PENDAHULUAN
Kerusakan sel disebabkan oleh radikal bebas dipercaya berperan penting dalam
proses penuaan dan perjalanan suatu penyakit. Antioksidan adalah lini pertama dalam
pertahanan tubuh melawan kerusakan radikal bebas, dan menjaga kesehatan secara
optimum. Kebutuhan antioksidan menjadi meningkat dengan peningkatan keterpajanan
dari radikal bebas. Polusi, rokok, obat-obatan, penyakit, stres, dan bahkan olahraga dapat
meningkatkan pajanan radikal bebas. Banyak ahli percaya bahwa kebutuhan makanan
untuk antioksidan spesifik mungkin inadekuat dan kadang-kadang membutuhkan lebih
banyak makanan yang mengandung antioksidan. 1
Radikal bebas merupakan molekul reaktif yang memiliki elektron tak berpasangan.
Berbagai jenis radikal bebas memiliki potensi untuk berinteraksi terhadap molekul biologis
dalam tubuh, seperti protein, lipid, dan DNA, dan mencetuskan reaksi yang dapat merusak
serta menyebabkan kematian sel. Berbagai evidens yang ada hingga saat ini telah
menunjukkan bahwa pajanan radikal bebas terlibat dalam etiologi berbagai penyakit
termasuk penyakit vaskuler. 2,3
Radikal bebas berasal dari dalam (endogen) maupun luar tubuh (eksogen). Reactive
Oxygen Species (ROS), radikal bebas endogen, terbentuk saat proses metabolisme aerobik.
Dan reaksi sekunder transisi logam seperti copper dan besi; sedangkan radikal bebas
eksogen dapat berasal dari asap rokok, polusi, sinar ultraviolet, dan lain lain. 2,3,6
Kerusakan akibat pajanan radikal bebas diminimalkan dengan antioksidan. Di
dalam tubuh, sistem pertahanan antioksidan kompleks bekerja meminimalkan dampak
pajanan radikal bebas endogen dan eksogen berlebih. Antioksidan endogen seperti
suproxide dismutase, catalase, dan glutathion peroxidase menghambat oksidasi komponen
seluler dengan secara langsung menangkap ROS dan reactive nitrogen species,
memetabolisme peroksidase lipid menjadi substansi non-radikal, dan dengan reaksi
chelation ion logam untuk mencegah terbentuknya oksidan. Antioksidan eksogen seperti
vitamin C, E, carotenoid, dan polyphenol juga bekerja menangkap radikal bebas. 2,3
Pada kondisi stres fisik, infeksi, pajanan berlebih radikal bebas, kapasitas
antioksidan menjadi tidak memadai untuk menangkal radikal bebas. Kapasitas antioksidan
tubuh juga makin menurun sejalan dengan pertambahan usia. Kondisi pajanan radikal
bebas melebihi kapasitas antioksidan tubuh disebut dengan stres oksidatif. Stres oksidatif
telah diketahui berperan terhadap timbulnya berbagai penyakit inflamasi atau degeneratif
seperti Alzheimer, Parkinson, aterosklerosis,artritis reumatoid, kanker, dan proses penuaan
dini. 2,3
Pada kondisi stres oksidatif, tambahan asupan antioksidan akan bermanfaat. Salah
satu contoh antioksidan eksogen adalah astaxanthin, suatu carotenoid, yang terutama
banyak terdapat pada organisme laut. Astaxanthin merupakan antioksidan poten dengan
kekuatan antioksidan 100 kali lipat lebih kuat dibandingkan a-tocopherol dan 40 kali lipat
lebih kuat dibandingkan dengan -carotene. Namun tidak seperti carotenoid lain,
astaxanthin tidak menunjukkan sifat prooksidan. Berbagai penelitian menunjukkan efek
protektif astaxanthin terhadap peroksidase lipid yang diinduksi radikal bebas di dalam
larutan organik,liposom, mikrosom hati dan membran sel. 2,3
BAB II
ANTIOKSIDAN
II.1. Definisi antioksidan 3,4
Antioksidan adalah zat yang dapat melindungi sel-sel terhadap efek radikal
bebas. Radikal bebas adalah molekul yang diproduksi ketika makanan
dimetabolisme
tubuh,
atau
dengan
paparan
lingkungan
seperti
asap
tembakau dan radiasi. Radikal bebas dapat merusak sel-sel, dan mungkin
memainkan peran dalam penyakit jantung, kanker dan penyakit lainnya.
II.2. Klasifikasi antioksidan 3
Berdasarkan sumber perolehannya ada 2 macam antioksidan, yaitu
antioksidan alami merupakan antioksidan hasil ekstraksi bahan alami dan
antioksidan buatan (sintetik) merupakan antioksidan yang diperoleh dari hasil
sintesa reaksi kimia.
II.3. Oksidan 4
Oksidan dapat mengganggu integritas sel karena dapat bereaksi dengan
komponen-komponen sel yang penting untuk mempertahankan kehidupan sel, baik
komponen struktural (misalnya molekul-molekul penyusun membran) maupun
komponen-komponen fungsional (misalnya enzim-enzim dan DNA). Oksidan yang
dapat me-rusak sel berasal dari berbagai sumber, yaitu :
a. yang berasal dari tubuh sendiri, yaitu senyawa-senyawa yang sebenarnya
berasal dari proses-proses biologik normal (fisiologis), namun oleh suatu
sebab terdapat dalam jumlah besar
b. yang berasal dari proses-proses peradangan.
c. yang berasal dari luar tubuh, seperti misalnya obat-obatan dan senyawa
pencemar (polutant)
d. yang berasal dari akibat radiasi
II.4. Oksidan dan Radikal bebas 4
Dalam kepustakaan kedokteran pengertian oksidan dan radikal bebas (free
radicals) sering dibaurkan karena keduanya memiliki sifat-sifat yang mirip.
Aktivitas kedua jenis senyawa ini sering menghasilkan akibat yang sama walaupun
prosesnya berbeda. Sebagai contoh perhatikan dampak H2O2 (hidrogen peroksida)
dan radikal bebas OH (radikal hidroksil) terhadap glutation (GSH) :
a. H2O2 :
GSH + H2O2 GSSG + 2H2O
b. OH :
GSH +
OH
GS +
GS GSSG
radikal
bebas
yang
mirip
dengan
oksidan
terletak
pada
Suatu konsekuensi dari metabolisme aerobik normal: sekitar 90% dari oksigen
yang digunakan oleh sel dikonsumsi oleh sistem transpor elektron mitokondria.
Ledakan oksidatif dari fagosit (sel darah putih) sebagai bagian dari mekanisme
dimana bakteri dan virus dibunuh, dan protein asing (antigen) yang
didenaturasi.
kolesterol. Dua komponen pertama mengandung asam lemak tak jenuh. Justru
asam lemak tak jenuh ini (asam-asam linoleat, linolenat dan arakidonat) sangat
rawan terhadap serangan-serangan radikal, terutama radikal hidroksil. Radikal
hidroksil dapat menimbulkan reaksi rantai yang dikenal dengan nama peroksidasi
lipid
LH
OH
H2 O
Asam lemak.
+
Radikal lipid
O2
LOO
Radikal peroksilipid
LOO
RH
LOOH
dan seterusnya.
Akibat akhir dari rantai reaksi ini adalah terputusnya rantai asam lemak
menjadi berbagai senyawa yang bersifat toksis terhadap sel, antara lain berbagai
macam aldehida, seperti malondialdehida, 9-hidroksi-nonenal serta bermacammacam hidrokarbon seperti etana (C2H6) dan pentana (C5H12).
Dapat pula terjadi ikatan silang (cross-linking) antara dua rantai asam
lemak atau antara asam lemak dan rantai peptida (protein) yang timbul karena
reaksi dua radikal :
R1 + R2
R1R2
mutasi ini mengenai gen-gen tertentu yang disebut onkogen, maka mutasi tersebut
dapat menimbulkan kanker.
Nutrisi yang diturunkan antioksidan seperti asam askorbat (vitamin C), tokoferol
dan tokotrienol (vitamin E), karotenoid, dan senyawa dengan berat molekul rendah
seperti glutathione dan lipoic acid.
Neutralizing antioxidants
Hydroxyl radical
Superoxide radical
Hydrogen peroxide
Lipid peroxides
II.10. Phytonutrients 1
Sejumlah bahan diet antioksidan lainnya ada di luar vitamin yang
disebutkan
dapat
membahayakan
efektivitas
dari
mekanisme
pertahanan
disintesis dari asam amino glisin, glutamat, dan sistein. Glutathione langsung
memadamkan ROS seperti lipid peroksida, dan juga berperan utama dalam
metabolisme xenobiotik. Paparan hati untuk zat xenobiotik menginduksi reaksi
oksidatif melalui upregulation of detoxification enzymes, yaitu, cytochrome P-450
mixed-function oxidase. Ketika seorang individu terpapar xenobiotik dosis tinggi,
glutathione lebih digunakan untuk konjugasi (kunci dalam proses detoksifikasi
tubuh) sehingga kurang tersedia sebagai antioksidan. Penelitian menunjukkan
bahwa vitamin C dan glutathione bekerja secara interaktif untuk menghentikan
radikal bebas dan bahwa mereka memiliki sparing effect
pada satu sama lain.
Lipoic acid,
antioksidan endogen lain yang penting, dikategorikan sebagai "
thiol " atau biothiol," adalah molekul yang mengandung sulfur yang dikenal
keterlibatannya dalam reaksi yang mengkatalisis dekarboksilasi oksidatif alphaketoacid,
seperti
piruvat
dan
alphaketoglutarate,
dalam
siklus
Krebs.
banyak
bukti
yang
menunjukkan
langkah
penting
dalam
II.13.2. Kanker 1
Kanker adalah penyebab utama kedua kematian di Amerika Serikat.
Bukti epidemiologi secara konsisten berhubungan antara asupan antioksidan yang
rendah atau antioksidan dalam darah rendah dengan peningkatan risiko kanker.
Kenyataannya, diet rendah buah dan sayuran melipat-gandakan risiko
sebagian besar jenis kanker. Oksidan mampu merangsang pembelahan sel, yang
merupakan faktor penting dalam mutagenesis. Ketika sebuah sel dengan DNA
untai yang rusak terbagi, metabolisme sel dan duplikasi menjadi tidak teratur.
Dengan demikian, mutasi dapat muncul yang pada gilirannya merupakan faktor
penting dalam karsinogenesis. Dipercayai bahwa antioksidan memberikan efek
sebelumnya,sejumlah
buah-buahan
dan
sayuran
termasuk dalam diet tampaknya memiliki dampak yang signifikan terhadap risiko
kanker. Meskipun aktivitas antioksidan yang diyakini bertanggung jawab untuk
banyak perlindungan terhadap tumorgenesis, kegiatan antikanker tambahan telah
diamati dari beberapa tanaman yang diturunkan zat. Sulfur mengndung
phytochemical, seperti alil sulfida ditemukan di keluarga allium (bawang putih,
bawang, daun bawang), dan isothyocyanates dan sulphoraphane (kubis, brokoli,
dan kembang kol) telah ditunjukkan menghambat berbagai langkah-langkah dalam
perkembangan tumor pada hewan dan studi in vitro. Indoles, juga ditemukan dalam
sayuran, dan terpene, konstituen alami minyak jeruk, juga dapat menjadi
pelindung.
dari
penyakit
ini.
Telah
dikemukakan
bahwa
peningkatan
BAB III
KESIMPULAN
Antioksidan adalah lini pertama dalam pertahanan tubuh melawan kerusakan
radikal bebas, dan menjaga kesehatan secara optimum. Kebutuhan antioksidan menjadi
meningkat dengan peningkatan keterpajanan dari radikal bebas.
Radikal bebas merupakan molekul reaktif yang memiliki elektron tak berpasangan.
Berbagai jenis radikal bebas memiliki potensi untuk berinteraksi terhadap molekul biologis
dalam tubuh, seperti protein, lipid, dan DNA, dan mencetuskan reaksi yang dapat merusak
serta menyebabkan kematian sel. Radikal bebas berasal dari dalam (endogen) maupun luar
tubuh (eksogen). Reactive Oxygen Species (ROS), radikal bebas endogen, terbentuk saat
proses metabolisme aerobik. Dan reaksi sekunder transisi logam seperti copper dan besi;
sedangkan radikal bebas eksogen dapat berasal dari asap rokok, polusi, sinar ultraviolet,
dan lain lain. Untuk melindungi sel-sel dan sistem organ tubuh terhadap reaktif spesies
oksigen, manusia telah berevolusi dan sistem perlindungan antioksidan yang kompleks.
Antioksidan dapat menghambat atau memperlambat oksidasi melalui dua cara
yaitu: melalui penangkapan radikal bebas (free radical scavenging) dan tanpa melibatkan
penangkapan radikal bebas, yang mekanisme pengikatannya melalui pengikatan logam.
Sistem pertahanan antioksidan manusia, tidak selalu adekuat. Stres osidatif
diciptakan untuk mewakili pergeseran keseimbangan ke arah pro-oksidan dalam
prooxidant/antioxidant yang dapat terjadi sebagai akibat dari peningkatan metabolisme
oksidatif.
Kerusakan oksidatif pada DNA, protein, dan makromolekul lainnya terlibat dalam
patogenesis berbagai penyakit, terutama penyakit jantung dan kanker. Studi epidemiologi
serta uji intervensi klinis menunjukkan bahwa antioksidan dapat memainkan peran penting
dalam mencegah atau memperlambat penyakit jantung dan beberapa bentuk kanker.
DAFTAR PUSTAKA