Anda di halaman 1dari 3

4.

Etiologi Gangguan Kesadaran

Lesi Supratentorial
Pada lesi supratentorial, gangguan kesadaran akan terjadi baik oleh kerusakan
langsung pada jaringan otak atau akibat penggeseran dan kompresi pada ARAS
karena proses tersebut maupun oleh gangguan vaskularisasi dan edema yang diakibatkannya. Proses ini menjalar secara radial dari lokasi lesi kemudian ke arah
rostro-kaudal sepanjang batang otak.
Gejala
Gejala klinik akan timbul sesuai dengan perjalan proses tersebut yang dimulai
dengan: gejala neurologik fokal sesuai dengan lokasi lesi. Jika keadaan bertambah
berat dapat timbul sindroma diensefalon, sindroma meseisefalon bahkan sindroma
ponto meduler dan deserebrasi oleh kenaikan tekanan intrakranial dapat terjadi
herniasi girus singuli di kolong falks serebri, herniasi transtentoril dan herniasi unkus
lobus temporalis melalui insisura tentorii.
Lesi infratentorial
Pada lesi infratentorial, gangguan kesadaran dapat terjadi karena kerusakan ARAS
baik oleh proses intrinsik pada batang otak maupun oleh proses ekstrinsik
Gangguan difus (gangguan metabolik)
Pada penyakit metabolik, gangguan neurologik umumnya bilateral dan hampir selalu
simetrik. Selain itu gejala neurolo-giknya tidak dapat dilokalisir pada suatu susunan
anatomik tertentu pada susunan saraf pusat.
Penyebab gangguan kesadaran pada golongan ini terutama akibat kekurangan 0,
kekurangan glukosa, gangguan sirkulasi darah serta pengaruh berbagai macam toksin.
Kekurangan 02
Otak yang normal memerlukan 3.3 cc O2/100 gr otak/menit yang disebut Cerebral
Metabolic Rate for Oxygen (CMR 02).CMR O2 ini pada berbagai kondisi normal
tidak banyak berubah. Hanya pada kejang- kejang CMR O 2 meningkat dan jika timbul
gangguan fungsi otak, CMR 02 menurun. Pada CMR O2 kurangdari 2.5 cc/100 gram
otak/menit akan mulai terjadi gangguan mental dan umumnya bila kurang dari 2 cc
O2/100 gram otak/menit terjadi koma.
Glukosa
Energi otak hanya diperoleh dari glukosa. Tiap 100 gram otak memerlukan 5.5 mgr
glukosa/menit. Menurut Hinwich pada hipoglikemi, gangguan pertama terjadi pada
serebrum dan kemudian progresif ke batang otak yang letaknya lebih kaudal. Menurut
Arduini hipoglikemi menyebabkan depresi selektif pada susunan saraf pusat yang
dimulai pada formasio reti-kularis dan kemudian menjalar ke bagian-bagian lain. Pada
hipoglikemi, penurunan atau gangguan kesadaran merupakan gejala dini.
Gangguan sirkulasi darah
Untuk mencukupi keperluan dan glukosa, aliran darah ke otak memegang peranan
penting. Bila aliran darah ke otak berkurang, dan glukosa darah juga akan berkurang.
Toksin
Gangguan kesadaran dapat terjadi oleh toksin yang berasal dari penyakit metabolik
dalam tubuh sendiri atau toksin yang berasal dari luar/akibat infeksi

4.4

Menilai Kesadaran

Cara Penilaian Kesadaran Secara Kualitatif


1. Kompos mentis : keadaan sadar penuh, menyadari seluruh asupan dari
panca indera (aware / awas) dan bereaksi secara optimal terhadap seluruh
ransangan baik luar maupun dari dalam (arousal / waspada).
2. Apatis : keadaan penurunan kesadaran yang paling ringan, dimana penderita
tampak segan berhubungan dengan sekitarnya dan tampak acuh tak acuh.
3. Delirium : keadaan dimana terjadi disorientasi dan salah tafsir terhadap
stimulus yang disertai dengan rasa takut, iritabilitas, ofensif, curiga, dan
agitasi. Sering terjadi pada pengkonsumsi alkohol.
4. Letargi : penumpulan kesadaran (obtundasi) yaitu keadaan dimana tingkat
kesadaran penderita masih bangun tetapi kesadaran diri menurun yang
ditandai dengan perlambatan reaksi psikologik dan penambahan jumlah jam
tidur (sering mengantuk).
5. Somnolen (drowsiness / clouding of consciuness) : mengantuk dan mata
cenderung menutup, tetapi masih dapat dibangunkan dengan perintah dan
masih dapat menjawab pertanyaan walaupun sedikit bingung, gelisah dan
orientasi terhadap sekitar menurun.
6. Stupor / sopor : keadaan penurunan kesadaran yang lebih dalam dibanding
somnolen dan lebih ringan dari koma, dimana penderita masih dapat
dibangunkan dengan ransang kuat sekali baik dengan ransang nyeri maupun
suara keras, tetapi kembali tidak sadar ketika tidak diransang lagi.
7. Semikoma / soporokoma : keadaan penurunan kesadaran yang ditandai
dengan mata tetap tertutup meskipun diransang secara kuat, hanya dapat
mengerang tanpa arti dan gerakan motorik hanya gerakan primitif.
8. Koma : penurunan kesadaran yang paling rendah yang ditandai dengan
ransang apapun tidak responsif baik membuka mata, bicara maupun reaksi
motorik.
Cara Penilaian Secara Kuantitatif
Glasgow Coma Scale (GCS)
E (4) = Eye opening
a.
b.
c.
d.

E4 membuka mata sendiri dengan baik (spontan)


E3 membuka mata jika ada ransangan suara (dipanggil)
E2 membuka mata jika ada ransangan nyeri
E1 tidak membuka mata terhadap segala ransangan

M (6) = Motoric response


a. M6 bekerja sesuai perintah (gerakan normal)
b. M5 dapat melokalisir ransangan sensorik dikulit (raba)
c. M4 Gerakan tidak teratur pada saat ransangan nyeri tetapi tidak dapat
melokalisir letaknya (withdrawal)
d. M3 menjauhi ransangan nyeri, dengan gerakan fleksi
e. M2 pada saat diransang, ekstensi spontan

f. M1 tidak ada gerakan terhadap ransangan


g. Mx = tidak dapat di nilai
V (5) = Verbal response
a. V5 berorientasi baik (bicara normal)
b. V4 bingung (bisa mmebentuk kalimat tetapi kacau)
c. V3 bisa bentuk kata tapin tidak bisa bentuk kalimat
d. V2 mengeluarkan suara tidak ada arti (groaning)
e. V1 tidak bersuara
Keterangan :
a.
b.
c.
d.

Skor 15 : kompos mentis


Skor 11 14 : letargi
Skor 8 11 : stupor / sopor
Skor < 8 : koma

Anda mungkin juga menyukai