Hukum asal bagi darah orang muslim adalah haram ditumpahkan tanpa hak. Allah
Taala berfirman :
Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya
ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya
serta menyediakan adzab yang besar baginya. (An-Nisa :93)
Jika mereka bertaubat, mendirikan sholat dan menunaikan zakat, Maka (mereka itu)
adalah saudara-saudara kalian dalam agama ini. Dan Kami menjelaskan ayat-ayat itu
bagi kaum yang mengetahui. (At-Taubah : 11)
Sedangkan Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
Setiap muslim atas muslim itu haram darahnya, hartanya dan kehormatannya (HR.
Muslim)
Beliau juga berkata di Mina saat haji Wada :
Sesungguhnya darah kalian, harta kalian dan kehormatan kalian adalah haram
(Muttafaq alaih)
Tidak halal darah orang muslim yang bersaksi Laa ilaaha illallaah dan bahwa aku
Rasulullah, kecuali dengan sebab salah satu dari tiga hal : Tsayyib (orang yang sudah
pernah
menikah)
yang
berzina,
jiwa
dengan
jiwa
(qishash)
dan
orang
yang
diibadati
selain
Allah,
maka
haramlah
harta
dan
darahnya,
sedangkan
Hukum asal bagi darah orang kafir adalah halal ditumpahkan, namun darah mereka
menjadi haram dengan salah satu dari dua ishmah (keterjagaan), yaitu Ishmatul
Iman dan Ishmatul Aman.
1. Ishmatul Iman
Yaitu keterjagaan dengan sebab dia beriman atau masuk Islam. Berdasarkan
dalil-dalil di atas dan juga dalil-dalil berikut ini :
Firman Allah Subhaanahu Wa Ta'ala :
Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu, maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu
di mana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan
intailah di tempat pengintaian. jika mereka bertaubat dan mendirikan sholat dan
menunaikan
zakat,
Maka
berilah
kebebasan
kepada
mereka
untuk
berjalan.
Dalam ayat ini Allah memerintahkan untuk membunuh orang kafir harbiy sampai
mereka masuk Islam.
Sabda Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam di dalam hadits Ibnu Umar radliyallahu
anhuma :
Saya diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka bersaksi bahwa tidak
ada ilah (yang haq) kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah Rasulullah, mereka
mendirikan shalat serta menunaikan zakat kemudian bila mereka telah melakukan hal
itu, maka mereka melindungi darah dan harta mereka dariku, kecuali dengan hak Islam,
sedangkan perhitungan mereka adalah atas Allah Taala. (Muttafaq alaih)
Hadits ini juga sama dengan ayat sebelumnya.
Yang dimaksud keislaman yang melindungi darah dan harta adalah keislaman
dlahir, bukan harus keislaman bathin (hakiki) yang janji surga dikaitkan terhadapnya.
Oleh
sebab
itu
orang
munafiq
terjaga
darah
dan
hartanya
karena
dia
2. Ishmatul Aman
Yaitu keterjagaan darah orang kafir karena adanya jaminan keamanan, baik
sementara waktu maupun selamanya. Bentuk ishmatul aman :
a. Aman Ar Rasul
Yaitu jaminan keamanan yang diberikan kepada utusan. Jaminan ini telah ada
sebelum Islam dan Islam mengakuinya serta mengokohkannya. Rasulullah shalallahu
'alaihi wa sallam berkata kepada utusan Musailamah Al Kadzdzab, Seandainya kamu
bukan utusan,tentu saya telah membunuhmu (HR. Abu Dawud, shahih)
Hak orang murtad adalah dibunuh, tetapi karena dia berstatus sebagai utusan,
maka statusnya ini menjadi penjamin keamanan bagi dia.
Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda : Sesungguhnya saya ini tidak
pernah melanggar perjanjian dan tidak menahan utusan. (HR. Abu Dawud dan Ibu
Hibban menshahihkannya; diriwayatkan pula oleh An Nasai)
Jadi utusan wajib dikembalikan, tidak boleh ditahan atau diganggu.
hidup di bawah Daulatul Islam dengan syarat-syarat tertentu, dan akad ini bisa
berlangsung selamanya, kecuali :
Bila turun Isa Ibnu Maryam, karena saat itu tidak diterima, kecuali Islam atau
dibunuh
Di jazirah Arab, karena tidak boleh ada agama lain di sana kecuali Islam.
c. Aman Al Hudnah
Yaitu jaminan keamanan bagi orang kafir harbiy yang mengikat perjanjian
sementara dengan kaum muslimin. Perjanjian ini hanya dilakukan oleh imam
kaum muslimin dengan (pertimbangan,ed) demi mashlahat kaum muslimin. Hal ini
seperti yang dilakukan oleh Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam dengan kafir Quraisy
di Al Hudaibiyyah, di antara butir perjanjian itu adalah gencatan senjata selama
sepuluh tahun dan untuk tidak saling mengganggu. (HR. Abu Dawud)
Oleh sebab itu banyak nash ancaman terhadap pembunuhannya, karena itu
adalah pelanggaran terhadap perjanjian yang Allah Taala wajibkan penunaiannya dan
Allah tetapkan juga diyat atas pembunuhannya.
Perlu diketahui bahwa perjanjian ini hanya mengikat terhadap orang-orang yang
berada dalam wilayah kekuasaan imam yang mengikat akad perkanjian itu, tidak bagi
orang-orang yang di luar kekuasaannya, dengan dalil bahwa saat kelompok Abu
Bashir melakukan perampasan dan pembunuhan orang-orang kafir Quraisy yang
melewati wilayah mereka, Rasulullah tidak melarangnya dan tidak pula mengingkarinya
dan kaum kafir Quraisy pun tidak menuntut Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam
karena sebab perbuatan mereka.
d. Aman Al Jiwar
Yaitu jaminan keamanan yang diberikan kepada orang kafir yang masuk ke
Darul Islam untuk kebutuhan belajar, usaha, berobat, atau yang lainnya.
Jaminan ini bisa diberikan oleh setiap individu muslim mukallaf, baik laki-laki maupun
perempuan. Dia haram dibunuh sampai kembali ke tempat dia masuk.
Allah Subhaanahu Wa Ta'ala berfirman :
Dan jika
seorang
di
antara orang-orang
musyrikin
itu
meminta
perlindungan
e. Keterjagaan darah orang kafir dengan sebab orang muslim masuk ke negeri mereka
dengan jaminan mereka, maka tidak boleh bagi orang muslim yang bersangkutan
untuk membunuh mereka atau merampas harta mereka,karena jaminan mereka itu
merupakan akad untuk tidak saling mengganggu, sedangkan Allah Taala berfirman :
Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu*.. (Al Maaidah :1)
*Aqad (perjanjian) mencakup: janji prasetia hamba kepada Allah dan perjanjian yang
dibuat oleh manusia dalam pergaulan sesamanya.
Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda : Sesungguhnya saya tidak melanggar
perjanjian (HR. Abu Dawud, An Nasai dan dishahihkan oleh Ibnu Hibban)
Sebagaimana orang kafir harbiy masuk ke Darul Islam dengan jaminan, maka itu
merupakan akad untuk tidak mengganggu dan tidak diganggu, begitu juga orang
muslim yang masuk ke Darul Harbiy dengan jaminan mereka, maka itu merupakan akad
untuk tidak mengganggu dan tidak diganggu.
Seperti halnya orang muslim yang masuk ke Darul Harbiy dengan memakai visa
asli maupun palsu. Dikarenakan mereka (orang kafir) meyakini bahwa yang palsu itu
asli, sehingga mereka mengizinkannya masuk dan memberikan semua apa yang
diberikan kepada pemilik visa asli. Andai saja mereka mengetahui bahwa itu palsu, tentu
mereka tidak akan mengizinkannya masuk.
Berbeda halnya dengan orang muslim yang masuk ke sana secara illegal atau
masa jaminannya sudah habis sehingga ia dikejar-kejar atau orang muslim yang masuk
dan (kemudian,ed.) menjadi warga negara itu atau dia asli warga negara itu.
Untuk lebih jelasnya silahkan rujuk Risalah Abu Bashir Abdul Munim Mushthafa
Halimah tentang Hukmu Istihlal Amwal Al Musyrikin. Wallahu Alam.1
Alhamdulillaahirrobbil aalamiin