Uveitis Yumizone
Uveitis Yumizone
penyebab kebutaan nomor tiga setelah Retinopati Diabetik dan Degenerasi Macular.Umur penderita
biasanya bervariasi antara usia prepubertal sampai 50 tahun. 1,3
Variasi gejala sering dijumpai, hal ini berhubungan dengan faktor penyebabnya dan dimana
kelainan itu terjadi,biasanya pasien datang mengeluh nyeri ocular,Fotofobia,penglihatan kabur, dan mata
merah.Pada
pemeriksaan
didapatkan
tajam
penglihatan
menurun,terdapat
injeksi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Uveitis
adalah
inflamasi
traktus
uvea
(iris,korpus
siliaris,dan
koroid)
dengan
berbagai
penyebabnya.Struktur yang berdekatan dengan jaringan uvea yang mengalami inflamasi biasanya juga
ikut mengalami inflamasi.
ETIOLOGI
Uveitis anterior merupakan peradangan iris dan badan siliar yang dapat berjalan akut maupun kronis.
Penyebab dari iritis tidak dapat diketahui dengan melihat gambaran klinisnya saja. Iritis dan iridisiklitis
dapat merupakan suatu manifestasi klinik reaksi imunologik terlambat, dini atau sel mediated terhadap
jaringan uvea anterior. Uveitis anterior dapat disebabkan oleh gangguan sistemik di tempat lain, yang
secara hematogen dapat menjalar ke mata atau timbul reaksi alergi mata. 5
Penyebab uveitis anterior diantaranya yaitu: idiopatik; penyakit sistemik yang berhubungan dengan HLAB27 seperti; ankylosing spondilitis, sindrom Reiter, penyakit crohns, Psoriasis, herpes zoster/ herpes
simpleks, sifilis, penyakit lyme, inflammatory bowel disease; Juvenile idiopathic arthritis; Sarcoidosis,
trauma dan infeksi. 1,3, 4,5,6
ANATOMI FISIOLOGI
Uvea terdiri dari : iris, badan siliaris (corpus siliaria) dan koroid. Bagian ini adalah lapisan
vascular tengah mata dan dilindungi oleh kornea dan sklera. Bagian ini juga ikut memasok darah ke
retina. Iris dan badan siliaris disebut juga uvea anterior sedangkan koroid disebut uvea posterior. 6,7
Iris adalah lanjutan dari badan siliar ke anterior dan merupakan diafragma yang membagi bola
mata menjadi 2 segmen, yaitu segmen anterior dan segmen posterior, di tengah-tengahnya berlubang yang
disebut pupil. Iris membagi bilik mata depan (camera oculi anterior) dan bilik mata posterior (camera
oculi posterior). Iris mempunyai kemampuan mengatur secara otomatis masuknya sinar ke dalam bola
mata. 5,6
Secara histologis iris terdiri dari stroma yang jarang diantaranya terdapat lekukan-lekukan
dipermukaan anterior yang berjalan radier yang dinamakan kripa. Didalam stroma terdapat sel-sel pigmen
yang bercabang, banyak pembuluh darah dan saraf.
dilatator pupil (M. Dilatator pupillae), yang berjalan radier dari akar iris ke pupil, letaknya di bagian
posterior stroma dan diurus saraf simpatis. 5,6,7
Pasokan darah ke iris adalah dari circulus major iris, kapiler-kapiler iris mempunyai lapisan
endotel yang tidak berlobang. Persarafan iris adalah melalui serat-serat didalam nervi siliaris.
Badan Siliar (Corpus Ciliaris) berbentuk segitiga, terdiri dari 2 bagian yaitu: pars korona, yang
anterior bergerigi, panjangnya kira-kira 2mm dan pars plana, yang postrior tidak bergerigi panjangnya
kira-kira 4 mm. Badan siliaris berfungsi sebagai pembentuk humor aquous. Badan siliar merupakan
bagian terlemah dari mata. Trauma, peradangan, neoplasma didaerah ini merupakan keadaan yang gawat.
5
Peradangan uvea biasanya unilateral, dapat disebabkan oleh defek langsung suatu infeksi atau
merupakan fenomena alergi. Infeksi piogenik biasanya mengikuti suatu trauma tembus okuli; walaupun
kadang-kadang dapat juga terjadi sebagai reaksi terhadap zat toksik yang diproduksi mikroba yang
menginfeksi jaringan tubuh di luar mata. Uveitis yang berhubungan dengan mekanisme alergi merupakan
reaksi hipersensitifitas terhadap antigen dari luar (antigen eksogen) atau antigen dari dalam badan
(antigen endogen).Dalam banyak hal antigen luar berasal dari mikroba yang infeksius .Sehubungan
dengan hal ini peradangan uvea terjadi lama setelah proses infeksinya yaitu setelah munculnya
mekanisme hipersensitivitas. 2,8
Radang iris dan badan siliar menyebabkan rusaknya Blood Aqueous Barrrier sehingga terjadi
peningkatan protein, fibrin dan sel-sel radang dalam humor akuos yang tampak pada slitlamp sebagai
berkas sinar yang disebuit fler (aqueous flare). Fibrin dimaksudkan untuk menghambat gerakan kuman,
akan tetapi justru mengakibatkan perlekatan-perlekatan, misalnya perlekatan iris pada permukaan lensa
(sinekia posterior). 2,8
Gambar 3. Uvea
Sel-sel radang yang terdiri dari limfosit, makrofag, sel plasma dapat membentuk presipitat keratik
yaitu sel-sel radang yang menempel pada permukaan endotel kornea. Akumulasi sel-sel radang dapat pula
terjadi pada tepi pupil disebut koeppe nodules, bila dipermukaan iris disebut busacca nodules, yang bisa
ditemukan juga pada permukaan lensa dan sudut bilik mata depan. Pada iridosiklitis yang berat sel radang
dapat sedemikian banyak sehingga menimbulkan hipopion. 2,8
Otot sfingter pupil mendapat rangsangan karena radang, dan pupil akan miosis dan dengan
adanya timbunan fibrin serta sel-sel radang dapat terjadi seklusio maupun oklusio pupil, sehingga cairan
di dalam kamera okuli posterior tidak dapat mengalir sama sekali mengakibatkan tekanan dalam dalam
camera okuli posterior lebih besar dari tekanan dalam camera okuli anterior sehingga iris tampak
menggelembung kedepan yang disebut iris bombe (Bombans). 2,8
Gangguan pada humor akuos terjadi akibat hipofungsi badan siliar menyebabkan tekanan bola
mata turun. Adanya eksudat protein, fibrin dan sel-sel radang dapat berkumpul di sudut camera okuli
anterior sehingga terjadi penutupan kanal schlemm sehingga terjadi glukoma sekunder.Pada fase akut
terjadi glaucoma sekunder karena gumpalan gumpalan pada sudut bilik depan,sedang pada fase lanjut
glaucoma sekunder terjadi karena adanya seklusio pupil.Naik turunnya bola mata disebutkan pula sebagai
peran asetilkolin dan prostaglandin. 2,8
KLASIFIKASI UVEITIS ANTERIOR
Berdasarkan patologi dapat dibedakan 2 jenis uveitis anterior, yaitu granulomatosa dan non
granulomatosa. Pada jenis non granulomatosa umumnya tidak dapat ditemukan organisme patogen dan
karena berespon baik terhadap terapi kortokosteroid diduga peradangan ini semacam fenomena
hipersensitivitas. Uveitis ini timbul terutama dibagian anterior traktus yakni iris dan korpus siliaris.
Terdapat reaksi radang dengan terlihatnya infiltrasi sel-sel limfosit dan sel plasma dalam jumlah cukup
banyak dan sedikit sel mononuclear. Pada kasus berat dapat terbentuk bekuan fibrin besar atau hipopion
didalam kamera okuli anterior.
Sedangkan pada uveitis granulomatosa umumnya mengikuti invasi mikroba aktif ke jaringan oleh
organisme penyebab (misal Mycobacterium tuberculosis atau Toxoplasma gondii). Meskipun begitu
patogen ini jarang ditemukan dan diagnosis etiologi pasti jarang ditegakkan. Uveitis granulomatosa dapat
mengenai sembarang traktus uvealis namun lebih sering pada uvea posterior. Terdapat kelompok nodular
sel-sel epithelial dan sel-sel raksasa yang dikelilingi limfosit di daerah yang terkena. Deposit radang pada
permukaan posterior kornea terutama terdiri atas makrofag dan sel epiteloid. Diagnosis etiologi spesifik
dapat ditegakkan secara histologik pada mata yang dikeluarkan dengan menemukan kista toxoplasma,
basil tahan asam tuberculosis, spirocheta pada sifilis, tampilan granuloma khas pada sarcoidosis atau
oftalmia simpatika dan beberapa penyebab spesifik lainnya.
Perbedaan uveitis granulomatosa dan non granulomatosa
Non granulomatosa
Granulomatosa
Onset
Akut
Tersembunyi
Sakit
Nyata
Tidak ada atau ringan
Fotofobia
Nyata
Ringan
Penglihatan kabur
Merah sirkumkorneal
Perisipitat keratik
Pupil
Synechia posterior
Nodul iris
Tempat
Perjalanan
Rekurens
Sedang
Nyata
Putih halus
Kecil dan tak teratur
Kadang-kadang
Kadang-kadang
Uvea anterior
Akut
Sering
Nyata
Ringan
Kelabu besar
Kecil dan tak teratur (bervariasi)
Kadang-kadang
Kadang-kadang
Uvea posterior dan posterior
Menahun
Kadang-kadang
Sedangkan berdasarkan waktu uveitis anterior dikatakan akut jika terjadi kurang dari 6
minggu,jika inflamasi kambuh diikuti dengan serangan inisial disebut rekuren akut dan dikatakan sebagai
kronik jika lebih dari 6 minggu.
Beberapa keadaan yang menyebabkan tanda dan gejala yang berhubungan dengan uveitis anterior
akut, yaitu:
1. Traumatic Anterior Uveitis
Trauma merupakan salah satu penyebab Uveitis Anterior, biasanya terdapat riwayat truma tumpul
mata atau adneksa mata. Luka lain seperti luka bakar pada mata, benda asing, atau abrasi kornea
dapat menyebabkan terjadinya Uveitis Anterior. Visual aquity dan tekanan intraocular mungkin
terpengnaruh, dan mungkin juga terdapat darah pada anterior chamber. 9
2.Idiopathic Anterior Uveitis
Istilah idiopatik dipergunakan pada Uveitis Anterior dengan etiologi yang tidak diketahui apakah
merupakan kelainan sistemik atau traumatic. Diagnosis ini ditegakan sesudah menyingkirkan
penyebab lain dengan anamnesis dan pemeriksaan. 9
3.HLA-B27 Associated Uveitis
HLA-B27 mengacu pada spesifik genotype atau chromosome. Mekanisme pencetus untuk Uveitis
Anterior pada pasien dengan genotype seperti ini tidak diketahui. Ada hubungan yang kuat dengan
ankylosing spondylitis, sindrom Reiter, Inflamatory bowel disease, psoariasis, arthritis, dan Uveitis
Anterior yang berulang. 9
4.Behcets Diseases/syndrome
Sebagian besar menyerang laki-laki dewasa muda dari bangsa mediterania atau jepang. Terdapat
trias penyakit Behcets, yaitu akut Uveitis Anterior dan ulkus pada mulut dan genital. Penyakit behcet
yang menyebabkan Uveitis Anterior akut adalah sangat langka. 9
5.Lens Associated Anterior Uveitis
Ada beberapa keadaan yang ditemukan pada peradangan anterior chamber dan penyebab yang
disebabkan oleh keadaan lensa, yaitu : phaco-anaphylactic andhopthalmitis dan phacogenic
(phacotoksik) uveitis; phacolitic glaukoma; dan UGH syndrome ( Uveitis, Glaukoma dan Hifema).9
6.Masquerade syndrome
Merupakan keadaan yang mengancam, seperti lymphoma, leukemia, retinoblastoma, dan
malignant melanoma dari choroid, dapat menimbulkan Uveitis Anterior.9
Beberapa keadaan yang dapat menghasilkan tanda dan gejala yang terdapat pada diagnosis Uveitis
Anterior kronik adalah :
1. Juvenile Rheumatoid Arthritis
Anterior Uveitis terjadi pada penderita JRA yang mengenai beberapa persendian. Karena
kebanyakan dari pasien JRA adalah positif dengan test ANA ( Anti Nuklear Antibody ), yang
merupakan pemeriksaan adjuvant. JRA lebih banyak mengenai anak perempuan dibanding anak
lelaki. Merupakan suatu anjuran pada semua anak yang menderita JRA untuk diperiksa kemungkinan
terdapatnya Uveitis Anterior. 9
2. Anterior Uveitis Associated with Primary Posterior Uveitis
Penyakit sistemik, seperti sarcoidosis, toksoplamosis, sipilis, tuberculosis, herpes zoster,
cytomegalovirus, dan AIDS mungkin saja terlibat dalam Uveitis Anterior baik primer ataupun
sekunder dari uveitis posterior.9
3. Fuchs Heterochromatic Iridocyclitis
Merupakan suatu penyakit kronik, biasanya asimptomatik, terdapat 2% pasien Uveitis Anterior.9
MANIFESTASI KLINIS
Keluhan subyektif yang menyertai uveitis anterior adalah nyeri , terutama di bulbus okuli,
sakitnya spontan atau pada penekanan di daerah badan siliar, sakit kepala di kening yang menjalar ke
temporal, fotofobia, bervariasi dan dapat demikian hebat pada uveitis anterior akut, lakrimasi yang terjadi
biasanya sebanding dengan derajat fotofobia, gangguan visus dan bersifat unilateral. 2
Gambar 4. Uveitis anterior granulomatosa dengan muttan-fat keratic presipitat dan nodul koeepe dan
busacca
Riwayat yang berhubungan dengan uveitis adalah usia, kelamin, suku bangsa penting untuk di
catat karena dapat memberikan petunjuk ke arah diagnosis uveitis tertentu. Riwayat pribadi tentang
penderita, yang utama adalah adanya hewan peliharaan seperti anjing dan kucing, serta kebiasaan
memakan daging atau sayuran yang tidak dimasak termasuk hamburger mentah. Hubungan seks diluar
nikah untuk menduga kemungkinan terinfeksi oleh STD atau AIDS. Penggunaan obat-obatan untuk
penyakit tertentu atau narkoba (intravenous drug induced), serta kemungkinan tertular penyakit infeksi
menular (seperti Tbc) dan terdapatnya penyakit sistemik yang pernah diderita. Riwayat tentang mata
didapatkan apakah pernah terserang uveitis sebelumnya atau pernah mengalami trauma tembus mata atau
pembedahan.2
Gambar 5. Uveitis anterior granulomatosa dengan sejumlah nodul busacca pada permukaan iris
dan beberapa muttan fat keratik presipitat pada aspek inferior.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan visus umumnya normal atau berkurang sedikit., konjungtiva
bulbi, injeksi konjungtiva dan injeksi siliar, serta kornea keruh karena udem dan keratik presipitat. Keratik
presipitat merupakan kumpulan sel-sel yang menempel pada endotel kornea, biasanya di bagian bawah.
Pada uveitis non granulomatosa, keratik presipitat berukuran kecil dan sedang berwarna putih. Pada
uveitis granulomatosa, keratik presipitat besar-besar dan lonjong dan dapat menyatu membentuk
bangunan yang lebih besar, sehingga dapat mencapai diameter 1mm. Adanya keratik presipitat dijumpai
pada keratouveitis karena herpes simpleks dan sangat spesifik pada Heterokromik Fuch.2,8
Tabel 1 Berat ringannya flare dan Cells
Grade Flare Cells
0 tidak ada tidak ada
1+ flare tipis atau lemah 5-10 /lapang pandang
2+ Flare tingkat sedang (Iris dan lensa secara 10-20/lapang pandang
diteil masih tampak)
3+ kekeruhan lebih berat (Iris dan lensa 20-50/lapang pandang
diselimuti kekeruhan
4+ flare sngat berat (penggumpalan fibrin pada >50/lapangpandang
humur aquos)
Adapted from Hogan MH, Kimura SJ, Thygeson P. Signs and symptoms of uveitis: I. Anterior uveitis. Am
J Ophthalmol 1959;47:162-3.
Pada kamera okuli anterior terdapat flare, terlihat sebagai peningkatan kekeruhan dalam humor
akuos dalam COA, dapat terlihat dengan menggunakan slitlamp atau lampu kecil dengan intensitas kuat
dengan arah sinar yang kecil sehingga menimbulkan fenomena Tyndal. Pada uveitis non granulomatosa,
reaksi flare sangat menonjol tapi reaksi sel biasanya terdiri dari sel-sel kecil dan jarang sel besar seperti
monosit atau sel raksasa. Sedangkan pada uveitis granulomatosa, sel besar-besar dan reaksi flare biasanya
sangat ringan. 2,8
Pada iris tampak suram, gambaran radier tak nyata, karena pembuluh darah di iris melebar,
sehingga gambaran kripta tak nyata. Warna iris dapat berubah, kelabu menjadi hijau, coklat menjadi
warna Lumpur. Terdapat nodul iris, ditandai sebagai benjolan di iris, bila pada tepi pupil disebut nodul
koeppe, bila pada permukaan depan iris disebut nodul busacca. Adanya nodul-nodul tersebut merupakan
pertanda uveitis granulomatosa dan terdapat adanya sinekia posterior.2,8
Tabel 2 Pembagian Uveitis Anterior secara klinis* *
Ringan
Keluhan ringan sampai sedang
Sedang
Keluhan sedang sampai berat
Berat
Keluhan sedang sampai berat
VA 20/20 to 20/30
VA < 20/100
Kemerahan sirkumkornel
superficial
Tampak KPs
Tampak KPs
pupil terfiksir
ACE level (sarcoidosis), Toxoplasma serologi dan serologi TORCH lainnya. Pemeriksaan urin berupa
kalsium urin 24 jam (sarcoidosis) dan Kultur (bechets reitters). Pemeriksaan Radiologi, yaitu Foto thorax
(Tbc, Sarcoidosis, Histoplasmosis), Foto spinal dan sendi sacroiliaka (Ankylosing sponfilitis), Foto
persendian lainya (Reumatoid arthritis, juvenile rheumatoid arthritis) dan Foto tengkorak, untuk melihat
adakah kalsifikasi cerebral (toxoplasmosis)
Skin Test, yaitu Mantoux test, untuk Tbc, Pathergy test, untuk Bechets disease akan terjadi
peningkatan sensivitas kulit terhadap trauma jarum pada pasien bila disuntikkan 0,1 ml saline intradermal
dalam 18-24 jam kemudian terjadi reaksi pustulasi. Pemeriksaan-pemeriksaan tersebut diperlukan untuk
mengetahui etiologi secara spesifik, bila dicurigai adanya kecurigaan penyakit sistemik, Uveitis rekuren,
Uveitus bilateral, Uveitis berat, Uveitis posterior dan Onsetnya muda.
10,11
Hasil
laboratorium
Pemeriksaan
radiologi
konsultasi
ESR,(+)
Sacroiliac x-
Rheumatologist
HLA-B27
(+)HLA-B27
rays
Pemeriksaan
lainnya
Internist or
ESR,(+)
Joint x-
gastroenterologist
Internist,
HLA-B27
rays
urologist,
conjunctival,
urethral, prostate
Psoriatic arthritis
(+)HLA-B27
rheumatologist
Rheumatologist,
dermatologist
Herpes
Diagnosis klinis
Dermatologist
Behcets disease
(+)HLA-B27
Internist or
Rheumatologist
Cultures;
Behcets skin
puncture
test
Lyme disease
ELISA or Lyme
immunofluorescent
assay
Internist,
rheumatologis
Juvenile
rheumatoid
arthritis
Sarcoidosis
Syphilis
ESR,(+)ANA,
(-)Rheumatoid
factor
Angiotensin
converting
Joint x- rays
Rheumatologist or
pediatrictian
Chest x-ray
enzyme (ACE)
(+)RPR or VDRL
Internist
Internist
FTA-ABS or
MHATP
Tuberculosis
Chest x-ray
Internist
Purified protein
derivative (PPD)
skin test
Penatalaksanan yang utama untuk uveitis tergantung pada keparahannnya dan bagian organ yang
terkena. Baik pengobatan topical atau oral adalah ditujuan untuk mengurangi peradangan. 12 Tujuan dari
pengobatan uveitis anterior adalah memperbaiki visual acuity, meredakan nyeri pada ocular,
menghilangkan inflamasi ocular atau mengetahui asal dari peradangannya, mencegah terjadinya sinekia,
dan mengatur tekanan intraocular.13
Pengobatan uveitis anterior adalah tidak spesifik, pada umumnya menggunakan kortikosteroid
topical dan cycloplegics agent. Adakalanya steroid atau nonsteroidal anti inflammatory ( NSAIDs) oral
dipergunakan. Namun obat-obatan steroid dan imunosupresan lainnya mempunyai efek samping yang
serius, seperti gagal ginjal, peningkatan kadar gula darah, hipertensi, osteoporosis, dan galukoma,
khususnya pada steroid dalam bentuk pil. 13
Kortikosteroid
Kortikosteroid topikal adalah terapi awal dan secepatnya diberikan. 8 Tujuan penggunaan
kortikosteroid untuk pengobatan uveitis anterior adalah mengurangi peradangan, yaitu mengurangi
produksi eksudat, menstabilkan membran sel, menghambat penglepasan lysozym oleh granulosit, dan
menekan sirkulasi limposit. 9
Efek terapeutik kortikosteroid topikal pada mata dipengaruhi oleh sifat kornea sebagai sawar terhadap
penetrasi obat topikal ke dalam mata, sehingga daya tembus obat topikal akan tergantung pada
konsentrasi dan frekuensi pemberian, jenis kortikosteroid, jenis pelarut yang dipakai, bentuk larutan. 15
Konsentrasi dan frekuensi pemberian, makin tinggi konsentrasi obat dan makin sering frekuensi
pemakaiannya, maka makin tinggi pula efek antiinflamasinya. Peradangan pada kornea bagian dalam dan
uveitis diberikan preparat dexametason, betametason dan prednisolon karena penetrasi intra okular baik,
sedangkan preparat medryson, fluorometolon dan hidrokortison hanya dipakai pada peradangan pada
palpebra, konjungtiva dan kornea superfisial. 15
Kornea terdiri dari 3 lapisan yang berperan pada penetrasi obat topikal mata yaitu, epitel yang terdiri dari
5 lapis sel, stroma, endotel yang terdiri dari selapis sel. Lapisan epitel dan endotel lebih mudah ditembus
oleh obat yang mudah larut dalam lemak sedangkan stroma akan lebih mudah ditembus oleh obat yang
larut dalam air. Maka secara ideal obat dengan daya tembus kornea yang baik harus dapat larut dalam
lemak maupun air (biphasic). Obat-obat kortikosteroid topikal dalam larutan alkohol dan asetat bersifat
biphasic. 15
Kortikosteroid tetes mata dapat berbentuk solutio dan suspensi. Keuntungan bentuk suspensi adalah
penetrasi intra okular lebih baik daripada bentuk solutio karena bersifat biphasic, tapi kerugiannya bentuk
suspensi ini memerlukan pengocokan terlebih dahulu sebelum dipakai. Pemakaian steroid tetes mata akan
mengakibatkan komplikasi seperti: Glaukoma, katarak, penebalan kornea, aktivasi infeksi, midriasis
pupil, pseudoptosis dan lain-lain.15
Beberapa kortikosteroid topikal yang tersedia adalah prednisolon acetate 0,125% dan 1%, prednisolone
sodium phospat 0,125% , 0,5%, dan 1%, deksamentason alcohol 0,1%, deksamethasone sodium phospat
0,1%, fluoromethasone 0,1% dan 0,25%, dan medrysone 1%. 12
Cycloplegics dan mydriatics
Semua
agent
cycloplegic
adalah
cholinergic
antagonist
yang
bekerja
memblokade
neurotransmitter pada bagian reseptor dari sphincter iris dan otot ciliaris. Cycloplegic mempunyai tiga
tujuan dalam pengobatan uveitis anterior, yaitu untuk mengurangi nyeri dengan memobilisasi iris,
mencegah terjadinya perlengketan iris dengan lensa anterior ( sinekia posterior ), yang akan mengarahkan
terjadinya iris bombe dan peningkatan tekanan intraocular, menstabilkan blood-aqueous barrier dan
mencegah terjadinya protein leakage (flare) yang lebih jauh. Agent cycloplegics yang biasa dipergunakan
adalah atropine 0,5%, 1%, 2%, homatropine 2%, 5%, Scopolamine 0,25%, dan cyclopentolate 0,5%, 1%,
dan 2%. 9
Oral steroid dan Nonsteroidal Anti Inflammatory Drugs
Prednisone oral dipergunakan pada uveitis anterior yang dengan penggunaan steroid topical
hanya berespon sedikit. Penghambat prostaglandin, NSAIDs ( biasanya aspirin dan ibuprofen ) dapat
mengurangi peradangan yang terjadi. Sebagai catatan, NSAIDs dipergunakan untuk mengurang
peradangan yang dihubungkan dengan cystoids macular edema yang menyertai uveitis anterior. 9
Pengobatan kortikosteroid bertujuan mengurangi cacat akibat peradangan dan perpanjangan periode
remisi. Banyak dipakai preparat prednison dengan dosis awal antara 12 mg/kg BB/hari, yang selanjutnya
diturunkan perlahan selang sehari (alternating
single dose). Dosis prednison diturunkan sebesar 20% dosis awal selama 2 minggu pengobatan,
sedangkan preparat prednison dan dexametaxon dosis diturunkan tiap 1 mg dari dosis awal selama 2
minggu. 9
Indikasi pemberian kortikosteroid sistemik adalah Uveitis posterior, Uveitis bilateral, Edema macula,
Uveitis anterior kronik (JRA, Reiter). Pemakaian kortikosteroid dalam jangka waktu yang lama akan
terjadi efek samping yang tidak diingini seperti Sindrom Cushing, hipertensi, Diabetes mellitus,
osteoporosis, tukak lambung, infeksi, hambatan pertumbuhan anak, hirsutisme, dan lain-lain. 9
Pengobatan lainnya
Jika pasien tidak koperatif atau iritis tidak berespon banyak dengan penggunaan topical steroid,
injects subkonjuctival steroid ( seperi celestone ) akan berguna. Depot steroid seharusnya dihindari pada
kasus uveitis sekunder, seperti yang diakibatkan oleh herpes atau toksoplasmosis karena dapat
memperparah. 8
Injeksi peri-okular dapat diberikan dalam bentuk long acting berupa Depo maupun bentuk short
acting berupa solutio. Keuntungan injeksi periokular adalah dicapainya efek anti peradangan secara
maksimal di mata dengan efek samping sistemik yang minimal. 15
Indikasi injeksi periokular adalah apabila pasien tidak responsif terhadap pengobatan tetes mata,
maka injeksi periokular dapat dianjurkan, Uveitis unilateral, pre operasi pada pasien yang akan dilakukan
operasi mata, anak-anak, dan komplikasi edema sistoid makula pada pars planitis. Penyuntikan steroid
peri-okular merupakan kontra indikasi pada uveitis infeksi (toxoplasmosis) dan skleritis.
15
Lokasi injeksi peri-okular sub-konjuctiva dan sub-tenon steroid repository serta Injeksi sub-tenon
posterior dan retro-bulbar. Keuntungan injeksi sub-konjungtiva dan sub-tenon adalah dapat mencapai
dosis efektif dalam 1 kali pemberian pada jaringan intraokular selama 24 minggu sehingga tidak
membutuhkan pemberian obat yang berkali-kali seperti pemberian topikal tetes mata. Untuk kasus uveitis
anterior berat dapat dipakai dexametason 24 mg. Injeksi sub-tenon posterior dan retro-bulbar, cara ini
dipergunakan pada peradangan segmen posterior (sklera, koroid, retina dan saraf optik).
15
Komplikasi injeksi peri-okular adalah Perforasi bola mata, Injeksi yang berulang menyebabkan
proptosis, fibrosis otot ektra okular dan katarak sub-kapsular posterior, Glaukoma yang persisten terhadap
pengobatan, terutama dalam bentuk Depo di mana dibutuhkan tindakan bedah untuk mengangkat steroid
tersebut dari bola mata, Astrofi lemak sub-dermal pada teknik injeksi via palpebra. 15
Follow-up awal pasien uveitis anterior harus terjadwal antara 1 7 hari, tergantung pada
keparahannya. Yang dinilai pada setip follow-up adalah visual aquity, pengukuran tekanan intraocular,
pemeriksaan dengan menggunakan slitlamp, assasment cel dan flare, dan evaluasi respon terhadap terapi.
9
Banyknya
kunjungan
follow up
Visual
Cells
Tono-
Ophthalmo-
Acuity
metry
scopy
Uveitis
danFlare pada
pemerisaan Slit
Anterior
Lamp
Ringan
Setiap 4-7
hari
Ya
Ya
Ya
Sedang
Setiap 2-4hari
Ya
Ya
Ya
berat
Setiap 1-2hari
Ya
Ya
Ya
Rencana
penetalaksanaan
Uveitis adalah inflamasi traktus uvea (iris,korpus siliaris,dan koroid) dengan berbagai
penyebab.Struktur yang berdekatan dengan jaringan uvea yang mengalami inflamasi biasanya juga ikut
mengalami inflamasi. Uveitis anterior merupakan radang iris dan badan siliar bagian depan atau pars
plikata, yang disebabkan oleh gangguan sistemik di tempat lain, yang secara hematogen dapat menjalar
ke mata atau timbul karena reaksi alergi mata. Uveitis anterior dikatakan akut jika terjadi kurang dari 6
minggu dan dikatakan sebagai kronik jika lebih dari 6 minggu. Laboratorium sangat dibutuhkan guna
mendapat sedikit gambaran mengenai penyebab uveitis. Penatalaksanan yang utama untuk uveitis
tergantung pada keparahannnya dan bagian organ yang terkena dan prognosis kebanyakan kasus uveitis
anterior berespon baik jika dapat didiagnosis secara awal.
DAFTAR PUSTAKA
1. Gunawan wasisdi, Gambaran Klinis Uveitis Anterior Akua pada HLA B27 Positif, FKUGM,
Yogyakarta
2. Ilyas Sidarta, Uveitis Anterior, Ilmu Penyakit Mata, ed II, FKUI, Jakarta: 2002
3. www_preventblindness. Co.id, Causes of Anterior Uveitis . Accessed. September th. 2006:1-2
4. www_nlm.nih.gov. co_id, veitis . Accessed. September th. 2006:1-2
1. Wijana Nana, Uvea, Ilmu Penyakit Mata, hal 126-127
2. K George Roger, MD, Uveitis, Nongranulomatous. www emedicine.co.id, Accessed. June th.
2005:1-3
3. Vaughan G Daniel, anatomi dan Embriologi Mata, Oftalmologi Umum ed 14, Widya Medika,
Jakarta: 2000 hal8-9
4. www.emedicine.com
5. www.oao.com
6. www.healthatoz.com
7. Wong tien YN, Uvetis Systemic and Tumots , The Opthlmolgy Examinations Review, Wrld
Scientific, Singapura:2001. P321-323.
8. www.stlukesEye .com
9. www.allaboutvision.com
10. www.cerminduniakedokteran.com
11. www.healthline.com
12. www.medicallibrary.com
13. http://www.mersi ocular imunology.htm