Anda di halaman 1dari 21

Uveitis Anterior

Posted on Februari 24, 2009 by yumizone


BAB I
PENDAHULUAN
Bola Mata terdiri atas dinding bola mata dan isi bola mata,dimana dinding bola mata terdiri atas
sclera dan kornea sedangkan isi bola mata terdiri atas lensa,uvea,badan kaca dan retina.Uvea merupakan
lapisan dinding kedua dari bola mata setelah sclera dan tenon.Uvea merupakan jaringan lunak,terdiri dari
iris,badan siliar dan koroid.7
Uveitis adalah inflamasi traktus uvea (iris,korpus siliaris,dan koroid) dengan berbagai
penyebabnya.Struktur yang berdekatan dengan jaringan uvea yang mengalami inflamasi biasanya juga
ikut mengalami inflamasi.Peradangan pada uvea dapat hanya mengenai bagian depan jaringan uvea atau
iris yang disebut iritis. Bila mengenai badan tengah disebut siklitis.Iritis dengan siklitis disebut
iridosiklitis atau disebut juga dengan uveitis anterior dan merupakan bentuk uveitis tersering. Dan bila
mengenai lapisan koroid disebut uveitis posterior atau koroiditis. 1,2
Uveitis umumnya unilateral,biasanya terjadi pada dewasa muda dan usia pertengahan. Ditandai
adanya riwayat sakit,fotofobia,dan penglihatan yang kabur,mata merah (merah sirkumneal) tanpa tahi
mata purulen dan pupil kecil atau ireguler.Berdasarkan reaksi radang, uveitis anterior dibedakan tipe
granulomatosa dan non granulomatosa. Penyebab uveitis anterior dapat bersifat eksogen dan endogen.
Penyebab uveitis anterior meliputi: infeksi, proses autoimun, yang berhubungan dengan penyakit
sistemik, neoplastik dan idiopatik.1
Pola penyebab uveitis anterior terus berkembang sesuai dengan perkembangan teknik
pemeriksaan laboratorium sebagai sarana penunjang diagnostik. Lebih dari 75% uveitis endogen tidak
diketahui penyebabnya, namun 37% kasus di antaranya ternyata merupakan reaksi imunologik yang
berkaitan dengan penyakit sistemik. Penyakit sistemik yang berhubungan dengan uveitis anterior
meliputi: spondilitis ankilosa, sindroma Reiter, artritis psoriatika, penyakit Crohn, kolitis ulserativa, dan
penyakit Whipple. Keterkaitan antara uveitis anterior dengan spondilitis ankilosa pada pasien dengan
predisposisi genetik HLA-B27 positif pertama kali dilaporkan oleh Brewerton et al.1,2
Insidensi uveitis sekitar 15 per 100.000 orang.Sekitar 75% merupakan uveitis anterior.Sekitar
50% pasien dengan uveitis menderita penyakit sistemik terkait.Di Amerika Serikat,uveitis merupakan

penyebab kebutaan nomor tiga setelah Retinopati Diabetik dan Degenerasi Macular.Umur penderita
biasanya bervariasi antara usia prepubertal sampai 50 tahun. 1,3
Variasi gejala sering dijumpai, hal ini berhubungan dengan faktor penyebabnya dan dimana
kelainan itu terjadi,biasanya pasien datang mengeluh nyeri ocular,Fotofobia,penglihatan kabur, dan mata
merah.Pada

pemeriksaan

didapatkan

tajam

penglihatan

menurun,terdapat

injeksi

siliar,KP,flare,hipopion,sinekia posterior,tekanan intra okuler bisa meningkat hingga sampai edema


macular.1,2,3
Tujuan penulisan referat ini adalah untuk mengetahui secara umum mengenai definisi, etiologi
dan fisiologi anatomi, patofisiologi dan patogenesis, manifestasi klinis, penegakan diagnosis,
penatalaksanaan serta prognosis dari uveitis anterior.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Uveitis

adalah

inflamasi

traktus

uvea

(iris,korpus

siliaris,dan

koroid)

dengan

berbagai

penyebabnya.Struktur yang berdekatan dengan jaringan uvea yang mengalami inflamasi biasanya juga
ikut mengalami inflamasi.
ETIOLOGI
Uveitis anterior merupakan peradangan iris dan badan siliar yang dapat berjalan akut maupun kronis.
Penyebab dari iritis tidak dapat diketahui dengan melihat gambaran klinisnya saja. Iritis dan iridisiklitis
dapat merupakan suatu manifestasi klinik reaksi imunologik terlambat, dini atau sel mediated terhadap
jaringan uvea anterior. Uveitis anterior dapat disebabkan oleh gangguan sistemik di tempat lain, yang
secara hematogen dapat menjalar ke mata atau timbul reaksi alergi mata. 5
Penyebab uveitis anterior diantaranya yaitu: idiopatik; penyakit sistemik yang berhubungan dengan HLAB27 seperti; ankylosing spondilitis, sindrom Reiter, penyakit crohns, Psoriasis, herpes zoster/ herpes
simpleks, sifilis, penyakit lyme, inflammatory bowel disease; Juvenile idiopathic arthritis; Sarcoidosis,
trauma dan infeksi. 1,3, 4,5,6

ANATOMI FISIOLOGI
Uvea terdiri dari : iris, badan siliaris (corpus siliaria) dan koroid. Bagian ini adalah lapisan
vascular tengah mata dan dilindungi oleh kornea dan sklera. Bagian ini juga ikut memasok darah ke
retina. Iris dan badan siliaris disebut juga uvea anterior sedangkan koroid disebut uvea posterior. 6,7
Iris adalah lanjutan dari badan siliar ke anterior dan merupakan diafragma yang membagi bola
mata menjadi 2 segmen, yaitu segmen anterior dan segmen posterior, di tengah-tengahnya berlubang yang
disebut pupil. Iris membagi bilik mata depan (camera oculi anterior) dan bilik mata posterior (camera
oculi posterior). Iris mempunyai kemampuan mengatur secara otomatis masuknya sinar ke dalam bola
mata. 5,6
Secara histologis iris terdiri dari stroma yang jarang diantaranya terdapat lekukan-lekukan
dipermukaan anterior yang berjalan radier yang dinamakan kripa. Didalam stroma terdapat sel-sel pigmen
yang bercabang, banyak pembuluh darah dan saraf.

Gambar 1. Anatomi mata


Dipermukaan anterior ditutup oleh endotel terkecuali pada kripta, dimana pembuluh darah dalam
stroma, dapat berhubungan langsung dengan cairan di camera oculi anterior, yang memungkinkan
percepatan terjadinya pengaliran nutrisi ke coa dan sebaliknya. Dibagian posterior dilapisi dengan 2
lapisan epitel, yang merupakan lanjutan dari epitel pigmen retina, warna iris tergantung dari sel-sel
pigmen yang bercabang yang terdapat di dalam stroma yang banyaknya dapat berubah-ubah, sedangkan
epitel pigmen jumlahnya tetap.6
Didalam iris terdapat otot sfingter pupil (M.Sphincter pupillae), yang berjalan sirkuler, letaknya
didalam sroma dekat pupil dan dipersarafi oleh saaraf parasimpatis, N III. Selain itu juga terdapat otot

dilatator pupil (M. Dilatator pupillae), yang berjalan radier dari akar iris ke pupil, letaknya di bagian
posterior stroma dan diurus saraf simpatis. 5,6,7
Pasokan darah ke iris adalah dari circulus major iris, kapiler-kapiler iris mempunyai lapisan
endotel yang tidak berlobang. Persarafan iris adalah melalui serat-serat didalam nervi siliaris.

Badan Siliar (Corpus Ciliaris) berbentuk segitiga, terdiri dari 2 bagian yaitu: pars korona, yang
anterior bergerigi, panjangnya kira-kira 2mm dan pars plana, yang postrior tidak bergerigi panjangnya
kira-kira 4 mm. Badan siliaris berfungsi sebagai pembentuk humor aquous. Badan siliar merupakan
bagian terlemah dari mata. Trauma, peradangan, neoplasma didaerah ini merupakan keadaan yang gawat.
5

Gambar 2. Srkulasi Humour Aquous


Pada bagian pars korona diliputi oleh 2 lapisan epitel sebagai kelanjutan dari epitel iris. Bagian
yang menonjol (processus ciliaris) berwarna putih oleh karena tidak mengandung pigmen, sedangkan di
lekukannya berwarna hitam, karena mengandung pigmen. Didalam badan siliaris terdapat 3 macam otot
silier yang berjalan radier, sirkuler dan longitudinal. Dari processus siliar keluar serat-serat zonula zinii
yang merupakn penggantung lensa. Fungsi otot siliar untuk akomodasi. kontraksi atau relaksasi otot-otot
ini mengakibatkan kontraksi dan relaksasi dari kapsula lentis, sehingga lensa menjadi lebih atau kurang
cembung yang berguna pada penglihatan dekat atau jauh. Badan siliar banyak mengandung pembuluh
darah dimana pembuluh darah baliknya mengalirkan darah ke V.vortikosa. Pada bagian pars plana, terdiri
dari satu lapisan tipis jaringan otot dengan pembuluh darah diliputi epitel. 6,7
PATOFISIOLOGI

Peradangan uvea biasanya unilateral, dapat disebabkan oleh defek langsung suatu infeksi atau
merupakan fenomena alergi. Infeksi piogenik biasanya mengikuti suatu trauma tembus okuli; walaupun
kadang-kadang dapat juga terjadi sebagai reaksi terhadap zat toksik yang diproduksi mikroba yang
menginfeksi jaringan tubuh di luar mata. Uveitis yang berhubungan dengan mekanisme alergi merupakan
reaksi hipersensitifitas terhadap antigen dari luar (antigen eksogen) atau antigen dari dalam badan
(antigen endogen).Dalam banyak hal antigen luar berasal dari mikroba yang infeksius .Sehubungan
dengan hal ini peradangan uvea terjadi lama setelah proses infeksinya yaitu setelah munculnya
mekanisme hipersensitivitas. 2,8
Radang iris dan badan siliar menyebabkan rusaknya Blood Aqueous Barrrier sehingga terjadi
peningkatan protein, fibrin dan sel-sel radang dalam humor akuos yang tampak pada slitlamp sebagai
berkas sinar yang disebuit fler (aqueous flare). Fibrin dimaksudkan untuk menghambat gerakan kuman,
akan tetapi justru mengakibatkan perlekatan-perlekatan, misalnya perlekatan iris pada permukaan lensa
(sinekia posterior). 2,8

Gambar 3. Uvea
Sel-sel radang yang terdiri dari limfosit, makrofag, sel plasma dapat membentuk presipitat keratik
yaitu sel-sel radang yang menempel pada permukaan endotel kornea. Akumulasi sel-sel radang dapat pula
terjadi pada tepi pupil disebut koeppe nodules, bila dipermukaan iris disebut busacca nodules, yang bisa
ditemukan juga pada permukaan lensa dan sudut bilik mata depan. Pada iridosiklitis yang berat sel radang
dapat sedemikian banyak sehingga menimbulkan hipopion. 2,8
Otot sfingter pupil mendapat rangsangan karena radang, dan pupil akan miosis dan dengan
adanya timbunan fibrin serta sel-sel radang dapat terjadi seklusio maupun oklusio pupil, sehingga cairan

di dalam kamera okuli posterior tidak dapat mengalir sama sekali mengakibatkan tekanan dalam dalam
camera okuli posterior lebih besar dari tekanan dalam camera okuli anterior sehingga iris tampak
menggelembung kedepan yang disebut iris bombe (Bombans). 2,8
Gangguan pada humor akuos terjadi akibat hipofungsi badan siliar menyebabkan tekanan bola
mata turun. Adanya eksudat protein, fibrin dan sel-sel radang dapat berkumpul di sudut camera okuli
anterior sehingga terjadi penutupan kanal schlemm sehingga terjadi glukoma sekunder.Pada fase akut
terjadi glaucoma sekunder karena gumpalan gumpalan pada sudut bilik depan,sedang pada fase lanjut
glaucoma sekunder terjadi karena adanya seklusio pupil.Naik turunnya bola mata disebutkan pula sebagai
peran asetilkolin dan prostaglandin. 2,8
KLASIFIKASI UVEITIS ANTERIOR
Berdasarkan patologi dapat dibedakan 2 jenis uveitis anterior, yaitu granulomatosa dan non
granulomatosa. Pada jenis non granulomatosa umumnya tidak dapat ditemukan organisme patogen dan
karena berespon baik terhadap terapi kortokosteroid diduga peradangan ini semacam fenomena
hipersensitivitas. Uveitis ini timbul terutama dibagian anterior traktus yakni iris dan korpus siliaris.
Terdapat reaksi radang dengan terlihatnya infiltrasi sel-sel limfosit dan sel plasma dalam jumlah cukup
banyak dan sedikit sel mononuclear. Pada kasus berat dapat terbentuk bekuan fibrin besar atau hipopion
didalam kamera okuli anterior.
Sedangkan pada uveitis granulomatosa umumnya mengikuti invasi mikroba aktif ke jaringan oleh
organisme penyebab (misal Mycobacterium tuberculosis atau Toxoplasma gondii). Meskipun begitu
patogen ini jarang ditemukan dan diagnosis etiologi pasti jarang ditegakkan. Uveitis granulomatosa dapat
mengenai sembarang traktus uvealis namun lebih sering pada uvea posterior. Terdapat kelompok nodular
sel-sel epithelial dan sel-sel raksasa yang dikelilingi limfosit di daerah yang terkena. Deposit radang pada
permukaan posterior kornea terutama terdiri atas makrofag dan sel epiteloid. Diagnosis etiologi spesifik
dapat ditegakkan secara histologik pada mata yang dikeluarkan dengan menemukan kista toxoplasma,
basil tahan asam tuberculosis, spirocheta pada sifilis, tampilan granuloma khas pada sarcoidosis atau
oftalmia simpatika dan beberapa penyebab spesifik lainnya.
Perbedaan uveitis granulomatosa dan non granulomatosa
Non granulomatosa
Granulomatosa
Onset
Akut
Tersembunyi
Sakit
Nyata
Tidak ada atau ringan
Fotofobia
Nyata
Ringan

Penglihatan kabur
Merah sirkumkorneal
Perisipitat keratik
Pupil
Synechia posterior
Nodul iris
Tempat
Perjalanan
Rekurens

Sedang
Nyata
Putih halus
Kecil dan tak teratur
Kadang-kadang
Kadang-kadang
Uvea anterior
Akut
Sering

Nyata
Ringan
Kelabu besar
Kecil dan tak teratur (bervariasi)
Kadang-kadang
Kadang-kadang
Uvea posterior dan posterior
Menahun
Kadang-kadang

Sedangkan berdasarkan waktu uveitis anterior dikatakan akut jika terjadi kurang dari 6
minggu,jika inflamasi kambuh diikuti dengan serangan inisial disebut rekuren akut dan dikatakan sebagai
kronik jika lebih dari 6 minggu.
Beberapa keadaan yang menyebabkan tanda dan gejala yang berhubungan dengan uveitis anterior
akut, yaitu:
1. Traumatic Anterior Uveitis
Trauma merupakan salah satu penyebab Uveitis Anterior, biasanya terdapat riwayat truma tumpul
mata atau adneksa mata. Luka lain seperti luka bakar pada mata, benda asing, atau abrasi kornea
dapat menyebabkan terjadinya Uveitis Anterior. Visual aquity dan tekanan intraocular mungkin
terpengnaruh, dan mungkin juga terdapat darah pada anterior chamber. 9
2.Idiopathic Anterior Uveitis
Istilah idiopatik dipergunakan pada Uveitis Anterior dengan etiologi yang tidak diketahui apakah
merupakan kelainan sistemik atau traumatic. Diagnosis ini ditegakan sesudah menyingkirkan
penyebab lain dengan anamnesis dan pemeriksaan. 9
3.HLA-B27 Associated Uveitis
HLA-B27 mengacu pada spesifik genotype atau chromosome. Mekanisme pencetus untuk Uveitis
Anterior pada pasien dengan genotype seperti ini tidak diketahui. Ada hubungan yang kuat dengan
ankylosing spondylitis, sindrom Reiter, Inflamatory bowel disease, psoariasis, arthritis, dan Uveitis
Anterior yang berulang. 9
4.Behcets Diseases/syndrome

Sebagian besar menyerang laki-laki dewasa muda dari bangsa mediterania atau jepang. Terdapat
trias penyakit Behcets, yaitu akut Uveitis Anterior dan ulkus pada mulut dan genital. Penyakit behcet
yang menyebabkan Uveitis Anterior akut adalah sangat langka. 9
5.Lens Associated Anterior Uveitis
Ada beberapa keadaan yang ditemukan pada peradangan anterior chamber dan penyebab yang
disebabkan oleh keadaan lensa, yaitu : phaco-anaphylactic andhopthalmitis dan phacogenic
(phacotoksik) uveitis; phacolitic glaukoma; dan UGH syndrome ( Uveitis, Glaukoma dan Hifema).9
6.Masquerade syndrome
Merupakan keadaan yang mengancam, seperti lymphoma, leukemia, retinoblastoma, dan
malignant melanoma dari choroid, dapat menimbulkan Uveitis Anterior.9
Beberapa keadaan yang dapat menghasilkan tanda dan gejala yang terdapat pada diagnosis Uveitis
Anterior kronik adalah :
1. Juvenile Rheumatoid Arthritis
Anterior Uveitis terjadi pada penderita JRA yang mengenai beberapa persendian. Karena
kebanyakan dari pasien JRA adalah positif dengan test ANA ( Anti Nuklear Antibody ), yang
merupakan pemeriksaan adjuvant. JRA lebih banyak mengenai anak perempuan dibanding anak
lelaki. Merupakan suatu anjuran pada semua anak yang menderita JRA untuk diperiksa kemungkinan
terdapatnya Uveitis Anterior. 9
2. Anterior Uveitis Associated with Primary Posterior Uveitis
Penyakit sistemik, seperti sarcoidosis, toksoplamosis, sipilis, tuberculosis, herpes zoster,
cytomegalovirus, dan AIDS mungkin saja terlibat dalam Uveitis Anterior baik primer ataupun
sekunder dari uveitis posterior.9
3. Fuchs Heterochromatic Iridocyclitis
Merupakan suatu penyakit kronik, biasanya asimptomatik, terdapat 2% pasien Uveitis Anterior.9
MANIFESTASI KLINIS

Keluhan subyektif yang menyertai uveitis anterior adalah nyeri , terutama di bulbus okuli,
sakitnya spontan atau pada penekanan di daerah badan siliar, sakit kepala di kening yang menjalar ke
temporal, fotofobia, bervariasi dan dapat demikian hebat pada uveitis anterior akut, lakrimasi yang terjadi
biasanya sebanding dengan derajat fotofobia, gangguan visus dan bersifat unilateral. 2

Gambar 4. Uveitis anterior granulomatosa dengan muttan-fat keratic presipitat dan nodul koeepe dan
busacca
Riwayat yang berhubungan dengan uveitis adalah usia, kelamin, suku bangsa penting untuk di
catat karena dapat memberikan petunjuk ke arah diagnosis uveitis tertentu. Riwayat pribadi tentang
penderita, yang utama adalah adanya hewan peliharaan seperti anjing dan kucing, serta kebiasaan
memakan daging atau sayuran yang tidak dimasak termasuk hamburger mentah. Hubungan seks diluar
nikah untuk menduga kemungkinan terinfeksi oleh STD atau AIDS. Penggunaan obat-obatan untuk
penyakit tertentu atau narkoba (intravenous drug induced), serta kemungkinan tertular penyakit infeksi
menular (seperti Tbc) dan terdapatnya penyakit sistemik yang pernah diderita. Riwayat tentang mata
didapatkan apakah pernah terserang uveitis sebelumnya atau pernah mengalami trauma tembus mata atau
pembedahan.2

Gambar 5. Uveitis anterior granulomatosa dengan sejumlah nodul busacca pada permukaan iris
dan beberapa muttan fat keratik presipitat pada aspek inferior.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan visus umumnya normal atau berkurang sedikit., konjungtiva
bulbi, injeksi konjungtiva dan injeksi siliar, serta kornea keruh karena udem dan keratik presipitat. Keratik
presipitat merupakan kumpulan sel-sel yang menempel pada endotel kornea, biasanya di bagian bawah.
Pada uveitis non granulomatosa, keratik presipitat berukuran kecil dan sedang berwarna putih. Pada
uveitis granulomatosa, keratik presipitat besar-besar dan lonjong dan dapat menyatu membentuk
bangunan yang lebih besar, sehingga dapat mencapai diameter 1mm. Adanya keratik presipitat dijumpai
pada keratouveitis karena herpes simpleks dan sangat spesifik pada Heterokromik Fuch.2,8
Tabel 1 Berat ringannya flare dan Cells
Grade Flare Cells
0 tidak ada tidak ada
1+ flare tipis atau lemah 5-10 /lapang pandang
2+ Flare tingkat sedang (Iris dan lensa secara 10-20/lapang pandang
diteil masih tampak)
3+ kekeruhan lebih berat (Iris dan lensa 20-50/lapang pandang
diselimuti kekeruhan
4+ flare sngat berat (penggumpalan fibrin pada >50/lapangpandang
humur aquos)
Adapted from Hogan MH, Kimura SJ, Thygeson P. Signs and symptoms of uveitis: I. Anterior uveitis. Am
J Ophthalmol 1959;47:162-3.
Pada kamera okuli anterior terdapat flare, terlihat sebagai peningkatan kekeruhan dalam humor
akuos dalam COA, dapat terlihat dengan menggunakan slitlamp atau lampu kecil dengan intensitas kuat
dengan arah sinar yang kecil sehingga menimbulkan fenomena Tyndal. Pada uveitis non granulomatosa,
reaksi flare sangat menonjol tapi reaksi sel biasanya terdiri dari sel-sel kecil dan jarang sel besar seperti
monosit atau sel raksasa. Sedangkan pada uveitis granulomatosa, sel besar-besar dan reaksi flare biasanya
sangat ringan. 2,8

Pada iris tampak suram, gambaran radier tak nyata, karena pembuluh darah di iris melebar,
sehingga gambaran kripta tak nyata. Warna iris dapat berubah, kelabu menjadi hijau, coklat menjadi
warna Lumpur. Terdapat nodul iris, ditandai sebagai benjolan di iris, bila pada tepi pupil disebut nodul
koeppe, bila pada permukaan depan iris disebut nodul busacca. Adanya nodul-nodul tersebut merupakan
pertanda uveitis granulomatosa dan terdapat adanya sinekia posterior.2,8
Tabel 2 Pembagian Uveitis Anterior secara klinis* *
Ringan
Keluhan ringan sampai sedang

Sedang
Keluhan sedang sampai berat

Berat
Keluhan sedang sampai berat

VA 20/20 to 20/30

VA from 20/30 to 20/100

VA < 20/100

Kemerahan sirkumkornel
superficial

Kemerahan sirkumkornel dalam

Kemerahan sirkumkornel dalam

Tampak KPs

Tampak KPs

1-3+ cells and flare

3-4+ cells and flare

Miotic, sluggish pupil

pupil terfiksir

Sinekia posterior ringan

Sinekia posterior (fibrous)

Udem iris ringan

Tidak tampak kripte pada iris

Tidak ada KPs (keratic presipitat)


1+ cells and flare
tekanan intraokuler berkurang < 4
mmHg

tekanan intraokuler berkurang 3-6 tekanan intraokuler meningkat


mm Hg
cells anterior sedang sampai berat
Anterior virtreous cells
* Reprinted with permission. Catania LJ. Primary care of the anterior segment,2nd
ed. Norwalk, CT: Appleton & Lange, 1995:371.
Pada pupil terjadi miosis, pinggir tak teratur karena adanya sinekia posterio atau seklusio pupil. Pupil
dapat terisi membran yang berwana keputiih-putihan yaitu oklusi pupil. Pada lensa terdapat uveitis
rekurens yang dapat menimbulkan kekeruhan pada bagian belakang lensa (katarak kortikalis posterior). 2,8
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium sangat dibutuhkan guna mendapat sedikit gambaran mengenai penyebab uveitis.
Pada pemeriksaan darah, yaitu Differential count, eosinofilia : kemungkinan penyebab parasit atau alergi,
VDRL, FTA, Autoimun marker (ANA, Reumatoid factor, Antidobble Stranded DNA), Calcium, serum

ACE level (sarcoidosis), Toxoplasma serologi dan serologi TORCH lainnya. Pemeriksaan urin berupa
kalsium urin 24 jam (sarcoidosis) dan Kultur (bechets reitters). Pemeriksaan Radiologi, yaitu Foto thorax
(Tbc, Sarcoidosis, Histoplasmosis), Foto spinal dan sendi sacroiliaka (Ankylosing sponfilitis), Foto
persendian lainya (Reumatoid arthritis, juvenile rheumatoid arthritis) dan Foto tengkorak, untuk melihat
adakah kalsifikasi cerebral (toxoplasmosis)
Skin Test, yaitu Mantoux test, untuk Tbc, Pathergy test, untuk Bechets disease akan terjadi
peningkatan sensivitas kulit terhadap trauma jarum pada pasien bila disuntikkan 0,1 ml saline intradermal
dalam 18-24 jam kemudian terjadi reaksi pustulasi. Pemeriksaan-pemeriksaan tersebut diperlukan untuk
mengetahui etiologi secara spesifik, bila dicurigai adanya kecurigaan penyakit sistemik, Uveitis rekuren,
Uveitus bilateral, Uveitis berat, Uveitis posterior dan Onsetnya muda.

10,11

Tabel 3: Anjuran pemeriksaan Untuk mengetahui penyebab sistemik


uveitis anterior
Penyakit yang
dicurugau
berdasarkan
riwayat dan
pemeriksaan
fisik
Ankylosing
spondylitis
Inflammatory
bowel disease
Reiters
syndrome

Hasil
laboratorium

Pemeriksaan
radiologi

konsultasi

ESR,(+)

Sacroiliac x-

Rheumatologist

HLA-B27
(+)HLA-B27

rays

Pemeriksaan
lainnya

Internist or

ESR,(+)

Joint x-

gastroenterologist
Internist,

HLA-B27

rays

urologist,

conjunctival,
urethral, prostate

Psoriatic arthritis

(+)HLA-B27

rheumatologist
Rheumatologist,
dermatologist

Herpes

Diagnosis klinis

Dermatologist

Behcets disease

(+)HLA-B27

Internist or
Rheumatologist

Cultures;

Behcets skin
puncture
test

Lyme disease

ELISA or Lyme

immunofluorescent
assay

Internist,
rheumatologis

Juvenile
rheumatoid
arthritis
Sarcoidosis

Syphilis

ESR,(+)ANA,
(-)Rheumatoid
factor
Angiotensin
converting

Joint x- rays

Rheumatologist or
pediatrictian

Chest x-ray

enzyme (ACE)
(+)RPR or VDRL

Internist

Internist

FTA-ABS or
MHATP
Tuberculosis

Chest x-ray

Internist

Purified protein
derivative (PPD)
skin test

Adapted from Cullen RD,Chang B,eds.The Wills eye manual.Philadelphia:JBLippincott,1994:354-5.


DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding uveitis anterior adalah konjungtivitis,Keratitis atau keratokonjungtivitis dan
Glukoma akut. Pada konjunctivitis penglihatan tidak kabur, respon pupil normal, dan umumnya tidak ada
rasa sakit, fotofobia, atau injeksi ciliar.
Pada keratitis atau keratokonjunctivitis, penglihartan dapat kabur dan ada rasa sakit dan fotofobia.
Beberapa penyebab keratitis seperti herpes simplek dan zoster dapat mengenai uveitis anterior
sebenarnya. Pada glaucoma akut, pupil melebar, tidak ada synekia posterior, dan korneanya beruap.

Gambar 6. Glukoma akut


KOMPLIKASI
Pada uveitis anterior dapat terjadi komplikasi berupa katarak, retinitis proliferans, ablasi retina,
glukoma sekunder yang dapat terjadi pada stadium dini dan stadium lanjut, pada uveitis anterior dengan
visus yang sangat turun, sangat mungkin disertai penyulit edema macula kistoid. 7,8

Gambar 7: Glaucoma sudut tertutup dan Katarak matur


PENATALAKSANAAN

Penatalaksanan yang utama untuk uveitis tergantung pada keparahannnya dan bagian organ yang
terkena. Baik pengobatan topical atau oral adalah ditujuan untuk mengurangi peradangan. 12 Tujuan dari
pengobatan uveitis anterior adalah memperbaiki visual acuity, meredakan nyeri pada ocular,
menghilangkan inflamasi ocular atau mengetahui asal dari peradangannya, mencegah terjadinya sinekia,
dan mengatur tekanan intraocular.13
Pengobatan uveitis anterior adalah tidak spesifik, pada umumnya menggunakan kortikosteroid
topical dan cycloplegics agent. Adakalanya steroid atau nonsteroidal anti inflammatory ( NSAIDs) oral
dipergunakan. Namun obat-obatan steroid dan imunosupresan lainnya mempunyai efek samping yang
serius, seperti gagal ginjal, peningkatan kadar gula darah, hipertensi, osteoporosis, dan galukoma,
khususnya pada steroid dalam bentuk pil. 13
Kortikosteroid
Kortikosteroid topikal adalah terapi awal dan secepatnya diberikan. 8 Tujuan penggunaan
kortikosteroid untuk pengobatan uveitis anterior adalah mengurangi peradangan, yaitu mengurangi
produksi eksudat, menstabilkan membran sel, menghambat penglepasan lysozym oleh granulosit, dan
menekan sirkulasi limposit. 9
Efek terapeutik kortikosteroid topikal pada mata dipengaruhi oleh sifat kornea sebagai sawar terhadap
penetrasi obat topikal ke dalam mata, sehingga daya tembus obat topikal akan tergantung pada
konsentrasi dan frekuensi pemberian, jenis kortikosteroid, jenis pelarut yang dipakai, bentuk larutan. 15
Konsentrasi dan frekuensi pemberian, makin tinggi konsentrasi obat dan makin sering frekuensi
pemakaiannya, maka makin tinggi pula efek antiinflamasinya. Peradangan pada kornea bagian dalam dan
uveitis diberikan preparat dexametason, betametason dan prednisolon karena penetrasi intra okular baik,
sedangkan preparat medryson, fluorometolon dan hidrokortison hanya dipakai pada peradangan pada
palpebra, konjungtiva dan kornea superfisial. 15
Kornea terdiri dari 3 lapisan yang berperan pada penetrasi obat topikal mata yaitu, epitel yang terdiri dari
5 lapis sel, stroma, endotel yang terdiri dari selapis sel. Lapisan epitel dan endotel lebih mudah ditembus
oleh obat yang mudah larut dalam lemak sedangkan stroma akan lebih mudah ditembus oleh obat yang
larut dalam air. Maka secara ideal obat dengan daya tembus kornea yang baik harus dapat larut dalam
lemak maupun air (biphasic). Obat-obat kortikosteroid topikal dalam larutan alkohol dan asetat bersifat
biphasic. 15

Kortikosteroid tetes mata dapat berbentuk solutio dan suspensi. Keuntungan bentuk suspensi adalah
penetrasi intra okular lebih baik daripada bentuk solutio karena bersifat biphasic, tapi kerugiannya bentuk
suspensi ini memerlukan pengocokan terlebih dahulu sebelum dipakai. Pemakaian steroid tetes mata akan
mengakibatkan komplikasi seperti: Glaukoma, katarak, penebalan kornea, aktivasi infeksi, midriasis
pupil, pseudoptosis dan lain-lain.15
Beberapa kortikosteroid topikal yang tersedia adalah prednisolon acetate 0,125% dan 1%, prednisolone
sodium phospat 0,125% , 0,5%, dan 1%, deksamentason alcohol 0,1%, deksamethasone sodium phospat
0,1%, fluoromethasone 0,1% dan 0,25%, dan medrysone 1%. 12
Cycloplegics dan mydriatics
Semua

agent

cycloplegic

adalah

cholinergic

antagonist

yang

bekerja

memblokade

neurotransmitter pada bagian reseptor dari sphincter iris dan otot ciliaris. Cycloplegic mempunyai tiga
tujuan dalam pengobatan uveitis anterior, yaitu untuk mengurangi nyeri dengan memobilisasi iris,
mencegah terjadinya perlengketan iris dengan lensa anterior ( sinekia posterior ), yang akan mengarahkan
terjadinya iris bombe dan peningkatan tekanan intraocular, menstabilkan blood-aqueous barrier dan
mencegah terjadinya protein leakage (flare) yang lebih jauh. Agent cycloplegics yang biasa dipergunakan
adalah atropine 0,5%, 1%, 2%, homatropine 2%, 5%, Scopolamine 0,25%, dan cyclopentolate 0,5%, 1%,
dan 2%. 9
Oral steroid dan Nonsteroidal Anti Inflammatory Drugs
Prednisone oral dipergunakan pada uveitis anterior yang dengan penggunaan steroid topical
hanya berespon sedikit. Penghambat prostaglandin, NSAIDs ( biasanya aspirin dan ibuprofen ) dapat
mengurangi peradangan yang terjadi. Sebagai catatan, NSAIDs dipergunakan untuk mengurang
peradangan yang dihubungkan dengan cystoids macular edema yang menyertai uveitis anterior. 9
Pengobatan kortikosteroid bertujuan mengurangi cacat akibat peradangan dan perpanjangan periode
remisi. Banyak dipakai preparat prednison dengan dosis awal antara 12 mg/kg BB/hari, yang selanjutnya
diturunkan perlahan selang sehari (alternating
single dose). Dosis prednison diturunkan sebesar 20% dosis awal selama 2 minggu pengobatan,
sedangkan preparat prednison dan dexametaxon dosis diturunkan tiap 1 mg dari dosis awal selama 2
minggu. 9
Indikasi pemberian kortikosteroid sistemik adalah Uveitis posterior, Uveitis bilateral, Edema macula,
Uveitis anterior kronik (JRA, Reiter). Pemakaian kortikosteroid dalam jangka waktu yang lama akan

terjadi efek samping yang tidak diingini seperti Sindrom Cushing, hipertensi, Diabetes mellitus,
osteoporosis, tukak lambung, infeksi, hambatan pertumbuhan anak, hirsutisme, dan lain-lain. 9
Pengobatan lainnya
Jika pasien tidak koperatif atau iritis tidak berespon banyak dengan penggunaan topical steroid,
injects subkonjuctival steroid ( seperi celestone ) akan berguna. Depot steroid seharusnya dihindari pada
kasus uveitis sekunder, seperti yang diakibatkan oleh herpes atau toksoplasmosis karena dapat
memperparah. 8
Injeksi peri-okular dapat diberikan dalam bentuk long acting berupa Depo maupun bentuk short
acting berupa solutio. Keuntungan injeksi periokular adalah dicapainya efek anti peradangan secara
maksimal di mata dengan efek samping sistemik yang minimal. 15
Indikasi injeksi periokular adalah apabila pasien tidak responsif terhadap pengobatan tetes mata,
maka injeksi periokular dapat dianjurkan, Uveitis unilateral, pre operasi pada pasien yang akan dilakukan
operasi mata, anak-anak, dan komplikasi edema sistoid makula pada pars planitis. Penyuntikan steroid
peri-okular merupakan kontra indikasi pada uveitis infeksi (toxoplasmosis) dan skleritis.

15

Lokasi injeksi peri-okular sub-konjuctiva dan sub-tenon steroid repository serta Injeksi sub-tenon
posterior dan retro-bulbar. Keuntungan injeksi sub-konjungtiva dan sub-tenon adalah dapat mencapai
dosis efektif dalam 1 kali pemberian pada jaringan intraokular selama 24 minggu sehingga tidak
membutuhkan pemberian obat yang berkali-kali seperti pemberian topikal tetes mata. Untuk kasus uveitis
anterior berat dapat dipakai dexametason 24 mg. Injeksi sub-tenon posterior dan retro-bulbar, cara ini
dipergunakan pada peradangan segmen posterior (sklera, koroid, retina dan saraf optik).

15

Komplikasi injeksi peri-okular adalah Perforasi bola mata, Injeksi yang berulang menyebabkan
proptosis, fibrosis otot ektra okular dan katarak sub-kapsular posterior, Glaukoma yang persisten terhadap
pengobatan, terutama dalam bentuk Depo di mana dibutuhkan tindakan bedah untuk mengangkat steroid
tersebut dari bola mata, Astrofi lemak sub-dermal pada teknik injeksi via palpebra. 15
Follow-up awal pasien uveitis anterior harus terjadwal antara 1 7 hari, tergantung pada
keparahannya. Yang dinilai pada setip follow-up adalah visual aquity, pengukuran tekanan intraocular,
pemeriksaan dengan menggunakan slitlamp, assasment cel dan flare, dan evaluasi respon terhadap terapi.
9

Table 4 frekuensi dan komposisi terhadap penilaian dan penanganan


uveitis anterior
Tingkat
keparahan

Banyknya
kunjungan
follow up

Visual

Cells

Tono-

Ophthalmo-

Acuity

metry

scopy

Uveitis

danFlare pada
pemerisaan Slit

Anterior

Lamp

Ringan

Setiap 4-7
hari

Ya

Ya

Ya

Sedang

Setiap 2-4hari

Ya

Ya

Ya

berat

Setiap 1-2hari

Ya

Ya

Ya

Jika pada visit Tatalaksana seperti


awal belum
di Table 6
terdiagnosa
Jika pada visit Tatalaksana seperti
awal belum
di Table 6
terdiagnosa
Jika pada visit Tatalaksana seperti
awal belum
di Table 6
terdiagnosa

Tabel 5 : penanganan pada uveitis anterior dan follow up


A. Mild uveitis (Optional depending on symptoms)
1. Cyclopentolate, 1% (t.i.d.) atau homatropine, 5% (b.i.d.-t.i.d.)
2. Prednisolone, 1% (b.i.d.-q.i.d.)
3. Aspirin atau ibuprofen, 2 tablet (q.4h)b secara oral
4. Penggunaan bloker jka TIO meningkat
5. Reevaluasi 4-7 hari (atau jika berambah parah)
B. Refer to primary care physician for systemic evaluation (when indicated)
C. Moderate uveitis
1. Homatropine, 5% (q.i.d.) atau scopolamine, 0.25% (b.i.d.)
2. Prednisolone, 1% (q.i.d.)a

Rencana
penetalaksanaan

3. Aspirin atau ibuprofen, 2 tablets (q.4h)b secara oral


4. Penggunaan bloker jka TIO meningkat
5. Paca mata gelap
6. Anjuran kepada pasien agar berhati-hati
7. Re-evaluasi 2-4 hari (atau bila perlu)
D. Severe uveitis
1. Atropine, 1% (b.i.d.-t.i.d.) atau homatropine, 5% (q.4h)
2. Prednisolone, 1% (q.2-4h)a
3. Aspirin atau ibuprofen, 2 tablets (q.3-4h) secara oral
4. Penggunaan bloker jka TIO meningkat
5. Paca mata gelap
6. Anjuran kepada pasien agar berhati-hati
7. Reevaluasi 1-2 hari
Adapted from Catania LJ. Primary care of the anterior segment, 2nd ed.Norwalk, CT: Appleton & Lange,
1995:372.
PROGNOSIS
Kebanyakan kasus uveitis anterior berespon baik jika dapat didiagnosis secara awal dan diberi
pengobatan. uveitis anterior mungkin berulang, terutama jika ada penyebab sistemiknya. Karena baik para
klinisi dan pasien harus lebih waspada terhadap tanda dan mengobati dengan segera. Prognosis visual
pada iritis kebanyak akan pulih dengan baik, tanp adanya katarak, glaucoma atau posterior uveitis.
BAB III
KESIMPULAN

Uveitis adalah inflamasi traktus uvea (iris,korpus siliaris,dan koroid) dengan berbagai
penyebab.Struktur yang berdekatan dengan jaringan uvea yang mengalami inflamasi biasanya juga ikut
mengalami inflamasi. Uveitis anterior merupakan radang iris dan badan siliar bagian depan atau pars
plikata, yang disebabkan oleh gangguan sistemik di tempat lain, yang secara hematogen dapat menjalar
ke mata atau timbul karena reaksi alergi mata. Uveitis anterior dikatakan akut jika terjadi kurang dari 6
minggu dan dikatakan sebagai kronik jika lebih dari 6 minggu. Laboratorium sangat dibutuhkan guna
mendapat sedikit gambaran mengenai penyebab uveitis. Penatalaksanan yang utama untuk uveitis
tergantung pada keparahannnya dan bagian organ yang terkena dan prognosis kebanyakan kasus uveitis
anterior berespon baik jika dapat didiagnosis secara awal.
DAFTAR PUSTAKA
1. Gunawan wasisdi, Gambaran Klinis Uveitis Anterior Akua pada HLA B27 Positif, FKUGM,
Yogyakarta
2. Ilyas Sidarta, Uveitis Anterior, Ilmu Penyakit Mata, ed II, FKUI, Jakarta: 2002
3. www_preventblindness. Co.id, Causes of Anterior Uveitis . Accessed. September th. 2006:1-2
4. www_nlm.nih.gov. co_id, veitis . Accessed. September th. 2006:1-2
1. Wijana Nana, Uvea, Ilmu Penyakit Mata, hal 126-127
2. K George Roger, MD, Uveitis, Nongranulomatous. www emedicine.co.id, Accessed. June th.
2005:1-3
3. Vaughan G Daniel, anatomi dan Embriologi Mata, Oftalmologi Umum ed 14, Widya Medika,
Jakarta: 2000 hal8-9
4. www.emedicine.com
5. www.oao.com
6. www.healthatoz.com
7. Wong tien YN, Uvetis Systemic and Tumots , The Opthlmolgy Examinations Review, Wrld
Scientific, Singapura:2001. P321-323.
8. www.stlukesEye .com
9. www.allaboutvision.com
10. www.cerminduniakedokteran.com
11. www.healthline.com
12. www.medicallibrary.com
13. http://www.mersi ocular imunology.htm

Anda mungkin juga menyukai