Makan
makanan
dan
asparagus, dll
3) Makanan sumber vitamin B12 seperti hati sapi,
(berbumbu tajam)
sapi, kacang kedelai, rumput laut, kacang merah, 2) Makanan dengan minyak,
kuning telur
4) Makanan suber vitamin C seperti buah-buahan
seperti jeruk, apel, dll
2. Diet Pada Penderita Kanker Darah (Leukimia)
Kanker Darah (Leukemia) adalah jenis penyakit kanker yang menyerang sel-sel
darah putih yang diproduksi oleh sumsum tulang (bone marrow). Sumsum tulang atau
bone marrow ini dalam tubuh manusia memproduksi tiga type sel darah diantaranya sel
darah putih (berfungsi sebagai daya tahan tubuh melawan infeksi), sel darah merah
(berfungsi membawa oxygen kedalam tubuh) dan platelet (bagian kecil sel darah yang
membantu proses pembekuan darah). Kanker darah (leukemia) umumnya muncul pada
diri seseorang sejak dimasa kecilnya, sumsum tulang tanpa diketahui dengan jelas
penyebabnya telah memproduksi sel darah putih yang berkembang tidak normal atau
abnormal. Normalnya, sel darah putih me-reproduksi ulang bila tubuh memerlukannya
atau ada tempat bagi sel darah itu sendiri. Tubuh manusia akan memberikan tanda/signal
secara teratur kapankah sel darah diharapkan be-reproduksi kembali.
Leukemia akut ditandai dengan suatu perjalanan penyakit yang sangat cepat,
mematikan, dan memburuk. Apabila hal ini tidak segera diobati, maka dapat menyebabkan
kematian dalam hitungan minggu hingga hari. Sedangkan leukemia kronis memiliki
perjalanan penyakit yang tidak begitu cepat sehingga memiliki harapan hidup yang lebih
lama, hingga lebih dari 1 tahun.
Gejala Leukemia yang ditimbulkan umumnya berbeda diantara penderita, namun
demikian secara umum dapat digambarkan diantaranya : anemia, perdarahan, terserang
infeksi, nyeri tulang dan persendian, nyeri perut, pembengkakan kelenjar lympa, kesulitan
bernafas (dyspnea).
a. Tujuan :
1) Memberikan makanan yang seimbang sesuai dengan keadaan penyakit serta daya
terima pasien
2) Mencegah atau menghambat penurunan berat badan secara berlebihan.
3) Mengupayakan perubahan sikap dan perilaku sehat terhadap makanan oleh pasien
dan keluarganya.
b. Syarat diet :
1) Energi tinggi, yaitu 36 kkal/kg BB untuk laki-laki dan 32 kkal/kg BB untuk
perempuan. Apabila pasien berada dalam keadaan gizi kurang, maka kebutuhan
energi menjadi 40 kkal/kg BB untuk laki-laki dan 36 kkal/kg BB untuk perempuan.
2) Protein tinggi, yaitu 1-1,5 g/kg BB. Lemak sedang, yaitu 15-20% dari kebutuhan
energi total.
3) Karbohidrat cukup, yaitu sisa dari kebutuhan energi total. Vitamin dan mineral
cukup, terutama vitamin A, B kompleks, C dan E. Bila perlu ditambah dalam bentuk
suplemen.
4) Jenis makanan atau diet yang diberikan hendaknya memperhatikan nafsu makan,
perubahan indra kecap, rasa cepat kenyang, mual, penurunan berat badan, dan akibat
pengobatan.
5) Hindari makanan atau minuman yang merangsang batuk, misalnya makanan
berminyak, makanan asam, pewarna makanan, MSG.
6) Sesuai dengan keadaan pasien, makanan dapat diberikan dalam bentuk makanan
padat, makanan cair, atau kombinasi. Untuk makanan padat dapat berbentuk
makanan biasa, makanan lunak, atau makanan lumat.
b. Syarat Diet
1) Energi cukup untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen positif, yaitu 35
kkal/kg BBI/hari.
2) Protein edang, yaitu 1,0 g/kg BBA, atau 0,8 g/kg BBA ditambah dengan jumlah
protein yang dikeluarkan melalui urine. Utamakan penggunaan protein yang bernilai
biologi tinggi.
3) Lemak sedang, yaitu 15 29 % dari kebutuhan energy total. Perbandingan lemak
jenuh, lemak jenuh tunggal dan lemak jenuh ganda adalah :1:1:1.
4) Karbohidrat sebagai sisa kebutuhan energy. Utamakan penggunaan karbohidrat
kompleks.
5) Natrium dibatasi, yaitu 1- 4 g sehari, tergantung berat ringannya edema.
6) Kolesterol dibatasi < 300mg, begitu pula gula murni, bila ada peningkatan
trigliserida darah.
7) Cairan disesuaikan dengan banyaknya cairan yang dikeluarkan melalui urine
ditambah 500 ml pengganti cairan yang dikeluarkan melalui kulit dan pernafasan.
Gejala yang paling umum adalah terjadinya pembengkakan. Ini mungkin terjadi di
wajah dan sekitar mata (pembengkakan wajah), pada lengan dan kaki, terutama pada kaki
dan pergelangan kaki, dan di daerah perut (perut bengkak). Gejala lainnya antara lain
adalah : urin nampak berbuih, peningkatan berat badan, nafsu makan berkurang, dan
tekanan darah tinggi. Untuk memastikan, biasanya akan dilakukan beberapa uji
laboratorium, antara lain : pemeriksaan kreatinin serum (umumnya akan tinggi), Blood
urea nitrogen (BUN), albumin darah (mungkin rendah), dan urinalisis utk melihat kadar
protein dalam urin. Selain itu juga dilakukan pemeriksaan kadar kolestrol dan trigliserida
darah. Biopsi ginjal mungkin juga diperlukan.
Tujuan pengobatan sindrom nefrotik adalah untuk mengurangi gejala, mencegah
komplikasi dan menunda kecepatan/progresivitas kerusakan ginjal. Pengobatan terhadap
gangguan penyebab kondisi ini juga diperlukan untuk mengendalikan sindrom nefrotik.
Pengobatan mungkin diperlukan seumur hidup. Mengontrol tekanan darah merupakan hal
yang paling penting untuk menunda kerusakan ginjal. Tujuannya adalah untuk menjaga
tekanan darah pada atau di bawah 130/80 mmHg. Obat anti hipertensi seperti Angiotensinconverting enzyme (ACE) inhibitor atau angiotensin receptor blocker (ARB) adalah obat
yang paling sering digunakan dalam kasus ini. ACE inhibitors juga dapat membantu
mengurangi jumlah hilangnya protein ke dalam urin. Kortikosteroid dan obat lain yang
menekan sistem kekebalan tubuh juga dapat digunakan. Tingkat kolesterol yang tinggi
juga harus ditangani untuk mengurangi risiko masalah jantung dan pembuluh darah.
Namun, diet rendah lemak dan rendah kolesterol biasanya tidak begitu bermanfaat bagi
orang-orang dengan sindrom nefrotik. Obat untuk mengurangi kolesterol dan trigliserida
mungkin diperlukan, obat yang paling sering digunakan adalah golongan statin (misalnya
simvastatin).
Pasien dengan sindrom nefrotik juga perlu diet rendah garam untuk mengurangi
penahanan cairan tubuh oleh natrium yang menyebabkan pembengkakan di tangan dan
kaki. Kadang diperlukan obat diuretik (pelancar air seni) untuk membantu mengurangi
cairan tubuh.
2. Diet Pada Penderita Urolithiasis
Urolithiasis adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya batu (urolith) atau kristalkristal pada saluran air kencing (tractus urinarius). Batu dan kristal tersebut dapat
ditemukan di ginjal, urethra, dan kebanyakan di vesika urinaria (kandung kencing).
Adanya batu atau polikristal tersebut dapat membuat iritasi saluran air kencing, akibatnya
saluran tersebut rusak, ditemukan darah bersama urin yang dapat menimbulkan rasa sakit.
Polikristal ini terdiri dari Kristal organic atau anorganik (90-95%) dan matriks organic (510%) dan unsur lain dalam jumlah kecil.
Urolit berbentuk khas, tidak berupa endapan bahan Kristal yang berserakan tetapi
berupa kumpulan Kristal yang tersusun teratur dan mempunyai struktur internal yang
kompleks. Dalam praktek kasus batu dan kristal tersebut menyebabkan penyumbatan pada
saluran air kencing sehingga terjadi retensi urin. Pada irisan melintang urolit sering
tampak adanya inti dan lamina. Hal tersebut membuktikan bahwa urin yang menggenangi
urolit komposisinya bervariasi dari hari ke hari dan keadaan tersebut merupakan hal yang
sangat konseptual dalam mencoba memahami sifat fisik urolit.Urolithiasis adalah suatu
keadaan terdapatnya batu di dalam saluran kemih, baik dalam ginjal, ureter, maupun bulibuli/kandung kemih. Definisi perihal kencing batu ginjal urolithiasis yaitu satu
berlangsungnya penumpukan oksalat, calculi (batu ginjal) pada ureter atau pada tempat
ginjal. Tanda-tanda rasa sakit yang terlalu berlebih pada pinggang, nausea, muntah,
demam, hematuria. Semakin banyak berlangsung pada lelaki dibanging wanita dengan
perbandingan 3:1 didalam umur 30-60 th.. Urine berwarna keruh layaknya teh atau merah.
Patofisiologi batu didalam perkemihan datang dari obstruksi saluran kemih,
obstruksi barangkali berlangsung cuma parsial atau lengkap. Obstruksi yang lengkap dapat
jadi hidronefrosis
Terapi medik batu saluran kemih berusaha mengeluarkan batu atau melarutkan batu.
Pengobatan simptomatik mengusahakan agar nyeri khususnya kolik yang terjadi
menghilang dengan pemberian simpatolitik. Selain itu terutama untuk batu ureter yang
dapat diharapkan keluar dengan sendirinya, dapat diberikan minum berlebihan disertai
diuretikum. Dengan produksi air kemih yang lebih banyak diharapkan dapat mendorong
dan mengeluarkan batu.
a. Tujuan :
1) Memberikan makanan secukupnya yang memungkinkan istirahat pada saluran
cerna,mengurangi resiko perdarahan ulang,dan mencegah aspirasi.
2) Mengusahakan keadaan gizi sebaik mungkin.
b. Syarat diet :
1) Tidak merangsang saluran cerna
2) Tidak meninggalkan sisa
3) Pada fase akut dapat diberikan makanan parenteral saja selama 24-48 jam untuk
memberi istirahat pada lambung
4) Diet diberikan jika perdarahan pada lambung atau duodenum sudah tidak ada
5) Diet diberikan dalam bentuk makanan cair jernih, tiap 2-3 jam pasca perdarahan.
Nilai gizi makanan ini sangat rendah, sehingga diberikan selama 1-2 hari saja (lihat
makanan cair jernih).
2. Diet Pada Penderita Saluran Cerna Bawah (Usus Inflamatorio)
a. Tujuan :
1) Memperbaiki ketidak seimbangan cairan dan elektrolit
2) Mengganti kehilangan zat gizi dan memperbaiki status gizi kuranag
3) Mencegah iritasi dan inflamasi lebih lanjut
4) Mengistirahatkan usus pada masa akut
b. Syarat diet :
1) Pada fase akut dipuasakan dan diberi makanan secara parenteral saja
2) Bila fase akut teratasi, pasien diberi makanan secara bertahap, mulai dari bentuk cair
(per oral maupun enteral), kemudian meningkat menjadi diet sisa rendah dan serat
rendah.
3) Bila gejala hilang dapat diberikan makanan biasa
4) Kebutuhan energy tinggi dan protein tinggi
5) Suplemen vitamin dan mineral antara lain vitamin A, C, D, asam folat, vitamin B12,
kalsium, zat besi, maknesium dan seng
6) Makanan enteral rendah atau bebas laktosa dan mengandung asamlemak rantai
sedang dapat diberikan karena sering.
3. Diet Pada Penderita Saluran Cerna Bagian Atas (Diare)
a. Tujuan :
1) Menghindari resiko dehidrasi dan kekurangan elektrolit.
2) Mempercepat pengeluaran bakteri, bacillus, dll.
3) Mengurangi percepatan peristaltic usus besar.
sisa sehingga dapat membatasi volume feses, dan tidak merangsang saluran cerna.
5) Memberikan makanan yang adekuat untuk meningkatkan BB dan mencapai status
gizi optimal.
6) Memenuhi kebutuhan cairan.
7) Mengurangi rasa mual, muntah, dan diare
b. Syarat diet :
1) Energi cukup diberikan 2161,10 kkal.
2) Protein cukup diberikan 15 % dari kebutuhan energi total yaitu sebesar 81,04 gram.
3) Lemak sedang diberikan 20 % dari kebutuhan energi total yaitu sebesar 48,02 gram.
4) Karhohidrat cukup diberikan 65 % dari kebutuhan energi total yaitu sebesar 351,18
gram.
5) Natrium sedang yaitu 2300 mg (setara dengan 5 gram garam dapur), karena natrium
dapat memicu hiperkalsiuria.
6) Menghindari makanan berserat tinggi dan sedang sehingga asupan serat maksimal 8
g/ hari.
7) Menghindari susu, produk susu, dan daging berserat kasar (liat).
8) Makan lunak, menghindari makanan yang terlalu berlemak, terlalu manis, terlalu
asam, dan berbumbu tajam.
9) Makanan dimasak hingga lunakdan dihidangkan pada suhu tidak terlalu panas dan
dingin.
10) Makanan sering dan diberikan dalam porsi kecil.
ditim,
dan gurih.
empuk, ayam, ikan direbus, ditumis, 2) Sumber protein hewani : daging
diceplok
dicampur
dalam
air,
didadar,
makanan
dan
minuman.
3) Sumber protein nabati : tempe, tahu
ditim, direbus, ditumis, pindakas.
4) Lemak : margarine dan mentega;
tomat
masak,
wortel
direbus,
dikukus, ditumis.
yang dimakan mentah.
6) Buah-buahan : semua sari buah; buah 6) Buah-buahan : buah-buahan yang
segar yang matang (tanpa kulit dan
avokad, nenas.
7) Bumbu : garam, salam, laos, kunyit,