Anda di halaman 1dari 75

PERANAN KEPALA SEKOLAH DALAM

MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU DI SDI


AL-IHSAN BAMBU APUS PAMULANG

Disusun Oleh:
ABDUL MUMIN
106018200727

JURUSAN KI-MANAJEMEN PENDIDIKAN


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011

ABSTRAK
Abdul Mumin. NIM: 106018200727. Peranan Kepala Sekolah Dalam
Rangka Meningkatkan Profesionalisme Guru di SDI Al-Ihsan Bambu Apus
Pamulang. Skripsi Program Strata 1 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2011.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang peranan kepala sekolah
dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru yang meliputi enam aspek,
yaitu: peran kepala sekolah sebagai leader, peran kepala sekolah sebagai
motivator, peran kepala sekolah sebagai supervisor, peran kepala sekolah sebagai
inovator, peran kepala sekolah sebagai manajer, dan peran kepala sekolah sebagai
edukator. Penelitian ini dilakukan di SDI Al-Ihsan Bambu Apus Pamulang pada
bulan januari februari 2011.
Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode deskriptif
kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru dan staff karyawan
SDI Al-Ihsan Bambu Apus Pamulang. Dalam penelitian ini penulis menggunakan
sampel guru yang mengajar di SDI Al-Ihsan sebanyak 20 orang.
Hasil penelitian menunjukan bahwa: pelaksanaaan peran kepala sekolah di
SDI Al-Ihsan berjalan dengan cukup baik dalam hal ini peran kepala sekolah
dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru sangat dominan. Pemberdayaan
tenaga pengajar (peningkatan profesionalisme guru), karyawan, peningkatan
sarana pembelajaran, pengawasan terhadap proses belajar mengajar yang
kesemuanya dapat berjalan dengan cukup baik, ditentukan melalui peran kepala
sekolah yang meliputi ke enam dimensi tersebut diatas.
Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi
dan masukan bagi pihak sekolah yang menjadi tempat penelitian, para civitas
akademika, para mahasiswa, para pengajar terutama dalam rangka memberikan
motivasi

kepada

mahasiswa

agar

pendidikannya.

iv

senantiasa

meningkatkan

prestasi

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang
telah memberikan rahma dan hidayah-Nya kepada penulis, sholawat dan saam
semoga tercurah keharibaan junjungan Alam Nabi Muhammad SAW beserta
keluarga dan sahabatnya.
Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari banyak pihak yang telah
membantu dan memberikan dukungan dan moril maupun materil kepada penulis
dalam rangka menyelesaikan skripsi ini, ole karena itu sudah sepantasnya penulis
mengucapkan terima kasih dan salam hormat yang setingi-tingginya kepada:
1. Prof. Dr. H. Dede Rosyada, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Drs. Rusydi Zakaria, M.Ed., M.Phil, Ketua Jurusan Kependidikan Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Drs. Muarif SAM, M.Pd, Ketua Program Studi Manajemen
Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
4. Ibu Prof. Dr. Hj. Zurinal, MA. pembimbing penulisan skripsi yang telah
banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing penulis
dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah
memberikan ilmu dan wawasannya kepada penulis, baik secara teoritis
maupun praktis selama penulis berada diperkuliahan.
6. Pengurus dan karyawan perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan
perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan, yang telah menyediakan
buku-buku dan sumber data kepustakaan lainnnya, sehingga dapat membantu
kelancaran dalam studi kepustakaan.
7. Seluruh Staff Jurusan/Program Studi Kependidikan Islam/Manajemen
Pendidikan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

8. Ayahanda tercinta Alm. H. Hasid semoga ini menjadi bagian dari amal ibadah
almarhum, Ibunda tercinta Hj. Konik, kakak-kakaku tercinta yang telah
memberikan bimbingan, dukungan dan kasih sayang kepada penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
9. Bapak Drs. Agus Sunardi kepala sekolah Al-Ihsan dan seluruh guru-guru
serta staf SDI Al-Ihsan Bambu apus yang telah membantu memberikan
kesempatan penulis untuk melakukan penelitian di SDI Al-Ihsan.
Semoga jasa baik mereka diterima Allah SWT. dengan pahala yang
berlipat ganda. Amiin. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca pada umumnya dan penulis khususnya.

Jakarta, Mei 2011

Penulis

vi

DAFTAR ISI

Lembar Pernyataan........................................................................................... i
Pengesahan Pembimbing Skripsi ..................................................................... ii
Pengesahan Dosen Penguji .............................................................................. iii
Abstrak ............................................................................................................ iv
Kata Pengantar ................................................................................................ v
Daftar Isi .......................................................................................................... vi
Daftar Tabel .................................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 5
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Tentang Peran Kepala Sekolah ...................................... 6
1. Pengertian Peranan Kepala Sekolah ........................................ 6
2. Tipologi Kepemimpinan ........................................................ 7
3. Peranan Kepala Sekolah .......................................................... 12
B. Profesionalisme Guru .................................................................... 15
1. Pengertian Profesionalisme ..................................................... 15
2. Profesionalisme Keguruan ...................................................... 16
3. Bentuk Kompetensi Guru Dalam Mengajar Di Sekolah ......... 20

vii

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Tujuan Penelitian .......................................................................... 22
B. Tempat Dan Waktu Penelitian ...................................................... 22
C. Metode Penelitian .......................................................................... 22
D. Populasi Dan Sampel Penelitian ................................................... 23
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 23
F. Teknik Pengolahan Dan Analisis Data ......................................... 24
G. Definisi Konseptual, Operasional, dan Kisi-kisi Instrumen
Penelitian ....................................................................................... 26
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ............................................. 29
B. Analisis Dan Interpretasi Data ...................................................... 36
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................... 64
B. Saran .............................................................................................. 65
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

viii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kepala sekolah memegang suatu peranan yang sangat penting dalam
mempengaruhi dan mengarahkan semua personil sekolah yang ada, agar dapat
bekerja sama dalam usaha pencapaian tujuan organisasi sekolah. Tidak kalah
pentingnya adalah produktivitas organisasi sekolah sebagaimana yang tampak
dalam bentuk efektivitas dan efisiensi pengelolaannya serta kualitas dan kuantitas
dari lulusannya, banyak ditentukan oleh adanya suatu kedisiplinan kerja yang
tinggi dalam penampilan kerja atau kinerja (work performance) dari para
personil sekolah. Kinerja guru-guru dalam suatu wujud pelaksanaan tugas
mendidik dan mengajar para peserta didiknya, sangat banyak juga ditentukan atau
dipengaruhi oleh adanya motivasi kerja mereka. Perilaku kepemimpinan yang
efektif dari kepala sekolah sangat menentukan atau sangat mempengaruhi kinerja
guru-guru.
Kepala sekolah memiliki peran sebagai pemimpin di sekolahnya yang
bertanggung jawab untuk memimpin proses pendidikan di sekolah, berkaitan
dengan peningkatan mutu SDM, peningkatan profesionalusme guru, karyawan
dan semua yang berhubungan dengan sekolah di bawah naungan kepemimpinan
kepala sekolah.

Paradigma baru manajemen pendidikan dalam rangka meningkatkan


kualitas secara efektif, perlu didukung oleh sumber daya manusia yang
berkualitas. Pengembangan SDM merupakan proses peningkatan kemampuan
manusia agar mampu melakukan pilihan-pilihan. Pengertian ini memusatkan
perhatian pada pemerataan dalam peningkatan kemampuan manusia dan
pemanfaatan

kemampuan

itu.

Rumusan

tersebut

menunjukkan

bahwa

pengembangan SDM tidak hanya sekedar meningkatkan kemampuan, tetapi juga


menyangkut pemanfaatan kemampuan tersebut.1
Kepala sekolah adalah seorang guru yang diangkat untuk menduduki
jabatan struktural di sekolah, ia ditugaskan untuk mengelola sekolah. Kepala
sekolah yang berhasil adalah apabila mereka memahami keberadaan sekolah
sebagai

organisasi

yang

kompleks.

Studi

keberhasilan

kepala

sekolah

menunjukkan bahwa kepala sekolah adalah seseorang yang menentukan titik pusat
dan irama suatu sekolah. Bahkan lebih jauh studi tersebut menyimpulkan bahwa
Keberhasilan sekolah adalah keberhasilan kepala sekolah.2
Peranan kepala sekolah sebagai pemimpin mencerminkan tanggung jawab
kepala sekolah untuk menggerakkan seluruh sumber daya yang ada di sekolah,
sehingga lahir etos kerja dan produktivitas yang tinggi dalam mencapai tujuan.
Fungsi kepemimpinan ini amat penting sebab disamping sebagai penggerak juga
berperan untuk melakukan kontrol segala aktifitas guru (dalam rangka
meningkatkan professional mengajar), staf dan siswa dan sekaligus untuk meneliti
persoalan-persoalan yang timbul dilingkungan sekolah.3
Kepala sekolah harus memiliki visi dan misi, serta strategi manajemen
pendidikan secara utuh dan berorientasi kepada mutu. Strategi ini dikenal dengan
Manajemen Mutu Terpadu (MMT), yang telah popular dalam dunia bisnis dan
industri dengan istilah Total Quality Management (TQM). Strategi ini merupakan
1

E Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional dalam konteks menyukseskan MBS


dan KBK, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2004), hlm. 23-24.
2
Wahyosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan
Permasalahannya, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), hlm. 82.
3
Wahyosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan
Permasalahannya, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), hlm. 90.

usaha sistematis dan terkoordinasi untuk secara terus menerus memperbaiki


kualitas layanan, sehingga fokusnya diarahkan kepelanggan dalam hal ini peserta
didik, orang tua peserta didik, pemakai lulusan, guru, karyawan, pemerintah dan
masyarakat. Sedikitnya terdapat lima sifat layanan yang harus diwujudkan oleh
kepala sekolah agar pelanggan puas: yakni layanan sesuai dengan yang dijanjikan
(reability), mampu menjamin kualitas pembelajaran (assurance), iklim sekolah
yang kondusif (tangible), memberikan perhatian penuh kepada peserta didik
(emphaty), cepat tanggap terhadap kebutuhan peserta didik responsiveness).4
Lancar atau tidaknya suatu sekolah dan tinggi rendahnya mutu sekolah
tidak hanya ditentukan oleh jumlah guru dan kecakapannya, tetapi lebih banyak
ditentukan oleh cara kepala sekolah melaksanakan kepemimpinan disekolahnya.
Untuk meningkatkan mutu pendidikan bukanlah memanfaatkan kesanggupan
guru, dan bagaimana kepala sekolah dapat mengikutsertakan semua potensi yang
ada

dalam

kelompoknya

semaksimal

mungkin.

Mengikutsertakan

dan

memanfaatkan anggota-anggota kelompoknya itu, tidak dapat dengan cara


dominasi yang otoriter. Sebab dengan cara yang otoriter ia akan mempunyai sikap
lebih, sehingga tidak dapat menimbulkan rasa tanggung jawab yang sebaikbaiknya. Dan rasa tanggung jawab inilah yang diperlukan sebagai penggerak dan
penghasil potensi yang maksimal. Karena itu mengikutsertakan memanfaatkan
anggota kelompok hendaknya dilakukan atas dasar; respect terhadap sesama
manusia, saling menghargai dan saling mengakui kesanggupan masing-masing.5
Salah satu upaya yang dapat ditempuh oleh kepala sekolah sebagai
seorang pemimpin di sekolah untuk meningkatkan pemberdayaan guru dalam
mengajar adalah melalui Manajemen Sumber Daya Manusia. Ini merupakan
alternatif strategis untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Dalam hal ini masih
banyak kelemahan-kelemahan yang ada dalam pendidikan di sekolah. Salah satu
kelemahan yang krusial adalah manajemen yang sangat sederhana baik itu

E. Mulyasa, op. cit., hlm. 26 .


Ahmad Rohani HM., Abu Ahmadi., Pedoman Penyelenggaran Administrasi di Sekolah,
(Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hlm. 75.
5

mengenai SDM, kurikulum, dan komponen-komponen pendidikan lainnya


sehingga pendidikan tidak direncanakan dengan baik.
Oleh

karena

itulah,

upaya

kepala

sekolah

dalam

peningkatan

profesionalisme guru dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah melalui


peningkatan manajemen sumber daya manusia (MSDM), mendesak untuk
dilaksanakan. Sebab jika profesionalisme guru dalam mengajar dapat dikelola
dengan baik maka segala potensi yang dimilikinya dapat didayagunakan dengan
semaksimal mungkin sehingga akan lahir out put pendidikan sekolah yang
bermutu dan berkualitas.
Dari penjelasan latar belakang masalah di atas, penulis tertarik untuk
membuat karya ilmiah yang berjudul tentang Peran Kepala Sekolah dalam
Meningkatkan Profesionalisme Guru di SDI AL-Ihsan Bambu Apus
Pamulang.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis mengidentifikasi
beberapa masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana peranan kepala sekolah yang dilaksanakan di SDI Al-Ihsan ?
2. Apakah peranan kepala sekolah sebagai pemimpin sudah mencerminkan
tanggung jawab sebagai kepala sekolah?
3. Apakah pelaksanaan peranan kepala sekolah di SDI Al-Ihsan telah berjalan
dengan baik?

C. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya bahasan objek yang akan diteliti, maka masalah
dibatasi pada peranan kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru
yang meliputi pada peranana kepala sekolah sebagai leadership, motivator,
supervisor, innovator, manajer, dan edukator.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan
masalah yang akan diteliti adalah: Bagaimana peranan kepala sekolah dalam
meningkatkan profesionalisme guru dari segi dimensi leadership, motivator,
supervisor, innovator, manajer, dan edukator.
E. Tujuan Penelitian
Berkaitan dengan rumusan masalah penelitian diatas, maka tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menjelaskan tentang peran kepala
sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru di SDI Al-Ihsan Bambu
Apus Pamulang.
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi kepala sekolah dapat dijadikan acuan untuk mengetahui
bagaimana peran kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme
guru di SDI Al-Ihsan.
2. Dapat dijadikan dorongan bagi para guru untuk menjadi guru yang
profesional dan untuk meningkatkan kualitas kerja dalam melaksanakan
kegiatan belajar mengajar.
3. Bagi peneliti dapat bermanfaat memberikan informasi yang aktual
dalam mengembangkan diri sendiri serta mengetahui peranan kepala
sekolah dalam meningkatkan profesionalme guru yang ada di SDI AlIhsan Bambu Apus Pamulang Tangerang Selatan.

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Tentang Peran Kepala Sekolah


1. Pengertian Peranan Kepala Sekolah
a. Pengertian Peran
Menurut kamus Oxford Dictionary, peran atau role adalah
actors part; ones task or function, yang berarti aktor; tugas
seseorang atau fungsi. Karena itulah, ada yang disebut dengan role
expectation, yaitu harapan mengenai peran seseorang atas harapan dari
si pemberi tugas dan harapan dari orang yang menerima manfaat dari
pekerjaan tersebut.1
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ...peran berarti
perangkat tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh orang yang

Artikel diakses pada 16 Januari 2011 dari http://Digilib.sunan-ampel.ac.id/.../hubptaingdl-mohasroful-7712-3-babii.pdf.

berkedudukan di masyarakat....2 Selanjutnya Veithzal Rivai dan


Sylviana Murni menjelaskan, peran adalah perilaku yang diatur dan
diharapkan dari seseorang dalam posisi tertentu.3
Berdasarkan definisi-definisi di atas penulis menarik simpulan,
peran adalah perangkat tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh
orang yang berkedudukan di masyarakat atau sebuah lembaga. Dalam
hal ini, kepala sekolah perlu menjalankan perannya sesuai dengan hak
dan kewajibannya.
Ketika istilah peran digunakan dalam lingkungan sekolah,
maka seseorang yang diberi (atau mendapatkan) suatu posisi,
diharapkan menjalankan perannya sesuai dengan apa yang diharapkan
oleh pekerjaan tersebut. Oleh karena itu, diperlukan sikap tanggung
jawab dan profesional dari pemegang peran tersebut.
b. Pengertian Kepala Sekolah
Kata Kepala Sekolah terdiri dari dua kata kunci yaitu "Kepala"
dan "Sekolah". Kepala berarti ketua atau pemimpin dalam sebuah
organisasi atau lembaga. Sedangkan Sekolah adalah sebuah lembaga
tempat menerima dan memberi pelajaran.4 Dengan demikian dapat
diambil kesimpulan yang sederhana bahwa Kepala Sekolah berarti
seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas memimpin suatu
lembaga pendidikan di mana terjadi proses belajar mengajar.
2. Tipologi Kepemimpinan
Dari sekian banyak pemimpin mayoritas dari mereka cara
menempuh tujuan pendidikannya tidak sama walaupun prinsip-

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), Ed. III,
Cet. 4, h. 854.
3
Veithzal Rivai dan Sylviana Murni, Education Management; Analisis Teori dan Praktik
(Jakarta: PT. RajaGrafindo, 2009), h. 745.
4
Wahyu Sumidjo, Kepemimpinan Kepala Madrasah, Tinjauan Teoritis dan
Permasalahannya, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 1999, h. 88

prinsipnya tidak jauh berbeda. Hal ini disebabkan karena masing-masing


kepala sekolah memiliki ciri khas serta gaya kepemimpinan dengan
menyertakan karakter yang ada dalam pribadi mereka sendiri, yang
selanjutnya disebut dengan tipologi pemimpin.
Ada empat macam tipologi pemimpin, yaitu:
a) Kepemimpinan Otoriter
Tipologi kepemimpinan seperti ini identik dengan seorang
diktator. Bahwa memimpin adalah menggerakkan dan memaksa
kelompok. Penafsirannya, sebagai pemimpin tidak lain adalah
memberi perintah sehingga ada kesan bawahan atau anggotaanggotanya hanya mengikuti dan menjalankannya, tidak boleh
membantah dan mengajukan saran.5
Tipe kepemimpinan otoriter memiliki sifat-sifat sebagai
berikut:
a) Menganggap organisasi yang dipimpinnya sebagai milik
pribadi.
b) Mengidentifikasikan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi.
c) Menganggap bawahan bak sebuah alat semata.
d) Tidak menerima pendapat, saran atau kritik dari anggotanya.
e) Terlalu bergantung kepada kekuasaan formalnya.
f) Cara pendekatan kepada bawahannya dengan pendekatan
paksaan dan bersifat kesalahan menghukum.6

Efek yang ditimbulkan oleh kepemimpinan otoriter antara


lain sikap menyerah tanpa kritik, sikap asal bapak senang atau sikap
sumuhun dawuh terhadap pemimpin, dan adanya kecenderungan
5

Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja


Rosda Karya, 1995), hlm. 48.
6
Ibid., hlm. 50

untuk mengabaikan tugas dan perintah jika tidak ada pengawasan


langsung. Dominasi yang berlebihan akan melahirkan oposan atau
sikap apatis, atau sebaliknya akan timbul sifat-sifat agresif dari
anggota-anggota kelompok terhadap pemimpinnya.
Namun

demikian

ada

beberapa

keuntungan

dari

kepemimpinan model ini, diantaranya: pemimpin dapat dikontrol


dengan baik dan pekerjaan atau kegiatan dapat berjalan dengan baik
pula. Hal ini disebabkan karena segala hal yang berkenaan dengan
organisasi berada dibawah satu kendali yaitu di tangan pemimpin.
b) Kepemimpinan Pseduo-Demokratis
Pseduo (berarti palsu), Ia sebenarnya otokratis, tetapi dalam
kepemimpinanya ia memberi kesan demokratis. Seorang pemimpin
yang bersifat pseduo-demokratis sering memakai topeng. Ia purapura memperlihatkan sifat demokratis di dalam kepemimpinannya.
Ia memberi hak dan kuasa kepada guru-guru untuk menetapkan dan
memutuskan sesuatu, tetapi sesungguhnya ia bekerja dengan
perhitungan. Ia mengatur siasat agar kemauannya terwujud kelak.7
c) Kepemimpinan Bebas (Laissez Faire)
Kepemimpinan model ini sifatnya memberikan kebebasan
penuh kepada bawahan. Bawahan bebas berbuat apapun dan
mengeluarkan ide seusai dengan keinginannya. Pemimpin disini
hanya berperan sebagai pendamping dan pelayan bagi bawahan yang
membutuhkan. Tidak pernah pemimpin memberikan kontrol atau
koreksi. Pembagian tugas diserahkan sepenuhnya kepada bawahan.
Ibaratnya kepemimpinan model ini seperti air mengalir. Ia akan terus
mengalir tanpa ada halangan.

Soekarto Indrafachrudi, Mengantar Bagaimana Memimpin Sekolah yang Baik, (Jakarta:


Ghalia Indonesia, 1993), hlm. 25-26

10

Kelebihan dari kepemimpinan model ini adalah tujuan dari


organisasi akan lebih cepat untuk tercapai. Namun keberhasilan ini
harus didukung kemampuan, kesadaran dan dedikasi yang tinggi dari
bawahan. Hal ini dikarenakan setiap individu akan melaksanakan
tugasnya dengan sekuat tenaga sesuai dengan kemampuan yang ia
miliki tanpa ada perasaan iri dengan yang lain ataupun terpaksa.
Tanpa itu semua, mustahil tujuan dari organisasi akan tercapai.
Namun demikian banyak juga kelemahan-kelemahan yang
terjadi dalam kepemimpinan ini, diantaranya adalah bawahan dalam
melaksanakan tugas terlalu monoton. Bawahan tidak dapat
mengembangkan kemampuannya dan pola pikirnya karena tidak ada
pengarahan dari pimpinan hingga kendala-kendala yang dihadapi
tidak dapat diselesaikan secara tuntas. Yang lebih membahayakan
adalah semakin memburuknya kondisi organisasi bila bawahan
terdiri dari orang-orang yang lemah dan kondisi seperti ini tentu
semakin menyulitkan usaha pencapaian tujuan bersama.
Dalam tipe kepemimpinan ini biasanya organisasinya tidak
jelas dan kabur, segala kegiatan dilakukan tanpa rencana yang
terarah dan tanpa pengawasan dari pemimpin.8
d) Kepemimpinan Demokratis
Pemimpin yang demokratis adalah pemimpin yang kooperatif
dan tidak diktator. Dia selalu menstimulasi anggota-anggota
kelompoknya untuk bekerja bersama-sama dalam mencapai tujuan
bersama pula. Dalam tindakan dan usaha-usahanya, ia selalu
berpangkal pada kepentingan dan kebutuhan kelompoknya dan
selalu

mempertimbangkan

kesanggupan

serta

kemampuan

kelompoknya.
8

Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja


Rosda Karya, 1995), hlm. 49.

11

Dalam melaksanakan tugasnya, ia mau menerima dan


mengharapkan saran-saran, bahkan kritik yang membangun dari para
anggotanya. Ia mempunyai kepercayaan terhadap diri sendiri dan
menaruh kepercayaan sepenuhnya kepada para anggotanya, bahwa
mereka mempunyai kesanggupan kerja dengan baik dan bertanggung
jawab.
Beberapa ciri dari kepemimpinan yang demokratis antara lain
sebagai berikut:
a) Dalam menggerakkan bawahan bertitik tolak dari pendapat:
manusia makhluk termulia didunia.
b) Selalu berusaha untuk menyingkronkan kepentingan dan
tujuan organisasi dengan tujuan pribadi.
c) Senang menerima saran, pendapat dan kritik dari bawahan.
d) Mengutamakan kerjasama dalam mencapai tujuan.
e) Memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada bawahan dan
membimbingnya.
f) Mengusahakan agar bawahan lebih sukses dari pada dirinya.
g) Selalu mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai
pemimpin.9
Bentuk kepemimpinan ini menempatkan manusia sebagai
faktor utama dan terpenting. Hubungan antara pemimpin dan orangorang yang dipimpin diwujudkan dalam bentuk human relationship
yang didasari prinsip saling menghargai dan saling menghormati.
Pemimpin memandang orang lain sebagai subyek yang memiliki
sifat-sifat manusiawi sebagaimana dirinya. Setiap orang dihargai dan
dihormati sebagai manusia yang memiliki kemampuan, kemauan,
kehendak, pikiran, minat dan perhatian, pendapat dan lain-lain. Oleh
karena
9

itu

setiap

orang

harus

dimanfaatkan

dengan

Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja


Rosda Karya, 1995), hlm. 52.

12

mengikutsertakannya

dalam

semua

kegiatan

organisasi.

Keikutsertaan itu disesuaikan dengan posisi masing-masing yang


memiliki wewenang dan tanggung jawab yang sama pentingnya bagi
pencapaian tujuan bersama.10
3. Peran Kepala Sekolah
Kedudukan kepala Sekolah adalah kedudukan yang sangat sulit.
Pada satu pihak ia adalah orang atasan karena ia diangkat oleh atasan,
pada lain pihak ia adalah wakil guru-guru atau stafnya, ia adalah suara
dan keinginan guru-guru.
Peran utama kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan adalah
menciptakan situasi belajar mengajar sehingga guru-guru dapat mengajar
dan murid-murid dapat belajar dengan baik. Dalam melaksanakan peran
tersebut,

kepala

sekolah

memiliki

tanggungjawab

ganda

yaitu

melaksanakn administrasi sekolah sehingga tercipta situasi belajar


mengajar yang baik, dan melaksanakan supervisi sehingga guru-guru
bertambah dalam menjalankan tugas-tugas pengajaran dan dalam
membimbing pertumbuhan murid-murid.
Kepala sekolah harus mampu menciptakan situasi belajar mengajar
yang baik. Ini berarti bahwa ia harus mampu mengelola school plant,
pelayanan-pelayanan khusus sekolah, dan fasilitas-fasilitas pendidikan
sehingga guru-guru dan murid-murid memperoleh kepuasan menikmati
kondisi-kondisi kerja; mengelola personalia pengajar dan murid;
membina kurikulum yang memenuhi kebutuhan anak; dan mengelola
catatan-catatan pendidikan. Kesemuanya ini diharapkan, agar ia dapat
memajukan program pengajaran di sekolahnya.11

10

Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Yayasan Masagung, 1989), h.

95.
11

Hendiyat Soetopo dan Wasty Soemanto, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan,


(Jakarta: PT. Bina Aksara, 1988), h. 19-20.

13

Dalam dunia pendidikan, peran kepala sekolah sangat menentukan


dalam memperlancar kegiatan belajar mengajar (KBM). Peranannya
bukan hanya menguasai teori teori kepemimpinan, lebih dari itu seorang
kepala sekolah harus bisa mengimplementasikan kemampuannya dalam
aplikasi teori secara nyata. Untuk itu seorang kepala sekolah sudah
sepatutnya memiliki ilmu pendidikan secara menyeluruh.
E. Mulyasa menyebutkan bahwa untuk mendorong visinya dalam
meningkatkan kualitas tenaga kependidikan kepala sekolah harus
mempunyai peran sebagai berikut:
1) Kepala sekolah sebagai edukator (pendidik), meliputi pembinaan
mental, pembinaan moral dan pembinaan fisik bagi tenaga
kependidikan.
2) Kepala sekolah sebagai Manajer, yang pada hakekatnya merupakan
suatu proses merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan,
memimpin dan mengendalikan usaha para anggota organisasi serta
mendayagunakan seluruh sumber-sumber daya organisasi dalam
rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
3) Kepala sekolah sebagai Administrator, dalam hal ini ia memiliki
hubungan yang sangat erat dengan berbagai aktivitas pengelolaan
administrasi

yang

bersifat

pencatatan,

penyusunan

dan

pendokumenan seluruh program sekolah.


4) Kepala sekolah sebagai Supervisor, harus mampu melakukan
berbagai pengawasan dan pengendalian untuk meningkatkan
kinerja tenaga kependidikan.
5) Kepala sekolah sebagai Leader, harus mampu memberikan
petunjuk

dan

pengawasan,

meningkatkan

kemauan

tenaga

kependidikan, membuka komunikasi dua arah dan mendelegasi


tugas.
6) Kepala sekolah sebagai Inovator, harus memiliki strategi yang
tepat untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan,

14

mencari

gagasan

baru,

mengintegrasikan

setiap

kegiatan,

memberikan teladan kepada seluruh tenaga kependidikan disekolah


dan mengembangkan model-model pembelajaran yang inovatif.
7) Kepala sekolah sebagai Motivator, harus memiliki strategi yang
tepat

untuk

memotivasi

para

tenaga kependidikan dalam

melakukan berbagai tugas dan fungsinya. Motivasi ini dapat


ditumbuhkan melalui pengaturan lingkungan fisik, pengaturan
suasana kerja, disiplin, dorongan, penghargaan secara efektif, dan
penyediaan berbagai sumber belajar melalui pengembangan Pusat
Sumber Belajar (PSB).12
Peran khusus kepala sekolah ini tidak terlepas dari ilmu pendidikan
didalam melaksanakan peranan-peranannya sebagaimana diungkapkan
oleh Harry Mintzberg yang secara jelas mengungkapkan ada tiga peranan
seorang pemimpin, yaitu; interpersonal roles, informational roles dan
decisional roles.13
a) Peranan hubungan antar perseorangan (interpersonal roles)
Peranan ini timbul akibat otoritas formal dari seorang manajer
meliputi:
1) Figurehead (lambang)
2) Leadership (kepemimpinan)
3) Liasion (penghubung)
b) Peranan informasional (informational roles)
1) Sebagai monitor
2) Sebagai disseminator
3) Sebagai Spokesman

12

E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, dalam Konteks Menyukseskan MBS


dan KBK, (Bandung: Rosda Karya, 2005), hlm. 98-120.
13
Wahyosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Tinjauan Teoritik dan
Permasalahannya, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), hlm. 89-93.

15

c) Peranan sebagai pengambil keputusan (decisional roles)


Ada empat macam peran kepala sekolah sebagai pengambil
keputusan, yaitu:
1) Entrepreneur
2) Orang yang memperhatikan gangguan (disturbancehandler)
3) A negotiator roles
4) Sebagai innovator

B. Profesionalisme Guru
1. Pengertian Profesionalisme
Komarudin (2000:205) mengemukakan bahwa professional berasal
dari bahasa latin yaitu profesia, yang mengandung arti, pekerjaan,
keahlian, jabatan, jabatan guru besar. Sedangkan Javis (1983)
menjelaskan profesional dapat diartikan bahwa seorang yang melakukan
suatu tugas profesi juga sebagai seorang ahli (expert) apabila dia secara
spesifik memperolehnya dari belajar.14
Menurut Dr. Nana Sudjana, 1988 menyatakan bahwa kata
profesional berasal dari kata sifat berarti pencaharian dan sebagai kata
benda yang berarti orang yang mempunyai keahlian seperti ini guru,
dokter dan sebagainya. Dengan kata lain pekerjaan yang bersifat
profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka
yang khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dilakukan
oleh mereka yang karena tidak dapat memperoleh pekerjaan itu.15
Dalam kamus umum bahasa Indonesia, profesionalisme diartikan
sebagai mutu, kualitas, yang merupakan ciri suatu profesi atau orang
14

Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, (Bandung: Alfabeta, t.th),

hlm.198.
15

hlm. 14.

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002),

16

yang profesional. Sedangkan profesionalisme sendiri berasal dari kata


professien. Profesi mengandung arti yang sama dengan kata occupation
atau pekerjaan yang memerlukan keahlian yang diperoleh melalui
pendidikan atau latihan khusus. Dengan kata lain, profesi dapat diartikan
sebagai suatu bidang keahlian yang khusus untuk menangani lapangan
kerja tertentu yang membutuhkannya.16
Drs. Moh. Ali, mengemukakan syarat khusus untuk profesi yaitu:
a. Menuntut adanya ketrampilan yang berdasarkan konsep dan teori
ilmu pengetahuan yang mendalam.
b. Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai
dengan profesinya.
c. Menuntut adanya tingkat keguruan yang memadai.
d. Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan
yang dilaksanakannya.
e. Memungkinkan

perkembangan

sejalan

dengan

dinamika

kehidupan.17
Melihat beberapa definisi di atas maka profesionalisme dapat
diartikan sebagai mutu atau kualitas, yang merupakan ciri dari suatu
profesi atau orang yang melakukan suatu tugas profesi atau jabatan
profesional bertindak sebagai pelaku untuk kepentingan profesinya dan
juga sebagai ahli (expert) apabila ia secara spesifik memperoleh keahlian
dari belajar.
2. Profesionalisme Keguruan
Guru adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas
pendidikan. Betapa pun bagusnya sebuah kurikulum (official), hasilnya
sangat bergantung pada apa yang dilakukan guru di luar maupun di

16

W.J.S. Poerwadaminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,


2003), hlm. 911.
17
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002),
hlm. 15.

17

dalam kelas (actual). Berangkat dari permasalahan tersebut maka


profesionalisme ke-guru-an dalam mengajar sangat diperlukan.
Guru sebagai pendidik professional mempunyai citra yang baik di
masyarakat apabila dapat menunjukan kepada masyarakat bahwa ia layak
menjadi panutan atau teladan masyarakat sekelilingnya. Masyarakat
terutama akan melihat bagaimana sikap dan perbuatan guru itu seharihari, apakah memang ada yang patut diteladani atau tidak. Bagaimana
guru meningkatkan pelayanannya, meningkatkan pengetahuannya,
member arahan dan dorongan kepada anak didiknya, dan bagaimana cara
guru berpakaian dan berbicara serta cara bergaul baik dengan siswa,
teman-temannya serta anggota masyarakat, sering menjadi perhatian
masyarakat luas.
Walaupun segala prilaku guru selalu diperhatikan masyarakat,
tetapi yang akan dibicarakan dalam bagian ini adalah khusus prilaku guru
yang berhubungan dengan profesinya. Hal ini berhubungan dengan
bagaimana pola tingkah laku guru dalam memahami, menghayati, serta
mengamalkan sikap profesionalnya. Pola tingkah laku guru yang
berhubungan dengan itu akan dibicarakan sesuai dengan sasarannya,
yakni sikap professional keguruan terhadap: (1) peraturan perundangundangan, (2) Organisasi profesi, (3) Teman sejawat, (4) Anak didik, (5)
Tempat kerja, (6) Pemimpin, dan (7) Pekerjaan.18
Profesi kependidikan, khususnya profesi keguruan mempunyai
tugas utama melayani masyarakat dalam dunia pendidikan. Sejalan
dengan alasan tersebut, jelas kiranya bahwa profesionalisasi keguruan
mengandung arti peningkatan segala daya dan usaha dalam rangka
pencapaian secara optimal layanan yang akan diberikan kepada
masyarakat.

18

Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004) h. 42-43.

18

Untuk meningkatkan kompetensi guru, perlu dilakukan suatu


sistem pengujian terhadap kompetensi guru. Sejalan dengan kebijakan
otonomi daerah, beberapa daerah telah melakukan uji kompetensi guru,
mereka melakukannya terutama untuk mengetahui kemampuan guru di
daerahnya, untuk kenaikan pangkat dan jabatan, serta untuk mengangkat
kepala sekolah dan wakil kepala sekolah.
Uji kompetensi guru dapat dilakukan secara nasional, regional
maupun lokal. Secara nasional dapat dilakukan oleh pemerintah pusat
untuk mengetahui kualitas dan standar kompetensi guru, dalam kaitannya
dengan pembangunan pendidikan secara keseluruhan. Secara regional
dapat dilakukan oleh pemerintah provinsi untuk mengetahui kualitas dan
standar kompetensi guru, dalam kaitannya dengan pembangunan
pendidikan di provinsi masing-masing. Sedangkan secara lokal dapat
dilakukan oleh daerah (kabupaten dan kota) untuk mengetahui kualitas
dan standar kompetensi guru, dalam kaitannya dengan pembangunan
pendidikan di daerah dan kota masing-masing.19
Kompetensi

keguruan

meliputi

kompetensi

kepribadian,

kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Dalam banyak analisis


tentang kompetensi keguruan, aspek kompetensi kepribadian dan
kompetensi sosial umumnya disatukan. Hal ini wajar karena sosialitas
manusia (termasuk guru) dapat dipandang sebagai pengejawantahan
pribadinya.
Prof. Dr. Tjokorde Raka Joni, merumuskan tiga kompetensi yang
harus dimiliki oleh seorang guru yang professional. Tiga kompetensi
tersebut yaitu:
a) kompetensi professional, artinya bahwa guru harus memiliki
pengetahuan yang luas serta dalam tentang subject matter
19

E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, menciptakan pembelajaran kreatif dan


menyenangkan, (Bandung: Rosda Karya, 2005), hlm. 187.

19

(bidang

studi)

yang

akan

diajarkan,

serta

penguasaan

metodologis dalam arti memiliki pengetahuan konsep teoritik,


mampu

memilih

metode

yang

tepat,

serta

mampu

menggunakannya dalam proses belajar-mengajar.


b) Kompetensi personal, artinya bahwa guru harus memiliki sikap
kepribadin yang mantap, sehingga mampu menjadi sumber
intensifikasi bagi subjek. Arti lebih terperinci adalah bahwa ia
memiliki kepribadian yang patut diteladani seperti yang
dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantoro: Ing ngarso sung
tulodho, ing madyo mangun karso, tutwuri handayani.
c) Kompetensi sosial, artinya bahwa guru harus memiliki
kemampuan berkomunikasi sosial, baik dengan murid-muridnya
maupun dengan sesama teman guru, dengan kepala sekolah,
dengan pegawai, dan tidak lupa dengan anggota masyarakat.
Satu dari tiga kompetensi yang disebutkan ini akhirnya dirinci
lebih kecil karena dipandang penting dan harus bukan hanya dipahami
tetapi juga diraih oleh guru adalah kompetensi professional. Dalam
kompetensi profesioanl, seorang guru dituntut mempunyai kemampuan
dasar keguruan sebagai berikut:
1) Guru dituntut menguasai bahan yang akan diajarkan,
2) Guru mampu mengelola program belajar-mengajar,
3) Guru mampu mengelola kelas dengan baik,
4) Guru mampu menggunakan media dan sumber pengajaran,
5) Guru menguasai landasan-landasan kependidikan,
6) Guru mampu mengelola interaksi belajar mengajar,
7) Guru mampu menilai prestasi belajar siswa untuk kepentingan
pengajaran,
8) Guru mengenal fungsi serta program pelayanan bimbingan dan
penyuluhan,
9) Guru mengenal dan mampu ikut menyelenggarakan administrasi
sekolah, dan

20

10) Guru memahami prinsip-prinsip penelitian pendidikan dan


mampu menafsirkan hasil-hasil penelitin pendidikan untuk
kepentingan pengajaran.20
Sedangkan berdasarkan undang-undang pemerintah No.14 Tahun
2005 tentang kompetensi guru kompetensi guru sebagaimana dimaksud
dalam pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, dan kompetensi professional yang diperoleh melalui
pendidikan profesi.21
3. Bentuk Kompetensi Guru dalam Mengajar Di Sekolah
Kompetensi menurut Abdul Majid (2005) adalah seperangkat
tindakan inteligen penuh tanggung jawab yang harus dimiliki seseorang
sebagai syarat untuk dianggap mampu melaksanakan tugas-tugas dalam
bidang pekerjaan tertentu.
Guru adalah orang dewasa yang bertanggung jawab member
pertolongan pada anak didik dalam perkembangan jasamani dan
rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasaan, mampu beriri sendiri dan
memenuhi tingkat kedewasannya, mampu memenuhi tugasnya sebagai
hamba dan khalifah Allah SWT dan mampu sebagai makhluk sosial dan
sebagai makhluk hidup yang mandiri (Muhaimin & Abdul Mujib, 1993).
Kompetensi guru merupakan kemampuan seseorang guru dalam
melaksanakan kewajiban dengan bertanggung jawab dan layak.
Kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukan kualitas
guru dalam mengajar. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk
penguasaan pengetahuan dan professional dalam menjalankan tugasnya
sebagai guru.

20

Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, (Jakarta: PT. Rineka


Cipta, 1990), h. 238-240.
21
http://www.slideshare.net/srijadi/UU No.14 Tahun 2005 Guru dan Dosen.

21

Menurut Muhibbin Syah (2004), ada sepuluh kompetensi dasar


yang harus dimiliki guru dalam upaya peningkatan keberhasilan belajar
mengajar, yaitu:
a. Menguasai bahan
b. Mengolah program belajar-mengajar
c. Mengelola kelas
d. Menggunakan media/sumber
e. Menguasai landasan-landasan kependidikan
f. Mengolah interaksi belajar dan mengajar
g. Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran
h. Mengenal program bimbingan dan penyuluhan di sekolah
i. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah
j. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian
pendidikan guna keperluan pengajaran.22
Di samping itu, sebagaimana yang dikutip dalam buku Dasardasar Proses Belajar Mengajar karya Nana Sudjana (1991), Glasser
menyebutkan ada empat hal yang harus dikuasai guru, yakni:
1) Menguasai bahan pelajaran
2) Kemampuan mendiagnosa tingkah laku siswa
3) Kemampuan melaksanakan proses pengajaran
4) Kemampuan mengukur hasil belajar siswa.23

22

Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: PT.
Refika Aditama, 2007). h. 44-46.
23
Ibid.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang ingin dicapai penulis adalah untuk mengetahui
peran kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru di SDI AlIhsan Bambu Apus Pamulang Tangerang Selatan.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di lembaga pendidikan SDI Al-Ihsan Bambu
Apus Pamulang Tangerang. Sedangkan waktu penelitian ini dilaksanakan
pada bulan Januari Februari 2011.
C. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam pembahasan skripsi ini adalah deskriptif
kuantitatif yaitu metode yang meneliti dan menemukan informasi yang
seluas-luasnya tentang variabel

yang diteliti dan tidak bermaksud

mengidentifikasi hubungan antar variabel. Penelitian deskriptif kuantitatif ini


digunakan untuk mengetahui gambaran peran kepala sekolah dalam
meningkatkan profesionalisme guru di SDI Al-Ihsan Bambu Apus Pamulang.

22

23

D. Populasi dan Sampel Penelitian


Populasi adalah semua anggota kelompok manusia, binatang, peristiwa,
atau benda yang tinggal bersama dalam satu tempat dan secara terencana
menjadi target kesimpulan dari hasil akhir suatu penelitian.1 Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh guru dan staff karyawan SDI Al-Ihsan Bambu
Apus Pamulang, yang berjumlah sebanyak 24 orang.
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.2 Dalam
penelitian ini penulis menggunakan sampel guru yang mengajar di SDI AlIhsan sebanyak 20 orang.

E. Teknik Pengumpulan Data


Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini
adalah:
1. Data Kualitatif : Observasi keadaan sekolah yang dilakukan dengan cara
mengadakan pengamatan pada objek yang diteliti. Dalam melakukan
observasi, penulis melakukannya dengan cara mengamati lingkungan
sekolah, bangunan, sarana dan prasarana sekolah.
2. Data Kuantitatif : Hasil angket. Teknik ini adalah berbentuk daftar
pertanyaan yang diberikan kepada responden secara langsung. Angket ini
diberikan kepada guru untuk memperoleh informasi mengenai Peran
Kepala Sekolah dalam Rangka Meningkatkan Profesionalisme Guru di
SDI Al-Ihsan Bambu Apus Pamulang.

Sukardi, Metodologi penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta: PT

Bumi Aksara, 2003), h. 53


2

Suharsimi Arikunto, prosedur penelitian suatu pendekatan praktek, (Jakarta: PT Rineka

Cipta, 2002), Cet. Ke-12, h. 109

24

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data


1. Teknik Pengolahan Data
Teknik analisis data yaitu data yang sudah diperolah diuraikan
dengan keterangan agar data tersebut dapat dipahami oleh penulis dan
orang yang ingin mengetahui hasil penelitian ini. Untuk mengolah data
hasil penelitian ini, penulis menggunakan langkah-langkah sebagai
berikut:

a. Editing
Pada tahap ini penulis mengecek kelengkapan dan kebenaran
pengisian angket agar terhindar dari kesalahan/ kekeliruan dalam
mendapatkan informasi sehingga data yang diperoleh akurat.
b. Skoring
Penulis memberikan skor terhadap butir-butir pertanyaan yang
terdapat pada angket. Butir jawaban yang terdapat dalam angket ada
empat, yaitu selalu, sering, kadang-kadang dan tidak pernah maka
skor yang diberikan yaitu: 4 untuk Selalu, 3 untuk Sering, 2 untuk
Kadang-kadang, dan 1 untuk Tidak pernah.

c. Tabulating
Setelah diketahui skor setiap indikatornya maka seluruh data tersebut
ditabulasikan dalam sebuah tabel untuk kemudian diketahui hasil
penghitungannya.
2. Teknik Analisis Data
Untuk menganalisis variabel yang diteliti digunakan teknik analisis
secara deskriptif, dengan menggunakan rumusan sebagai berikut:

25

P=

X 100%

N
P

: Persentase Jawaban

: Frekuensi jawaban yang dicari presentasenya

: Number Of Case (Jumlah Frekuensi/banyaknya


individu/Responden)
: Bilangan Tetap.3

100 %

Dari data yang merupakan hasil perhitungan statistik deskriptif,


yang perlu dibahas selanjutnya adalah menghitng nilai mean atau nilai
rata-ratanya. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi atau
gambaran dari aspek yang diteliti berdasarkan jawaban responden. Untuk
menentukan

rata-rata

digunakan

perhitungan

sederhana

dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:4


X
M=
N
X dibaca sigma X yang berarti jumlah X
Tabel 1
Tabulasi Skor
Kategorisasi Peran Kepala Sekolah Dalam Rangka Meningkatkan
Profesionalisme Guru Berdasarkan Rentangan Skoring
No
Nilai Skor
Kategori
1
95 120
Sangat Baik
2
70 94
Baik
3
45 69
Cukup Baik
4
20 44
Kurang Baik
Jika responden menjawab 30 pertanyaan dengan frekuensi tidak pernah maka
skor total yang diperoleh yaitu 30, dan termasuk dalam kategori skor Kurang
Baik. Dan apabila responden menjawab 30 pertanyaan dengan frekuensi selalu
3
4

Husaini Usman, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta, PT. Bumi Aksara, 2009), h. 43.
Hartono, Statistik Untuk Penelitian, (Yogyakarta: PT. Pustaka Pelajar, 2004), h. 29-30

26

maka skor total yang diperoleh yaitu 120, dan termasuk dalam kategori Sangat
Baik.
G. Definisi Konseptual dan Operasional
1. Definisi Konseptual
Peran kepemimpinan kepala sekolah dalam penelitian ini adalah
memperlihatkan bagaimana kemampuan peran kepala sekolah sebagai
pemimpin di lembaga pendidikan yang bersangkutan.
2. Definisi Operasional
Peran kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru
disini adalah meliputi kemampuan sebagai leader, kemampuan
supervisor, kemampuan motivator, kemampuan sebagai innovator,
kemampuan sebagai manajer, dan kemampuan sebagai edukator.
Untuk

mengetahui

peran

kepala

sekolah

dalam

rangka

meningkatkan profesionalisme guru, maka setiap dimensi memiliki


indikator yang disertai dengan butir soal pertanyaan, sebagaimana yang
terdapat dalam tabel berikut:

Tabel 2
Soal pertanyaan Dimensi Peran Kepala Sekolah
Dalam Rangka Meningkatkan Profesionalisme Guru

27

Variabel
Peran

Dimensi
1. Sebagai Leader

Indikator

Jumlah

Butir

soal

Memiliki

1,2,3,
4

Kepemimpinan

dalam menentukan

kepribadian yang

Kepala Sekolah

dan melaksanakan

mencerminkan

dalam

kebijakan

pemimpin

Meningkatkan

pendidikan

No.

5,6,9

7,8

Melakukan

10,11,

pengawasan

12,

Kepala sekolah

Profesionalisme

memiliki

Guru

kemampuan
pengetahuan
terhadap tenaga
kependidikan
2. Sebagai supervisor

dalam rangka

Mampu Memahami
visi misi

mengarahkan tenaga
kependidikan

terhadap PBM yang


dilakukan oleh guru

Perhatian kepala
sekolah terhadap

3.

Sebagai motivator
dalam rangka

15,16

19,18,

Membangun
lingkungan kerja

kinerja guru

yang kondusif

Mendorong guru
untuk selalu
berpartisipasi dalam

sebagai Inovator

kinerja guru

meningkatkan

4. Kepala sekolah

13,14

penyelenggaraan

28

dalam
melaksanakan

program pendidikan.

17

20,21,

22

guru melalui

23,24,

kerjasama

25

Penambahan

strategi

wawasan tentang

kepemimpinannya

pembelajaran

5. Kepala sekolah

Menjalin hubungan

sebagai manajer

yang harmonis

dalam

dengan lingkunagn

mengendalikan

sekolah

kepemimpinan

disekolah

Memiliki ide dan


gagasan baru

Memberdayakan

Memberikan
26,27

Kepala sekolah

28,29,

meningkatkan

30

kesempatan guru
6. Sebagai educator

untuk meningkatkan

untuk

profesinya dan

meningkatkan

mendorong

profesionalisme

keterlibatan guru

tenaga pendidik

dalam setiap
kegiatan

kinerja guru dan


prestasi belajar
peserta didik

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian
1. Sejarah berdirinya SDI AL-Ihsan Bambu Apus Pamulang
SDI

Al-Ihsan

berdiri

pada

tahun

1974,

namum

dalam

pelaksanaannya baru pada tahun 1989 sekolah ini berjalan. SDI Al-Ihsan
Bambu Apus pamulang adalah sekolah yang memiliki akreditasi A
(unggul), sekolah yang dalam pengelolaannya ini bertujuan mencetak
generasi muda yang Shalih dan Shalihah dengan ditunjang wawasan
pengetahuan yang berkualitas.
Sebagaimana halnya dengan kehadiran SDI pada umumnya,
pendirian SDI Al-Ihsan dimaksudkan untuk mencerdaskan masyarakat
melalui pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai keimanan dan
ketakwaan terhadap Allah SWT. Hal itu dilatarbelakangi oleh kenyataan
bahwa budaya masyarakat Bambu Apus Pamulang dan sekitarnya
memang cukup kental dengan nilai-nilai keagamaan Islam, sehingga
kehadiran SDI Al-Ihsan sejalan dengan corak masyarakat Bambu Apus
Pamulang yang religius.

29

30

Sejalan dengan pertumbuhan ibukota Jakarta ke daerah-daerah


pinggiran. Daerah Bambu Apus Pamulang kini telah menjadi
penyangga kota DKI Jakarta yang memiliki karakteristik masyarakat
urban, yakni dari masyarakat agraris (pertanian) ke masyarakat industri
yang menghadapi perubahan-perubahan, khususnya dalam bidang
sosio-kultural dan ekonomi. Ditengah-tengah kehidupan masyarakat
seperti itu, SDI Al-Ihsan Bambu Apus Pamulang terpanggil untuk
memberikan warna kehidupan sehingga masyarakat Bambu Apus
Pamulang yang diharapkan mampu beradaptasi dengan perubahanperubahan yang diakibatkan adanya pemekaran wilayah Kota DKI
Jakarta, tetapi di sisi lain juga harus mampu mempertahankan nilainilai positif kehidupan budaya pribumi Bambu Apus Pamulang yang
bercorak religius. Atas dasar itulah, kini SDI Al-Ihsan ingin tampil
sebagai Madrasah modern yang berkeinginan memberikan bekal
keagamaan kepada siswa/siswinya sehingga mampu menjadi insan
yang modern yang ditandai dengan kecerdasan akal, tetapi disisi lain
juga tampil sebagai insan yang berbudi luhur yang lahir dari
penghayatan dan sikap keberagamaan (religiousitas) yang mendalam.
2. Visi misi SDI AL-Ihsan
Dalam rangka mewujudkan lulusan yang unggul, berkualitas dan
mandiri di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang berlandaskan
iman dan taqwa, maka SDI Al-Ihsan memiliki visi dan misi.
Adapun visi dari SDI Al-Ihsan adalah:
Membekali kemampuan dasar umum dan agama serta pengamalan alQuran sesuai dengan tingkat perkembangan sisw dan mempersiapkan
mereka untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi

31

Sedangkan misi dari SDI Al-Ihsan adalah:


1. Memotivasi peserta didik agar memiliki kemandirian dan kreatifitas
2. Mengembangkan minat dan bakat yang dimiliki oleh peserta didik
3. Membina peserta didik agar berdaya dan berhasil guna di masyarakat
4. Melengkapi sarana dan prasarana yang menunjang dan memadai
5. Merekrut tenaga pengajar yang profesional dan berdedikasi tinggi

3. Identitas Sekolah
a. Nama Sekolah

: SDI Al-Ihsan

b. Status

: Swasta

c. Alamat Sekolah

: Jl. Bambu Apus Komp. Depag


Bambu Apus Pamulang

d. Jenjang Akreditasi

: A (Unggul)

e. Tanah

: Wakaf

f. Bangunan

: Milik Sendiri

g. Telephon

: (021) 7428430

4. Sarana dan Prasarana SDI Al-Ihsan Bambu Apus Pamulang


Sarana dan prasarana yang akan dikemukakan di bawah ini adalah
sarana dan prasarana yang digunakan Siswa/i untuk belajar dan juga
sarana dan prasarana yang menunjang kenyamanan proses pembelajaran.
Sarana dan prasarana ruang tersedia di SDI Al-Ihsan Bambu Apus
Pamulang dapat dilihat dalam tabel berikut:

32

Tabel 3
Sarana dan Prasarana Sekolah
No

Sarana dan Prasarana

Jumlah

Ruang Kelas

16

Ruang Kepala Sekolah

Ruang Guru

Ruang TU

Ruang Laboratorium

Ruang Ibadah

Ruang Perpustakaan

WC Guru

WC Murid

10

Gudang

11

Lapangan Olah Raga

5. Keadaan Siswa-siswi dan Guru SDI Al-Ihsan Bambu Apus


Pamulang Tahun Ajaran 2009/2010
a. Jumlah siswa yang lumayan banyak tentunya diharapkan adanya
pembinaan kesiswaan untuk membangun mental juara yang
berlandaskan pada akhlak yang mulia. Dengan jumlah siswa yang
lumayan banyak hal ini menjadi tanggung jawab pihak yayasan SDI
Al-Ihsan untuk membina anak-anak yang berwawasan pengetahuan
dan berakhlakul karimah.

33

Untuk lebih rincinya tentang keadaan siswa/I SDI Al-Ihsan


Bambu Apus Pamulang dapat dilihat pada table berikut:
Tabel 4
Keadaan siswa/i SDI Al-Ihsan Bambu Apus Pamulang 4 (Empat)
Tahun Terakhir
Kelas-6

Jumlah

63

60

397

60

57

55

400

66

58

53

59

374

63

60

60

52

384

Tahun

Kelas -

Kelas-

Kelas-

Kelas-

Kelas-

Pelajaran

74

70

65

65

2007/2008
u

79

75

74

2008/2009

70

68

77

72

b. G
u

2006/2007

m
2009/2010

e
r

upakan salah satu komponen dalam kegiatan belajar mengajar serta


sebagai figur sentral dalam mengemban amanat yang mulai di suatu
lembaga pendidikan. Guru juga turut berperan aktif dalam
pengembangan sumber daya manusia yang sangat potensial di dalam
mengoptimalisasikan hasil-hasil pembangunan.
Tenaga pengajar di SDI Al-Ihsan Bambu Apus Pamulang
berjumlah 27 orang, sebagian besar jumlah tersebut terdiri dari latar
belakang pendidikan sarjana S1. Berikut data tabel keadaan guru
SDI Al-Ihsan Bambu Apus pamulang.

34

Tabel 5
Keadaan guru SDI Al-Ihsan Bambu Apus pamulang

NO

NAMA GURU

TEMPAT/TGL. LAHIR

LULUS

JABATAN

Drs. Agus Sunardi,MM

Tangerang, 06 Januari 1960

1999

Kepala Sekolah

Drs. Ai Sopandi

Bandung, 24 Juni 1966

1991

Wk. Kepala Sekolah

Ali Daud, S.Pd

Jakarta, 10 Desember 1968

2000

Guru

Idawati, S.Pd

Tangerang, 20 Februari 1980

2005

Guru

Bambang Suprayogi, S.pd

Jakarta, 10 Desember 1968

1987

Guru

Drs. Tatong Suanda

Tangerang, 12 Maret 1968

1999

Guru

Maimunah, S.Ag

Tangerang, 19 Februari 1971

2000

Guru

Ujang Sofyan, SE

Bekasi, 12 Maret 1973

2001

Guru

Abdul Malik, S.Ag

Tangerang, 05 Januari 1972

2001

Guru

10

N. Amalia Khaerati, S.Pd

Tangerang, 10 Maret 1982

2008

Guru

11

Tuty Alawiyah, S.Pd

Jakarta, 27 desenber 1983

2008

Guru

12

Titin Partini, S.Pd

Jakarta, 27 Desember 1972

2003

Guru

13

Nurhayati, S.Ag

Tangerang, 07 November 1972

2005

Guru

14

Udin Nurdin, A.Md

Kuningan, 25 Februari 1967

2005

Guru

15

Jamhuri, M.Pd

Tangerang, 12 Juli 1966

1993

Guru

16

Sodikin, S.Pd

Jakarta, 07 agustus 1981

2002

Guru

17

Pitria, S.Pd

Tangerang, 04 September 1980

1998

Guru

18

Nurul A Nurohman, M.Pd

Prinngtutul, 23 Maret 1968

2008

Guru

35

19

Dina Rosmalia, S.Pd

Tangerang, 06 Januari 1981

2003

Guru

20

Afianto, S.Pd

Tangerang, 02 Februari 1981

2005

Guru

21

Hj. Asamara Murni, S.Ag

Padang, 08 Juni 1952

2005

Guru

22

Hanifah Hasid

Tangerang, 15 April 1969

1988

TU/Bendahara

23

Yatiman

Purworejo, 01 Januari 1943

1999

Kepala TU

24

Kusnadi

Tangerang, 12 April 1976

1999

Satpam

6. Struktur Organisasi SDI Al-Ihsan Bambu Apus Pamulang


Sekolah sebagai tempat berlangsungnya suatu proses pendidikan
dan penanaman nilai-nilai terhadap siswa, memiliki berbagai jenis
kegiatan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan itu sendiri. Dalam
mencapai tujuan tentu memerlukan program dan pengelolaan yang
teratur dan tertata dengan rapi. Oleh karena itu, diperlukan struktur
organisasi yang baik untuk melaksanakan program yang dimaksud.
Dengan demikian, struktur organisasi memiliki peran yang sangat
penting dalam penyelenggaraan dan pengkoordinasian suatu sekolah
termasuk di dalamnya adalah pembagian tugas diantara personil sekolah,
sesuai dengan jabatan dan kemampuan masing-masing.
Dengan adanya struktur organisasi yang resmi terdapat suatu
gambaran adanya suatu mekanisme kerja serta hubungan yang tidak
dapat dipisahkan, karena adanya suatu komando yang jelas disertai
tanggung jawab dari semua pihak. Setiap personil yang masuk dalam
struktur organisasi maka akan terlihat jelas tanggung jawab masingmasing. Dengan demikian tidak ada kesalahpahaman dari setiap personil
yang terdapat pada lembaga yang bersangkutan.

36

B. Analisis dan Interpretasi Data


Data yang dikumpulkan dari hasil angket yang disebarkan pada guru, di
hitung dengan menggunakan rumus distribusi frekuensi. Adapun tujuan dari
pengolahan data tersebut agar data yang diperoleh dapat memberikan arti dan
penjelasan.
Untuk memudahkan menganalisis hasil penelitian peran kepala
sekolah dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru, maka dimasukan
kelompok perdimensi yang kemudian dibuatkan tabulasi yang disesuaikan
dengan tenik analisis data, sehingga dapat ditarik kesimpulan dari masalah
yang diteliti. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
1. Dimensi Leadership
Tabel 6
Kepala Sekolah Memiliki Sikap yang Jujur
No
1

Frekuensi

Prosentase

a. Selalu

18

90 %

b. Sering

10 %

c. Kadang-kadang

d. Tidak Pernah

Jumlah

20

100 %

Pilihan

Dari data yang terdapat pada tabel di atas menunjukan bahwa


kepala sekolah memiliki sikap yang jujur dalam memerankan perannya
sebagai pemimpin di SDI Al-Ihsan Pamulang. Hal ini diperkuat dengan
jawaban responden yang menjawab selalu sebanyak 90 %, sering 10 %,
sementara kadang-kadang dan tidak pernah 0 %.

Kepala sekolah SDI Al-Ihsan terbukti memiliki sikap yang jujur


dalam hal kepemimpinan. Dari responden yang ada 90 % menjawab

37

selalu. Dilihat dari sikap yang di perankan seorang pemimpin di SDI AlIhsan, maka lembaga yang dipimpinnya bertujuan mengedepankan
transparansi segala kegiatan dan program yang ditetapkan secara
bersama-sama. Berawal dari sikap jujur yang diperankan kepala sekolah
maka diharapkan dapat memotivasi kinerja guru di sekolah sehingga
dapat meningkatkan prestasi siswanya.
Tabel 7
Bertanggung Jawab terhadap Tugasnya
No
2

Frekuensi

Prosentase

a. Selalu

13

65 %

b. Sering

35 %

c. Kadang-kadang

d. Tidak Pernah

Jumlah

20

100 %

Pilihan

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa 65 % responden


menjawab selalu, 35 % sering, sedangkan kadang-kadang dan tidak
pernah 0 %. Ini menunjukan bahwa kepala sekolah sebagai
leader/pemimpin di sekolah benar-benar melaksanakan tanggung
jawabnya sebagai kepala sekolah.
Sikap tanggung jawab yang dilaksanakan kepala sekolah akan
menunjukan bahwa seorang kepala sekolah sebagai leader/pemimpin
benar-benar mampu dapat memegang kepercayaan yang diberikan
kepadanya. Dengan tanggung jawab tersebut maka akan dapat
meningkatkan profesionalitas guru disekolahnya.

38

Tabel 8
Berani Mengambil Resiko terhadap Keputusan dan Kebijakan
No
3

Frekuensi

Prosentase

a. Selalu

30 %

b. Sering

12

60 %

c. Kadang-kadang

10 %

d. Tidak Pernah

Jumlah

20

100 %

Pilihan

Data tabel di atas menunjukan kepala sekolah berani mengambil


resiko terhadap keputusan yang dibuatnya. Ini terbukti dari beberapa
responden sebanyak 60 % menjawab sering, 30 % selalu, 10 % kadangkadang dan 0 % tidak pernah.
Keberanian kepala sekolah dalam mengambil resiko terhadap
keputusan yang dibuatnya menunjukan bahwa kepala sekolah benarbenar memiliki kepribadian yang memang harus dimiliki seorang kepala
sekolah yaitu dapat bertanggung jawab terhadap semua keputusan yang
di buatnya. Hal ini terbukti dari 60 % responden menjawab sering ketika
diajukan pertanyaan apakah kepala sekolah berani mengambil resiko
terhadap keputusan yang dibuatnya.

39

Tabel 9
Keputusan yang Diambil Demi Kepentingan Bersama
No
4

Frekuensi

Prosentase

a. Selalu

20 %

b. Sering

13

65 %

c. Kadang-kadang

15 %

d. Tidak Pernah

Jumlah

20

100 %

Pilihan

Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa kepala sekolah sering


dalam mengambil keputusan demi kepentingan bersama. Ini terbukti
dengan 65 % responden menjawab sering, 20 % menjawab selalu,
kadang-kadang 15 %, dan 0 % untuk jawaban tidak pernah.
Banyak responden yang menjawab sering sebanyak 65 %
menunjukan bahwa kepala sekolah SDI Al-Ihsan mementingkan kerjasa
sama dari semua guru agar tujuan dari lembaga pendidikan yang di
pimpinnya dapat tercapai, yaitu memiliki kualitas yang baik dan
meningkatkan kinerja guru menjadi lebih baik lagi.

Tabel 10
Memahami Kondisi dan Karakteristik Guru
No
5

Frekuensi

Prosentase

a. Selalu

25 %

b. Sering

30 %

c. Kadang-kadang

45 %

d. Tidak Pernah

Jumlah

20

100 %

Pilihan

40

Tabel di atas menunjukan bahwa kepala sekolah SDI Al-Ihsan


kadang-kadang mengenal dan memahami kondisi dan karakteristik guru
di sekolah. Hal ini terbukti dengan jawaban sebanyak 45 % responden
menjawab kadang-kadang, 30 % sering, dan 25 % selalu, sedangkan 0 %
untuk jawaban tidak pernah.
Memahamai kondisi dan karakteristik guru merupakan cerminan
bahwa kepala sekolah memiliki sikap perhatian kepada bawahannya,
dengan memahami kondisi dan karakteristik bawahnnya maka kepala
sekolah akan mengetahui perkembangan prestasi pendidikan di
sekolahnya. Sebanyak 45 % responden mengakui bahwa kepala sekolah
SDI Al-Ihsan kadang-kadang memahami kondisi dan karakteristik guru
yang ada dibawah kepemimpinannya.

Tabel 11
Menerima Masukan Saran dan Kritikan
Frekuensi

Prosentase

a. Selalu

16

80 %

b. Sering

20 %

c. Kadang-kadang

d. Tidak Pernah

Jumlah

20

100 %

No
6

Pilihan

Tabel di atas menunjukan bahwa 80 % responden menjawab selalu,


20 % sering, sedangkan jawaban kadang-kadang dan tidak pernah 0 %.
Ini menunjukan bahwa kepala sekolah selalu menerima saran dan
masukan dari semua pihak sekolah dalam rangka untuk meningkatakn
profesionalisme guru.
Dalam melaksanakan kepemimpinan saran dan kritik memang
harus ada karena dengan saran dan kritik itulah kinerja kepemimpinan

41

kepala sekolah dapat di evaluasi, dengan menerima saran dan kritik


kepala sekolah akan selalu semakin baik kinerja kepemimpinannya
dalam rangka meningkatkan profesionalsme guru.

Tabel 12
Mengembangkan Visi dan Misinya
No
7

Frekuensi

Prosentase

a. Selalu

20 %

b. Sering

25 %

c. Kadang-kadang

45 %

d. Tidak Pernah

10 %

Jumlah

20

100 %

Pilihan

Berdasarkan tabel di atas, kepala sekolah kadang-kadang


mengembangkan visi dan misi sekolah. Terbukti dengan 45 % responden
menjawab kadang-kadang, 25 % sering, 20 % selalu dan 10 % menjawab
tidak pernah.
Jawaban responden mengindikasikan bahwa kepala sekolah
kadang-kadang mengembangkan visi misi di sekolahnya. Kepemimpinan
kepala sekolah merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong
sekolah untuk mewujudkan visi misi sekolah dengan program yang
bertahap untuk tujuan meningkatkan mutu sekolah.

42

Tabel 13
Melakukan Komunikasi Secara Aktif
No
8

Frekuensi

Prosentase

a. Selalu

12

60 %

b. Sering

25 %

c. Kadang-kadang

15 %

d. Tidak Pernah

Jumlah

20

100 %

Pilihan

Terlihat pada tabel di atas bahwa kepala sekolah selalu melakukan


komunikasi secara aktif dengan bawahan. Hal ini terbukti dengan 60 %
responden menjawab selalu, 25 % sering, 15 % kadang-kadang, dan 0 %
tidak pernah.
Komunikasi yang aktif dengan bawahan akan membawa kondisi
kerja yang kondusif, bawahan akan merasa dihargai oleh atasannya. Hal
inilah yang dilakukan kepala sekolah SDI Al-Ihsan Pamulang dengan
tujuan akan meningkatkan profesionalisme guru di sekolahnya. Dengan
komunikasi yang aktif maka segala kebutuhan guru akan dapat diketahui
oleh kepala sekolah, dengan demikian diharapkan akan tercapai proses
belajar yang baik.

43

Tabel 14
Melaksanakan Program Visi Misi Sekolah dalam Tindakan
No
9

Frekuensi

Prosentase

a. Selalu

15 %

b. Sering

25 %

c. Kadang-kadang

40 %

d. Tidak Pernah

20 %

Jumlah

20

100 %

Pilihan

Melihat data di atas menunjukan bahwa kepala sekolah SDI AlIhsan kadang-kadang melaksanakan program vsi misi sekolahnya, hal ini
terbukti sebanyak 40 % responden menjawab kadang-kadang, sering 25
%, tidak pernah 20 % dan 15 % selalu.
Visi

misi

merupakan

tujuan

utama

dalam

pelaksanaan

berorganisasi, visi misi yang berjalan dengan baik ditunjukan dengan


berjalannya program yang telah di agendakan oleh sekolah secara
bersama-sama. Melihat data di atas kepala sekolah belum melaksanakan
program visi misinya denan baik, hal ini terbukti dengan responden
sebanyak 40 % yang menjawab kadang-kadang.

44

2. Dimensi Supervisor
Tabel 15
Melaksanakan Pengawasan Proses Belajar di Kelas
Frekuensi

Prosentase

a. Selalu

5%

b. Sering

15

75 %

c. Kadang-kadang

20 %

d. Tidak Pernah

Jumlah

20

100 %

No
10

Pilihan

Tabel di atas menunjukan bahwa kepala sekolah sering


melakukan pengawasan proses belajar di kelas. Hal ini dibuktikan
sebanyak 75 % responden menjawab sering, kadang-kadang 20 %, selalu
5 %, dan 0 % tidak pernah.
Mayoritas responden yang menjawab sering sebanyak 40 %,
menunjukan bahwa kepala sekolah melaksanakan pengawasan terhadap
proes

belajar

di

kelas

sebagai

upaya

untuk

meningkatkan

profesionalisme guru dan prestasi siswanya. Dengan pengawasan


tersebut diharapkan kinerja guru semakin meningkat.

45

Tabel 16
Membantu Permasalahan yang Dihadapi Guru dan Mencarikan
Solusinya
No
11

Frekuensi

Prosentase

a. Selalu

15 %

b. Sering

25 %

c. Kadang-kadang

10

50 %

d. Tidak Pernah

10 %

Jumlah

20

100 %

Pilihan

Melihat tabel di atas, menunjukan bahwa kepala sekolah kadangkadang membantu permasalahan yang dihadapi guru dan mencarikan
solusinya. Hal ini dibuktikan dengan 50 % responden menjawab kadangkadang, 25 % sering, 15 % selalu, dan 10 % menjawab tidak pernah.
Peran kepala sekolah untuk membantu permasalahan yang dihadapi
oleh para guru sangat dibutuhkan oleh para guru, dengan tujuan untuk
mencarikan solusinya sehingga tidak mengganggu dari pada pretasi
kinerja guru. Hal inilah yang kadang-kadang dilakukan kepala sekolah
SDI Al-Ihsan yang diperkuat dengan jawaban responden sebanyak 40 %
yang menjawab kadang-kadang.

46

Tabel 17
Membantu Guru dalam Meningkatkan Program Pengajaran
Frekuensi

Prosentase

a. Selalu

15 %

b. Sering

11

55 %

c. Kadang-kadang

30 %

d. Tidak Pernah

Jumlah

20

100 %

No
12

Pilihan

Dari tabel di atas 55 % responden menjawab sering, 30 % kadangkadang, 15 % selalu dan 0 % tidak pernah. Ini menunjukan bahwa kepala
sekolah sering membantu guru dalam meningkatkan program pengajaran
di kelas.
Kepala sekolah SDI Al-Ihsan pamulang sering membantu guru
dalam meningkatkan program pengajaran. Dalam kapasitasnya sebagai
pemimpin lembaga pendidikan, maka peran kepala sekolah adalah
sebagai konsultan. Dari sikap terbuka kepala sekolah tersebut berarti
kepla

sekolah

telah

profesionalisme guru.

melkukan

fungsinya

sebagai

Pembina

47

Tabel 18
Melaksanakan Pembinaan Konseling Kepada Guru
Frekuensi

Prosentase

a. Selalu

25 %

b. Sering

20 %

c. Kadang-kadang

10

50 %

d. Tidak Pernah

5%

Jumlah

20

100 %

No
13

Pilihan

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa 50 % responden


menjawab kadang-kadang, 25 % selalu, 20 % sering, dan 5 % menjawab
tidak pernah. Ini menunjukan bahwa kepala sekolah kadang-kadang
dalam melakukan pembinaan konseling kepada para guru di sekolah.
Pembinaan konseling dilakukan dalam rangka untuk membantu
mengetahui dan memecahkan permasalahan yang sedang dihadapi oleh
guru. Dan memberikan kesempatan para guru untuk menyampaikan
semua yang di perlukan oleh guru dalam hal pelaksanaan pembelajaran.
Tabel 19
Melaksanakan Simulasi Pembelajaran
No
14

Frekuensi

Prosentase

a. Selalu

15 %

b. Sering

25 %

c. Kadang-kadang

11

55 %

d. Tidak Pernah

5%

Jumlah

20

100 %

Pilihan

48

Pada tabel di atas menunjukan bahwa kepala sekolah kadangkadang melaksanakan simulasi pembelajaran. Hal ini terbukti dengan
jawaban responden sebanyak 55 % menjawab kadang-kadang, 25 %
sering, 15 % selalu, dan 5 % tidak pernah.
Pelaksanaan simulasi ditujukan agar sebelum pelaksanaan
pembelajaran guru benar-benar memiliki persiapan yang matang,
menguasai materi yang akan disampaikan sehingga pelaksanaan
pembelajaran berjalan dengn baik.
Tabel 20
Kepala Sekolah Meningkatkan Sarana dan Prasarana yang Nyaman
No
15

Frekuensi

Prosentase

a. Selalu

45 %

b. Sering

10

50 %

c. Kadang-kadang

5%

d. Tidak Pernah

Jumlah

20

100 %

Pilihan

Pada tabel di atas menunjukan bahwa kepala sekolah sering


meningkatkan sarana dn prasarana demi kenyamanan pelaksanaan
pembelajaran. Hal ini terbukti dengan 50 % responden menjawab sering,
45 % selalu, 5 % kadang-kadang, dan 0 % tidak pernah.
Peningkatan sarana dan prasarana yang nyaman sangat di perlukan
oleh setiap lembaga pendidikan, hal ini ditujukan agar pelaksanan
pembelajaran dapat berjalan dengan baik, program inilah yang telah
dilaksanakan kepala sekolah SDI Al-Ihsan tentunya agar tujuan
pembelajaran dapat berjalan dengan baik sehingga menghasilkan prestasi
yang baik bagi siswanya.

49

Tabel 21
Menciptakan Komunikasi dengan Guru dan Masyarakat
Frekuensi

Prosentase

a. Selalu

20 %

b. Sering

25 %

c. Kadang-kadang

40 %

d. Tidak Pernah

15 %

Jumlah

20

100 %

No
16

Pilihan

Berdasarkan pada tabel di atas kepala sekolah kadang-kadang


menciptakan komunikasi yang baik dengan guru dan masyarakat
lingkungan sekolah. Hal ini terbukti dengan jawaban responden sebanyak
40 % menjawab kadang-kadang, 25 % selalu, 20 % sering, dan 15 %
tidak pernah.
Jawaban responden mengindikasikan bahwa kepala sekolah SDI
Al-Ihsan pamulang kadang-kadang menciptakan komunikasi dengan
guru dan masyarakat lingkungan sekolah. Tujuan utama adanya
komunikasi dengan guru dan masyarakat lingkungan sekolah adalah
supaya dalam pelaksanaan program yang diagendakan sekolah dapat
berjalan dengan dukungan dari guru dan masyarakat lingkungan sekolah.

50

3. Dimensi Motivator
Tabel 22
Kepala Sekolah Meningkatkan Disiplin Kerja Guru
No
17

Frekuensi

Prosentase

a. Selalu

25 %

b. Sering

40 %

c. Kadang-kadang

35 %

d. Tidak Pernah

Jumlah

20

100 %

Pilihan

Data tabel di atas menunjukan bahwa kepala sekolah sering


meningkatkan disiplin kerja guru. Ini terbukti dengan 40 % responden
menjawab sering, 35 % kadang-kadang, 25 % selalu, dan 0 % tidak
pernah.
Peningkatan disiplin kerja yang dilakukan kepala sekolah terhadap
guru bertujuan agar efektifitas dan produktifitas sekolah dapat meningkat
lebih baik lagi. Jawaban responden 40 % mengatakan sering
menunjukkan bahwa kepala sekolah sangat mengutamakan disiplin kerja
tenaga pendidik di sekolah yang di pimpinnya.

51

Tabel 23
Memberikan Penghargaan Kepada Guru yang Berprestasi
No
18

Frekuensi

Prosentase

a. Selalu

45 %

b. Sering

30 %

c. Kadang-kadang

25 %

d. Tidak Pernah

Jumlah

20

100 %

Pilihan

Data di atas menunjukan bahwa kepala sekolah selalu memberikan


penghargaan kepada guru yang berprestasi. Ini dibuktikan dengan 45 %
responden menjawab selalu, 30 % sering, 25 % kadang-kadang dan 0 %
tidak pernah.
Penghargaan yang diberikan kepala sekolah kepada guru yang
berprestasi merupakan program yang dilaksanakan kepala sekolah SDI
Al-Ihsan, hal ini bertujuan untuk menghargai usaha yang diberikan guru
dalam memberikan bimbingan kepada anak didik di sekolah dan sebagai
motivasi bagi guru untuk selalu meningkatkan kinerjanya sehingga
berdampak pada peningkatan mutu pendidikan di sekolah tersebut.

52

Tabel 24
Memotivasi dengan Melengkapi Fasilitas Pembelajaran
No
19

Frekuensi

Prosentase

a. Selalu

30 %

b. Sering

40 %

c. Kadang-kadang

20 %

d. Tidak Pernah

10 %

Jumlah

20

Pilihan

100

Tabel di atas menunjukan bahwa 40 % responden menjawab


Sering, 30 % Selalu, 20 % kadang-kadang, dan 10 % tidak pernah. Ini
menunjukan bahwa kepala sekolah sering memberikan motivasi kepada
guru dengan memberikan kelengkapan sarana pembelajaran agar dapat
mengembangkan kemampuan pribadinya secara optimal dalam upaya
peningkatan profesionalisme guru.
Motivasi yang diberikan kepala sekolah SDI Al-Ihsan melalui
berbagai cara seperti memberikan masukan kepada guru untuk selalu
meningkatkan kompetensinya dengan meningkatkan kelengkapan sarana
pembelajaran hal ini dilakukan dalam upaya meningkatkan kualitas dari
tenaga pendidik di sekolah tersebut.

53

4. Dimensi Innovator
Tabel 25
Menjaga Hubungan Kekeluargaan dengan Guru dan Karyawan
Frekuensi

Prosentase

a. Selalu

11

55 %

b. Sering

30 %

c. Kadang-kadang

15 %

d. Tidak Pernah

Jumlah

20

100 %

No
20

Pilihan

Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa kepala sekolah selalu


menjaga hubungan kekeluargaan dengan guru dan karyawan sekolah. Hal
ini ditunjukan dengan jawaban responden sebanyak 55 % menjawab
selalu, 30 % sering, 15 % kadang-kadang, dan 0 % tidak pernah.
Hubungan kekeluargaan dalm suatu organisasi sangat diperlukan,
hal inilah yang dilakukan kepala sekolah SDI Al-Ihsan untuk menjaga
kualitas dari tenaga pendidiknya. Tidak hanya kepada tenaga pendidik
hal ini dilakukan tetapi dengan karyawan kepala sekolah juga menjaga
hubungan kekeluargaan tersebut agar tercipta pendidikan yang bermutu
sekolah tersebut.

54

Tabel 26
Menjadi Contoh Tauladan dan Panutan Bagi Guru
No
21

Frekuensi

Prosentase

a. Selalu

35 %

b. Sering

11

55 %

c. Kadang-kadang

10 %

d. Tidak Pernah

Jumlah

20

100 %

Pilihan

Di lihat pada tabel di atas menunjukan bahwa kepala sekolah SDI


Al-Ihsan kadang-kadang menjadi panutan bagi guru. Hal ini terbukti
sebanyak 55 % responden menjawab sering, selalu 35 %, 10 % kadangkadang, dan 0 % tidak pernah.
Jawaban responden mengindikasikan bahwa kepala sekolah dalam
bersikap sangat berhati-hati. Kepala sekolah sebagai seorang pemimpin
akan dijadikan panutan bagi bawahannya dalam bersikap. Dengan sikap
demikian maka kepala sekolah akan disegani dan berwibawa sehingga
guru akan lebih meningkatkan tanggung jawabnya sebagai seorang guru.
Tabel 27
Menempatkan Beberapa Guru Pada Bidang Studi Tertentu
No
22

Frekuensi

Prosentase

a. Selalu

10 %

b. Sering

30 %

c. Kadang-kadang

25 %

d. Tidak Pernah

35 %

Jumlah

20

100 %

Pilihan

55

Dari tabel di atas menunjukan bahwa kepala sekolah tidak pernah


menempatkan beberapa guru pada bidang studi tertentu. Hal ini terbukti
dengan jawaban responden 35 % menjawab tidak pernah, 30 % sering, 25
% kadang\-kadang, dan 10 % selalu.
Dengan adanya beberapa guru pada bidang studi tertentu
diharapkan akan lebih memudahkan guru untuk memberikan pengarahan
kepada siswa dan akan lebih mudah untuk mengawasi kemampuan
pemahaman siswa pada pelajaran. Tidak pernahnya kepala sekolah
menempatkan beberapa guru dalam bidang studi tertentu di mungkinkan
karena keterbatasan tenaga pendidik di sekolah tersebut.
5. Dimensi Manajer
Tabel 28
Bekerja Sama dengan Guru dalam Setiap kegiatan
No
23

Frekuensi

Prosentase

a. Selalu

25 %

b. Sering

40 %

c. Kadang-kadang

30 %

d. Tidak Pernah

5%

Jumlah

20

100 %

Pilihan

Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa kepala sekolah sering


bekerja sama dengan guru dalam melaksanakan setiap kegiatan. Ini
terbukti sebanyak 40 % responden menjawab sering, 30 % kadangkadang, 25 % selalu, dan 5 % tidak pernah.
Kerja sama harus selalu diutamakan, prinsip inilah yang diterapkan
kepala sekolah SDI Al-Ihsan dalam menjalankan perannya sebagai
pemimpin. Hal ini dilakukan sebagai uapaya untuk meningkatkan

56

profesionalisme guru di sekolah tersebut. Kerja sama yang terjalin baik


antara kepala sekolah dan guru tentu akan berdampak pada kemajuan
kualitas dan mutu pendidikan di sekolah tersebut.
Tabel 29
Memanfaatkan Seluruh Sumber Daya yang Ada Di Sekolah
No

Frekuensi

Prosentase

a. Selalu

30 %

b. Sering

45 %

c. Kadang-kadang

25 %

d. Tidak Pernah

Jumlah

20

100 %

Pilihan

24

Melihat tabel di atas menunjukan bahwa kepala sekolah untuk


mencapai visi misinya sering memanfaatkan sumber daya yang ada di
sekolah. Hal ini terbukti dengan jawaban responden sebanyak 45 %
menjawab sering, 30 % selalu, 25 % kadang-kadang, dan 0 % tidak
pernah.
Memanfaatkan sumber daya yang ada di sekolah dilakukan oleh
kepala sekolah SDI Al-Ihsan dalam upaya untuk mengembangkan
kualitas pendidikan di sekolah tersebut. Guru merupakan sumber daya
yang paling utama dalam dunia pendidikan untuk itu kepala sekolah
berusaha

mengembangkan

sekolahnya.

profesionalisme

tenaga

pendidik

di

57

Tabel 30
Dalam Mengambil Keputusan Mengutamakan Kepentingan
Bersama
No
25

Frekuensi

Prosentase

a. Selalu

11

55 %

b. Sering

30 %

c. Kadang-kadang

15 %

d. Tidak Pernah

Jumlah

20

100 %

Pilihan

Pada tabel di atas menunjukan bahwa kepala sekolah dalam


mengambil keputusan selalu mementingkan kepentingan bersama. Ini di
buktikan dengan jawabn responden sebanyak 55 % menjawab selalu, 30
% sering, 15 % kadang-kadang, dan 0 % tidak pernah.
Keputusan yang diambil kepala sekolah dalam menentukan
kebijakan sekolah untuk meningktkan mutu di sekolah. Kepala sekolah
sebagai manajer berusaha untuk memuaskan semua pihak yang terkait
dengan sekolah tentu hal ini dilakuakn demi tercapainya tujuan bersama
yaiut meningkatkan kualitas pendidikan di sekolahnya.

58

Tabel 31
Mengikut Sertakan Guru dalam Pelatihan dan Seminar Pendidikan
No
26

Frekuensi

Prosentase

a. Selalu

25 %

b. Sering

13

65 %

c. Kadang-kadang

10 %

d. Tidak Pernah

Jumlah

20

100 %

Pilihan

Berdasarkan tabel di atas, menunjukan bahwa kepala sekolah


sering mengikut sertakan guru dalam pelatihan dan seminar pendidikan.
Terbukti sebanyak 65 % responden menjawab sering, 25 % selalu, 10 %
kadang-kadang, dan 0 % tidak pernah.
Jawaban responden mengindikasikan bahwa kepala sekolah SDI
Al-Ihsan sering mengikut sertakan guru dalam pelatihan dan seminar
pendidikan. Tujuan utama diikut sertakannya guru dalam pelatihan dan
seminar pendidikan untuk menambah wawasan pengetahuan guru dan
meningkatkan profesionalisme guru di sekolah tersebut.
Tabel 32
Mendorong Guru untuk Aktif Berpartisipasi dalam Setiap Kegiatan
No
27

Frekuensi

Prosentase

a. Selalu

35 %

b. Sering

25 %

c. Kadang-kadang

30 %

d. Tidak Pernah

10 %

Jumlah

20

100 %

Pilihan

59

Melihat tabel di atas menunjukan bahwa kepala sekolah selalu


mendorong guru untuk selalu aktif berpartisipasi dalam setiap kegiatan di
sekolah. Ini terbukti dengan jawaban responden sebanyak 35 %
menjawab selalu, 30 % kadang-kadang, 25 % sering, dan 0 % tidak
pernah.
Dorongan kepala sekolah agar guru berperan aktif berpartisipasi
dalam setiap kegiatan sekolah sebagai upaya untuk memajukan kualitas
pendidikan di sekolahnya. Dengan peran aktif guru untuk berpartisipasi
dalam setiap kegiatan akan berdampak pada majunya prestasi dan
kualitas pendidikan di sekolah tersebut.
6. Dimensi Edukator
Tabel 33
Mendorong Guru untuk Memulai dan Mengakhiri Pembelajaran
Sesuai Waktu yang Ditentukan
No
28

Frekuensi

Prosentase

a. Selalu

20 %

b. Sering

45 %

c. Kadang-kadang

30 %

d. Tidak Pernah

5%

Jumlah

20

100 %

Pilihan

Terlihat pada tabel di atas bahwa kepala sekolah Sering mendorong


para guru agar dapat memulai dan mengakhirkan pembelajaran tepat
pada waktunya. Hal ini terbukti dengan jawaban responden sebanyak 45
% menjawab Sering, kadang-kadang 30 %, selalu 20 % dan 5 % tidak
pernah.

60

Dorongan dari kepala sekolah agar guru dapat melaksanakan


pembelajaran untuk memulai dan mengakhirkan pembelajaran tepat pada
waktunya bertujuan agar guru dapat mengefisiensikan waktu secara tepat
dan tidak membuang waktu proses pembelajaran dengan sia-sia, hal ini
dilakukan dengan harapan proses belajar mengajar di dalam kelas dapat
berjalan maksimal.
Tabel 34
Mengembangkan Program Sekolah Melalui Pengayaan dan
Perbaikan Pembelajaran (Remedial Teaching)
No
29

Frekuensi

Prosentase

a. Selalu

40 %

b. Sering

45 %

c. Kadang-kadang

15 %

d. Tidak Pernah

Jumlah

20

100 %

Pilihan

Melihat tabel di atas menunjukan bahwa kepala sekolah sering


meningkatkan program sekolah dengan pengayaan dan perbaikan
pembelajaran. Hal ini terbukti dengan sebanyak 45 % responden
menjawab sering, 40 % selalu, 15 % kadang-kadang, dan 0 % tidak
pernah.
Sebagai bentuk usaha kepala sekolah untuk meningkatkan hasil
prestasi peserta didiknya kepala sekolah berusaha mengembangkan
program

sekolah

melalui

kegiatan

pengayaan

dan

perbaikan

pembelajaran hal ini dilakukan agar pemahaman peserta didik terhadap


pelajaran dapat diperbaiki dan hasil prestasi yang dimiliki peserta
didiknya dapat memuaskan.

61

Tabel 35
Menggerakkan dan Meningkatkan Tim Evaluasi Hasil Belajar
Peserta Didik
No
30

Frekuensi

Prosentase

a. Selalu

25 %

b. Sering

35 %

c. Kadang-kadang

40 %

d. Tidak Pernah

Jumlah

20

100 %

Pilihan

Berdasarkan tabel di atas, menunjukan bahwa kepala sekolah


kadang-kadang menggerakan dan meningkatkan tim evaluasi belajar
peserta didiknya. Hal ini terbukti dengan jawaban responden sebanyak 40
% menjawab kadang-kadang, 35 % sering, 25 % selalu, dan 0 % tidak
pernah.
Usaha kepala sekolah untuk menggerakkan tim evaluasi belajar
siswa ditujukan untuk mengontrol hasil belajar siswa agar kedepan hasil
prestasi siswa dapat menjadi lebih baik dan dilakukan perbaikan
pelaksanaan pembelajaran.
Berdasarkan pada kesimpulan tabel-tabel di atas secara
keseluruhan dapat diketahui bahwa responden dalam menjawab dan
memilih jawaban mayoritas

memilih jawaban selalu dan sering. Ini

menunjukan bahwa peran kepala sekolah dalam rangka meningkatkan


profesionalisme guru di SDI Al-Ihsan Bambu Apus Pamulang sudah
berjalan dengan cukup baik.

62

Agar data tersebut mudah dipahami, maka berikut penulis paparkan


dalam bentuk tabel.
Tabel 36
Rata-rata Hitung Skor Dimensi Peranan Kepala Sekolah Dalam Rangka
Meningkatkan Profesionalisme Guru
Variabel

Peranan Kepala Sekolah Dalam Rangka Meningkatkan Profesionalisme


Guru

Dimensi

Peran
Kepala
Sekolah
Sebagai
Leader

Peran
Kepala
Sekolah
Sebagai
supervisor

Peran
Kepala
Sekolah
Sebagai
motivator

Jumlah
Soal

Skor

575

384

179

176

306

178

Rata-rata

63.8

54.8

59.6

58.6

61.2

59.3

Peran
Kepala
Sekolah
Sebagai
Inovator

Peran
Kepala
sekolah
sebagai
manajer

Peran
Kepala
sekolah
sebagai
edukator

Hasil Rata-rata skor variabel peranan kepala sekolah dalam rangka


meningkatan profesionalisme guru :
, + , + , + , + , + ,

= , ( )

Berdasarkan rata-rata hitung skor peran kepala sekolah dalam


rangka meningkatkan profesionalisme guru, dapat dilihat bahwa skor
dimensi peran kepala sekolah yang paling tinggi adalah kemampuan
peran kepala sekolah sebagai leadership yang masuk dalam kategori
cukup baik dengan skor rata-rata 63.8. Sedangkan skor dimensi peran
kepala sekolah yang paling rendah yaitu kemampuan peran kepala
sekolah sebagai supervisor yang masuk dalam kategori cukup baik
dengan skor rata-rata 54.8. Penilaian kemampuan peran kepala sekolah
dalam melaksanakan supervisi didasari pada melakukan pengawasan
permasalahan yang dihadapi guru, melaksanakan pembinaan konseling
kepada guru, dan menciptakan komunikasi dengan guru dan masyarakat

63

lingkungan sekolah, skor perhatian kepala sekolah terhadap pengawasan


permasalahan yang dihadapi guru, melaksanakan pembinaan konseling
kepada guru, dan menciptakan komunikasi dengan guru dan masyarakat
lingkungan sekolah dinilai rendah dibandingkan dengan indikator
lainnya.
Dengan demikian secara keseluruhan ke 6 dimensi yang merupakan
indikator

peran

kepala

sekolah

dalam

rangka

meningkatkan

profesionalisme guru di SDI Al-Ihsan Bambu Apus Pamulang dikatakan


cukup baik. Sesuai dengan rata-rata yang peneliti hitung berdasarkan
rumus kategori di atas.
Meskipun begitu masih terdapat sedikit kekurangan yang ada
disekolah yang berhubungan dengan pelaksanaan peran kepala sekolah
dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru, hal ini berdasarkan
pada beberapa jawaban angket yang diberikan kepada guru, sebagaimana
berikut:
a. Kepala sekolah belum maksimal dalam mengembangkan visi misi
sekolah yang bertujuan untuk meningkatkan mutu sekolah.
b. Pengawasan kepala sekolah kepada tenaga pendidik melalui
pembinaan konseling belum maksimal.
c. Komunikasi kepala sekolah dengan guru dan masyarakat lingkunagn
sekolah belum sepenuhnya berjalan dengan baik.
d. Kepala sekolah belum menempatkan guru pada bidang studi tertentu
dengan tujuan agar guru lebih mudah melakukan pengawasan
kemampuan pemahaman pelajaran terhadap siswanya.
e. Kepala sekolah dalam menggerakkan dan meningkatkan tim evaluasi
belajar siswa belum berjalan dengan baik.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan mengenai peran
kepala sekolah dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru, yang
meliputi dimensi peran kepala sekolah sebagai leadership, supervisor,
motivator, inovator, manajer, dan edukator dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Peran kepala sekolah sebagai leadership dalam menentukan dan
menjalankan kebijakan pendidikan, berada pada kategori cukup baik. Ini
terbukti dari hasil penghitungan skor yang mendapat skor 575 dengan
rata-rata 63,8 Kategori cukup baik.
2. Peran kepala sekolah sebagai supervisor dalam mengarahkan tenaga
kependidikan, berada pada kategori cukup baik. Ini terbukti dari hasil
penghitungan skor yang mendapat skor 384 dengan rata-rata 54,8
Kategori cukup baik.

64

65

3. Peran kepala sekolah sebagai motivator dalam meningkatkan kinerja


guru, berada pada kategori cukup baik. Ini terbukti dari hasil
penghitungan skor yang mendapat skor 179 dengan rata-rata 59,6
Kategori cukup baik.
4. Peran kepala sekolah sebagai inovator dalam melaksanakan strategi
kepemimpinannya, berada pada kategori cukup baik. Ini terbukti dari
hasil penghitungan skor yang mendapat skor 176 dengan rata-rata 58,6
Kategori cukup baik.
5. Peran

kepala

sekolah

sebagai

manajer

dalam

mengendalikan

kepemimpinan disekolah, berada pada kategori cukup baik. Ini terbukti


dari hasil penghitungan skor yang mendapat skor 306 dengan rata-rata
61,2 Kategori cukup baik.
6. Peran

kepala

sekolah

sebagai

edukator

dalam

meningkatkan

profesionalisme tenaga kependidikan, berada pada kategori cukup baik.


Ini terbukti dari hasil penghitungan skor yang mendapat skor 178 dengan
rata-rata 59,3 Kategori cukup baik.
Dengan demikian dari temuan diatas, secara umum peran kepala
sekolah dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru dapat
dikatakan baik.
B. Saran
1. Saran Praktis
Berdasarkan hasil penelitian tentang peran kepala sekolah dalam
meningkatkan profesionalisme guru di SDI Al-Ihsan Bambu Apus
Pamulang, maka peneliti menyampaikan beberapa sumbang saran terkait
aspek-aspek yang dalam kategori baik dan aspek tersebut pada umumnya
sebagai

masukan

dalam

meningkatkan

peranan

kepala

sekolah

kedepannya. yakni:
a. Hendaknya kepala sekolah yang berperan sebagai sepervisor lebih
meningkatkan mutu sekolah dengan mengembangkan visi misi
sekolah.

66

b. Kepala sekolah diharapkan lebih memperhatikan pembinaan guru


melalui bimbingan konseling agar permasalahan yang dihadapi guru
dalam melaksanakan pemblajaran dapat diketahui dan terpecahkan
solusinya.
c. Kepala sekolah diharapkan lebih meningkatkan komunikasi dengan
guru dan masyarakat lingkungan sekolah dengan tujuan dalam
pelaksanaan agenda sekolah mendapat dukungan dari guru dan
masyarakat lingkungan sekolah.
d. Kepala sekolah diharapkan meningkatkan kinerja tim evaluasi hasil
belajar siswa dengan harapan dapat meningkatakan prestasi hasil
belajar siswanya.
2. Saran Teoritis
Secara teoritis ada beberapa saran yang diajukan peneliti untuk
peniliti selanjutnya, diantaranya adalah:
a. Untuk memeriksa kembali item-item pada instrument penelitian agar
tidak ada item yang ambigu yang dapat membuat rancu responden
sehingga dapat membuat hasil penelitian tidak maksimal.
b. Bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian serupa hendaknya
menggunakan

referensi-referensi

primer,

sehingga

dapat

menghasilkan karya ilmiah yang dapat dipertanggung jawabkan secara


akademis.
c. Untuk lebih meningkatkan pemahaman tentang peran kepala sekolah
dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru, disarankan kepada
peneliti selanjutnya agar menggunakan instrumen penelitian yang
dapat mengungkap lebih rinci setiap aspek peranan kepala sekolah,
tetapi membatasi lingkup yang dinilai secara lebih spesifik.

DAFTAR PUSTAKA

Mulyasa, E. Menjadi Kepala Sekolah Profesional dalam konteks menyukseskan


MBS dan KBK, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2004.
Wahyosumidjo.

Kepemimpinan

Kepala

Sekolah

Tinjauan

Teoritik

Dan

Permasalahannya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007.


Rohani, Ahmad HM dan Ahmadi, Abu. Pedoman Penyelenggaran Administrasi di
Sekolah, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1991.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka, 2007.
Rivai, Veithzal dan Murni, Sylviana. Education Management; Analisis Teori dan
Praktik. Jakarta: PT. RajaGrafindo, 2009.
Purwanto, Ngalim. Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya, 1995.
Indrafachrudi, Soekarto. Mengantar Bagaimana Memimpin Sekolah Yang Baik,
Jakarta: PT. Ghalia Indonesia, 1993.
Nawawi, Hadari. Administrasi Pendidikan, Jakarta: PT. Yayasan Masagung, 1989
Soetopo, Hendiyat dan Soemanto, Wasty. Kepemimpinan dan Supervisi
Pendidikan, Jakarta: PT. Bina Aksara, 1988.
Soetjipto dan Kosasih, Raflis. Profesi Keguruan, Jakarta: Rineka Cipta, 2004.
Arikunto, Suharsimi. Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 1990.

_______ prosedur penelitian suatu pendekatan praktek, Jakarta: PT Rineka Cipta,


2002.
Fathurrohman, Pupuh dan Sutikno, M. Sobry.

Strategi Belajar Mengajar,

Bandung: PT. Refika Aditama, 2007.


Usman, Moh. Uzer. Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosda Karya,
2002.
Poerwadaminta, W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: PT. Balai
Pustaka, 2003.
McNergney, Robert F. Dan Carrier, Carol A. Teacher Development, Canada:
Macmilan Publishing, 1981.
Sukardi. Metodologi penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, Jakarta:
PT Bumi Aksara, 2003.
Hartono, Statistik Untuk Penelitian, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2004.
Internet.
http://Digilib.sunan-ampel.ac.id/.../hubptain-gdl-mohasroful-7712-3-babii.pdf.

Anda mungkin juga menyukai