PENDAHULUAN
Dasar pertimbangan konsumen di negara-negara maju dalam memilih
bahan pangan, bukan hanya bertumpu pada kandungan gizi dan kelezatannya,
tetapi juga pengaruhnya terhadap kesehatan tubuh (Goldberg, 1994). Kenyataan
tersebut menuntut suatu bahan pangan tidak lagi sekadar memenuhi kebutuhan
dasar tubuh (yaitu bergizi dan lezat), tetapi juga dapat bersifat fungsional. Dari
sinilah lahir konsep pangan fungsional (fungtional foods), yang akhir-akhir ini
sangat populer di kalangan masyarakat dunia (Astawan, 2011).
Negara Indonesia memiliki banyak bahan alam hayati yang bermanfaat
bagi kesejahteraaan manusia. Bahan alam hayati tersebut dapat berupa sayursayuran, buah-buahan, serealia (biji-bijian dan kacang-kacangan), umbi-umbian,
daging, ikan, susu, dll. Sebagian dari bahan alam tersebut telah dimanfaatkan
untuk kesejahteraan manusia. Tetapi, masih ada bahan alam yang belum
termanfaatkan dengan optimal. Salah satunya adalah kacang gude yang termasuk
dalam golongan serealia. .
Kelebihan kacang gude dibandingkan jenis kacang-kacangan lain adalah
memiliki kombinasi gizi yang optimal dan unik, tanamannya mudah sekali
tumbuh dan sangat produktif, mempunyai toleransi tinggi terhadap lingkungan
yang buruk, menghasilkan biomassa yang tinggi, dan memiliki kontribusi pada
kelembaban dan nutrisi tanah (Damaris, 2007 dan Jose, 2009). Kacang gude
diketahui memiliki kandungan protein sebanyak 20,70%. (Direktorat gizi, Depkes
RI, 1981).
Oleh karena itu, kacang gude ini memiliki potensi yang sangat besar untuk
dikembangkan di Indonesia sebagai pangan lokal fungsional. Karena Indonesia
memiliki iklim yang cocok untuk pertumbuhan kacang gude dan juga
mengandung protein yang cukup banyak.
PANGAN FUNGSIONAL
Pangan fungsional menurut Badan POM adalah pangan yang secara
alamiah maupun telah melalui proses, mengandung satu atau lebih senyawa yang
: Plantae Tumbuhan
Class
Subclass
: Rosidae
Order
: Fabales
Family
Genus
: Cajanus Adans.
Species
(Anonim, 2009).
Kacang gude merupakan tumbuhan semak, berbatang kayu, pertumbuhan
nya dapat mencapai ketinggian 3,5 meter dan bercabang banyak. Buahnya
berbentuk polong mirip pedang-pedangan yang panjangnya dapat mencapai 7,5
cm. Kacang gude yang umum dibudidayakan adalah kacang gude putih dan
kacang gude hitam.
Kandungan Gizi
1. Kalori (kal)
2. Protein (g)
3. Lemak (g)
4. Karbohidrat (g)
5. Kalsium (mg)
6. Fosfor (mg)
7. Zat Besi (mg)
8. Vitamin A (SI)
9. Vitamin B1 (mg)
10. Vitamin C (mg)
11. Air (g)
12. Bagian dapat dimakan(%)
Sumber: Direktorat gizi, Depkes RI (1981)
Proporsi dalam:
Polong muda
Biji
123,00
336,00
8,40
20,70
0,60
1,40
21,80
62,00
66,00
12,50
174,00
275,00
1,80
4,00
195,00
250,00
0,41
0,48
31,00
5,00
67,30
12,20
69,00
100,00
Asam Amino
Gude rebus
Tempe
Tempe
Kedelai
gude
kedelai
mentah
1. Isoleusine
273
344
178
296
2. Leusine
444
437
348
484
3. Lycine
504
499
263
356
4. Methionine
63
64
51
69
5. Cystine
58
57
45
54
121
121
96
123
6. Phenyl alanine
469
462
261
309
7. Tyrocine
233
238
156
202
702
700
417
511
8. Threonine
249
252
190
258
9. Tryptophan
74
66
58
72
245
179
298
Total aromatic
10. Valine
248
Sumber : Damardjati dan Widowati (1985)
Melihat potensi kacang gude ini, telah banyak dilakukan percobaan untuk
mengubah kacang gude ini menjadi beberapa produk pangan. Kacang gude dapat
diolah menjadi:
4
1. Tempe
Kacang gude pada pembuatan tempe biasanya hanyalah sebagai bahan
pendamping kacang kedelai. Proses pembuatannya sama dengan
pembuatan tempe biasa. Substitusi kedelai dengan kacang gude hingga
30% masih dapat menghasilkan tempe yang diterima konsumen (Indrasari
dkk, 1992)
2. Kopi Kacang Gude
Di Filiphina kacang gude dimanfaatkan sebagai kopi. Biji kacang gude
yang disangrai menjadi seperti kopi mendapatkan penerimaan yang baik
dan pendapat yang positif. Kacang gude memiliki aroma yang kuat jika
dibandingkan kopi tradisional yang dijual di pasar (Kinanthi dkk, 2009).
Sebagian panelis mengemukakan bahwa jika kopi kacang gude ditambah
krim dan sedikit gula, rasanya menyerupai produk Sustagen" or
"Milo" (Agron, 2009).
3. Tepung Kacang Gude
Tepung kacang gude dibuat dengan cara menyortir dan membersihkan
kacang gude, direndam, disangrai, dihaluskan dan diayak (Burgess dan
Peter, 2006) . Tepung kacang gude dapat digunakan sebagai bahan untuk
membuat macam-macam cookies, roti, mie, dan pasta. Tepung kacang
gude juga dapat dibuat dari kecambah kacang gude (Torres dkk, 2007).
Selain memiliki kandungan protein yang cukup tinggi kacang gude juga
mengandung fitoestrogen. Berdasar penelitian yang dilakukan oleh Dondin
Sajuthi (2000), kacang gude memiliki kandungan fitoestrogen sebanyak 2,69%
(b/b).
Fitoestrogen
merupakan
senyawa
yang
mempunyai
aktivitas
kanker
juga
terhambat.
Aktivitas
inilah
yang
disebut
Proses
pengambilan
fitoestrogen
dapat
dilakukan
dengan
cara
SIMPULAN
1. Kacang gude merupakan pangan fungsional.
2. Kacang gude digunakan sebagai bahan pengganti kacang kedelai pada
beberapa produk olahan pangan.
3. Kacang gude berfungsi sebagai anti kanker.
DAFTAR PUSTAKA
Agron, Edmon. 2009. Promoting Pigeon Pea Coffee as A Nutritious Alternative
Beverage Explored. Bureau Agricultural Research Chronicle A
Monthly.
Akande, K.E., dkk. 2010. Chemical Evaluation of the Nutritive Quality of Pigeon
Pea [Cajanus Cajan (L.) Millsp.].International Journal Of Poultry
2009.
Cajanus
cajan
(L.)
Millsp.
Pigeonpea
(http://plants.usda.gov/java/profile?symbol=CACA27.
diakses
Diakses
.2002.
Cajanus
cajan
(L.)
Millsp.
(Pigeon
Pea).
(http://www.fs.fed.us/global/iitf/pdf/shrubs/Cajanus%20cajan.pdf.
diakses tanggal 25 Maret 2011).
Kinanthi, dkk. 2005. Potensi dan Pemanfaatan Kacang Gude (Cajanus cajan
(L)Mills p). Tugas Mata Kuliah Teknologi Legum dan Serealia
Program Studi Teknologi Hasil Pertanian Universitas Sebelas
Maret Surakarta. Surakarta.
Kunia, Pabean. 2008. Potensi Kacang Hiris untuk Obat dan Pangan
(http://kabelan-kunia.blogspot.com/2008/11. diakses tanggal
26
Maret 2011).
Muchtadi. 2006. Makanan Fungsional.Jogjakarta : Kanisius.
Odeny, Damaris Achieng. 2007. The Potential of Pigeon Pea (Cajanus cajan
(L)Mills p) In Africa. Natural Resources Forum 31 (2007) 297
305. Journal compilation 2007 United Nations.
Rukmana, Rahmat. 2005. Kacang Gude.Jakarta : Kanisius.
Sajuthi, Dondin. 2000. Potensi Antiangiogenesis Fitoestrogen Hiris (Cajanus
cajan). Hayati Vol. 7 No. 3, 2000 : 86-90.
Singh, Faujdar dan B. Diwakar. 1993. Nutritive Value and Uses of Pigeonpea and
Groundnut. International Crops Research Institute for the SemiArid
(http://i-lib.ugm.ac.id/jurnal/download.php?dataId=3501.