK.
Selama di RS: BAB 1x sehari, konsistensi lembek, warna kuning trengguli,
bau khas. BAK 5-6 kali sehari warna kuning jernih
c. Istirahat
Dirumah, Ibu biasa tidur malam 8 jam (21.00 05.00 WIB).tidur siang + 1
jam (jam 13.00 14.00 WIB) tidak ada gangguan.
Selama di RS : Tidur malam jam 21.00 WIB, malam sering terbangun karena
petugas yang mengganti infus, bangun pagi jam 04.00 WIB. Siang tidur selama
2 jam (jam 11.00 13.00 WIB).
d. Personal hygiene
Dirumah, ibu mandi 2x sehari pagi dan sore. Gosok gigi bersamaan dengan
mandi. Ganti pakaian dan celana dalam 2x sehari. Keramas 2x seminggu
dengan shampo. Sehabis BAB maupun BAK selalu cebok dengan sabun dan
air bersih dari depan ke belakang. Apalagi selama mengeluarkan darah ibu
selalu cebok.

Selama di RS : Ibu hanya disibin karena dipasang infus, ganti pakaian 1x


sehari, ganti softex 2x sehari pagi dan sore.
e. Aktivitas : Ibu bekerja sebagai pedagang dan biasa mengerjakan pekerjaan
rumah misalnya memasak, mencuci dan menyapu.
f. Rekreasi
Dirumah ibu menjalankan aktivitasnya sebagai ibu rumah tangga dan sebagai
buruh dibantu anaknya yang tinggal serumah. Tetapi selama sakit ibu lebih
banyak istirahat dirumah.
Selama di RS ibu hanya istirahat di tempat tidur karena diberi tambahan infus
sehingga kurang leluasa bergerak. Hanya kalau BAB/BAK ibu jalan ke kamar
mandi dibantu keluarga.
g. Kondisi Psikosoial : Ibu merasa takut dan khawatir sejak menderita penyakit
tersebut. Walaupun demikian, ibu sudah menerima keadaannya. Ibu sering
menanyakan tentang kelanjutan dari proses pengobatan.
h. Spiritual : Ibu melaksanakan sholat 5 waktu dan berpuasa di bulan ramadhan.
Waktu di RS tak bisa melakukan sholat dengan semestinya karena dipasang
infus. Hanya saja ibu selalu berdoa dan pasrah pada keadaannya.
i. Keadaan sosial budaya : Sebelum maupun selama dirawat di rumah sakit ibu
tidak pernah minum jamu-jamuan.
5. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
: Anemis
b. Kesadaran
: Composmentis
c. Tanda-tanda vital
:
T:
190/110 mmHg
S:
36,5 oC, N :
84 x/mnt
R:
24 x/mnt
TB = 155 cm
BB = 56 kg
d. Pemeriksaan fisik
1) Kepala
: Rambut bersih, warna hitam ada sedikit uban, persebaran
merata, banyak yang rontok
2) Muka
: Bersih, tidak sembab
3) Mata
: Simetris, conjungtiva palpebra anemis, sklera putih, agak
4)
5)
6)
7)

pucat
Gigi dan mulut
Telinga
Hidung
Leher

: Mulut bersih, tidak ada caries, mukosa bibir agak kering.


: Bentuk simetris, sedikit secret .
: Tidak ada polip, tidak terdapat pernafasan cuping hidung.
: Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid maupun kelenjar

limfe, tidak ada bendungan vena jugularis.


8) Dada
: Simetris, tidak ada penarikan dinding dada saat bernafas,
tidak ada bunyi ronchi dan weezhing.
9) Mammae
: Bentuk simetris, tidak ada benjolan abnormal pada
payudara
10) Abdomen
tekan

: Tidak terdapat benjolan abnormal, tidak terdapat nyeri

11) Genetalia

: Tidak terdapat pengeluaran darah pervaginam, tidak ada

condiloma akuminata/matalata, tidak ad avarices,tidak ada pembengkakan


kelenjar skene dan kelenjar bartolini, tidak terdapat keputihan.
12) Anus
: Tidak ada haemoroid.
13) Ekstremitas
:
a. Atas
: Simetris, kedua tangan dapat digerakkan dengan biasa
b. Bawah
: Bentuk simetris, tidak ada oedem, tidak ada varices.
6. Pemeriksaan penunjang
a. Hasil PA (patologi anatomi) tanggal 5 Juli 2011.
1) Leiomyoma uteri
2) Endometrium kelenjar fase sekresi irregular sheding
b. HB terakhir tanggal 11 Juli 2011 = 9,3 gr%.
Terapi : Plasminex
31 tablet XV
- Vit B Complex
31 tablet XV
7. Analisa data
No
1.

Data fokus

Etiologi

DS :

perdarahan yang

- ibu mengatakan pendarahan

abnormal

- Ibu mengatakan telah mempunyai 4


orang anak, terkecil berusia 10
tahun, lahir cukup bulan.
- Ibu mengatakan usianya sekarang
50 tahun.
-

Ibu mengatakan telah menjalani

curretage dan tranfusi 4 kolf atas


indikasi mioma uteri pada tanggal 9
Juli 2011 dan sekarang sudah tidak
merasa nyeri saat beraktifitas.
- Ibu mengatakan masih merasakan
pusing dan lemas.
DO : Keadaan umum : Anemis
- Kesadaran : composmentis
- Tanda-tanda vital
T : 190/110 mmHg
S : 36,5 oC
N : 84 x/mnt

Problem
Anemia

R : 24 x/mnt
TB = 155 cm
BB = 56 kg
- Mata : conjungtiva palpebra
anemis, sklera putih, agak pucat,
bentuk simetris.
-

Abdomen : Tidak terdapat tumor,

tidak ada luka bekas operasi, tidak


terdapat nyeri tekan. Telah dilakukan
curretage tanggal 9 Juli 2011.
- Hb tanggal 11 juli 2011 = 9,3 gr%.
2.

DS: - Ibu mengatakan merasakan

Penyakitnya tidak

cemas apakah penyakitnya bisa

sembuh

Cemas

sembuh total atau tidak


DO : pasien terlohat gelisah
B. Diagnosa Keperawatan
1. Anemia berhubungan adanya perdarahan yang abnormal
2. Cemas berhubungan dengan penyakitnya/perawatan di RS
C. Intervensi keperawatan
No Tujuan dan
Dx Kriteria hasil
1
Tujuan : Anemia
teratasi
Kriteria : Kadar Hb
normal : 12 gr-16 gr%
-

Kepala tidak pusing

Muka tidak pucat

Konjungtiva

palpebra merah muda

Intervensi
1. Jelaskan kepada ibu
penyebab perdarahan
yang dialami.
2. Jelaskan pada ibu untuk
makan-makanan yang
mengandung ferum.
3. Kolaborasi dengan tim
medis untuk pemberian
diit TKTP.
4. Kolaborasi dengan tim
medis untuk pemberian
tranfusi darah

Rasional
1. R/ Dengan diberikan
informasi tentang penyakit
ibu akan lebih mengerti
dan kooperatif.
2. R/ Makanan yang
mengandung ferum dapat
meningkatkan kadar Hb.
3. R/ Protein membantu
pembentukan Hb
4. R/ Untuk meningkatkan
kadar Hb.

Tujuan

: Cemas

1. Berikan penjelasan

berkurang/hilang.

tentang mioma uteri dan

Kriteria : Tandatanda vital dalam batas


normal
-

1. R/ Health education untuk

Klien

mengungkapkan cemas

dampaknya.
2. Berikan dukungan moril

- Wajah tidak tegang

timbul dalam diri klien,

fisiologik baik

sehingga dapat

fisik/psikologi.

menumbuhkan sikap yang

terhadap keluarga, klien


atas perubahan fisiologis

dan melamun

koping yang positif.


2. R/ Rasa percaya diri akan

tentang perubahan

3. Berikan pengertian

berkurang/hilang

menumbuhkan mekanisme

4. Berikan ketenangan pada


disampingnya.

merupakan sarana untuk


menumbuhkan rasa

baik fisik/psikologis.
klien dengan duduk

kooperatif
3. R/ Dukungan keluarga

percaya diri klien.


4. R/ Pendekatan therapeutik
dapat memberikan
dukungan moril secara

5. Berikan kesempatan
klien mengungkapkan
perasaannya.

positif
5. R/ Diharapkan klien dapat
kooperatif dengan baik
sehingga masalah yang
dihadapi teratasi

D. Implementasi
No
Tanggal
Dx
Dan jam
1 18-07-2011
10.00 wib

implementasi
1. menjelaskan

pada

Respon
ibu

tentang 1. Ibu mengerti tentang

penyakit mioma dengan anemi yang

kondisi

dideritanya bahwa penyakit tersebut

dialaminya

harus membutuhkan penanganan lebih

tindakan yang akan

lanjut yaitu dengan melakukan tindakan

dilakukan tetapi ibu

trasfusi darah agar tidak terjadi enemi

merasa

lebih

lanjut

serta

menyampaikan

kepada ibu bahwa kondisinya masih


kurang baik dikarenakan HB yang
kurang.
2. Melakukan kolaborasi dengan dokter

yang
dan

cemas

dengan keadaanya.
2. Kolaborasi
telah
dilaksanakan
dikarenakan
pasien

8,6

Hb
gr%,

tentang rencana operasi (pengangkatan

maka dari itu masih

Mioma) tentang waktu serta tanggal

dibutuhkan trnsfusi

pelaksanaanya.
3. Menganjurkan

darah
ibu

untuk

untuk

memperbaiki

mengkonsumsi makanan yang banyak

keadaan umum ibu


mengandung zat besi, vitamin dan gizi 3. Ibu
telah
seimbang agar kebutuha gizi terpenuhi

mengkomsumsi

seperti telur, ikan, tempe, sayur-sayuran

makanan

gizi

dan buah-buahan(mis: 1 potong tempe

seimbang

seperti

+ 1 potong ikan + sayur secukupnya +

yang dianjurkan

1 porsi nasi + buah/susu)


2

18-07-2011
11.00 wib

1. Manjurkan ibu mengkomsumsi obat 1. Ibu mengkomsumsi


yang diberikan secara rutin yaitu karena

obatnya

salah dari obat tersebut merupakan

teratur

antibiotikyang harus diminum secara

dengan

teratur karena obat tersebut jika tidak

berkurangnya

komsumsi

secara

teratur

akan

menyebabkan terjadinya resisten.

secara
di

tandai
obat

yang ada.
2. ulfat ferosus 3x200
mg/hari
3. Vitamin

1/hari
4. Inj.cefotaxime
1gr/12 jam secara
bolus
5. Inj.

Ranitidin

1amp/12 jam secara


bolus

E.

Evaluasi
No
Dx
1.

Tanggal dan jam

Data fokus

19 juli 2011

S : pasien mengatakan pendarahan sudah

08.00 wib

berkurang
O : tampak pendarah sudah mulai sedikit
A : masalah teratasi
P : intervensi di hentikan pasien besok

TTD

2.

19 juli 2011

pulang
S : pasien mengatakan lega karena sudah

08.00 wib

dilakukan tindkan
O : terlihat ibu sudah bisa tenang
A : masalah teratasi
P : intervensi di hentikan

Discharge Planning
1. Berikan informasi yang jelas tentang penyakit, tanda, gejala dan pengobatan.
2. Berikan informasi tentang obat yang diberikan, baik waktu minum obat, jumlah obat,
efek samping yang mungkin muncul, cara minum obat saat di rumah.
3. Jelaskan bahwa obat antibiotic harus dihabiskan.
4. Jelaskan kapan waktu yang tepat untuk melakukan aktivitas seksual
5. Motivasi klien untuk mengkonsumsi makanan tinggi protein, buah-buahan, sayur dan
biji-bijian yang dapat membantu penyembuhan luka operasi jika dilakukan
histerektomi.
6. Berikan informasi tentang pentingnya menjaga kebersihan dan kekeringan luka pada
luka post histerektomi.
7. Berikan informasi tentang tanda-tanda infeksi luka, yang meliputi kemerahan pada luka,
panas di area luka, bengkak, penurunan fungsi dan nyeri.
8. Motivasi pasangan dan keluarga pasien agar ikut memberi dukungan kepada pasien
9. Tekankan agar pasien kontrol rutin sesuai jadwal, dan bila terjadi hal-hal yang tidak
wajar, seperti perdarahan per vagina yang banyak, nyeri yang tidak tertahan dan
keluhan seperti sebelum pengobatan, segera periksa ke rumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA
1. https://keperawatanners.wordpress.com/2012/09/24/asuhan-keperawatanmioma-uteri/
2. Daftar Pustaka Bagian Obstetri & Ginekologi FK. Unpad. 1993. Ginekologi.
Elstar. Bandung
3. Carpenito, Lynda Juall, 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. EGC.
Jakarta
4. Galle, Danielle. Charette, Jane.2000. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi.
EGC. Jakarta
5. Hartono, Poedjo. 2000. Kanker Serviks/Leher Rahim & Masalah Skrining di
Indonesia. Kursus Pra kongres KOGI XI Denpasar. Mimbar Vol.5 No.2 Mei
2001

6. Saifidin, Abdul Bari,dkk. 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan


Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo &
JNKKR-POGI. Jakarta
7. Djuwantono T. 2004. Terapi GnRH Agonis Sebelum Histerektomi atau
Miomektomi. Farmacia. Vol III NO. 12. Juli 2004. Jakarta
8. Hart MD FRCS FRCOG, David McKay. 2000. Fibroids in Gynaecology
Illustrated. London : Churchill Livingstone.
9. Joedosapoetro MS. 2003. Ilmu Kandungan. Wiknjosastro H, Saifudin AB,
Rachimhadi T. Editor. Edisi Ke-2. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Anda mungkin juga menyukai