Anda di halaman 1dari 14

I.

PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. Penyelenggaraan
penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota meliputi pengaturan,
pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan penataan ruang wilayah
provinsi dan kabupaten/kota serta terhadap pelaksanaan penataan ruang
kawasan strategis provinsi dan kabupaten/kota.
Dalam tataran perangkat peraturan perundangan yang berkaitan dengan tata
ruang, sejak tahun 1992 telah terjadi perubahan kebijakan penataan ruang
dengan ditetapkannya Undang-Undang No. 24 Tahun 1992, dan kemudian diganti
dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang
merupakan payung hukum bagi kegiatan penataan ruang di Indonesia. UndangUndang tersebut salah satunya ditindaklanjuti dengan Permendagri Nomor 1
Tahun 2008 tentang Pedoman Perencanaan Kawasan Perkotaan sebagai
pengganti Permendagri No. 2 Tahun 1987 tentang Pedoman Penyusunan
Rencana Kota yang sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan
penyelenggaraan pemerintahan daerah dan kemudian secara teknis diterbitkan
Peraturan Menteri PU Nomor 20 Tahun 2011 tentang Pedoman RDTR dan
Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota.
Di dalam Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Rencana
Detail Tata Ruang (RDTR) Kabupaten dan Kota merupakan penjabaran dari
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten dan Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Kota ke dalam rencana distribusi pemanfaatan ruang dan
bangunan serta bukan bangunan pada kawasan perkotaan maupun kawasan
fungsional kabupaten dan kota. Dengan kata lain, RDTR Kabupaten mempunyai
fungsi untuk mengatur dan menata kegiatan fungsional yang direncanakan oleh
perencanaan ruang di atasnya, dalam mewujudkan ruang yang serasi, seimbang,
aman, nyaman dan produktif. Muatan yang direncanakan dalam RDTR kegiatan
berskala kecamatan/ kawasan/ lokal dan lingkungan, dan atau kegiatan khusus
yang mendesak dalam pemenuhan kebutuhannya.
Hal-hal lain yang tidak kalah pentingnya dengan adanya perubahan mendasar
tersebut di atas, didalam Undang-undang No.26 tahun 2007 tentang Penataan
Ruang diamanatkan ketentuan bahwa pemerintah daerah provinsi diberikan
waktu selama 2 (dua) tahun dan pemerintah daerah kabupaten/kota diberikan
waktu selama 3 (tiga) tahun untuk melakukan penyesuaian terhadap rencana
tata ruang yang ada, yaitu dengan melakukan peninjauan kembali atau
penyempurnaan rencana tata ruang agar sesuai dengan apa yang diamatkan
oleh Undang-undang Nomor 26 tahun 2007.
Sesuai ketentuan Pasal 59 Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang, setiap RTRW kabupaten/kota harus
menetapkan bagian dari wilayah kabupaten/kota yang perlu disusun RDTR-nya.
Bagian dari wilayah yang akan disusun RDTR tersebut merupakan kawasan
perkotaan atau kawasan strategis kabupaten/ kota. RDTR merupakan rencana
yang menetapkan blok pada kawasan fungsional sebagai penjabaran kegiatan ke
dalam wujud ruang yang memperhatikan keterkaitan antar kegiatan dalam
kawasan fungsional agar tercipta lingkungan yang harmonis antara kegiatan
Kerangka Acuan Kerja (KAK) RDTR

Page 1

utama dan kegiatan penunjang dalam kawasan fungsional tersebut. RDTR


disusun apabila sesuai kebutuhan, RTRW kabupaten/kota perlu dilengkapi
dengan acuan lebih detail pengendalian pemanfaatan ruang kabupaten/kota.
Dalam hal RTRW kabupaten/kota memerlukan RDTR, maka disusun RDTR yang
muatan materinya lengkap, termasuk peraturan zonasi, sebagai salah satu dasar
dalam pengendalian pemanfaatan ruang dan sekaligus menjadi dasar
penyusunan RTBL bagi zona-zona yang pada RDTR ditentukan sebagai zona yang
penanganannya diprioritaskan. Dalam hal RTRW kabupaten/kota tidak
memerlukan RDTR, peraturan zonasi dapat disusun untuk kawasan perkotaan
baik yang sudah ada maupun yang direncanakan pada wilayah kabupaten/kota.
Salah satu fungsi RDTR adalah sebagai pedoman teknis yang merupakan arahan
pembangunan daerah untuk perizinan pemanfaatan ruang, perizinan letak
bangunan dan bukan bangunan, kapasitas dan intensitas bangunan dan bukan
bangunan, penyusunan zonasi, serta pelaksanaan program pembangunan.
Fungsi tersebut dalam realisasinya sulit dilaksanakan karena dalam RDTR
biasanya dalam satu hamparan lahan dengan luasan tertentu dianggap memiliki
karakteristik yang sama sehingga dalam pengendalian pemanfaatan ruangnya
pun diperlakukan sama, padahal dalam satu area lahan dengan luasan tertentu
dan peruntukan tertentu (zona peruntukan) memiliki karakteristik yang berbeda
sehingga perlakuan pengendalian pemanfaatan ruangnya pun sebaiknya
disesuaikan dengan karakteristiknya. Oleh sebab itu, pada tahapan selanjutnya
agar RDTR dapat operasional di lapangan terutama sebagai perangkat
pengendalian, maka untuk lebih menjabarkan RDTR diperlukan juga Peraturan
Zonasinya.
Peraturan zonasi tersebut, disusun untuk mengatur pemanfaatan ruang dan
unsur-unsur pengendalian yang disusun untuk setiap zona peruntukan sesuai
dengan RDTR. Peraturan zonasi berisi ketentuan yang harus, boleh dan tidak
boleh dilaksanakan pada setiap zona pemanfaatan ruang yang dapat terdiri atas
ketentuan amplop ruang (koefisien dasar ruang hijau, koefisien dasar bangunan,
koefisien lantai bangunan, dan garis sempadan bangunan, sungai, danau, pantai,
SUTT), penyediaan sarana dan prasarana, serta ketentuan lain yang dibutuhkan
untuk mewujudkan ruang yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan.
Untuk dapat mewujudkan efektifitas dan efisiensi pemanfaatan ruang sebagai
tempat berlangsungnya kegiatan-kegiatan ekonomi dan sosial budaya kawasan
perkotaan perlu dikelola secara optimal melalui suatu proses penataan ruang.
Salah satu bagian dari kabupaten dan/ atau kawasan strategis kabupaten (KSK)
yang memenuhi kriteria sebagai Bagian Wilayah Perkotaan (BWP) di Kabupaten
Seluma adalah Kecamatan Kota Tais yang merupakan ibukota Kabupaten Seluma
yang perlu disusun rencana rincinya berupa RDTR dan Peraturan Zonasinya
sebagaimana telah ditetapkan dalam RTRW Kabupaten Seluma.
b. Maksud, Tujuan dan Sasaran
Maksud penyusunan RDTR dan Peraturan Zonasi adalah menyediakan
perangkat peraturan pengendalian pemanfaatan ruang sebagai penjabaran dari
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sukabumi Tahun 2012 2032 dan/ atau
penjabaran Rencana Kawasan Strategis Kabupaten untuk mewujudkan tata
ruang wilayah Kabupaten Sukabumi yang efisien, produktif, berkelanjutan dan
berdaya saing dan juga diharapkan dapat berfungsi sebagai perangkat
Kerangka Acuan Kerja (KAK) RDTR

Page 2

operasional dalam pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di


wilayah Kabupaten.
Tujuan dilaksanakannya kegiatan ini adalah agar kawasan Perkotaan Kota Tais
sebagai ibukota Kabupaten Seluma mempunyai dokumen yang terencana,
terarah, terpadu dan berkelanjutan untuk jangka waktu 20 (dua puluh) tahun
kedepan dan sebagai acuan bagi pengeluaran perizinan.
Sasaran penyusunan RDTR dan Penyusunan Zonasi, antara lain :
1.
2.
3.
4.
c.

Tersusunya materi teknis RDTR dan PZ Kawasan ibukota Kabupaten Seluma


Tersusunnya album peta RDTR dan PZ ibukota kAbupaten Seluma.
Raperda RDTR Ibukota Kabupaten Seluma
Tersusunnya KLHS

Referensi Hukum dan informasi penunjang


Peraturan perundang-undangan yang cukup relevan untuk dapat dijadikan
referensi didalam melaksanakan kegiatan/ pekerjaan ini, antara lain :
1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokokpokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor
104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2043);
2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten
Mukomuko, Kabupaten Seluma dan Kabupaten Kaur di Propinsi Bengkulu
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 23, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4266);
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah
beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4844);
4. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4444);
5. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
6. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5025);
7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5059);

Kerangka Acuan Kerja (KAK) RDTR

Page 3

8. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan


Pertanian Pangan Berkelanjutan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 149, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5068);
9. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5188);
10.Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1991 Nomor 44, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3445);
11.Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3838);
12.Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang Tingkat Ketelitian
Peta untuk Penataan Ruang Wilayah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2000 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3934);
13.Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan
Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 45,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4385);
14.Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 83, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4532);
15.Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 86, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4655);
16.Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4737);
17.Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833);
18.Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 47, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4987);
19.Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2009 tentang Pedoman
Pengelolaan Kawasan Perkotaan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5004);
20.Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 2010 tentang Peran Serta Masyarakat
dalam Penataan Ruang.
21.Peraturan Presiden No. 13 Tahun 2012 tentang RTRW Pulau Sumatera.
22.Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 12/PRT/M/2009 tentang Ruang
Terbuka Hijau (RTH).
Kerangka Acuan Kerja (KAK) RDTR

Page 4

23.Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 13/PRT/M/2009 tentang PPNS.


24.Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 17/PRT/M/2010 tentang
Bangunan Gedung.
25.Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2011 tentang Pedoman
Penyusunan RDTR dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota.
26.Perda No. 02 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Provinsi Bengkulu.
27.Perda No. 02 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kaupaten Seluma.
Dan dalam pekerjaan ini yang menjadi data pendukung/data dasar, antara lain :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

a.

Peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1 : 50.000


Peta Administrasi Kabupaten Seluma dan Kota Tais Skala 1 : 50.000 dan
Skala 1 : 25.000
Citra Satelit (Quickbird/Ikonos) dengan ketelitian skala 1: 5000
Tata Ruang Kota Tais yang pernah disusun.
Renstra SKPD Terkait Kegiatan.
Monografi Kecamatan/Kelurahan pada kawasan perencanaan.
Hasil Survey Lapangan (questionare, visualisasi, pengukuran, Ground
check point peta, dll)
RTRW Kabupaten Seluma , Perda No. 02 Tahun 2013.
Masterplan/RTBL/dll (bila ada)

II. RUANG LINGKUP PEKERJAAN

Lokasi Pekerjaan
Kawasan perkotaan Tais sebagai ibukota Kabupaten Seluma

b.

Nama dan Organisasi Pejabat Pembuat Komitmen


Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Seluma, dan Pejabat
Pembuat Komitmen adalah Pengguna Anggaran/Kepala Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah Kabupaten Seluma.

c.

Standar Teknis
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2011 tentang Pedoman
Penyusunan RDTR dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota.

d.

Studi-Studi Terdahulu
1. RTRW Kabupaten Seluma
2. Tata Ruang yang pernah disusun pada Kawasan Perencanaan.
3. RTBL/Master Plan yang pernah disusun

e.

Lingkup Pekerjaan
Kegiatan penyusunan RDTR dan peraturan zonasi secara teknis perlu dibedakan
antara penyusunan RDTR dan penyusunan peraturan zonasi.
Proses penyusunan RDTR Ibukota Kabupaten mencakup persiapan penyusunan,
pengumpulan data, pengolahan data, dan perumusan konsepsi dan rencana
RDTR Ibukota Kabupaten.
a. Persiapan penyusunan RDTR Ibukota Kabupaten
Persiapan penyusunan RDTR Ibukota Kabupaten terdiri atas:

Kerangka Acuan Kerja (KAK) RDTR

Page 5

1) persiapan awal, yaitu upaya pemahaman terhadap KAK/TOR penyiapan


anggaran biaya;
2) kajian awal data sekunder, yaitu review RTR sebelumnya dan kajian awal
RTRW kabupaten/kota dan kebijakan lainnya;
3) persiapan teknis pelaksanaan meliputi penyusunan metodologi/metode
dan teknik analisis rinci, serta penyiapan rencana survei.
b. Pengumpulan Data
Untuk keperluan pengenalan karakteristik kawasan dan penyusunan rencana
pola ruang dan rencana jaringan prasarana pada kawasan, dilakukan
pengumpulan data primer dan data sekunder.
Pengumpulan data primer pada kawasan perencanaan dilakukan melalui
pengenalan kondisi fisik dan sosial ekonomi kawasan secara langsung
melalui kunjungan ke semua bagian dari wilayah kota.
Data yang dihimpun dalam pengumpulan data meliputi:
1) data wilayah administrasi;
2) data fisiografis;
3) data kependudukan;
4) data ekonomi dan keuangan;
5) data ketersediaan prasarana dan sarana ;
6) data peruntukan ruang;
7) data penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan lahan;
8) data terkait kawasan dan bangunan (kualitas, intensitas bangunan, tata
bangunan); dan
9) peta dasar rupa bumi dan peta tematik yang dibutuhkan, penguasaan
lahan, penggunaan lahan, peta peruntukan ruang, pada skala atau
tingkat ketelitian minimal peta 1:5.000.
Seperti halnya dalam penyusunan RTRW, tingkat akurasi data, sumber
penyedia data, kewenangan sumber atau instansi penyedia data, tingkat
kesalahan, variable ketidakpastian, serta variabel-variabel lainnya yang
mungkin ada, perlu diperhatikan dalam pengumpulan data. Data dalam
bentuk data statistik dan peta, serta informasi yang dikumpulkan berupa
data tahunan (time series) minimal 5 (lima) tahun terakhir dengan
kedalaman data setingkat kelurahan. Data berdasarkan kurun waktu
tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran perubahan apa yang
terjadi.
c.

Analisis Data
Pengolahan dan analisis data untuk penyusunan RDTR ibukota kabupaten
meliputi:
1)
analisis karakteristik kawasan perencanaan, meliputi:
i.
kedudukan dan peran bagian dari kawasan dalam wilayah yang lebih
luas (kabupaten/kota);
ii.
keterkaitan antar wilayah kabupaten/kota dan antara bagian dari
wilayah kabupaten/kota;
iii.
keterkaitan antar komponen ruang di kawasan;
iv.
karakteristik fisik bagian dari wilayah kabupaten/kota;
v.
kerentanan terhadap potensi bencana, termasuk perubahan iklim;
vi.
karakteristik sosial kependudukan;
vii.
karakteristik perekonomian; dan
viii.
kemampuan keuangan daerah.
ix.
Kataristik fisik dan lingkungan.
2) analisis potensi dan masalah pengembangan kawasan, meliputi:

Kerangka Acuan Kerja (KAK) RDTR

Page 6

i.
ii.

analisis kebutuhan ruang; dan


analisis perubahan pemanfaatan ruang.

3) analisis kualitas kinerja kawasan dan lingkungan. Keluaran dari


pengolahan data meliputi:
1) potensi dan masalah pengembangan di kawasan;
2) peluang dan tantangan pengembangan;
3) kecenderungan perkembangan;
4) perkiraan kebutuhan pengembangan di kawasan;
5) intensitas pemanfaatan ruang sesuai dengan daya dukung dan
daya tampung (termasuk prasarana/infrastruktur dan utilitas); dan
6) teridentifikasinya indikasi arahan penanganan kawasan dan
lingkungan.
d.

d.

Perumusan RDTR Ibukota Kabupaten


Perumusan konsep RDTR Ibukota Kabupaten dengan:
1) mengacu pada RTRW;
2) mengacu pada pedoman dan petunjuk
penataan ruang; dan
3) memperhatikan RPJP kabupaten/kota dan

pelaksanaan

bidang

Konsep RDTR Ibukota Kabupaten dirumuskan dengan menghasilkan


beberapa alternatif konsep pengembangan wilayah, yang berisi:
i. rumusan tentang tujuan, kebijakan, dan strategi pengembangan
wilayah kabupaten/kota; dan
ii. konsep pengembangan wilayah kabupaten/kota.
Setelah dilakukan beberapa kali diskusi, dipilih alternatif terbaik
sebagai dasar perumusan RDTR. Hasil kegiatan perumus :
1) tujuan penataan kawasan;
2) rencana pola ruang;
3) rencana jaringan prasarana
4) penetapan dari bagian wilayah RTR yang diprioritaskan
penanganannya
5) ketentuan pemanfaatan ruang
6) peraturan zonasi.
Perumusan Raperda
Kegiatan penyusunan naskah raperda tentang peraturan zonasi merupakan
proses penuangan materi teknis peraturan zonasi ke dalam bentuk pasalpasal dengan mengikuti kaidah penyusunan peraturan perundangundangan.
f.

perumusan KLHS

Agar pelaksanaan kegiatan ini dapat memperoleh hasil yang optimal, maka perlu
dilaksanakan langkah-langkah pendekatan sebagai berikut:
a.
Melakukan studi literatur berupa produk hukum dan produk-produk
peraturan perundang-undangan termasuk kajian lainnya yang berkaitan
dengan penyusunan RDTR .
b. Melakukan orientasi/ peninjauan lapangan didukung peta guna mengenali
permasalahan yang dihadapi.
c.
Melakukan proses 'belajar praktis' (learning by doing) dalam proses
penyusunan masukan teknis RDTR dengan melibatkan BKPRD sehingga
proses 'perencanaan partisipatif dapat tercapai.
d. Melakukan rapat-rapat koordinasi dan konsultasi dengan para stakeholder,
Kerangka Acuan Kerja (KAK) RDTR

Page 7

baik secara kelembagaan maupun individu, antara lain instansi pemerintah


yang terkait, pelaku dunia usaha dan masyarakat.
e. Menganalisa dan mengembangkan konsep dalam rangka menyusun RDTR.
f.
Melakukan pengayaan wawasan atas substansi yang sedang dianalisis
melalui diskusi dan wawancara dengan nara sumber yang terkait dan
relevan.
g. Proses penyusunan masukan teknis RDTR pada dasarnya disusun bersama
oleh pelaku daerah (BKPRD) dengan konsultan pelaksana dengan
pendekatan fasilitasi aktif. Pada pendekatan ini, konsultan diharuskan
melakukan beberapa proses penting, minimal penyepakatan basis data dan
informasi serta pengakomodasian masukan dan penyepakatan analisa dan
konsep rencana.
Melaksanakan Diskusi dan Seminar minimal 2 (dua) kali, dengan BKPRD
dan masyrakat sebagai sarana uji publik.

III. SYSTEM PELAKSANAAN PEKERJAAN


a.

b.

Hak Pelaksana Pekerjaan


mencapai hasil yang optimal, pelaksana pekerjaan berhak mendapatkan
bantuan berupa petunjuk dan pengarahan dari Tim Teknis yang terdiri dari
unsur-unsur dinas/instansi terkait. Bentuk bantuan lain yang berhak
diperoleh pelaksana pekerjaan adalah data dan fasilitas kemudahan lain
yang mendukung kelancaran kerja, sejauh tidak menuntut biaya tambahan;
Kewajiban Pelaksana Pekerjaan
1. Pelaksana Pekerjaan berkewajiban dan bertanggung jawab penuh
menyelesaikan pekerjaan penyusunan rencana tata ruang berdasarkan
ketentuan perjanjian (kontrak) kerja yang telah disepakati bersama;
2. Pelaksana pekerjaan berkewajiban menyusun rencana tata ruang
berdasarkan ketentuan teknis yang telah ditetapkan dalam Kerangka
Acuan Kerja;
3. Tanggung jawab pelaksana pekerjaan dalam pekerjaan ini dinyatakan
berakhir apabila rencana tata ruang telah selesai dikerjakan seluruhnya
dan dibuktikan oleh dokumen berita acara;
4. Dalam setiap tahapan pekerjaan yang membutuhkan koordinasi
vertikal, pelaksana pekerjaan berkewajiban membantu Bupati dalam
pelaksanaan konsultasi dengan instansi terkait, yakni tingkat propinsi
dan/atau nasional maupun dengan DPRD, apabila dibutuhkan;
5. Untuk memudahkan pelaksanaan pekerjaan, pelaksana pekerjaan
berkewajiban melakukan alih (transfer) pengetahuan tentang
perencanaan tata ruang kepada aparatur Pemerintah Kabupaten
Seluma pada tingkat lokal yang memegang kewenangan di wilayah
perencanaan.
Alih
pengetahuan
dilakukan
melalui
penataran/pengarahan singkat dengan materi terbatas yang terkait
pekerjaan penyusunan rencana tata ruang;
6. Pelaksana pekerjaan berkewajiban menyediakan waktu untuk hadir dan
melakukan pembahasan laporan kemajuan pekerjaan dalam forum
diskusi terbatas yang dihadiri oleh Tim Teknis dan unsur instansi terkait.

Kerangka Acuan Kerja (KAK) RDTR

Page 8

IV.

JANGKA WAKTU PELAKSANAAN PEKERJAAN


Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan sekurang-kurangnya 5 (lima) bulan atau
150 (seratus lima puluh) hari kalender, terhitung sejak penandatanganan
Kontrak Kerja.

V. KEBUTUHAN TENAGA AHLI

a)

Tenaga ahli yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan ini berjumlah 4


(empat) orang bulan yang terdiri atas :
Ahli Pengembangan Wilayah dan Kota (1 orang)
Tenaqa Ahli Pengembangan Wilayah dan Kota, sebagai Koordinator (Team
Leader), dengan kualifikasi pendidikan minimum S-1 di bidang
Perencanaan Wilayah dan Kota (Planologi), pengalaman kerja sekurangkurangnya 7 (tujuh) tahun, atau S2/S3 Perencanaan Wilayah Kota
dengan pengalaman Perencanaan Wilayah Kota sekurang-kurangnya 5
(lima) Tahun.
b). Ahli Prasarana dan Sarana (1 orang)
Tenaqa Ahli Prasarana dan Sarana, dengan kualifikasi pendidikan
minimum S-1 di bidang Teknik Sipil serta pengalaman kerja sekurangkurangnya 2 (dua) tahun.
c). Ahli Arsitektur/perancang kota (1 orang)
Tenaqa Ahli Arsitektur dengan kualifikasi pendidikan minimum S-1 di
bidang Teknik Arsitek serta pengalaman kerja sekurang-kurangnya 2
(dua) tahun.
d). Ahli Ekonomi Pembangunan (1 orang)
Kerangka Acuan Kerja (KAK) RDTR

Page 9

Tenaqa Ahli Ekonomi Pembangunan, dengan kualifikasi pendidikan


minimum S-2 Ekonomi Study Pembangunan serta pengalaman kerja
sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun.
e). Ahli Geografis Informasi Sistem (GIS) (1 orang)
Tenaqa Ahli GIS, dengan kualifikasi pendidikan minimum S-2 GIS serta
pengalaman kerja sekurang-kurangnya 4 (empat) tahun.
f). Ahli Hukum (1 orang)
Tenaqa Ahli Hukum, dengan kualifikasi pendidikan minimum S-1/S2
Hukum serta pengalaman kerja sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun.

17.2 Tenaga Teknis

Beberapa tenaga teknis yang diperlukan dalam pekerjaan ini mencakup


antara lain :
- 2 (dua) orang surveyor, berpendidikan serendah-rendahnya lulusan
SLTA, yang masing-masing bertugas selama 1 (satu) bulan.
- 1 (satu) orang tenaga CAD Operator, berpendidikan serendahrendahnya lulusan SLTA atau sederajat.
- 1(satu) orang tenaga oprator Komputer, berpendidikan serendahrendahnya lulusan SLTA atau sederajat.

17.3 Tenaga Pendukung

Beberapa staf pendukung yang diperlukan dalam pekerjaan ini


mencakup antara lain :

- 1 (satu) orang Administrasi, berpendidikan serendah-rendahnya lulusan


SLTA atau sederajat pada bidang komputer, yang masing-masing
bertugas selama 5 (lima) bulan.
- 1 (satu) orang tenaga Driver, berpendidikan serendah-rendahnya
lulusan SLTP atau sederajat, yang bertugas selama 5 (lima) bulan.

VI. PEMBIAYAAN
Sumber pendanaan untuk pelaksanaan pekerjaan ini berasal dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Seluma pada Dokumen
Pelaksanaan Anggaran Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Tahun
Anggaran 2014.

VII.

PELAPORAN

f.

Laporan Pendahuluan
Laporan pendahuluan meliputi Gambaran umum wilayah yang berisi potensi
dan permasalahan, Metode pendekatan, yang meliputi proses penyusunan,
pelaksanaan pekerjaan, penggunaan model dan penggunaan konsep,
Organisasi dan Program Kerja yang menjelaskan keterkaitan hubungan kerja,
koordinasi dan penjadwalan. Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya:
30 (tiga puluh) hari kalender sejak SPMK diterbitkan. Buku laporan
Pendahuluan sebanyak 5 (lima) buku asli.

g.

Laporan Antara (Fakta dan Analisa)


Laporan antara berintikan tentang paparan Data dan Fakta beberapa aspek
yang ada beserta Analisisnya serta perumusan rancangan konsep RDTR dan
Peraturan Zonasi berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, Buku
Laporan Antara dibuat sebanyak 10 (sepuluh) buku, terdiri dari 5 (lima) buku
Kerangka Acuan Kerja (KAK) RDTR

Page 10

asli (jilid hard cover) dan 5 (lima) buku copy (jilid soft cover) untuk keperluan
pemeriksaan dan dokumentasi.
h.

Laporan Akhir
Laporan akhir merupakan hasil final dari seluruh pekerjaan perencanaan yang
disempurnakan dari serangkaian diskusi (termasuk konsep naskah surat
keputusan Bupati atau Peraturan Daerah). Buku Laporan Akhir dibuat
sebanyak 10 (sepuluh) buku, terdiri dari 5 (lima) buku asli (jilid hard cover)
dan 5 (lima) copy-nya (jilid soft cover).

i.

Executive Summary
Laporan ini materinya memuat ringkasan / rangkuman Laporan Akhir Rencana
yang esensial (disertai petapeta / gambar yang relevan) sebagai materi /
bahan pokok lampiran naskah legalisasi (surat keputusan Bupati atau
Peraturan Daerah). Buku sebanyak 10 (sepuluh) buku.

j.

Album Peta
Album Peta terdiri atas peta-peta rencana dalam berbagai tema sesuai
dengan kedalaman rencana sebanyak 5 (lima) album peta berwarna asli (full
block colour);

l.

k. Back-up data digital berupa soft copy dalam 1 (satu) buah harddisk external
minimal 500 GB dan 5 (lima) buah CD yang memuat seluruh peta dan hasil
pekerjaan dan 5 (lima) buah CD citra foto udara terbaru (up to date);
Dokumen Naskah Raperda
Dokumen ini berisi tentang penuangan materi teknis peraturan zonasi ke
dalam bentuk pasal-pasal dengan mengikuti kaidah penyusunan peraturan
perundang-undangan sebanyak 5 (lima) buku asli (jilid soft cover)
7.2
Teknik Penyajian
a. Buku-Buku Laporan, menggunakan ukuran kertas standard kertas A4 dengan
font (tipe huruf) Arial ukuran mayoritas (isi materi) 11 pitch dan ukuran
spasi baris 1,5.
Buku laporan ini terdiri dari kategori asli dan copy yaitu :
Asli
:
Setiap halaman merupakan hasil cetak (print- out)
menggunakan bahan kertas A4 80 gr dengan menggunakan
printer, sesuai ragam warna hasil pengolahan komputer kecuali
pada halaman yang keseluruhan isinya berwarna hitam dapat di
copy sesuai kualitas aslinya.
Copy :
Setiap halaman merupakan hasil penggandaan dari
cetakan asli (print- out) yang menggunakan mesin foto copy
dengan kualitas yang baik, sehingga segala tampilan dan atau
makna yang ingin disajikan pada halaman tersebut dapat jelas
terlihat serta mudah dimengerti oleh setiap pengguna hasil.
b. Cover/sampul/kulit buku berwarna putih dengan tulisan/huruf
berwarna hitam. Jenis dan disain cover bebas tapi proporsional;
c. Album Peta

Kerangka Acuan Kerja (KAK) RDTR

Page 11

kapital

Presentasi untuk semua laporan serta Album gambar dan peta dibuat
berwarna tidak dalam bentuk blok tapi di arsir serta menggunakan bahan
kertas HVS tebal dengan ukuran standard kertas A1 dengan skala peta untuk
peta profil wilayah perencanaan disesuaikan sedangkan untuk peta RDTR
Skala peta 1:5.000, bila tidak dapat disajikan secara utuh dalam 1 lembar
kertas, peta disajikan beberapa lembar. Pembagian lembar penyajian peta
harus mengikuti angka bujur dan lintang geografis yang beraturan, seperti
halnya pada peta dasar.

VIII. KELUARAN DAN


PEKERJAAN

KELENGKAPAN

DOKUMEN

HASIL

8.1.Dokumen Materi Teknis RDTR dan Peraturan Zonasi.


Keluaran pekerjaan adalah dokumen Penyusunan RDTR dan Peraturan Zonasi
Ibukota Kabupaten Seluma, dengan sistematika Penyajian Laporan sekurangkurangnya sebagai berikut :
1. BAB I Pendahuluan
1.1 Dasar Hukum Penyusunan RDTR
1.2 Tinjauan Terhadap RTRW Kabupaten/Kota
1.3 Tinjauan Kebijakan dan Strategi RTRW Kabupaten/Kota
1.4 Tujuan RDTR
2. BAB II Ketentuan Umum
2.1 Istilah dan Definisi
2.2 Kedudukan RDTR dan Peraturan Zonasi
2.3 Fungsi dan Manfaat RDTR dan Peraturan Zonasi
2.4 Kriteria dan Lingkup Wilayah Perencanaan RDTR dan Peraturan Zonasi
2.5 Masa Berlaku RDTR
3. BAB III Tujuan Penataan BWP
4. BAB IV Rencana Pola Ruang
4.1 Zona Lindung
4.1.1 zona hutan lindung;
4.1.2 zona yang memberikan perlindungan terhadap zona di
bawahnya;
4.1.3 zona perlindungan setempat;
4.1.4 zona RTH kota;
4.1.5 zona suaka alam dan cagar budaya;
4.1.6 zona rawan bencana alam ;
4.1.7 zona lindung lainnya.
4.2 Zona Budi Daya
4.1.1 zona perumahan
4.1.2 zona perdagangan dan jasa,
4.1.3 zona perkantoran
4.1.4 zona sarana pelayanan umum
4.1.5 zona industry;
4.1.6 zona khusus;
4.1.7 zona lainnya;
4.1.8 zona campuran,
5. BAB V Rencana Jaringan Prasarana
5.1 Rencana Pengembangan Jaringan Pergerakan
Kerangka Acuan Kerja (KAK) RDTR

Page 12

5.2
5.3
5.4
5.5
5.6
5.7

Rencana
Rencana
Rencana
Rencana
Rencana
Rencana

Pengembangan
Pengembangan
Pengembangan
Pengembangan
Pengembangan
Pengembangan

Jaringan Energi/Kelistrikan
Jaringan Telekomunikasi
Jaringan Air Minum
Jaringan Drainase
Jaringan Air Limbah
Prasarana Lainnya

6. BAB VI Penetapan Sub BWP yang Diprioritaskan Penanganannya


7. BAB VII Ketentuan Pemanfaatan Ruang

8. BAB VIII Peraturan Zonasi

8.1 Text Zonasi (Zoning Text)


8.1.1
Ketentuan Kegiatan dan Penggunaan Lahan
8.1.2
Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang
8.1.3
Ketentuan Tata Bangunan
8.1.4
Ketentuan Prasarana dan Sarana Minimal
8.1.5
Ketentuan Pelaksanaan
8.1.5.1
Variansi Pemanfaatan Ruang
8.1.5.2
Insentif dan Disinsentif
8.1.5.3
Penggunaan lahan yang tidak sesuai
8.2 Materi Opsional
8.2.1
Ketentuan Tambahan
8.2.2
Ketentuan Khusus
8.2.3
Ketentuan Standar Teknis
8.2.4
Ketentuan Pengaturan Zonasi

Kelengkapan Dokumen yang termuat dalam hasil pekerjaan penyusunan


Rencana Detail Tata ruang (RDTR) dan Peraturan Zonasi adalah sebagai berikut:
a. Buku data dan analisis yang dilengkapi peta-peta dan sekurang-kurangnya
meliputi:
1. Potensi dan masalah pengembangan kawasan perkotaan dan perdesaan.
2. Peluang dan tantangan pengembangan
3. Kecenderungan perkembangan
4. Perkiraan kebutuhan pengembangan kawasan perkotaan dan perdesaan.
5. Intensitas pemanfaatan ruang sesuai dengan daya dukung dan daya
tampung (termasuk prasarana/infrastruktur maupun utilitas)
6. Teridentifikasinya indikasi arahan penanganan kawasan dan bangunan
b. Buku materi teknis RDTR dan Peraturan Zonasi yang disajikan dalam format
A4; dan
c. Album peta yang disajikan dengan skala atau tingkat ketelitian minimal 1:
5.000 dalam format A1 yang dilengkapi dengan data peta digital terbaru (up
to date) yang memenuhi ketentuan sistem informasi geografis (GIS) yang
dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang (Badan Informasi Geospasial).
Peta-peta tersebut ditampilkan dari awal proses pengolahan data dengan
ekstensi *.shp, dan untuk hasil peta laporan akhir harus menyertakan petapeta tersebut dalam format *.shp dan *.dwg agar dapat digunakan untuk
keperluan lain berkaitan dengan pekerjaan; Untuk format peta terlampir.
Album peta sekurang-kurangnya terdiri atas:
1. Peta Profil Wilayah Perencanaan
a) Peta orientasi
b) Peta batas administrasi
c) Peta dasar topografi
d) Peta guna lahan
e) Peta rawan bencana
Kerangka Acuan Kerja (KAK) RDTR

Page 13

f) Penetapan sebaran penduduk


g) Peta-peta tematik lainnya yang dirasa perlu untuk ditampilkan dalam
album peta.
2. Peta Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)
a) Peta rencana pola ruang
b) Peta rencana jaringan prasarana
1) Peta Konsep Rencana Struktur Ruang menurut RTRW dan RTR KSK
2) Peta rencana jaringan pergerakan, menggambarkan seluruh
jaringan primer dan jaringan sekunder
3) Peta rencana energi/ kelistrikan
4) Peta rencana pengembangan jaringan telekomunikasi
5) Peta rencana pengembangan jaringan air minum
6) Peta rencana pengembangan jaringan drainase
7) Peta rencana pengembangan jaringan air limbah
8) Peta rencana jaringan prasarana lainnya (misal jalur evakuasi
bencana).
9) Peta Sub BWP yang Diprioritaskan penanganannya
8.2. Dokumen Naskah Perda RDTR dan peraturan Zonasi
Dokumen Naskah perda RDTR terdiri atas:
a) Perda, merupakan rumusan pasal per pasal dari buku rencana materi teknis
RDTR dan disajikan dalam format A4; dan
b) Lampiran yang terdiri atas peta rencana pola ruang, rencana jaringan
prasarana, penetapan sub BWP yang diprioritaskan penanganannya dan peta
zona-zona khusus yang disajikan dalam format A3, serta tabel indikasi
program pemanfaatan ruang prioritas.

IX. KETENTUAN LAIN-LAIN


Kerangka Acuan Kerja ini sudah diupayakan rinci. Namun demikian, demi
sempurnanya hasil kegiatan maka dimungkinkan adanya perubahan-perubahan
berdasarkan masukan dan hasil pembahasan pada saat proses pelaksanaannya.
Untuk itu, pelaksanaan kegiatan diharuskan mengikuti perkembangan dan
keputusan yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan bersama dalam forum
pembahasan.
Tais,

Mei 2014

Badan Perencanaan Pembangunan


Daerah
Kabupaten Seluma,
Kepala,

Drs. JULIAN ZUHERWAN. M.Si


Pembina Tk I NIP. 19670716 199303 1
002

Kerangka Acuan Kerja (KAK) RDTR

Page 14

Anda mungkin juga menyukai