SKENARIO 1
PENYAKIT DEGENERATIF
Oleh:
KELOMPOK D
1. Putu Kristalina Witari 082010101023
2. Ayu Budhi Trisna
082010101026
082010101033
082010101035
7. Muhammad Yuda A
082010101036
8. Anindita Novia D.
082010101037
082010101038
082010101041
082010101043
082010101072
082010101077
072010101053
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2011
0
PENYAKIT DEGENERATIF
1. Fisiologi
a. Proses Aging
b. Teori Aging
2. Penyakit-penyakit degeneratif
a. Sistem Urologi
Inkontinesia Urin
BPH
b. Sistem Endokrin
Diabetes Melitus
c. Sistem Neurologi
Parkinson
Demensia
Alzaimer
Delirium
d. Vaskular
PJK
Hipertensi
3. Manajemen Lansia
Farmakologi
Nutrisi
PROSES PENUAAN
Fisiologi Proses Menua
-
Radikal bebas
Hormon yang menurun kadarnya
Proses glikosilasi
Sistem kekebalan tubuh yang menurun
Faktor genetik
Hereditas/ genetik
Nutrisi/ makanan
Pengalaman hidup
Lingkungan
masa lalu
Stress
INKONTINENSIA URIN
Inkontinensia urin adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami kesulitan
bahkan tidak bisa sama sekali menahan kencing.
Berdasarkan etiologinya, inkontinensia urin dibagi menjadi
1. Urgent Urinary Incontinence
2. Stress Urinary Incontinence
3. Overflow Urinary Incontinence
4. Inkontinensia Continue
5. Inkontinensia Urin Fungsional
URGENT URINARY INCONTINENCE (UUI)
Penderita mengeluh tidak dapat menahan miksi segera setelah timbul
sensasi ingin miksi. Keadaan ini disebabkan oleh :
1. Hiperefleksia muskulus Detrusor disebabkan oleh adanya kelainan neurologis,
di antaranya adalah GPDO/Stroke, trauma korda spinalis, sklerosis multipel,
spina bifida atau mielitis transversal.
2. Instabilitas muskulus Detrusor sering disebabkan oleh adanya kelainan non
neurologis, di antaranya adalah : obstruksi infravesika, post operasi infravesika,
batu buli-buli, tumor buli- buli, dan sistitis.
3. Penurunan bladder compliance dapat disebabkan oleh kandungan kolagen pada
matriks detrusor bertambah (misalnya pada sistitis tuberkulosa, sistitis post
radiasi, pemakaian kateter menetap dalam jangka waktu lama, atau obstruksi
5
bila
ada.
Hiperaktivitas
detrusor
dapat
dihambat
dengan
Hipermobilitas urethra
Kelemahan otot-otot dasar panggul menyebabkan terjadinya penurunan
(herniasi) dan angulasi diafragma urogenital pada saat terjadinya peningkatan
tekanan intraabdominal sehingga menye-babkan bocornya urin dari vesika
meskipun tidak ada peningkatan tekanan intravesika. Selain itu, kelemahan
otot ini dapat menyebabkan prolapsus uteri, sistokel, atau enterokel. Penyebab
kelemahan ini adalah trauma persalinan, histerektomi, perubahan hormonal
(misalnya defisiensi estrogen pada masa menopause menyebabkan terjadinya
atrofi jaringan genitourinaria), atau ke-lainan neurologi.
6
OUI adalah keluarnya urin tanpa dapat dikontrol pada keadaan volume urin
dalam buli-buli yang melebihi kapasitasnya.
Kondisi muskulus detrusor atoni atau arefleksia.
Hal ini ditandai dengan overdistensi vesika urinaria, sehingga urin selalu
menetes keluar dengan sendirinya.
Kelemahan muskulus Detrusor ini dapat disebabkan karena obstruksi urethra,
neuropati diabetikum, trauma spinal, defisiensi vitamin B12, efek samping
pemakaian obat, maupun post operasi daerah pelvis.
Penatalaksanaan nonmedikamentosa OUI adalah dengan menggunakan
bladder retraining.
Penatalaksanaan operatif OUI adalah dengan menggunakan desobstruksi
maupun kateterisasi intermitten atau menetap.
INKONTINENSIA CONTINUE
Definisi
Urin yang selalu keluar setiap saat dan dalam berbagai posisi.
Etiologi
Fistula sistem urinaria yang menyebabkan urin tidak melewati sfingter
urethra.
2 macam fistula
1. Fistula vesikovagina terdapat lubang yang menghubungkan buli-buli dan
vagina. Jika lubangnya cukup besar, buli-buli tidak pernah terisi dengan urin,
karena urin yang berasal dari kedua ureter tidak sempat tertampung di buli-buli
dan keluar melalui fistula ke vagina.
Fistula vesikovagina sering kali disebabkan oleh operasi ginekologi, trauma
obstetri, atau pasca radiasi di daerah pelvik
2. Fistula ureterovagina yaitu terdapat hubungan langsung antara ureter dengan
vagina. Keadaan ini juga disebabkan karena cedera ureter pasca operasi daerah
pelvis
Penyebab lain
8
Muara ureter ektopik pada anak perempuan. Pada kelainan bawaan ini,
salah satu ureter ber-muara pada uretra di sebelah distal dari sfingter uretra
eksternum. Urin yang disalurkan melalui ureter ektopik langsung keluar tanpa
melalui hambatan sfingter uretra eksterna sehingga selalu bocor.
Gejala khas muara ureter ektopik sama dengan fistula ureterovagina, yaitu
selalu merembes keluar, tetapi pasien masih bisa melakukan miksi seperti orang
normal
INKONTINENSIA URIN FUNGSIONAL
Sebenarnya pasien ini kontinen, tetapi karena adanya hambatan tertentu,
pasien tidak mampu untuk menjangkau toilet pada saat keinginan miksi timbul
sehingga kencingnya keluar tanpa dapat ditahan. Hambatan itu dapat berupa
gangguan fisis, gangguan kognitif, maupun pasien yang sedang mengkonsumsi
obat-obat tertentu. Gangguan fisis yang dapat menimbulkan inkontinensia
fungsional antara lain : gangguan mobilitas akibat arthritis, paraplegia inferior,
stroke, atau gangguan kognitif akibat suatu delirium maupun demensia. Beberapa
jenis obat-obatan yang dapat mem-pengaruhi kontinensi d iantaranya
Jenis obat
Diuretikum
Antikolinergik
Sedative / hipnotikum
Gangguan kognitif
Narkotikum
HIPERPLASIA PROSTAT
McNeal (1976) membagi kelenjar prostat dalam beberapa zona, yaitu :
1. Zona perifer
2. Zona central
3. Zona transisional
4. Zona fibromusler anterior
5. Zona periuretra
Sebagian besar hiperplasia prostat terdapat pada zona transisional, sedangkan
pertumbuhan karsinoma prostat berasal dari zona perifer.
Pertumbuhan kelenjar ini sangat tergantung pada hormon testosteron, yang
di dalam sel-sel kelenjar prostat hormon ini akan dirubah menjadi metabolit aktif
dihidrotestosteron (DHT) dengan bantuan enzim 5- reduktase. Dihidrotestosteron
inilah yang secara langsung memacu mRNA di dalam sel-sel kelenjar prostat
untuk mensintesis protein growth factor dalam memacu pertumbuhan kelenjar
prostat.
Etiologi
Beberapa hipotesis yang diduga sebagai penyebab timbulnya hiperplasia
prostat adalah :
1. Teori dihidrotestosteron
Dihidrotestosteron adalaa metabolit androgen yang sangat penting pada
pertumbuhan sel-sel kelenjar prostat. Dibentuk dari testosteron dalam sel
prostat oleh enzim 5 reduktase dengan bantuan koenzim NADPH. DHT yang
telah terbentuk berikatan dengan reseptor androgen (RA) membentuk
kompleks DHT-RA pada inti sel dan selanjutnya terjadi sintesis protein growth
factor yang menstimulasi pertumbuhan sel prostat.
2. Ketidak seimbangan esterogen dan testosteron
Pada usia semakin tua, kadar testosteron menurun sedangkan kadar
estrigen relatif tetap sehingga perbandingan antara esterogen : testosteron
relatif meningkat. Telah diketahui bahwa esterogen di dalam prostat berperan
dalam terjadinya proliferasi sel-sel kelenjar prostat dengan cara meningkatkan
10
sensitivitas
sel-sel
prostat
terhadap
rangsangan
hormon
androgen,
proliferasi
sel-sel
pada
BPH
dipostulasikan
sebagai
Incomplete voiding
Frequency
Intermitten
12
Urgency
Weak stream
Straining
Nocturia
1 = Seperti biasa
2 = Sangat Senang
3 = Senang
4 = Satisfied
5 = Terganggu
6 = Tidak bahagia
Dari IPSS itu dapat dikelompokkan gejala saluran kemih bawah dalam 3
derajat, yaitu : 0-7 (Ringan), 8-19 (Sedang)
20-35 (Berat)
2. Gejala pada saluran kemih bagian atas
Keluhan akibat penyulit hyperplasia prostat pada saluran kemih bagian
atas berupa gejala obstruksi antara lain nyeri pinggang, benjolan di
pinggang (yang merupakan tanda dari hidronefrosis), atau demam yang
merupakan tanda dari infeksi atau urosepsis
13
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Sedimen urin diperiksa untuk mencari kemungkinan adanya proses infeksi
atau inflamasi pada saluran kemih. Pemeriksaan kultur urin berguna dalam
mencari jenis kuman yang menyebabkan infeksi dan sekaligus menentukan
sensitifitas kuman terhadap beberapa antimikroba yang diujikan.
Faal ginjal diperiksa untuk mencari kemungkinan adanya penyulit yang
mengenai saluran kemih bagian atas, sedangkan gula darah dimaksudkan untuk
mencari kemungkinman adanya penyakit diabetes mellitus yang dapat
menimbulkan kelinan persyarafan pada buli-buli (buli-buli neurogenik). Jika
dicurigai adanya keganasan prostat perlu dipriksa kadar penanda tumor PSA.
Pencitraan
Poto polos perut berguna untuk mencari adanya batu opak di saluran
kemih, adanya batu/kalkulosa prostat dan kadangkala dapat menunjukkan
bayangan buli-buli yang penuh terisi urin, yang merupakan tanda dari suatu
14
Medikamentosa
Penghambat
Operasi
Prostatktomi
Invasif minimal
TUMT
adrenergic
terbuka
TUBD
Penghambat
Endourologi
Stent Uretra
reduktase
1. TUR P
Filoterapi
2. TUIP
Hormonal
3. TULP
TUNA
Elektrovaporasi
Watchfull waiting
Pilihan tanpa terapi ini ditujukan untuk pasienn bph dengan skor IPPS
dibawah tujuh, yaitu keluhan ringan yang tidak menggaunggu aktivitas seharihari. Pasien tidak mendaptkan terapi apapun dan hanya diberi penjelasan
mengenai sesuatu hal yang mungkin dap memperburuk keluhannya, misalnya (1)
jangan mengkonsumsi kopi atau alkohol setelah makan malam, (2) kurangi
konsumsi makanan atau minuman yang mengiritasi bulbuli (kopi atau cokelat),
(3) batasi penggunaan obat-obat influenza yang mengandung fenilpropanolamin,
(4) kurangi makanan pedas dan asin, dan (5) jangan menahan kencing terlalu
lama.
Secara periodic pasien diminta untuk datang kontrol dengan ditanya
keluhannya apakah menjadi lebih baik (sebaiknya memekai skor yang baku), di
samping itu dilakukan pemeriksaan laboratorium, residu urin, atau oroflometri.
16
2.
mengurangi
volume
prostat
sebagai
komponen
static
dengancara
Penghambat 5 -reduktase
Obat ini bekerja dengan cara menghambat pembentukan DHT dari
testosterone yang dikatalisis oleh enzim 5 -reduktase di dalam sel-sel prostat.
Menurunnya kadar DHT menyebabkan sintesis protein dan replikasi sel-sel
prostat menurun.
Dilaporkan bahwa pemberian obat ini (Finasteride) 5 mg sehari yang
diberikan sekali setelah enam bulan mampu menyebabkan penuruanan prostat
hingga 28%; hal ini memperbaiki keluhan miksi dan pancaran miksi.
Fitofarmaka
Beberapa ekstrak tumbuh-tumbuhan tertentu dapat dipakai untuk
memperbaiki gejala akibat obstruksi prostat, tetapi data-data farmakologik tentang
kandungan zat aktif yang mendukung mekanisme kerja obat fitoterapi sampai saat
ini belum diketahui dengan pasti. Kemungkinan fitoterapi bekerja sebagai anti
estrogen, anti androgen, menurunkan kadar sex hormon binding globulin (SHBG),
inhibisi basic fibroblast growth factor (BFGF) dan inflamasi, menurunkan outflow
resistance, dan memperkecil volume prostat.
Diantara fititerapi yang banyak dipasarkan adalah : Pygeum africanum,
Serenoa repens, Hypoxis rooperi, Radix urtica, dan masih banyak lagi.
Operasi
Pembedahan
Penyelesaian masalah pasien BPH jangka panjang yang paling baik saat
ini adalah pembedahan, karena pemberian obat-obatan atau terapi non invasif
lainnya membutuhkan jangka waktu yang sangat lama untuk melihat hasil terapi.
Deobstruksi kelenjar prostat akan memyembuhkan gejala obstruksi dan
miksi yang tidak lampias. Hal ini dapat dikerjakan dengan cara operasi terbuka,
18
reseksi prostat transuretral (TURP) atau insisi prostat transuretra (TUIP atau BNI).
Pembedahan direkomendasikan pada pasien-pasien BPH yang :
1. Tidak menunjukkkan perbaikan setelah terapi medikamentosa
2. Mengalami retensi urin
3. ISK berulang
4. Hematuri
5. Gagal ginjal
6. timbulnya batu saluran kemih atau penyulit lain akibat obstruksi saluran
kemih bagian bawah.
Pembedahan Terbuka
Beberapa macam teknik operasi prostatktomi terbuka adalah metode dari
milin yaitu melakukan enukliasi kelenjar prostat melalui pendekatan retropubik
infravesika, freyer melalui pen dekatan suprapubik transvesika, atau transperineal.
Prostatktomi terbuka adalah tindakan yang paling tua yang masih banyak
dikerjakan saat ini, paling invasif dan paling efisien bagi terapi BPH. Prostatktomi
terbuka dapt dilakukan melalui pendekatan suprabubik transvesikal (freyer), atau
retropubik infravesikal (milin). Prostatktomi terbuka dianjurkan untuk prostat
yang sangat besar (> 100 g)
Penyulit yang dapat terjadi setelah prostatktomi terbuka adalah
inkontinensia urin (3%) impotensi (5-10%) ejakulasi retrograde (60-80%) dan
kontraktur leher buli-buli (3-5%). Dibandingkan dengan TURP dan BNI, penyulit
yang terjadi berupa striktura uretra dan ejakulasi retrograde lebih banyak dijumpai
pada prostatktomi terbuka. Perbaikan gejala klinis sebanyak 85-100% dan angka
mortalitas sebanyak 2%.
Pembedahan Endourologi
Saat ini tindakan TURP merupkan perasi paling banyak dikerjakan di
eluruh dunia. Operasi ini lebih disenangi karena tidak perlu diinsisi pada kulit
perut, masa mondok lebih cepat, dan memberkan hasil yang tidak banyak berbeda
dengan operasi terbuka. Pembedahan endourologi trasuretra dapat dilakukan
19
dengan memakai tenaga elktrik TURP atau denga memakai energi laser. Operasi
terhadap prostat berupa reseksi (TUPR) atau insisi (TUIP), atau evaporasi.
TURP
Reseksi kelenjar prostat silakukan transuretra dengna menggunakan cairan
irigan (pembilas) agar daerah yang akan direseksi tetap terang dan tidak tertutup
oleh darah. Cairan yang dipergunakan adaah berupa larutan non ionic, yang
dimaksudkan agar tidak terjadi hantran listrik pada saat operasi. Cairan yang
sering dipakai dan harganya cukup murah, yaitu H2O steril (aquadest).
Salah satu kerugian dari aquadest adalah sifatnya yang hipotonik sehingga
caira ini dapat masuk ke sirkulasi sistemik melalui pembuluh darah vena yang
terbuka pada saat reseksi. Kelebihan H2O dapat menyebabkan hiponatremia
relative atau gejala toksikasi air (sindroma TURP). Sindroma ini ditandai dengan
pasien yang mulai gelsah, kesadaran somnolen, tekanan darah meningkat, dan
bradikardi. Jika tidak segera diatasi, pasien akan mengalami oedema otak yang
akhirnya jath adlam koma dan meninggal. Angka mortalitas sindroma TURP ini
sebesar 0,99%.
Untuk mengurangi resiko timbulnya sindroma TURP operator harus
membatasi diri untuk tidak melaukukan operasi lebih dari 1jam. Disamping itu,
beberapa operator memasang sistostomi suprapubik terlebih dahulu sebelum
reseksi diharaka dapat mengurangi penyerapan air ke sirkulasi sistemik.
Penggunaan cairan non ionic lain selain H2O yaitu glisin, dapat mengurangi
resiko hiponatremi pada TURP, tetapi karena harganya cukup mahal, beberapa
klinik urologi di Indonesia lebih memilih pemakaian aQuades sebagai cairan
irigasi.
Selain sindroma TURP beberapa penyulit bias terjadi pada saat operasi,
pasca bedah dini, maupun pasca bedah lanjut.
Selama operasi
Perdarahan
Sindroma TURP
Disfungsi ereksi
20
Perforasi
sistemik
Ejakulasi dini
Striktura uretra
Pada BPH yang tidak begitu besar, tanpa ada pembesaran lobus medius
dan ada ppasien yang umurnya masih muda hanya diperlukan insisi kelenjar
prostat atau TUIP (insisi leher buli-buli) atau BNI. Sebelum melakukan tindakan
ini, harus disingkirkan kemungkianan adanya kasinoma prostat dengan melakukan
colok dubur, melakukan pemeriksaan USG transrectal dan pengukuran kadar
PSA.
Elektrovaporasi prostat
Cara ini sama dengan TURP hanya saja teknik memakai roller ball yang
spesifik dan dengan mesin diaterm yang cukup kuat sehingga mampu membuat
vaporisisasi kelenjar prostat. Tekhnik cukup aman, tidak banyak menimbulkan
perdar ahan saat operasi, dan masa mondok di RS lebih singkat. Namun teknik ini
hanya diperuntukkan pada prostat yang tidak terlaluabesar (<50 g) dan
memutuhkan waktu operasi lebih lama.
Laser postatektomi
Energi laser mulai dipakai sebagai terapi BPH sejak tahun 1986 yang dari
tahun ke atahun mengalami peneyempurnaan. Terdapat 4 jenis energi yang
dipakai yaitu Nd: YAG, holmium:YAG, KTP: YAG, dan diode yang dapat
dipancarkan melalaui bare fibre, right angle fibre, interstitial fibre. Kelenjar
prostat pada suhu 60-65 0 Celcius akan mengalami koagulasi dan pada suhu 100 0
celcius mengalami vaporisasi.
Jika dibandingkan dengan pembedahan, pemakaian laser ternyata lebih
sedikit menimbulkan komplikasi, dapat dikerjakan secar poliklinis, penyembuhan
lebih cepat, dan dengan hasil yan kurang lebih sama. Sayangnya terapi ini
membutuhkan terapio ulang 2 % setiap tahun. Kekurangannya ialah: tidak dapat
diperoleh jaringan untuk pemeriksaan patologi (kecuali pada Ho:YAG), sering
banyak menimbulkan disuria pasca bedah yang dapat berlangsung sampai 2 bulan,
21
tidak langsung dapat miksi spontan setelah operasi, dan peak flow rate lebih
rendah dari pasca TURP. Penggunaan pembedahan dengan energi laser telah
berkembang akhir-akhr ini. Penelitian memakai Nd:YAg menunjukkan hasil yang
hamper sama dengan cara diobstruksi TURP terutama dalam perbaikan skor miksi
dan pancaran urin. Meskipun demikian efek lbih lanjut dari laser masih belum
diketahui dengan pasti. Teknik ini dianjurkan padfa pasien yang memakai terapi
antikoagulan dalam jangka waktu lama atau tidak dapat dilakukkan TURP karena
kesehatannya.
Tindakan invasif minimal
Saat ini sedang dikembangkan tindakan invasif minimal yang terutama
ditujukan untuk pasien yang mempunyai resiko tinggi terhadap pembedahan.
Tindakan invasif minimal antara lain :
1. termoterapi
termoterapi kelenjar prosatat adalah pemenasan kelenjar dengan gelombang
mikro pada frekuensi 915-1296 MHz yang dipancarkan melalui antena yang
diletakkan didalam uretra. Dengan pemanasan yang melebihi 44 0 celcius
menyebabkan destruksi jaringan pada zona transisional prostat karena
nekrosisi koagulasi. Prosedur ini dapat dikerjakan secara poliklinis tanpa
pemberian pembiusan, morbiditasnya relative rendah, dan dapat dijalani oleh
pasien yang kondisinya kurang baik jika menjalani pembedahan. Cara ini
direkomendasikan bagi prostat yang ukurannya kecil.
2. TUNA (transurethral Needle ablation of the prostate)
Teknik ini memakai energi darai frekuensi radio yang menimbulkan panas
sampai mencapai 100 0 C, sehingga menyebabkan nekrosis jaringan prostt.
System ini terdiri atas kateter TUNA yang dihubungkan dengan generator
yang dapat membangkitkan energi pada frekuensi radio 490 kHz. Kateter
dimasukkan ke dalam uretra melalui sistoskopi dengan pemberian silokain
topical sehingga jarumyang terletak pada ujung kateter terletakpada kelenjar
prostat. Pasien serig kali masih mengeluh hematuria, disuria, retensi urin dan
epididimo orchitis.
22
3. Stent
Stent prostat dipasang pada uretra prostatika untuk mengatasi obstruksi karena
pembesaran prostat. Stent dipasang intraluminal diantara leher buli-buli dan
disebelah proksimal verumontanum sehingga urin dapat leluasa melewati
lumen uretra prostatika. Stent dapat dipasang secara temporer atau permanent.
Yang temporer dipasang selama 6-36 bulan dan terbuat dari bahan yang tidak
terserap dan tidak mengadakan reaksi dengan jaringan. Alat ini dipasang dan
dilepas kembali secar endoskopi
Stent yang permanent, terbuat dari anyaman dari bahan logam super alloy ,
nikel, atau titanium. Dalam jangka waktu lama, bahn ini akan diliputi oleh
urotelium sehingga jika suatu saat ingin dilepas, harus membutuhkan anestesi
umum atau regional. Pemasangan alat ini diperuntukkan bagi pasien yang
tidak mungkin menjalani operasi Karena resiko pembedahan yang cukup
tinggi. Seringkali stent sapat terlepas dari insersinya di uretra posterior atau
mengalami encrustasi. Sayangnya etelah pemasangn kateter ini, pasien masih
merasakan keluhan miksi berupa gejala iritatif, perdarahan uretra, atau ras
tidak enak di daerah penis.
4. HIFU (High Intensity Fokused Ultrasound)
Energi panas yang ditujukan untuk menimbulakn nekrosis pada prostat berasla
dari gelombang ultrasonografi dari transduser piezokeramik yang mempunyai
frekuensi 0,5-10 MHz. Energi dipancarkan melalui alat yang diletakkan
transrectal dan difokuskan pada kelenjar prostat. Teknik ini memmerlukan
anestesi umum. Data klinis menunjukkan terjadi perbaikan klinis 50-60% dan
Q maks rata-rata 40-50%. Efek lebih lanjut dari tindakan belum diketahui, dan
semantara tercatat bahwa kegagalan terapi terjadi sebanyak 10% setiap tahun.
Meskipun sudah banyak modalitas yang telah diketemukan, untuk mengobati
pembesaran prostat, sampai saat ini terapi yang memberikan hasil paling
memuaskan adalah TURP.
Kontrol berkala
23
24
DIABETES MELITUS
Definisi
Diabetes mellitus adalah kumpulan gejala klinis akibat adanya gangguan
metabolic akibat gangguan hormonal yang menimbulkan keadaan hiperglikemi
dan menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada organ lain.
Klasifikasi Diabetes Melitus
Klasifikasi etiologis DM American Diabetes Association sesuai anjuran
PERKENI, Diabetes Melitus terbagi menjadi 4 macam yaitu :
1. IDDM (Insulin Dependent Diabetes Melitus)/Diabetes tipe I
Diabetes ini disebabkan oleh destruksi sel beta pulau langerhans akibat
proses autoimun dan idiopatik.
2. NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes Melitus)/Diabetes tipe II
Disebabkan oleh kegagalan relatif sel beta dan resistensi insulin yaitu
menurunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa
oleh jaringan perifer (kerusakan terjadi pada reseptor.
3. Diabetes tipe lain
a. Defek genetic fumgsi sel beta
Maturity Onset Diabetes Of Young
DNA mitokondria
b. Defek genetic kerja insulin
c. Penyakit eksokrin pancreas
Pankreatitis
Tumor
Pankreatopati fibrokalkularis
d. Endokrinopati : akromegali, syndrome cushing, hipertiroidisme
e. Karena obat/zat kimia :pentanidin, asam nikotinat, glukokortikoid,
hormon tiroid, tiazid, dll
f. Infeksi : rubella, cytomegalovirus
g. Syndrome genetic lain yang berhubungan dengan DM
25
Pemeriksaan funduskopi
Pemeriksaan jantung
plasma
Pemeriksaan Penyaring
Ditujukan pada mereka yang mempunyai risiko DM namun tidak
menunjukkan adanya gejala DM. Bertujuan untuk menemukan pasien
dengan DM, TGT maupun GDPT sehingga bisa ditangani lebih dini secara
tepat.
A1C
Profil lipid pada keadaan puasa (kolesterol total, HDL, LDL, trigliserida)
Kreatinin serum
Albuminuria
Elektrokardiogram
3. Latihan jasmani
4. Intervensi farmakologi
EDUKASI
Pemahaman tentang:
penyakit DM
penyulit DM
hipoglikemia
Kebutuhan Kalori
1. BBI Dengan Rumus Brocca
BBI = 90% x (TB dalam cm 100) x 1 kg
Bagi pria dengan tinggi badan dibawah 160 cm dan wanita dibawah 150 cm
BBI = (TB dalam cm 100) x 1 kg
BB
2. IMT
Rumus :
IMT = BB(kg)/TB(m2)
28
BB
Kurang : <18,5
Normal : 18,5 22,9
Lebih : 23
-
Obes I : 25 29,9
Obes II : 30
LATIHAN JASMANI
Latihan secara teratur 3 4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit
merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan DM tipe 2. latihan jasmani selain
untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki
sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan
jasmani yang dianjurkan berupa aerobik seperti : jalan kaki, bersepeda santai,
jogging, dan berenang.
INTERVENSI FARMAKOLOGIS
Intervensi farmakologis ditambahkan jaika sasaran glukosa darah belum
tercapai dengan pengaturan makanan dan latihan jasmani.
1. Obat hipoglikemik oral
Berdasarkan cara kerjanya,OHO dibagi menjadi 4 golongan:
A. Pemicu sekresi insulin (insulin secretague)
1. Sulfonilurea
Obat golongan inimempunyai efek utama meningkatkan sekrsi insulin
oleh sel B pancreas, dan merupakan pilihan uama untuk pasien dengan berat
badan normal dan kurang, namun masih boleh diberikan kepada pasien
dengan
berat
badan
lebih.Untuk
menghindari
aanya
hipoglikemia
Glinid
merupakanobat
yang
cara
sulfonylurea,denganpenekananpadameningatkan
kerjanya
samadengan
sekresi
insulin
fase
meningkatkan
jumlah
protein
pengangkut
glukosa,
sehingga
ini
mempunyai
(glukoneogenesis),di
efek
samping
mengurangi
jyuga
prouksi
memperbaiki
lukosa
ambilan
hati
glukosa
(misalnya
penyakit
serebrovaskoular,sepsis,
rnjatan,
gagal
PATOFISIOLOGI
Lipolisis
Ketogenesis
Glukoneogenesis
Asidosis
Penggunaan
glukosa
Asidosis
dieresis osmotic
Hipovolemia
Dehidras
kering).
Kadang-kadang hipovolemia sampai syok.
Bau aseton (tidak mudah tercium).
Poliuri
Polidipsi
Didapatkan riwayat berhenti menyuntik insulin, demam, atau infeksi.
Muntah-muntah (sering pada anak).
Nyeri perut karena gastroparesis (dilatasi lambung).
Dijumpai derajat kesadaran pasien (mulai kompos mentis, delirium,
atau depresi sampai koma).
DIAGNOSIS
Anamnesis dan pemeriksaan fisik yang cepat dan teliti dengan
memperhatikan:
Patensi jalan napas.
Status mental.
Status ginjal dan kardiovaskuler.
Status hidrasi.
Kriteria Diagnosis KAD
Kadar glukosa > 250 mg %
pH < 7,35
HCO3 rendah
Anion gap tinggi
Keton serum positif
TERAPI
Prinsip-prinsip pengelolaan KAD ialah :
1. Penggantian cairan dan garam yang hilang.
2. Menekan lipolisis sel lemak dan menekan glukoneogenesis sel hati
dengan pemberian insulin.
3. Mengatasi stres sebagai pencetus KAD.
4. Mengembalikan keadaan fisiologi normal
dan
menyadari
memadai
Digunakan drip insulin intravena dosis rendah.
Bila kadar glukosa < 200 mg% insulin diteruskan + cairan
mengandung glukosa.
Insulin untuk menurunkan kadar hormon glucagon, sehingga
menekan produksi benda keton di hati, pelepasan asam lemak
bebas dari jaringan lemak, pelepasan asam amino dari jaringan
keadaan.
Analisis gas darah. pH < 7 diperiksa tiap 6 jam sampai
mencapai pH > 7,1. Selanjutnya setiap hari sampai stabil.
Ditinjau dari sudut patofisiologi, HONK dan KAD adalah suatu spectrum
dekompensasi metabolic pada pasien diabetes, yang berbeda adalah awitan
(onset), derajat dehidrasi, dan beratnya ketosis.
35
KAD
Ringan
> 250
HONK
Sedang
Berat
> 250
> 250
>600
>7,30
(mg/dL)
Kadar pH arteri
7,25-7,30 7,00-7,40
<7,00
15-18
10-<15
<10
Positif
Positif
Positif
>15
(mEq/L)
Keton pada urin atau serum
Sedikit/
Negative
Bervariasi Bervariasi
(mOsm/kg)
Anion gap
Kesadaran
Bervaria
>320
si
> 10
Sadar
>12
Sadar,
>12
Stupor,
drowsy
koma
Bervariasi
Stupor,
koma
FAKTOR PENCETUS
Penyakit Penyerta
o Infark miokard akut.
o Tumor penghasil hormon adrenokortikotropin.
o Gagal ginjal.
o Emboli paru.
o Pankreatitis.
o Kejadian serebrovaskular.
o Sindrom cushing.
o Hipertermia.
o Hipotermia.
o Luka bakar berat.
Infeksi
o Infeksi gigi
36
o ISK
o Pneumonia
o Sepsis
o Selulitis
Pengobatan
o Antagonis kalsium
o Diuretik tiazid
o Obat kemoterapi
o Glukokortikoid
Noncompliance
Penyalahgunaan obat
o Alkohol
o Kokain
DM tak terdiagnosis
PATOFISIOLOGI
Diuresis glukosuria
Rasa lemah.
Gangguan penglihatan.
Kaki kejang.
Mual dan muntah (lebih jarang dibanding KAD).
Keluhan saraf (letargi, disorientasi, hemiparesis, kejang).
Peningkatan suhu tubuh yang tidak terlalu tinggi.
insulin.
Mempunyai penyakit dasar lain.
Sering disebabkan oleh obat-obatan.
Mempunyai factor pencetus.
TERAPI
Penatalaksanaan HONK meliputi 5 pendekatan:
Rehidrasi intravena agresif.
o Pada awalnya diberikan 1L normal saline per jam.
o Syok hipovolemik plasma expanders.
Penggunaan elektrolit.
o Jika kadar kalium awal < 3,3 mEq per L insulin ditunda dan
diberikan kalium (2/3 kalium klorida dan 1/3 kalium fosfat sampai
tercapai kadar kalium minimal 3,3 mEq per L).
Pencegahan.
o Perlunya penyuluhan mengenai pentingnya pemantauan kadar
glukosa darah dan compliance yang tinggi terhadap pengobatan
yang diberikan.
HIPOGLIKEMIA
Kadar glukosa darah di bawah harga normal. Dalam konteks terapi diabetes,
diagnosis hipoglikemi ditegakkan bila kadar glukosa plasma 63 mg% (3,5
mmol/L).
KLASIFIKASI
Klasifikasi klinis hipoglikemia akut:
Ringan
: Simtomatik, dapat diatasi sendiri, dan tidak ada gangguan
Sedang
Berat
dan
menimbulkan
o Menyusui.
d. Lain-lain.
o Alkohol.
o Absorbsi yang cepat.
40
Jaringan adiposa
Trigliserid
a
Lipolisis
- Epinefrin
- GH
Protein
Proteolisis
Gliserol
Alanin
Laktat
- Glukagon
- Epinefrin
- Epinefrin
- kortisol
Glikolisis
Alanin
Glukosa
Laktat
glikogen
Glukoneogenesis
- Glukagon
- Epinefrin
Glikogenolisis
Glikogenolisis
Epinefrin
Glikogen
Liver
otot
Hepatic glucose output
Glukosa darah
41
Neuroglikopenik
Bingung
Mengantuk
Malaise
Mual
Sakit kepala
Sulit berbicara
Inkoordinasi
Perilaku yang berbeda
Gangguan visual
Parestesi
TERAPI
Glukosa oral.
Dosis 10-20 g dalam bentuk larutan.
Glukagon Intramuskular.
Dosis 1 mg.
Glukosa Intravena.
Dosis 75-100 ml.
42
Komplikasi Kronik DM
Jika dibiarkan tidak dikelola dengan baik, Diabetes Melitus (DM) akan
menyebabkan terjadinya berbagai komplikasi kronik, baik mikroangiopati
maupun makroangiopati. Adanya pertumbuhan sel dan juga kematian sel yang
tidak normal merupakan dasar terjadinya komlikasi kronik DM.
1. Retinopati Diabetik
Pasien DM memilki resiko 25 kali lebih mudah mengalami retinopati
dibandingkan dengan nondiabetes.
Patogenesis
Meskipun penyebab retinopati diabetik sampai saat ini belum diketahui
Patofisiologi
Fator-faktor etiologis timbulnya penyakit ginjal diabetik adalah:
Kurang terkendalinya kdar gula darah (GDP >140-160 mg/dl [7,7-8,8
mmol/l]); A1C >7-8%
Faktor-faktor genetis
Kelainan hemodinamik (peningkatan aliran darah ginjal dan laju filtrasi
glomerulus, peningkatan tekanan intraglomerulus)
Hipertensi sistemik
Sindrom resistensi Insulin (sindroma metabolik)
Keradangan
Perubahan permeabilitas pembuluh darah
Asupan protein berlebih
Gangguan metabolik
Pelepasan
growth
factors
kelainan
metabolisme
karbohidrat/lemak/protein
Kelainan struktural
44
Patologi
Peningkatan material matriks mesangium
Penebalan membran basalis glomerulus
Hialinosis arteriol aferen dan eferen
Penebalan membran basalis tubulus
Atrofi tubulus
Fibrosis interstisial
Tatalaksana
Tergantung tahapan-tahapan pada nefropatik apakah sudah terjadi
Patogenesis
45
Klasifikasi
Secara umum ND diklasifikasikan pada 2 hal, pertama, menurut
otonom:
Neuropati
sudomotor,Neuropati
otonom
Pengelolaan
46
Patofisiologi
Penyebab aterosklerosis pada pasien DM tipe 2 bersifat multifaktorial,
Manifestasi klinis
Pada pasien DM terjadinya iskemi atau infark miokard kadang-kadang
tidak disertai nyeri dada yang khas (angina). Keadaan ini dikenal dengan Silent
Myocardial Ischaemia atau Silent Myocardial Infarction (SMI). Terjadinya
SMI pada pasien DM diduga disebabkan karena:
Gangguan sensivitas sentral terhadap rasa nyeri
Penurunan kadar b endorphin
Neuropati perifer yang menyebabkan denervasi sensorik
Diagnosis
The
American
Diabetes
Association
(ADA)
merekomendasikan
Penatalaksanaan
Berdasarkan rekomendasi ADA, penatalaksanaan terhadap semua pasien
48
PARKINSON
DEFINISI
Penyakit Parkinson adalah bagian dari Parkinsonism yang secara patologis
ditandai oleh degenerasi ganglia basalis terutama substansia nigra pars compacta
(SNc) disertai adanya inklusi sitoplasmik eosinofilik yang disebut Lewy bodies.
Parkinsonism (Sindrom Parkinson) adalah suatu sindrom yang ditandai oleh
tremor waktu istirahat, kekakuan, bradikinesia, dan hilangnya reflek postural
akibat penurunan kadar dopamin dengan berbagai macam sebab. Sindrom ini
sering disebut sindrom parkinson.
Sindrom Parkinson (SP) diklasifikasikan sebagai berikut :
normal
Sindrom parkinson plus : Gejala parkinson timbul bersama gejala
neurologi lain seperti : progresive supraneural palsy, multiple system
atrophy, cortical basal ganglionic degeneration, difuse Lewy body disease
(DLBD)
Kelainan degeneratif diturunkan : Gejala parkinson menyertai penyakit
yang diduga berhubungan dengan penyakit neurologi lain yang faktor
keturunan memegang peran sebagai etiologi, seperti : Penyakit Alzheimer,
Penyakit wilson, dementia frontotemporal pada kromosom 17q21.
ETIOLOGI
49
50
PATOFISIOLOGI
Penyakit parkinson terjadi karena penurunan kadar dopamin akibat
kematian neuron di substansia nigra pars compacta (SNc) sebesar 40-50% yang
disertai dengan inklusi sitoplasmik eosinofilik (Lewy bodies) dengan penyebab
multifaktor.
Substansia nigra (black substance) adalah suatu regio kecil di otak (brain
stem) yang terletak sedikit diatas medula spinalis. Bagian ini menjadi pusat
kontrol/koordinasi
dari
seluruh
pergerakan.
Sel-selnya
menghasilkan
bradikinesia atau
Tiga dari 4 tanda motorik : tremor, rigiditas, bradikinesia, ketidakstabilan
postural
PENATALAKSANAAN
Konsep tx dibedakan jadi 3 :
Simtomatismemperbaiki gx dan tanda penyakit
Protektifmempengaruhi patofis penyakit
Restoratifmendorong neuron baru atau merangsang pertumbuhan dan
fungsi sel neuron yang masih ada.
I.
Pilihan Terapi PP dapat dibagi menjadi :
52
Ropinirol)
Antikolinergik (Benztropin, Triheksifenidil, Biperiden)
MAO (Selegiline)
Amantadin
Penghambat COMT (Tolcapone, Entacapone)
53
TERAPI PEMBEDAHAN :
1) Tx ablasi lesi di otak
2) Tx stimulasi otak dlm
3) Transplantasi otak
TERAPI REHABILITASI
1. Latihan fisiotx
2. Latihan okupasi yg memerlukan pengkajian AKS px
3. Psikotx
54
DEMENSIA
Definisi
Demensia adalah gangguan fungsi intelektual dan memori didapat yang
disebabkan oleh penyakit otak, yang tidak berhubungan dengan gangguan tingkat
kesadaran.
Pasien demensia harus mempunyai gangguan memori selain kemampuan
mental lain seperti berfikir abstrak, penilaian, kepribadian, bahasa, praksis, dan
visuospasial. Deficit yang terjadi harus cukup berat sehingga mempengaruhi
aktivitas kerja dan social secara bermakna.
Sebagian kasus demensia menunjukkan penurunan yang progresif dan
tidak dapat pulih (irreversible). Demensia dapat pula terjadi mendadak, misal :
pasca strok, cedar kepala. Dapat pula demensia sepenuhnya pulih, misal :
hematom subdural, toksisitas obat, depresi.
Demensia berbeda dengan delirium. Delirium merupakan keadaan
confusion (kebingungan), timbul mendadak, ada gangguan memori dan orientasi,
disertai gerakan abnormal, halusinasi, ilusi, dan perubahan afek, dan terdapat
penurunan tingkat kesadaran selain dapat pula hyperalert. Delirium biasanya
berfluktuasi dan biss menjadi demensia bila penyebabnya tidak teratasi. Penyebab
tersering delirium adalah : ensefalopati akibat penyakit infeksi, toksik, dan factor
nutrisi, atau penyakit sistemik. Demensia cenderung menjadi delirium.
Epidemiologi
Insidennya meningkat secara bermakna seiring meningkatnya usia. Setelah
usia 65 tahun, prevalensi meningkat dua kali lipat setiap pertambahan usia 5
tahun. Secara keseluruhan prevalensi pada demensia pada populasi berusia > 60
tahun adalah 5,6 % .
Penyebab tersering demensia di AS dan eropa penyakit Alzheimer
sedangkan di Asia karena demensia vaskuler. Frekuensi penyakit Alzhaimer
meningkat seiring usia, mencapai 20-40% populasi berusia 85 tahun. Proporsi
perempuan yang mengalami Alzhaimer lebih tinggi dibandingkan laki-laki ( 2/3
pasien adalah perempuan). Hal ini disebabkan perempuan memiliki harapan hidup
lebih baik dan bukan karena perempuan lebih mudah menderita penyakit ini.
55
ALZHEIMER
Alzheimer merupakan penyakit degeneratif dan progresif pada otak
yang menyebabkan cacat spesifik pada neuron serta mengakibatkan
gangguan memori, berpikir dan tingkah laku.
Penyebab tersering demensia di AS dan eropa penyakit
Alzheimer sedangkan di Asia karena demensia vaskuler. Frekuensi
penyakit Alzhaimer meningkat seiring usia, mencapai 20-40% populasi
berusia 85 tahun. Proporsi perempuan yang mengalami Alzhaimer lebih
tinggi dibandingkan laki-laki ( 2/3 pasien adalah perempuan). Hal ini
disebabkan perempuan memiliki harapan hidup lebih baik dan bukan
karena perempuan lebih mudah menderita penyakit ini.
Factor resiko yang menyebabkan Alzheimer : pendidikan rendah,
hipertensi, DM, dislipidemia, aterosklerosis, gangguan sirkulasi pembuluh
darah otak, factor genetic. Harapan hidup dari awitan gejala hingga
kematian berkisar 3-20 thun, dengan rata rata 8 tahun.
Alzheimer merusak saraf saraf otak yang mengatur memori
khususnya pada hipokampus dan struktur yang berhubungan dengannya.
Sel sel hipokampus berhenti kegagalan daya ingat jangka pendek
kegagalan melakukan perbuatan atau tugas sehari hari.
Alzheimer mengenai korteks serebri yang merupakan daerah yang
bertanggung jawab pada bahasa dan pemikiran hilangnya kemampuan
berbahasa menurunnya kemampuan mengambil keputusan, timbul
perubahan kepribadian, emosi meledak ledak, gangguan perilaku, berjalan
tanpa tujuan.
Alzheimer yang mengenai banyak bagian otak, bagian yang atrofi
pasien hanya dapat berbaring di tempat tidur, inkontinensia, dan sangat
bergantung pada orang lain.
Secara mikroskopis, perubahan otak pada Alzheimer melibatkan
kerusakan berat neuron korteks & hipokampus, penimbunan amiloid
dalam pembuluh darah intrakranial. Secara mikroskopik, terdapat
perubahan morfologis & biokimia pada neuron. Perubahan morfologis
56
terdiri dari 2 ciri khas lesi. Suatu tanda lesi pada Alzheimer adalah
kekusutan neurofibrilaris, yaitu struktur yang intraselular yang berisi serat
kusut, melintir yang sebagian besar terdiri dari protein yang disebut
protein tau. Protein tau ini merupakan penghambat pembentukan
struktural yang terikat & menstabilkan mikrotubulus & merupakan
komponen penting dari sitiskleton sel neuron. Pada Alzheimer terjadi
fosforilasi abnormal dari protein tau, secara kimia menyababkan
perubahan pada tau sehingga tidak dapat terikat pada mikrotubulus secara
bersama sama. Lesi lain adalah plak senilis terdiri dari beta amyloid yang
merupakan fragmen protein besar disebut protein prekusor amiloid yang
dalam keadaan normal melekat pada membran neural dan berperan dalam
pertumbuhan dan pertahanan neuron. Salah satu fragmen prekusor
amyloid adalah amyloid beta lengket berkembang menjadi gumpalan
gumpalan + bagian dari neuron & sel glia membeku fibril
membentuk plak yang matang, padat, tidak dapat larut & beracun pada
neuron yang utuh.
Gambaran klinis :
- Stadium dini, pasien tidak bergejala namun mengalami pengurangan
kapasitas dalam menyelesaikan masalah, keterbatasan kemampuan
mengatasi situasi yang komplek, berpikir abstrak, emosi labil, pelupa,
-
keluarga.
Pemeriksaan :
1. Pemeriksaan fisis dan neurologis
Dilakukan untuk mencari keterlibatan system saraf dan penyakit
sistemik yang dapat dihubungkan dengan gangguan kognitifnya.
Umumnya penyakit Alzheimer tidak menunjukkan gangguan motorik
kecuali tahap lanjut. Kekakuan motorik dan bagian tubuh aksial,
57
donepezil,
rivastigmin,
dan
galantamin
adalah
hipokampus.
Terapi lain
Dengan adanya bukti bahwa proses inflamasi pada jaringan otak terlibat pada
pathogenesis timbulnya penyakit Alzheimer, maka digunakan obat-obat anti
inflamasi baik untuk pencegahan maupun terapi. Beberapa obat lain yang
mempinyai potensi untuk dapat digunakan sebagai pencegahan dan pengobatan
demensia adalah : ginko biloba, huperzin A ( suatu kolinesterase inhibitor ) ,
imunisasi / vaksinasi terhadap amyloid, dan beberapa pendekatan yang bersifat
neuroprotektif
59
DELIRIUM
Adalah suatu sindrom dengan gejala pokok adanya gangguan kesadaran yang
biasanya tampak dalam bentuk hambatan pada fungsi kognitif.
Penyebab delirium pada usia lanjut
1. obat
antikolinergik,
antidepresi,
psikotropik,
sedative
hipnotik,
60
Patofisiologi
Delirium sering dihubungkan oleh defisiensi neurotransmiter asetilkolin dan
peningkatan sitokin otak.
Gejala klinis
Gejala ini terjadi secara akut dan fluktuatif (dari hari ke hari dapat terjadi
perubahan gejala secara berganti-ganti)
1. gangguan kognitif global berupa gangguan memori (recent memori),
gangguan
persepsi
(halusinasi,ilusi),
gangguan
proses
berfikir
61
Pemeriksaan
1. uji status mental
Mini mental state examination, delirium rating scale, delirium symptom
interview
tujuan uji ini adalah untuk mengetahui adanya gangguan kognitif dan
bagaimana perjalanan penyakitnya
2. pemeriksaan tanda vital
kesadaran, tanda rangsang meningeal, tekanan darah, frekuensi nafas,
denyut jantung, suhu rektal
3. pemeriksaan penunjang dasar
pemeriksaan darah perifer lengkap, elektrolit, analisis gas darah, gula
darah, ureum, kreatinin, SGOT, SGPT, urine lengkap, foto thorak, kultur
darah
Penatalaksanaan
Bila kondisi ini merupakan toksisitas antikolinergik, digunakan fitotigmin
salisilat 1-2 mg, iv atau im dengan dosis setiap 15-30 menit. Selain itu, perlu
dilakukan terapi untuk memberi dorongan perbaikan fisik, sensorik, dan
linhkungan.
Untuk mengatasi gejala psikosis digunakan haloperidol 2-10 mg im, yang
dapat diulang setiap 1 jam. Insomnia sebaiknya diobati dengan benzodiazepin
yang mempunyai waktu terapi pendek.
Diagnosis banding
1. Demensia dan depresi sering menunjukkan gejala yang mirip dengan
delirium.
Pada delirium, gejala dan tanda akan berfluktuatif dari waktu ke
waktu dan akan berkembang dalam beberapa jam, sedangkan depresi dan
demensia lebih cenderung menetap dan perubahannya terjadi secara
bertahap dalam beberapa hari/minggu.
62
delirium
mempunyai
resiko
kematian
lebih
tinggi
jika
63
c. Stress
d. Menopause
e. Lain-lain
LESI ATEROKLEROSIS
Lesi aterosklerosis terutama terjadi pada lapisan paling dalam dari
dinding arteri yaitu lapisan intima. Lesi tersebut meliputi Fatty Streak, Fibrous
Plaque, Advance (complicated) plaque.
FATTY STREAK
Proses aterosklerosis telah dimulai pada masa kanak-kanak dari
terbentuknya lapisan / timbunan kaya lemak. Lesi ini terdiri dari makrophag dan
sel otot polos yang mengandung lemak yaitu kolesterol dan kolesterol oleat yang
berwarna kekuningan disebut Fatty Streak. Fatty Streak mula-mula tampak pada
dinding aorta yang jumlahnya semakin banyak pada usia 8-18 tahun dan baru
nampak pada arteri koronaria pada usia 15 tahun.
FIBROUS PLAQUE
Fibrous Plaque merupakan kelanjutan dari Fatty Streak di mana terjadi
proliferasi sel, penumpukan lemak lebih lanjut dan terbentuknya jaringan ikat
serta bagian dalam yang terdiri dari campuran lemak dan sel debris sebagai akibat
dari proses nekrosis.
Lesi yang semakin matang ini tampak pada usia sekitar 25 tahun. Secara
makros lesi ini tampak berwarna putih dengan permukaan semakin meninggi ke
dalam lumen arteri, bila lesi ini semakin berkembang maka diameter lumen akan
semakin sempit dan akan menganggu aliran darah.
Pada fase ini terjadi proliferasi dari sel otot polos dimana sel ini akan
membentuk fibrous cap. Fibrous Cap ini akan menutup timbunan lemak
ekstraseluler dan sel debri (lihat gambar 1).
65
PATHOGENESIS ATEROSKLEROSIS
Ada beberapa teori terjadinya aterosklerosis.
Respone to Injury hypothesis.
Endotel yang intak (utuh) berfungsi sebagai barrier yang bersifat
permeabel dan mempunyai sifat Thromboresistant sehingga kan menjamin aliran
darah koroner berjalan lancar.
Beberapa faktor seperti hyperkolesterolemia, meningkatnya Shear
Stress, merokok, hipertensi, iozin, immunologis, virus, bahan bersifat oksidan
dapat merusak dinding endotel (endotel injury) sehingga terjadi gangguan fungsi
(Endothelial Dysfunction).
Dengan terganggunya fungsi endotel maka fungsi barrier serta sifat
thromboresistant terganggu dan memudahkan masuknya lipoprotein (LDL
teroksidasi) ke dinding arteri maupun makrophag.
Interaksi antara Endothelial Injury dengan platelet, Monocyte dan
jaringan ikat terutama collagen menyebabkan terjadinya proliferasi dan migrasi
dari sel otot polos yang dirangsang oleh pelepasan Growth Factors.
66
MONOCLONAL HYPOTHESIS
Hipotesis ini diusulkan oleh Benditt
Hipotesis ini menduga bahwa proliferasi sel otot polos pada lesi aterosklerosis
berasal dari satu sel progenitor.
LIPOCLONAL HYPOTHESIS
Menurut
hypothesis
ini,
timbulnya
proses
aterosklerosis
dan
lemak di dalam sel otot polos yan g mengalami proliferasi, penumpukan lemak,
dalam sel makrophag dan jaringan ikut ekstraseluler. Jadi proses internalisasi
kolesteroldan eksterfikasinya oleh sel sebagai akibat meningkatnya kadar
kolesterol dalam serum. Selanjutnya sel-sel tersebut akan mengalami nekrosis
sehingga akan terjadi pengeluaran kolesterol ke ruang ekstraseluler. Peningkatan
kadar kolesterol LDL dan rendahnya kolesterol HDL yang berlangsung lama dan
mengakibatkan Endothelial Injury dan selanjutnya berkembang menjadi lesi
aterosklerosis
MANIFESTASI KLINIS PJK
67
68
69
dilakukan
pengobatnan
lebih
definitif
dengan
Percutaneus
Sering
timbul
saat
istirahat.
Pemberian
nitrat
tidak
segera
71
Manifestasi klinis
Gejala prodomal
Penderita infark miokard akut sering didahului oleh keluhan dada terasa
tdiak enak (chest discomfort). Keluhan ini menyerupai gambaran angina yang
klasik pada saat istirahat sehingga dianggap terjadi angina tidak stabil. Tiga puluh
persen penderita mengeluh gejala tersebut 1 4 minggu sebelum penderita
mengeluh gejala tersebut dirasakan kurang dari 1 minggu. Selain itu penderita
sering mengeluh rasa lemah dan kelelahan.
72
Nyeri dada
Intentisitas nyeri biasanya bervariasi, seringkali sangat berat bahkan
banyak penderita tidak dapat menahan rasa nyeri tersebut. Nyeri dada berlangsung
> 30 menit bahkan sampai berjam-jam. Kualitas nyerinya sering dirasakan seperti
menekan, (compressing), constricting, crushing atau squeezing (diremas),
choocking (tercekik), berat (heavy pain). Kadang juga bisa tajam (knife like) atau
pun seperti terbakar (burning).
Lokasi nyeri biasanya retrosternal, menjalar ke kedua dinding dada
terutama dada kiri, ke bawah ke bagian medial lengan menimbulkan rasa pegal
pada pergelangan, tangan dan jari. Kadang-kadang nyeri dapat dirasakan pada
daerah epigastrium hingga merasa perut tidak enak (abdominal discomfort).
Gejala lain yang sering menyertai adalah mual, muntah, badan lemah, pusing,
berdebar dan keringat dingin.
Pemeriksaan fisik
Penderita sering tampak ketakutan, gelisah dan tegang. Mereka sering
mengurut-urut dadanya (levine sign). Penderita dengan disfungsi ventrikel kiri
terasa dingin. Nadi bervariasi, bisa bradikardia atau bahkan takikardi. Kadang
juga disertai dengan nadi yang tidak teratur oleh karena terjadi aritmia. Tekanan
darah biasanya normal, tetapi karena terjadi penurunan curah jantung tekanan
sistolik sering turun. Pulse Pressure (tekanan nadi) sering menurun oleh karena
tekanan diastolik sedikit meningkat. Penderita dengan syok kardiogenik tekanan
darah sistolik menurun < 90mmHg disertai tanda-tanda gangguan perfusi perifer.
Pada pemeriksaan auskultasi jantung suara jantung (S 1) melemah dan
sering tidak terdengar. Sering terdengar suara gallop S3 ataupun S4. Jika disertai
komplikasi regurgitasi mitral dapat terdengar bising jantung sistolik blowing di
apeks. Jika dad ruptur septum ventrikel dapat terdengar bising pansistolik di
parasternal kiri. Kadang (6 30 %) juga didapatkan adanya suara friction rub.
Pemeriksaan foto dada biasanya menunjukkan dalam batas normal, kecuali infark
miokard akut yang disertai komplikasi edema paru akut.
73
Elektrokardiografi
Pemeriksaan EKG menunjukkan adanya elevasi segmen ST sesuai
dengan lokasi dinding ventrikel yang mengalami infark. Pada fase hiperakut,
perubahan EKG didahului gelombang T yang meninggi, kemudian elevasi segmen
T selanjutnya terbentuk gelombang Q yang patologis disertai elevasi segmen ST.
Pemeriksaan laboratorium
Ada beberapa serum marker untuk infark miokard akut, yaitu creatine
kinase (CK). CK esoenzim (CK MB), serum glutamic ozaloacetic transaminase
(SGOT), lactic dehydrogenase (LDH) dan cardiac troponin (cTnI,cTnT). Enzim
CK meningkat dalam
kematian
yang
mendadak.
Penderita
harus
mendapatkan
penanganan segera (cepat) dan tepat. Segera dilakukan pemasangan infus dan
diberikan oksigen 2 l/menit dan penderita harus istirahat total serta dilakukan
74
monitor EKG 24 jam (di ICCU). Jika didapatkan komplikasi hendaknya dilakukan
penanganan komplikasinya untuk menurunkan kematian.
Adapun secara umum obat-obat yang diberikan adalah :
1. Analgetik
Analgetik yang diberikan biasanya golongan narkotik (morfin) diberikan
secara intravena dengan pengenceran dan diberikan secara pelan-pelan.
Dosisnya awal 2,0 2,5 mg dapat diulangi jika perlu
2. Nitrat
Nitrat dengan efek vasodilatasi (terutama venodilatasi) akan menurunkan
venous return akan menurunkan preload yang berarti menurunkan oksigen
demam. Di samping itu nitrat juga mempunyai efek dilatasi pada arteri
koroner sehingga akan meningkatakan suplai oksigen. Nitrat dapat diberikan
dengan sediaan spray atau sublingual, kemudian dilanjutkan dengan peroral
atau intravena.
3. Aspirin
Aspirin sebagai antitrombotik sangat penting diberikan. Dianjurkan diberikan
sesegera mungkin (di ruang gawat darurat) karena terbukti menurunkan angka
kematian.
4. Trombolitik terapi
Prinsip pengelolaan penderita infark miokard akut adalah melakukan
perbaikan aliran darah koroner secepat mungkin (Revaskularisasi /
Reperfusi).Hal ini didasari oleh proses patogenesanya, dimana terjadi
penyumbatan / trombosis dari arteri koroner. Revaskularisasi dapat dilakukan
(pada umumnya) dengan obat-obat trombolitik seperti streptokinase, r-TPA
(recombinant tissue plasminogen ativactor complex), Urokinase, ASPAC (
anisolated plasminogen streptokinase activator), atau Scu-PA (single-chain
urokinase-type plasminogen activator).
Pemberian trombolitik terapi sangat bermanfaat jika diberikan pada jam
pertama dari serangan infark. Dan terapi ini masih masih bermanfaat jika
diberikan 12 jam dari onset serangan infark.
75
76
HIPERTENSI
Menurut JNC VII,definisi hipertensi adalah jika didapatkan TDS > 140
mmHg atau TDD > 90 mmHg (rata-rata 2x pengukuran tensi pada posisi duduk).
Jika TDS dan TDD seorang pasien jatuh pada kategori yang berbeda,yang
digunakan adalah kategori yang tertinggi. ISH dapat juga dimasukkan dalam
grade 1,2,3 sesuai dengan nilai TDS asalkan diastoliknya < 90.
Menurut WHO ISH (1999)
Menurut petunjuk WHO ISH yang baru (WHO ISH 1999) klasifikasi
hipertensi menyerupai JNC VI, dengan definisi tekanan darah optimal < 120 / 80
mmHg dan tekanan darah normal bila tekanan darah < 130 / 85 mmHg (Tabel 1)
Tabel 1 : Klasifikasi Derajat Tekanan Darah Menurut WHO ISH 1999
KATEGORI
Optimal
Normal
Normal tinggi
Hipertensi derajat 1 (ringan)
Subgrup : perbatasan
Hipertensi derajat 2 (sedang)
Hipertensi derajat 3 (berat)
Hipertensi Sistolik
(Isolated Systolic
Hypertension)
SISTOLIK
DIASTOLIK
(mmHg)
< 120
< 130
130 139
140 159
(mmHg)
< 80
< 85
85 89
90 99
140 149
160 179
< 140
90 94
100 109
> 110
< 140
< 90
140 - 149
< 90
subgrup : Perbatasan
Dikutip dari 1999 WHO ISH Guidelines for the manajement of hypertension J.
Hypertens 1999, 17 : 151 183
Riwayat klinik
Penting riwayat klinik yang lengkap meliputi
77
Peningkatan TD mendadak
o Mikroalbuminuria pada DM
o Toleransi glucose terganggu
o Obesitas
o Tidak berolah-raga
o Fibrinogen meningkat
3. Kerusakan organ sasaran
o HVK (Hipertropi Ventrikel Kiri) , Aterosklerosis a.karotis/aorta
o Hipertensif Nefropati Proteinuria/kreatinin 1.2 2.0 mg%
o Hipertensif Retinopati Penyempitan a.retina
o Paraestesi
Pengobatan
HIPERTENSI RESISTEN
Apabila
tensi
tidak
bisa
diturunkan
lagi
dibawah
160/100
Sesudah diabsorpsi obat melewati hati dan mengalami metabolism pintas awal.
Bila tahap ini turun, sisa dosis obat yg masuk dalam darah dapat melebihi
perkiraan dan mungkin menambah efek obat, bahkan sampai efek yg merugikan.
Distribusi obt dipengaruhi oleh berat dan komposisi tubuh, yaitu cairan
tubuh, massa otot, fungsi dan peredaran darah berbagai organ, juga organ yg
mengatur ekskresi obat. Kadar albumin plasma mematikan kadar obat bebas
dalam sirkulasi. Hal ini memerlukan pedoman yg menyesuaikan dosis obat dg BB
untuk meningkatkan rasio resiko /kegunaan pd px tua yg kurus.
Metabolisme di hati dippengaruhi oleh umur, genotype, gaya hidup, curah
jantung, penyakit dan interaksi antar berbagai obat. Obat dapat mengalami
biotransformasi di hati dg cara oksidasi (mengaktifkan obat) dan konjugasi (obt jd
inaktif). Mengecilnya massa hati dan proses menua dapat mempengaruhi
metabolism obat.
Untuk obat yg ekskresinya lewat ginjal pedoman bersihan kreatinin 24 jam
penting diperhatikan, yaitu untuk memperkirakan dosis awal. Kadar kreatinin
serum tidak menggambarkan penurunan fungsi ginjal karena massa otot
berkurang pd proses menua. GFR lebih penting dan jika turun sampai 1050ml/mnt, dosis obat disesuaikan.
II. Farmakodinamis
Ada perubahan lain pd lansia, yaitu perubahan reaksi pd reseptor seperti
penurunan kegiatan reseptor adrenergic atau perubahan di jaringan dan organ,
berakibat kesadaran makin turun. Contohnya hilang ingatan dg benzodiazepine.
Perubahn mekanisme homeostasis tidak mampu mengurangi denyut jantung dan
menurunkan curah jantung waktu tekanan darah naik akibat obat pd px muda.
Hipotensi postural pd obt ttn pd px tua disebabkan kurangnya pengendalian lewat
81
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Kesimpulan :
Dengan cara pendekatan holistic sangat mungkin polifarmasi dihindari.
memperpanjang
usia.
Kebutuhan
kalori
pada
lansia
berkurang
karena
berkurangnya kalori dasar dari kebutuhan fisik. Kalori dasar adalah kalori yang
dibutuhkan untuk malakukan kegiatan tubuh dalam keadaan istirahat, misalnya :
untuk jantung, usus, pernafasan dan ginjal.
Berdasarkan kegunaannya bagi tubuh, zat gizi dibagi ke dalam tiga kelompok
besar, yaitu :
1. Kelompok zat energi, termasuk ke dalam kelompok ini adalah :
a. Bahan makanan yang mengandung karbohidrat seperti beras, jagung,
gandum, ubi, roti, singkong dll, selain itu dalam bentuk gula seperti gula,
sirup, madu dll.
b. Bahan makanan yang mengandung lemak seperti minyak, santan, mentega,
margarine, susu dan hasil olahannya.
2. Kelompok zat pembangun
Kelompok ini meliputi makanan makanan yang banyak mengandung
protein, baik protein hewani maupun nabati, seperti daging, ikan, susu, telur,
kacangkacangan dan olahannya.
3. Kelompok zat pengatur
Kelompok ini meliputi bahan-bahan yang banyak mengandung vitamin
dan mineral, seperti buah-buahan dan sayuran.
3. Kekurangan vitamin
Bila konsumsi buah dan sayuran dalam makanan kurang dan ditambah
dengan kekurangan protein dalam makanan akibatnya nafsu makan berkurang,
penglihatan menurun, kulit kering, penampilan menjadi lesu dan tidak
bersemangat.
PEMANTAUAN STATUS NUTRISI
1. Penimbangan Berat Badan
85
a. Makanan harus mengandung zat gizi dari makanan yang beraneka ragam,
yang terdiri dari : zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur.
b.
Batasi makanan yang manis-manis atau gula, minyak dan makanan yang
berlemak seperti santan, mentega dll.
e.
Bagi pasien lansia yang prose penuaannya sudah lebih lanjut perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
Makanlah
f. Batasi minum kopi atau teh, boleh diberikan tetapi harus diencerkan sebab
berguna pula untuk merangsang gerakan usus dan menambah nafsu
makan.
g. Makanan mengandung zat besi seperti : kacang-kacangan, hati, telur,
daging rendah lemak, bayam, dan sayuran hijau.
87
BAHAN
MAKANAN
UNTUK
SETIAP
KELOMPOK
MAKANAN
1. Bahan makanan sumber karbohidrat (zat energi) :
Nasi, bubur beras, nasi jagung, kentang, singkong, ubi, talas, biskuit, roti ,
crakers, maizena, tepung beras, tepung terigu, tepung hunkwe, mie, bihun.
2. Bahan makanan sumber lemak (zat energi) :
Minyak goreng, minyak ikan, margarin, kelapa, kelapa parut, santan, lemak
daging.
3. Bahan makanan sumber protein hewani :
Daging sapi, daging ayam, hati, babat, usus, telur, ikan, udang.
4. Bahan makanan sumber protein nabati :
Kacang ijo, kacang kedelai, kacang merah, kacang tanah, oncom, tahu, tempe.
4.
Benar cara pemberian yaitu melalui oral : berikan obat melalui mulut atau
sonde.
5. Benar waktu : Pastikan pemberian obat tepat pada jadwalnya, misalnya 3 x 1
berarti obat diberikan setiap 8 jam dalam 24 jam ; jika 2 x1 berarti obat
diberikan setiap 12 jam sekali.
90