(TOR)
STUDI BANDING PENGELOLAAN RUMAH POTONG HEWAN (RPH)
I.
PENDAHULUAN
Pelayanan masyarakat dalam penyediaan daging yang aman, sehat, utuh,
dan halal diselenggarakan oleh Rumah Potong Hewan (RPH) yang
memenuhi persyaratan higienes sanitasi. Pengertian RPH adalah suatu
bangunan atau kompleks bangunan dengan desain dan syarat tertentu
yang digunakan sebagai tempat memotong hewan bagi konsumsi
masyarakat umum dan berfungsi sebagai sarana untuk melaksanakan
pemotongan hewan secara benar (sesuai dengan persyaratan kesehatan
masyarakat veteriner, kesejahteraan hewan dan syariah agama),
pemeriksaan kesehatan hewan sebelum di potong ( ante mortem) dan
pemeriksaan karkas dan jeroan (post mortem) untuk mencegah penularan
penyakit zoonotik ke manusia serta pemantauan dan surveilans penyakit
hewan dan zoonosis yang ditemukan pada pemeriksaan ante mortem dan
post mortem. RPH tersebut boleh dimiliki dan dikelola oleh Pemerintah
ataupun Swasta yang dalam penyelenggaraannyaa berkoordinasi dan
berkonsultasi dengan Dinas Peternakan/Pertanian/yang membidangi
fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan
Provinsi/Kabupaten/Kota
dalam bentuk pengawasan. Peran dan fungsi RPH sangat ditentukan oleh
kemampuan menejemen yang digerakan dan dikendalikan oleh sumber
daya manusia yang ada serta mampu memanfaatkan fasilitas di bagianbagian penting didalam bangunan RPH sebagai rangkaian proses
produksi yang dilakukan secara benar.
Melihat sebaran/distribusi RPH dan TPH (tempat pemotongan hewan)
pada tahun 2012 mencapai jumlah 22 RPH dan 10 TPH dan tersebar di
21 Kabupaten/Kota se Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan kondisi fisik
bangunan RPH kategori baik 0,50 %, cukup baik 0,27 % dan rusak 0,23
%. Pada kondisi fisik bangunan dengan kategori tersebut pada umumnya
masih tetap melakukan pelayanan daging bagi kebutuhan konsumen. Dari
22 RPH tersebut yang menjadi pusat perhatian adalah RPH Oeba Kota
Kupang yang lokasinya berada di wilayah pasar Oeba Kota Kupang
karena Kota Kupang adalah ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Timur .
RPH tersebut adalah milik pemerintah kota Kupang dan dikelola oleh
Pemerintah Kota Kupang. Sesuai dengan fungsinya RPH Kota Kupang
telah banyak melayani kebutuhan daging bagi masyarakat Kota Kupang
dan sekitarnya. Hal ini terbukti dengan jumlah pemotongan hewan sapi
II.
TUJUAN
1. Melakukan studi banding untuk melihat, mengkaji/mempelajari bentuk
III.
INPUT
1. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Satuan Kerja Dinas
2.2.
2.3.
4. Pendanaan
IV.
PELAKSANAAN
4.1.
Hari
Tanggal
Lokasi
:
:
:
4.2.
Hari
Tanggal
Lokasi
:
:
:
V.
OUTPUT
1. Terlaksananya studi banding RPH di RPH Wabin Provinsi Banten dan
RPH Bubulak, Bogor, Provinsi Jawa Barat yang diikuti oleh 6 (enam)
orang peserta;
2. Terwujudnya gambaran nyata yang dapat dipakai sebagai pedoman
treknis dalam rangka pembangunan RPH type B yang baru di kota
Kupang;
3. Terwujudnya perumusan hasil dan laporan studi banding RPH .
VI.
OUT COME
penggerak peran dan fungsi RPH secara teknis dan non teknis;
RPH
Kota
Kupang
sebagai
tempat
pelayanan/penyediaan daging yang ASUH bagi konsumen;
2. Terwujudnya
VII.
BENEFIT
1. Terwujudnya peningkatan kepercayaan masyarakat terhadap produk
daging yang di hasilkan oleh RPH Kota Kupang yang baru ;
2. Terwujudnya kepuasan batin masyarakat konsumen karena daging
yang dihasilkan oleh RPH Kota Kupang yang baru adalah daging yang
ASUH.
VIII.
PENUTUP
Demikian TOR ini dibuat dalam rangka studi banding RPH dan dapat
dipergunakan sebagai pedoman.
HARI/TANGGAL
KEGIATAN
LOKASI
KETERANGAN