Disusun Oleh :
Achmad Fauzi Al Amrie
(260112120033)
STROKE
A. DEFINISI
Stroke merupakan cedera vaskular akut pada otak dimana terjadi suatu
cedera mendadak dan berat pada pembuluh pembuluh darah otak. Cedera dapat
disebabkan oleh sumbatan bekuan darah, penyempitan pembuluh darah, atau
pecahnya pembuluh darah. Hal ini menyebabkan kurangnya pasokan darah yang
memadai (Feigin, 2004).
B. PATOFISIOLOGI
1. Faktor Resiko Stroke
a. Faktor resiko tidak dapat dimodifikasi untuk stroke antara lain
peningkatan usia, laki laki, ras (Amerika afrika, Asia, Amerika latin)
dan turunan.
b. Faktor resiko utama yang dapat dimodifikasi antara lain hipertensi dan
penyakit jantung (penyakit jantung koroner, gagal jantung, hipertropi
ventrikel kiri, fibrilasi atrial).
c. Faktor resiko lainnya antara lain serangan iskemia sementara, diabetes
melitus, dislipidemia, dan merokok (Sukandar et al., 2008).
Secara umum stroke dibagi menjadi dua macam yakni stroke iskhemia
dan stroke hemoragik (pendarahan).
2. Stroke Iskhemia
3
Stroke Embolik
Yaitu Tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah.
c.
Hipoperfusion Sistemik
Yaitu Berkurangnya aliran darah ke seluruh bagian tubuh karena adanya
gangguan denyut jantung (Feigin, 2004)
3. Stroke Pendarahan (Hemoragik)
Sejumlah 12% stroke adalah stroke pendarahan dan termasuk
pendarahan
subdural. Pendarahan subarakhnoid dapat terjadi dari luka berat atau rusaknya
aneurisme intrakranial atau cacat arteriovena. Pendarahan intra serebral terjadi
ketika
pembuluh
darah
rusak
dalam
parenkim
otak
menyebabkan
Penurunan
kesadaran
yang
berat
sampai
koma
disertai
b. Perdarahan subarakhnoid
Perdarahan subarakhnoid adalah suatu keadaan dimana terjadi
perdarahan di ruang subarakhnoid yang timbul secara primer (Chirztoper,
2007).
muntah
wajah. Tanda khas pada stroke jenis ini adalah temuan klinis yang saling
berseberangan (defisit nervus kranialis ipsilateral dan deficit motorik
kontralateral).
5. Arteri karotis interna (sirkulasi anterior)
Gejala yang ada umumnya unilateral. Lokasi lesi yang paling sering
adalah bifurkasio arteri karotis komunis menjadi arteri karotis interna dan
eksterna. Adapun cabang-cabang dari arteri karotis interna adalah arteri
oftalmika (manifestasinya adalah buta satu mata yang episodik biasa disebut
amaurosis fugaks), komunikans posterior, karoidea anterior, serebri anterior
dan media sehingga gejala pada oklusi arteri serebri anterior dan media pun
dapat timbul.
6. Lakunar stroke
Lakunar stroke timbul akibat adanya oklusi pada arteri perforans kecil
di daerah subkortikal profunda otak. Diameter infark biasanya 2-20 mm. Gejala
yang timbul adalah hemiparese motorik saja, sensorik saja, atau ataksia. Stroke
jenis ini biasanya terjadi pada pasien dengan penyakit pembuluh darah kecil
seperti diabetes dan hipertensi.
Terdapat beberapa gejala awal yang membedakan stroke hemoragik dan
non hemoragik (iskhemik) seperti gejala seperti mual muntah, sakit kepala dan
hemiparesis atau hemiplegic sejak permulaan serangan lebih sering terjadi pada
stroke hemoragik. Serangan stroke hemoragik biasanya terjadi pada waktu
melakukan aktivitas, emosi atau marah, sedangkan stroke iskhemik terjadi
ketika waktu istirahat. Selain itu, pada stroke hemoragik kesadaran menurun
bahkan sampai koma, sedangkan stroke iskhemik, kesadaran tidak menurun
(Hassmann, 2010).
D. DIAGNOSIS
1. Computerized tomography (CT)
mendeteksi
pemindaian
Pemindaian
arteri
karotis
dilakukan
dengan
ultrasonografi
10
sedikit sampel cairan serebrospinal (cairan yang merendam otak dan korda
spinalis ) untuk pemeriksaan laboratorium (Feigin, 2006).
6. EKG
Elektrokardiografi digunakan untuk mencari tanda-tanda kelainan
irama jantung atau penyakit jantung sebagai kemungkinan penyebab stroke
pasien. Sensor listrik yang peka, yang disebut elektrosa, diletakkan pada kulit
di tempat-tempat tertentu. Elektroda-elektroda ini merekam perubahan siklis
arus listrik alami tubuh yang terjadi sewaktu jantung berdenyut. Hasilnya
dianalisis oleh komputer dan diperlihatkan dalam sebuah grafik yang disebut
elektrokardiogram (Feigin, 2006).
E. HASIL TERAPI YANG DIINGINKAN
Hasil pengobatan stroke yang diinginkan :
(1) Peningkatkan jumlah oksigen otak yang sangat diperlukan untuk perbaikan
fungsi otak
(2) Penurunan sumbatan atau plak, sehingga aliran darah & nutrisi ke otak
(3)
(4)
(5)
(6)
berjalan baik
Suplai nutrisi yang dibutuhkan otak dan hantaran syaraf
Perbaikan profil lemak darah, sehingga mengurangi resiko stroke
Menambah energi dan sistem imun penderita
Untuk mereduksi kerusakan neurologis yang terjadi dan menurunkan
11
langsung
di
dalam
darah
selain
dari
plak.
Hemorrhagic Stroke
Saat ini belum ada study yang jelas mengenai standar strategi
12
Penanganan akut
Rekomendasi
Bukti*
IA
IA
Terapi antiplatelet
IA
Aspirin 50 325 mg
Clopidogrel 75 mg setiap hari
Aspirin 25 mg + dipiridamol
IIa A
IIb B
IIa A
IA
Pengobatan antihipertensif
IA
fibrilasi atrium)
Semua
14
Hipertensi terdahulu
IA
Normotensif terdahulu
IIa B
Dislipidemia
Statin
IA
Lipid normal
Statin
IIa B
* Penggolongan kelas dan tingkatan bukti: Ibukti atau persetujuan umum yang berguna dan
efektif; IIbukti yang masih diperdebatkan kegunaannya; IIabobot bukti dalam mendukung
penanganan; IIb kegunaan masih belum dibuktikan dengan baik; IIItidak berguna dan bahkan
merugikan. Tingkatan bukti: A uji klinik secara acak banyak; Bpercobaan acak tunggal atau
studi tanpa pengacakan; Copini ahli atau studi kasus.
Alteplase (t-PA)
Alteplase adalah enzim serin-protease dari sel endotel pembuluh yang
dibentuk dengan teknik rekombinan DNA. Waktu paruhnya hanya 5 menit.
Alteplase bekerja sebagai fibrinolitik dengan cara mengikat pada fibrin dan
mengaktivasi
plasminogen
jaringan.
Plasmin
yang
terbentuk
kemudian
kematian dalam 28 hari pertama, namun kematian jangka panjang dan cacat tidak
berbeda dengan placebo. Pada kedua pengujian, terdapat peningkatan kecil namun
signifikan pada transformasi pendarahan dari infark. Untuk keseluruhan, efek
menguntungkan dari penggunaan aspirin telah diadopsi sebagai garis pedoman
klinis (DiPiro et al., 2008).
Antiplatelet
Semua pasien yang memiliki stroke iskemik akut akan menerima terapi
antitrombosis jangka panjang untuk pencegahan sekunder. Pada pasien dengan
stroke nonkardioembolik, akan terdapat beberapa bentuk terapi antiplatelet.
Aspirin menunjukkan hasil studi yang paling baik, dan menjadi obat pilihan
utama. Akan tetapi, literatur yang telah dipublikasikan mendukung penggunaan
clopidogrel dan produk kombinasi sebagai obat pilihan pertama pada pencegahan
stroke sekunder (DiPiro et al., 2008).
Efikasi clopidogrel sebagai antiplatelet pada gangguan atherothrombosis
diperlihatkan dalam pengujian clopidogrel versus aspirin pada pasien dengan
risiko kejadian iskemik (CAPRIE). Dalam studi ini lebih dari 19,000 pasien
dengan riwayat infark myokard, stroke, atau penyakit arteri perifer, clopidogrel 75
mg/hari dibandingkan dengan aspirin 325 mg/hari dalam kemampuannya
menurunkan infark myokard, stroke, atau kematian kardiovaskular. Pada analisis
akhir, clopidogrel lebih efektif (8% relative risk reduction [RRR]) daripada aspirin
(P = 0.043) dan memiliki kemiripan efek samping. Pada European Stroke
Prevention Study 2 (ESPS-2), aspirin 25 mg dan dipyridamole dengan pelepasan
diperpanjang (ERDP) 200 mg dua kali sehari dibandingkan sendiri-sendiri dan
dalam kombinasi dengan plasebo untuk kemampuan mereka dalam menurunkan
stroke kambuhan selama 2 tahun. Dalam jumlah lebih dari 6,600 pasien, ketiga
kelompok perlakuan menunjukkan plaseboaspirin, 18% RRR; ERDP, 16%
RRR; dan kombinasi, 37% RRR. Kombinasi aspirin 25 mg dan ERDP 200 mg dua
kali sehari merupakan pengobatan yang sangat efektif untuk mencegah
kekambuhan pada pasien stroke. Kombinasi dipiridamole (83% pelepasen
diperpanjang) dan aspirin (30325 mg sehari) lebih efektif daripada aspirin saja
dalam menurunkan stroke kambuhan (DiPiro et al., 2008).
16
Warfarin
Warfarin merupakan pengobatan paling efektif untuk pencegahan stroke
pada pasien dengan fibrilasi atrium. Dalam European Atrial Fibrillation Trial
(EAFT), 669 pasien dengan fibrilasi atrium nonvalvular (NVAF) dan stroke diberi
perlakuan acak terhadap warfarin (international normalized ratio [INR] = 2.54),
aspirin 300 mg/day, or placebo. Pasien di kelompok plasebo mengidap stroke,
infark myokard, atau kematian vaskular sebesar 17% per tahun dibandingkan
dengan 8% per tahun untuk kelompok warfarin dan 15% per tahun untuk
kelompok aspirin. Hal ini mewakili 53% penurunan risiko dengan antikoagulan
(DiPiro et al., 2008).
Blood Pressure Lowering
Kenaikan tekanan darah sudah umum terjadi pada stroke iskemik, dan
pengobatan hipertensi pada pasien tersebut berhubungan dengan penurunan risiko
stroke kambuhan. Populasi stroke multinasional (40% orang Asia) diberi
perlakuan secara acak, yaitu penurun tekanan darah dengan angiotensinconverting enzyme (ACE) inhibitor perindopril (dengan atau tanpa indaimid
diuretik tiazida) atau plasebo. Pasien yang diobati menunjukkan penurunan
tekanan darah, 9 poin sistolik dan 4 poin diastolik mm Hg, dan ini berhubungan
dengan penurunan stroke kambuhan 28%. Pasien yang diberi obat kombinasi,
rata-rata penurunan tekanan darah adalah 12 sistolik dan 5 diastolik mm Hg
sehingga terjadi penurunan stroke kambuhan yang lebih besar (43%). Pasien
dengan atau tanpa hipertensi direkomendasikan menggunakan ACE inhibitor dan
diuretik untuk penurunan tekanan darah pasien stroke. Periode penurun tekanan
darah untuk stroke akut (7 hari pertama) menghasilkan penurunan aliran darah
otak dan memperparah gejala; oleh karena itu, rekomendasi terbatas pada pasien
di luar stroke akut (DiPiro et al., 2008).
Statin
17
Golongan statin dapat menurunkan risiko stroke sebesar 30% pada pasien
dengan
penyakit
jantung
koroner
dan
dislipidimia.
Stroke
iskemik
18
19
pendarahan
intraserebral
primer, keuntungan
20
fungsi
neurologis,
pendarahan
Stroke iskemik
Aspirin
Clopidogrel
ERDP/ASA
Warfarin
Stroke hemoragik
Pendarahan
Pendarahan
Sakit
kepala,
pendarahan
Pendarahan,
INR, Hb/Hct
Nimodipin
TD,
fungsi
(untuk SAH)
neurologis, ICP
TD,
fungsi
Frekuensi
Setiap 15 menit x 1 jam
Setiap 0,5 jam x 0,6 jam
Setiap 1 jam x 17 jam
Setiap setelah pergantian (shift)
Harian
Harian
Harian
INR harian x 3 hari
INR mingguan hingga stabil
INR bulanan
Setiap 2 jam dalam ICU
Setiap 2 jam dalam ICU
neurologis,
status cairan
21
Temperatur,
CBC
Nyeri
CBC, harian
(betis
Setiap 8 jam
atau dada)
Elektrolit dan
All patients
Up to daily
ECG
Heparins untuk
Pendarahan,
profilaksis DVT
trombosit
Pendarahan, harian
Trombosit,
jika
dimungkinkan
terdapat trombositopenia
Keterangan:
TD, tekanan darah;
CBC (complete blood count), keseluruhan darah yang terhitung;
DVT (deep vein thrombosis), thrombosis vena dalam;
ECG, elektrokardiogram;
ERDP/ASA, extended-release dipyridamole plus aspirin;
Hb, hemoglobin;
Hct, hematokrit;
ICP (intracranial pressure), tekanan intrakranial;
ICU, intensive care unit;
INR, international normalized ratio;
SAH, subarachnoid hemorrhage (Wells et al., 2009).
Pemilihan rencana pengobatan harus dibuat untuk masing-masing pasien
berdasarkan komorbiditas dan penyakit yang dideritanya.
H. CONTOH KASUS DAN SOLUSI
Seorang wanita berusia 55 tahun mengeluh mengalami serangan
kecanggungan atau kelemahan pada tangan kanannya, yang dimulai sejak sebulan
sebelumnya. Pada awalnya, setiap episode berlangsung beberapa detik dan
kemudian hilang sama sekali, biasanya secara spontan, tetapi kadang-kadang
setelah ia menggosok tangannya. Ia adalah perokok, tetapi secara umum sehatsehat saja. Ia beranggapan bahwa serangan ini disebabkan oleh kerja terlalu keras
dan kelelahan, dan awalnya tidak pergi berobat. Namun, ia mengamati bahwa
serangan tersebut mulai bertambah lama, dan serangan yang terakhir
menimbulkan keluhan yang tidak hilang hingga dua hari. Pemeriksaan klinis
22
DAFTAR PUSTAKA
Adams H.P Jr, del Zoppo G, Alberts M.J, et al. 2007. Guidelines for the early
managment of adults with ischemic stroke. A guideline from the American
Heart Association ;38:16551711.
23
K.A.
2010.
Ischemic
Stroke.
http://emedicine.medscape.com/article/793904-overview
Available
at
[Diakses
16
September 2011].
Junaidi, I., 2004, Panduan Praktis Pencegahan dan Pengobatan Stroke. Jakarta :
PT Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia.
Khaja AM, Grotta JC. 2007. Established treatments for acute ischemic stroke.
Lancet 2007;369:319330.
Rumantir C.U. Gangguan Peredaran Darah Otak. Pekanbaru : SMF Saraf RSUD
Arifin.
Sukandar, E.Y.,R. Andrajati, J.I. Sigit, I.K.Adnyana, dan A.A.P.Setiadi. 2008. ISO
Farmakoterapi. Jakarta : ISFI Penerbitan.
Wells, B. G., Dipiro, J. T., Schwinghammer, T. L., Dipiro, C. V. 2009.
Pharmacotherapy Handbook. Edisi ke 7. New York: The McGraw-Hill
Companies, Inc.
24
25