PROGRAM PASCASARJANA
TUGAS
Oleh :
NAMA : NANA JUNIARTI N.D.
NIM
: P2500213401
KELAS : SAINS
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2014
: Spermatophyta
Sub divisi
: Angiospermae
Klas
: Monocotyledoneae
Ordo
: Principes
Familia
: Palmae
Genus
: Salacca
Spesies
Sinonim
Salak merupakan salah satu tanaman buah tropis asli Indonesia. Hal ini tercermin dari
ragam varietas salak yang dapat dijumpai di hampir semua propinsi di wilayah nusantara.
Nama salak bongkok didasarkan pada daerah asal salak ini, yaitu Desa Bongkok, Sumedang,
Jawa Barat. Dalam satu tandan terdapat dua macam bentuk buah, yaitu lonjong panjang dan
bulat buntek. Kulit buahnya bersisik besar dan berwarna merah kecoklatan mengkilat. Daging
buahnya tebal dan rasanya manis. Bijinya besar dan dalam tiap buah terhadap 2-3 biji.
Ukuran buahnya besar dengan diameter dapat mencapai 6 cm. Setiap rumpun dapat
menghasilkan 5-7 tandan.
PROSEDUR KERJA
1. Ekstraksi, Fraksinasi dan Isolasi Ekstrak Etil Asetat
Buah salak Bongkok dikeringkan kemudian digiling untuk mendapatkan serbuk
simplisia buah salak Bongkok. Serbuk kering simplisia buah diekstraksi
menggunakan metode maserasi-perkolasi pada suhu kamar dengan pelarut etil asetat
selama 3 x 24 jam. Ekstrak yang diperoleh dianalisis menggunakan metode KLT
(Kromatografi Lapis Tipis) dengan mengamati bercak dari golongan senyawa yang
menjadi target isolasi. Pengamatan bercak digunakan di bawah lampu UV dengan
panjang gelombang 254 nm serta dengan penyemprotan menggunakan pereaksi
serium sulfat dan asam sulfat 10%. Ekstrak difraksinasi dengan kromatografi cair
vakum (KCV) menggunakan silika gel. Pemurnian dilakukan untuk memisahkan
fraksi yang mengandung hanya satu komponen utama yaitu KCV, Kromatografi
Tekan (KT) dan KLT prepararatif; semuanya menggunakan silica gel sebagai
adsorben.
Elusidasi
struktur
dilakukan
dengan
menggunakan
instrument
20; 200; 400 dan 2000 g/mL. Pengujian terhadap aktivitas radikal bebas DPPH 1 M
dilakukan dengan mengukur daya peredaman radikal bebas secara spektrofotometri
dengan panjang gelombang 517 nm. Dari persen peredaman yang diperoleh,
persamaan regresi dihitung terhadap konsentrasi larutan uji mengikuti persamaan:
Y = aX + b
Dimana: Y = % peredaman radikal bebas/DPPH (absorbansi)
X = log konsentrasi larutan uji
Dari semua data hasil percobaan kemudian ditentukan IC 50 yaitu konsentrasi
inhibisi larutan uji yang mampu meredam 50% radikal bebas DPPH.
3. Uji Antihiperurisemia secara in vitro
Uji antihiperurisemia dilakukan menggunakan isolat dan ekstrak etil asetat
secara in vitro. Sampel uji diinkubasi dengan xantin oksidase, EDTA dan buffer fosfat
(pH 7,8) dan xantin pada 37C selama 15 menit. Sampel kemudian dianalisis
kemampuan
menghambat
enzim xantin
oksidasenya
menggunakan
metode
HASIL PENELITIAN
a. Karakterisasi dan Elusidasi Senyawa Asam metil-pirol-2,4-dikarboksilat
Data spektrum UV senyawa 1 (gambar 1) menunjukkan serapan maksimum
pada daerah panjang gelombang max 217 dan 270 nm yang mengindikasikan adanya
Gambar 1. Spektrum UV senyawa (1): (a) pelarut metanol, (b) pelarut metanol + NaOH
13
mewakili tujuh atom karbon yaitu, satu karbon sp 3 dan enam karbon sp2. Satu sinyal
karbon sp3 yang muncul pada C 61,1 ppm berasal dari sinyal atom karbon metoksi
(OCH3) sedangkan enam sinyal atom karbon sp2 muncul antara lain berasal dari dua
sinyal atom karbon metil vinilik pada C 110,7 ppm (C-3) dan 140,9 ppm (C-5); dua
sinyal atom karbon kuartener vinilik pada C 110,69 ppm (C-4) dan 147,3 ppm (C-2);
serta dua sinyal atom karbonil pada geseran kimia C 176,8 ppm (C=O asam) dan
170,3 ppm (C=O ester). Berdasarkan data-data tersebut dan data spektrum IR
mengindikasikan adanya gugus amina, maka dapat diduga bahwa keempat karbon
vinilik dan satu gugus amina tersebut membentuk suatu cincin pentasiklik. Korelasi
antara proton dan karbon yang terjadi pada senyawa (1) selanjutnya akan dijelaskan
berdasarkan spektrum HMBC.
Berdasarkan spektrum HMBC (gambar 5), terdapat adanya korelasi antara atom
karbon pada C 170,3 ppm (C=O ester) dengan proton H-3 dan H-metoksi, yang
menetapkan posisi gugus metoksi terikat pada atom C-karbonil ester, sedangkan
korelasi antara proton H 6,49 ppm (H-3) dengan atom karbon C-2, C-metoksi dan Ckarbonil ester, serta korelasi antara atom karbon C-2 dengan proton H-3 telah
menetapkan posisi gugus karbonil ester terikat pada atom C-2. Penetapan posisi
gugus karbonil ester pada C-2 tersebut berdasarkan korelasi antara atom karbon Cmetoksi dengan proton H-3 yang memiliki posisi paling dekat dengan gugus Cmetoksi. Selain itu, korelasi antara atom karbon pada C 176,8 ppm (C=O asam)
dengan proton H-3 dan H-5 telah menetapkan posisi atom karbon karbonil asam
tersebut terikat pada C-4 (gambar 6).
H-NMR (aseton-d, 500 MHz) H (ppm): 6,49 (1H, s, H-4), 7,94 (1H, s, H-5), 4,41
(3H, s, H-OCH3). Spektrum 13C-RMI (aseton-d, 125 MHz) C (ppm): 147,31 (C-2),
110,69 (C-3), 110,69 (C-4), 140,90 (C-5), 176,78 (C=O, asam), 170,34 (C=O, ester),
61,12 (OCH3).
Data tersebut sesuai dengan kerangka struktur senyawa amina pentasiklik yang
mempunyai dua pasang ikatan rangkap dua dari golongan pirol. Berdasarkan datadata tersebut dan hasil penelurusan database dari Chemfinder dapat disimpulkan
bahwa senyawa (1) merupakan senyawa turunan pirol yang baru pertama kali
diisolasi dari tanaman salak yaitu asam metil-pirol-2,4-dikarboksilat dan kerangkanya
ditunjukkan pada gambar 7.
b. Aktivitas
Antioksidan
Ekstrak
dan
Senyawa Asam
metil-pirol-2,4-
dikarboksilat
Konsentrasi IC50 dari masing-masing isolat dan ekstrak dapat dilihat pada tabel
2. Pada tabel 2, senyawa asam metil-pirol-2,4-dikarboksilat mempunyai IC50 pada
konsentrasi 3,27 g/mL dan ekstrak etil asetat 1,60 g/mL sehingga dapat dikatakan
bahwa senyawa asam metil-pirol-2,4-dikarboksilat dan ekstrak ekstrak etil asetat
efektif sebagai antioksidan. Asam askorbat sebagai pembanding memiliki IC50 sebesar
0,54 g/mL. Menurut Desvia (2007), IC50 ekstrak air buah salak Bongkok adalah
192,68 g/mL. Sedangkan menurut Indraswari (2007), IC 50 ekstrak etanol buah salak
Bongkok adalah 4,29 g/ml.
DPPH,
sehingga
menghasilkan
senyawa
yang
stabil
dan
tidak
membahayakan melalui delokalisasi elektron. Semakin kecil nilai IC50, maka semakin
efektif suatu senyawa sebagai anti-radikal bebas.
Gambar 8. Usulan mekanisme penangkapan radikal bebas DPPH oleh senyawa asam metilpirol-2,4-dikarboksilat
metil-pirol-2,4-dikarboksilat
dapat
diteliti
lebih
lanjut
untuk
sifat
antioksidannya.
Menurut Tapiero et. Al (2004), senyawa yang mengandung sebuah atau
beberapa ikatan rangkap seperti golongan karotenoid, vitamin, flavonoid atau fenol
dapat menghambat oksidasi dan menangkap senyawa reaktif radikal bebas (oksigen
singlet) yang merusak sel. Semakin banyak ikatan rangkapnya, semakin kuat daya
kerja antioksidannya. Oksigen singlet adalah molekul yang memiliki elektron yang
sangat reaktif. Mekanisme pelepasan (quenching) energi dari oksigen singlet yang
elektron luarnya sudah berpasangan dan memiliki tingkat energi yang tinggi sehingga
oksigen singlet mudah bereaksi dengan molekul organik pada senyawa yang juga
mempunyai elektron terluar berpasangan. Oksigen singlet bereaksi dengan senyawa
yang mempunyai struktur dengan elektron pada ikatan rangkapnya.
Menurut Raharjo (2006), antioksidan yang berfungsi sebagai reduktor, mudah
mengalami oksidasi oleh radikal bebas karena mempunyai ikatan rangkap dan dengan
adanya gugus OH yang terikat pada ikatan rangkap tersebut, radikal bebas akan
mengambil atom hidrogen dan menyebabkan terbentuknya radikal oksigen yang
41,72; 65,31; 67,70% dengan IC50 sebesar 0,92 g/mL. peredaman xantin oksidase
oleh senyawa didasarkan pada nilai IC 50, senyawa dikatakan aktif bila memiliki nilai
IC50 kurang dari 100 g/mL.
untuk pengembangan obat antihiperurisemia dan atau pangan fungsional adalah uji
keamanan dan pengembangan formulasi dari ekstrak dan atau senyawa aktif.