Anda di halaman 1dari 13

Karya Tulis ILMIAH

Yuni Sartika

Daftar Isi
1.Daftar isi.............................................................................. i
2.Kata pengantar.................................................................... ii
3.Bab 1
A. Latar belakang.............................................................. 1
B. Rumusan masalah......................................................... 1
C. Tujuan........................................................................... 1
4.Bab 2
A. Pengertian..................................................................... 2
B. Isi.................................................................................. 2
5.Bab 3
A. Kesimpulan..................................................................4
6. Daftar pustaka.....................................................................5

Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kepada TYME karena atas petunjuk dan perlindungannya,
kami dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun sebagai karya nyata kami untuk memperluas wawasan kita serta
disusun berdasarkan fakta dewasa ini dimana masyarakat kurang menyadari betapa
pentingnya warisan budaya. Harapan kami melalui makalah ini kita dapat lebih mengenal
warisan budaya dari nenek moyang kita khususnya rumah adat.
Tak ada gading yang tak retak. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Jadi kritik dan saran kami harapkan demi penyempurnaan di masa yang
akan datang.
Kepada Guru pembimbing, Narasumber, serta semua pihak yang terlibat dalam
penyusunan makalah ini kami ucapkan terimakasih.
Kabanjahe, Oktober 2013

Penyusun

ii

BAB 1
A.Latar belakang
Indonesia memiliki beragam kebudayaan. Setiap suku memiliki kebudayaan masingmasing. Namun dewasa ini masyarakat cenderung melupakan atau acuh tah acuh pada
kebudayaannya.
Kita seharusnya bangga nenek moyang kita meninggalkan kebudayaan pada kita. Baik
itu tarian, lagu, makanan khas, pakaian, bahasa, rumah adat dan banyak lagi. Saat ini kita
dituntut menjaga dan melestarikan budaya tersebut.
Itulah sebabnya kami mengangkat tema Rumah Adat Karo. Mungkin masih banyak
masyarakat karo yang belum mengenal rumah adat karo. Jadi kami harap melalui karya
tulis ini kita lebih mengenal budaya kita khususnya rumah adat.

B.Rumusan masalah
1. Apa pengertian budaya terkhusus rumah adat ?
2. Dimana saja dapat ditemukan rumah adat ini ?
3. Apa yang menjadi ciri khas dan apa saja makna dari setiap simbol pada rumah adat karo
ini ?
4. Apa saja upaya pemerintah dalam melestarikan rumah adat ini ?

C.Tujuan
Tujuan penulisan karya tulis ini adalah untuk mengenalkan sekaligus menambah
wawasan kita mengenai peninggalan nenek moyang kita terkhusus pada rumah adat. Serta
upaya kita dalam menjaga dan melestarikannya.

BAB 2
A.Pengertian
Budaya adalah warisan yang sudah ada sejak dahulu kala dan masih berlangsung terusmenerus hingga sekarang. Budaya berupa rumah adat, makanan khas, pakaian, tarian dan
banyak lagi.
Rumah adat adalah tempat tinggal yang memiliki ciri khas tersendiri menurut sukunya
Masing-masing. Setiap suku memiliki rumah adat yang berbeda.

B.Isi
Nama rumah adat di karo adalah rumah adat siwaluh jabu. Kata siwaluh jabu berasal
dari bahasa karo. Siwaluh artinya delapan dan Jabu artinya keluarga. Jadi siwaluh jabu
artinya rumah yang didiami delapan keluarga.
Rumah adat karo saat ini hanya bisa ditemui di desa Dokan, Kec.Merek dan di desa
Lingga, Kec.Simpang empat.
Di desa Dokan dapat kita temui lima rumah adat yang masih berdiri kokoh. Ada
perbedaan pada setiap rumah. Untuk membedakan kelima rumah itu, stiap rumah diberi
nama. Nama dari kelima rumah itu antara lain Rumah mbelin, Rumah mbaru, Rumah
Sendi, Rumah tengah dan Rumah ketek.
Rumah mbelin adalah rumah yang paling tua di desa Dokan. Rumah ini dibangun pada
tanggal 16 Desember 1926. Saat ini rumah mbelin ini hanya didiami tujuh keluarga.
Terdapat delapan ruang dalam rumah ini dan setiap ruang dengan satu pemilik. Keunikan
dari rumah ini yaitu setiap ruang tidak ada dinding pembatasnya. Sehingga satu keluarga
bisa saling melihat setiap kegiatan keluarga lainnya.
Rumah ini dibangun secara bergotong royong. Masyarakat bersama-sama membawa dan
menarik pohon yang berukuran besar dari hutan tanpa alat pengangkut. Jika melihat
bangunan ini sangat kecil kemungkinan masyarakat sekarang bisa membangun rumah
seperti itu.
Ada beberapa keunikan yang menjadi ciri khas dari rumah ini. Beberapa diantaranya
yaitu kepala kerbau di ujung atap, pengeret-ret (tali seperti cikcak), atap rumah terbuat dari
2

ijuk dan dilapisi lumut dan pintu dibuat rendah dan sempit. Dan didalam rumah ini dapat
Ditemukan kayu-kayu besar yang namanya tekang, kite-kite kucing dan papan tonggal.
Semuanya dari kayu yang sangat besar.
Setiap simbol yang disebutkan diatas memiliki arti dan makna. Kepala kerbau memiliki
makna bahwa diyakini kepala kerbau itu melihat ke bawah sehingga setiap ada roh jahat
ataupun marabahaya yang datang ditolaknya. Jadi kepala kerbau berfungsi sebagai penolak
bala. Pengeret-ret adalah tali/ijuk berbentuk cikcak yang dianggap sebagai penolak bala,
lambang kemakmuran dan lambang kekeluargaan. Namun saat ini dianggap sebagai tali
pengikat rumah itu sendiri. Atap ijuk yang dilapisi lumut berfungsi sebagai penyejuk
rumah. Karena lumut menyerap air hujan sehingga walau cuaca panas, rumah ini tetap
dingin. Pintu rumah dibuat rendah dan kecil agar setiap orang yang masuk harus menunduk
kepala sebagai tanda hormat dan sopan.
Di dalam rumah ini juga ada yang namanya para tuhur,para tengah, para kuin dan para
ranting. Para tuhur adalah tempat menjemur. Para tengah sebagai penopang kayu . Para
kudin adalah tempat perabotan seperti periuk dan lain lain. Dan para ranting sebagai
tempat penyimpanan ranting.
Sejak tahun 2002 desa ini menjadi objek pariwisata para pelancong. Karena itu
pemerintah mulai memperhatikan warisan budaya ini. Bukti perhatian pemerintah adalah
bantuan dalam merenovasi rumah ini pada tanggal 23 Desember 2002 oleh Pemda
tingkat I. Bangunan yang di renovasi adalah perbaikan atap yang mulai bocor dan jalan
menuju desa ini juga di aspal sampai ke dalam desa.
Sebagai generasi penerus kita diwajibkan untuk ikut serta dalam upaya pelestarian
rumah adat ini. Dengan cara menjaga dan merawat rumah adat ini dan mengakuinya
sebagai budaya kita.

BAB 3
A.Kesimpulan
Masyarakat Karo mempunyai rumah adat yang bernama siwaluh jabu. Rumah adat ini
dapat ditemukan di desa Dokan dan Lingga. Banyak keunikan dan ciri khas dari rumah ini.
Kita sebagai generasi muda harus menjaga, merawat, dan melestarikan warisan budaya ini
sebelum masyarakat luar mengambil alih dan mengakui budaya kita.

Daftar Pustaka
1.Tampilan depan rumah adat karo

2. Pintu

3.Pengeret-ret

4. Para

6
5. Kepala kerbau

6. Atap ijuk

Anda mungkin juga menyukai