SKENARIO A BLOK 23
Kelompok L5 :
Syarifa Aisyah
04121001018
Neneng Rianawati
04121001020
Thifah Ariqonitah SR
04121001029
04121001040
04121001049
Lidya Puspitasari
04121001052
S. Ali Ar Ridha M
04121001066
04121001099
Asnhy Anggun D
04121001102
Namira Firdha K
04121001104
Albert Leonard K
04121001108
04121001109
Muhammad Faqih H
04121001129
04121001133
Kata Pengantar
Pertama-tama marilah kita mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha
Kuasa karena atas berkat, rahmat, dan karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan laporan
tutorial sekenario A blok 23 ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Laporan ini merupakan hasil dari diskusi kami mengenai kasus yang telah diberikan
pada saat tutorial yang merupakan salah satu sistem pembelajaran di Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya.
Bahan materi pada laporan ini kami dapatkan dari berbagai textbook, internet, materi
yang diajarkan dosen dll.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih setulus-tulusnya kepada Tuhan Yang
Maha Kuasa, orang tua, para dosen pembimbing, dan teman sejawat yang telah mendukung
baik moril maupun materil dalam pembuatan laporan ini. Kami mengakui dalam pembuatan
tugas ini terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami memohon maaf dan
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca demi perbaikkan tugas kami di kesempatan
mendatang. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Terima kasih.
Penulis
DaftarIsi
Kata Pengantar.................................................................................................................. 2
Daftar Isi ........................................................................................................................... 3
Petugas Kelompok............................................................................................................. 4
Skenario............................................................................................................................. 5
I.
II.
III.
IV.
V.
VI.
VII.
TUTORIAL BLOK 23
Petugas Kelompok
Tutor
: dr. Phey Liana, Sp.PK
3
Moderator
Sekretaris
: Namira Firdha K
: Syarifa Aisyah
Anggota
: Neneng Rianawati
Thifah Ariqonitah SR
Ekki Kurnia Genio
Liana Alviah Saputri
Lidya Puspitasari
S. Ali Ar Ridha M
Wahyu Arfina Juwita
Asnhy Anggun D
Albert Leonard K
Syeba Dinda Hasianna
Muhammad Faqih H
Alvin Halim Senabu
deliveries at term. Her fourth child is 18 months old and the delivery was complicated by a
postpartum haemorrhage (PPH) requiring a 4 unit blood transfusion. She is reffered by
midwife to doctor (public health centre) with possibility of breech presentation. The mother
complains of malaise and dizzy. Due to her economic condition, she admits that during her
pregnancy she only eats some food that she can afford to buy. She feels generally tired and
attributes this caring for her four young children. She reports good fetal movement (more
than 10 per day).
In the examination findings:
Height = 150cm ; Weight = 45 kg; Blood pressure= 126/73 mmHg; Pulse= 92x/m; RR=
22x/m.
Palpebral conjunctival looked pale
Outer examination: hard parts are palpabled in the right side of mothers abdomen.
Haemoglobin
7.8 g/dL
68 fL
28 g/dL
32 ug/dL
TIBC
510 mg/ dL
11.200/L
Platelets
237.000/L
Urinalysis
: Negative
Antenatal
Identifikasi Masalah
A. Seorang wanita 26 tahun hamil dengan usia kehamilan 31 minggu mengeluh malaise dan
dizzy.
B. Riwayat wanita:
- Pada usia 26 tahun sedang mengandung anak ke 5
- Kelahiran 4 anak sebelumnya pervagina dan cukupbulan
- Anak ke 4 usia 18 bulan, terdapat riwayat PPH pada kelahirannya, dan membutuhkan 4 unit
transfuse darah
C. Ibu W dirujuk oleh bidan dengan kemungkinan presentasi bokong( breechresentationi).
Ibu W mengatakan good fetal movement (> 10 hari)
D. Karena kondisi ekonomi, Ibu W makan seadanya
E. Pemeriksaan fisik :
Height = 150cm ; Weight = 45 kg; Blood pressure= 126/73 mmHg; Pulse= 92x/m; RR=
22x/m.
Palpebral conjunctival looked pale
Outer examination: hard parts are palpabled in the right side of mothers abdomen.
F. Pemeriksaan laboratorium:
Haemoglobin
7.8 g/dL
68 fL
28 g/dL
32 ug/dL
TIBC
510 mg/ dL
11.200/L
Platelets
237.000/L
Urinalysis
: Negative
Pada ibu hamil terjadi peningkatan volume darah guna memberi nutrisi dan oksigen untuk
janin yang terus bertumbuh. Pada usia kehamilan 31 minggu (trimester III), janin semakin
bertumbuh dan kebutuhan oksigen janin semakin meningkat dibanding trimester I dan II.
Akibatnya, curah jantung akan meningkat dan jumlah zat besi yang dibutuhkan untuk
membentuk eritrosit pun semakin meningkat
Pada kasus ini, si ibu hanya makan seadanya karena keterbatasan ekonomi, sehingga
dianggap bahwa kebutuhan gizi ibu hamil belum terpenuhi. Keadaan ini menyebabkan si ibu
mengalami anemia akibat kekurangan zat besi. Anemia inilah yang menyebabkan si ibu
mengeluh pusing dan tidak enak badan.
2. Bagaimana keadaan fisiologis ibu pada usia 31 minggu kehamilan?
Pada trimester III, janin di dalam uterus semakin membesar. Kebutuhan oksigen janin
meningkat sehingga ibu akan berusaha memompa dan memproduksi darah lebih banyak.
Selain itu uterus yang membesar akan semakin menekan usus sehingga seringkali terjadi
konstipasi. Ibu juga akan kesulitan bernafas karena bayi yang ada di bawah diafragma
menekan paru ibu dan ibu akan sering buang air kecil karena bayi akan menekan kandung
kemih si ibu.
3. Bagaimana mekanisme keluhan?
Mekanisme Malaise
Karena pada kasus sang ibu menderita anemia yang kadar besinya sangat rendah, maka
pembentukan hemoglobin juga akan berkurang. Karena itu, terjadi penurunan jumlah
hemoglobin sehingga terjadi penurunan distribusi oksigen ke jaringan yang akan
bermanifestasi menjadi rasa lemah pada tubuh.
Mekanisme Pusing
Pada anemia termasuk anemia defisiensi besi, terjadi hipoperfusi jaringan karena
jumlah eritrosit yang bekerja efisien berkurang sehingga sebagai kompensasi terjadi
vasodilatasi pembuluh kapiler di otak yang akan berujung pada sakit kepala. Hal ini
karena pada nyeri kepala terjadi sensitisasi di nosiseptor meningeal dan neuron
trigeminal sentral. lnervasi sensoris pembuluh darah intrakranial sebagian besar
berasal dari ganglion trigeminal dari didalam serabut sensoris tersebut mengandung
neuropeptid dimana jumlah dan peranannya adalah yang paling besar adalah
CGRP(Calcitonin Gene Related Peptide), kemudian diikuti oleh SP(substance P),
7
ibu telah melahirkan banyak anak sehingga rahimnya sudah sangat elastis dan
membuat janin berpeluang besar untuk berputar hingga minggu ke 37 dan
seterusnya)
Anemia juga bisa dicegah dengan mengatur jarak kehamilan atau kelahiran bayi.
Makin sering seorang wanita mengalami kehamilan dan melahirkan, akan makin
banyak kehilangan zat besi dan menjadi makin anemis. Jika persediaan cadangan
Fe minimal, maka setiap kehamilan akan menguras persediaan Fe tubuh dan
akhirnya menimbulkan anemia pada kehamilan berikutnya. Oleh karena itu, perlu
diupayakan agar jarak antar kehamilan tidak terlalu pendek, minimal lebih dari 2
tahun.
PPP primer jika terjadi dalam 24 jam pertama. Penyebab tersering adalah atonia , sisa
plasenta, robekan jalan lahir dan inversio uteri. Jika perdarahan <500 cc, namun telah
menyebabkan syok hipovolemik, tetap dikatakan perdarahan pasca persalinan primer.
PPP Sekunder terjadi setelah 24 jam, namun masih dalam 6 minggu awal setelah
persalinan. Penyebab tersering akibat sisa plasenta. Perdarahan dikatakan masif jika darah
yang hilang 1000, 1500 atau 2500cc.PPP sekunder juga bisa disebabkan oleh endometritis.
Kausalnya dibedakan atas :
4. Apa saja resiko yang mungkin muncul jika hamil di usia muda?
Menurut Monks (1999) dalam Nasution (2007) batasan usia secara global berlangsung
antara umur 12 dan 21 tahun dengan pembagian 12-15 tahun masa muda awal, 15-18 tahun
masa muda pertengahan, 18-21 tahun masa muda akhir.
(Asfriyanti, 2009 dan Manuba, IBG. 2010) :
a. Abortus (Keguguran)
Keguguran sebagian dilakukan dengan sengaja untuk menghilangkan kehamilan remaja
yang tidak dikehendaki. Abortus yang dilakukan oleh tenaga nonprofesional dapat
menimbulkan tingginya angka kematian dan infeksi alat reproduksi yang pada akhirnya
dapat menimbulkan kemandulan.
9
b. Persalinan Prematur, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan Kelainan Bawaan
Kekurangan berbagai zat yang dibutuhkan saat pertumbuhan dapat mengakibatkan
tingginya prematur, BBLR dan cacat bawaan.
c. Mudah Terinfeksi
Keadaan gizi yang buruk, tingkat sosial ekonomi yang rendah dan stres memudahkan
terjadinya infeksi saat hamil, terlebih pada kala nifas.
d. Anemia Kehamilan
Kandungan besi total pada wanita dewasa normal berkisar dari 2,0 sampai 2,5 g atau
sekitar separuh besi dari jumlah yang normalnya terdaat pada pria. Sedangkan,
simpanan besi pada wnita muda normal hanyalah sekitar 300mg.
e. Keracunan Kehamilan (Gestosis)
Merupakan kombinasi keadaan alat reproduksi yang belum siap hamil dan anemia
makin meningkatkan terjadinya keracunan saat hamil dalam bemtuk eklampsi dan pre
eklampsi sehingga dapat menimbulkan kematian. Dimana keracunan kehamilan
merupakan penyebab kematian ibu yang terbesar ketiga.
f. Kematian Ibu yang Tinggi
Remaja yang stres pada kehamilannya sering mengambil jalan yang pintas untuk
melakukan abortus oleh tenaga non-profesional. Angka kematian abortus yang
dilakukan oleh dukun cukup tinggi, tetapi angka pasti tidak diketahui. Kematian ibu
terutama karena perdarahan dan infeksi. Penyebab kematian ibu dikenal dengan trias
klasik yaitu perdarahan, infeksi dan gestosis.
5. Bagaimana pengaruh PPH pada ibu dan janin?
Riwayat PPH pada ibu ini mengindikasikan terjadi perdarahan pervaginal 500ml atau
lebih sehingga terjadi penurunan cadangan besi dalam tubuh ibu. Hal ini dapat
mengakibatkan terjadinya anemia defisiensi besi dengan manifestasi cepat lelah, pucat, dan
sering pusing. Selain ibu, janin juga akan kekurangan pasokan besi sehingga Hb fetus akan
berkurang dan terjadi penghambatan pertumuhan dan perkembangan. Selain itu ADB akan
mempengaruhi kondisi uterus dimana kurangnya pasokan darah dan Hb di uterus akan
menurunkan kemampuan kontraktilitas uterus saat partus menyebabkan kesulitan partus
pervaginal.
6. Apa saja komplikasi pada ibu dengan grande multigravida?
10
Kelainan letak janin, disebabkan oleh karena dinding rahim dan atau dinding perut
yang telah longgar akibat dari persalinan yang terdahulu.
Kelainan letak plasenta (plasenta previa) karena dinding rahim tempat perlekatan
plasenta yang normal (di daerah fundus dan corpus rahim) sudah pernah dilekati
plasenta pada kehamilan sebelumnya sehingga pada kehamilan yang lebih dari lima
kali, plasenta melekat di bagian bawah rahim.
Solutio plasenta, adalah suatu keadaan dalam kehamilan dimana plasenta yang tempat
perlekatannya yang normal (pada fundus dan corpus uteri) terlepas sebelum waktunya
(pada kala III).
Robekan pada rahim (ruptura uteri), penyebabnya adalah dinding rahim pada ibu
yang telah melahirkan beberapa kali bayi yang dapat hidup (viable) sudah lemah.
Rintangan yang sangat kecil pada kehamilan maupun pada proses persalinan dapat
menimbulkan robekan pada rahim.
Menjawab pertanyaan : Apa yang ada di bagian fundus ? Kepala atau bokong?
Temuan : Presentasi
Manuver ini mengidentifikasi bagian janin yang terdapat di atas pintu atas panggul.
Umumnya presentasi adalah kepala (head first) atau bokong (pelvis first).
12
Melakukan Manuver I
o Pemeriksa menghadap ke kepala pasien, gunakan ujung jari kedua tangan untuk
mempalpasi fundus uteri.
o Bagian kepala, jika teraba bentuknya bulat, keras, mudah digerakkan.
o Bagian bokong, jika teraba bentuknya bulat tidak beraturan, lunak, dan tidak
mudah digerakkan.
o Pada Manuver I dapat juga ditentukan tinggi fundus uteri. Posisi janin-hubungan
antara panjang axis janin dan panjang axis ibu. Biasanya posisi janin
longitudinal atau transversal, namun bisa juga oblik.
Manuver II
Temuan : Posisi
Manuver ini untuk mengidentifikasi hubungan bagian tubuh janin ke depan, belakang
atau sisi pelvis ibu. Ada beberapa kemungkinan posisi janin
Melakukan Manuver II
o Menghadap ke kepala pasien. Letakkan kedua tangan pada kedua sisi abdomen.
Pertahankan uterus dengan tangan yang satu, dan palpasi sisi lain untuk
menentukan lokasi punggung janin.
o Bagian tubuh akan teraba, jelas, rata, cembung, kaku/tidak dapat digerakan.
o Bagian-bagian kecil (tangan dan kaki) akan teraba kecil, bentuk/ posisi tidak
jelas, dan menonjol dan mungkin dapat bergerak aktif atau pasif.
Manuver III
Manuver IV
Melakukan Manuver IV
o Menghadap ke kaki pasien. Secara perlahan gerakkan jari tangan ke sisi bawah
abdomen kearah pelvis hingga ujung jari salah satu tangan menyentuh tulang
terakhir. Inilah bagian ujung kepala. Jika bagian ujung terletak dibagian yang
berlawanan dengan punggung, ini adalah bagian pundak bayi, dan kepala pada
posisi fleksi. Jika kepala pada posisi ekstensi, ujung kepala akan terletak pada
bagian yang sama dengan punggung dan bagian oksiput menjadi ujung kepala.
brachialis
Ruptur organ abdomen
Oedem genital dan memar atau lecet akibat capformation
Kejadian anomali kongenital tinggi pada bayi dengan presentasi atau letak
sungsang dan terutama pada BBLR.
Protein
Pada saat hamil terjadi peningkatan kebutuhan protein yang disebabkan oleh peningkatan
volume darah dan pertumbuhan jaringan baru (Aritonang, 2010). Jumlah protein yang harus
tersedia sampai akhir kehamilan adalah sebanyak 925 gr yang tertimbun dalam jaringan ibu,
plasenta, serta janin. Widyakarya Pangan dan Gizi VIII 2004 menganjurkan penambahan
sebanyak 17 gram untuk kehamilan pada trimester ketiga atau sekitar 1,3 g/kg/hr. Dengan
demikian, dalam satu hari asupan protein dapat mencapai 67-100 gr. Bahan makanan hewani
merupakan sumber protein yang baik dalam hal jumlah maupun mutu, seperti telur, susu,
daging, unggas, dan kerang. Selain sumber hewani, ada juga yang berasal dari nabati seperti
tempe, tahu, serta kacang kacangan (Almatsier, 2009).
Vitamin dan Mineral
Bagi pertumbuhan janin yang baik dibutuhkan berbagai vitamin dan mineral seperti vitamin
C, asam folat, zat besi, kalsium, dan zink. Angka kecukupan gizi yang dianjurkan oleh
Widyakarya Pangan dan Gizi 2004 untuk tambahan gizi ibu hamil pada trimester ketiga
adalah vitamin A +300 RE, vitamin C +10 mg, tiamin +0,3 mg, riboflavin +0,3 mg, niasin +4
mg, asam folat +200 g, vitamin B12 +0,2 g, kalsium +150 mg, magnesium +40 mg, zat
besi +13 mg, zink +10,2 mg,serta iodium +50 g.
Zat Besi
Selama hamil, zat besi banyak dibutuhkan untuk mensuplai pertumbuhan janin dan plasenta
serta meningkatkan jumlah sel darah merah ibu. Zat besi merupakan senyawa yang
digunakan untuk memproduksi hemoglobin yang berfungsi untuk :
1. Mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh
2. Sintesis enzim yang terkait besi
3. Penggunaan oksigen untuk produksi energi sel (Aritonang, 2010).
Arisman (2004) menyatakan total besi yang diperlukan selama hamil adalah 1040 mg. Dari
jumlah ini, 200 mg Fe tertahan oleh tubuh ketika melahirkan dan 840 mg sisanya hilang.
Sebanyak 300 mg ditransfer ke janin dengan rincian 50-75 mg untuk pembentukan plasenta,
450 mg untuk menambah jumlah sel darah merah, dan 200 mg lenyap ketika melahirkan.
Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi 2004 menganjurkan penambahan sebanyak 13 mg
untuk kehamilan pada trimester ketiga. Dengan demikian, angka kecukupan gizi yang
dianjurkan bagi ibu hamil trimester ketiga adalah 39 mg/hari.
16
Menurut Aritonang (2010), ada dua bentuk besi yang terdapat dalam pangan, yaitu besi heme
yang terdapat dalam produk-produk hewani dan besi nonheme yang terdapat dalam produkproduk nabati. Makanan dari produk hewani seperti hati, ikan dan daging yang harganya
relatif mahal dan belum sepenuhnya terjangkau oleh kebanyakan masyarakat Indonesia.
Selain sumber hewani, ada juga makanan nabati yang kaya akan zat besi seperti singkong,
kangkung, dan sayuran berwarna hijau lainnya. Namun, zat besi dalam makanan tersebut
lebih sulit penyerapannya. Dibutuhkan porsi besar sumber nabati untuk mencukupi
kebutuhan besi sehari (Almatsier, 2009). Menurut Aritonang (2010), makanan-makanan yang
dapat meningkatkan absorpsi besi selama hamil diantaranya sebagai berikut :
1. Konsumsi makanan yang dapat meningkatkan absorpsi besi, yaitu daging, sayur, dan buah
yang kaya vitamin C.
2. Menghindari penghambat (inhibitor) absorpsi besi seperti teh dan kopi. Kebutuhan akan
zat besi yang besar terutama pada kehamilan yang menginjak usia trimester ketiga tidak akan
mungkin tercukupi hanya melalui diet. Oleh karena itu, suplementasi zat besi sangat penting
sekali, bahkan kepada ibu hamil status gizinya sudah baik.
Asam Folat
Asam folat berperan dalam berbagai proses metabolik seperti metabolism beberapa asam
amino, sintesis purin, dan timidilat sebagai senyawa penting dalam sintesis asam nukleat
(Aritonang, 2010). Selain itu Almatsier (2009) menyebutkan bahwa asam folat juga
dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah dan sel darah putih dalam sum-sum tulang
belakang dan untuk pendewasaannya. Sekitar 24-60% wanita baik di negara berkembang
maupun yang telah maju mengalami kekurangan asam folat karena kandungan asam folat di
dalam makanan mereka sehari-hari tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka disaat
hamil. Kekurangan asam folat
berkaitan dengan tingginya insiden komplikasi kehamilan seperti aborsi spontan, toxemia,
prematur, pendeknya usia kehamilan dan hemorrhage (pendarahan), (Aritonang, 2010).
Widyakarya Pangan dan Gizi 2004 menganjurkan penambahan sebanyak 200 g untuk ibu
hamil, yang dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi suplemen. Suplementasi sebaiknya
diberikan sekitar 28 hari setelah ovulasi atau pada 28 hari pertama kehamilan. Besarnya
suplementasi adalah 280, 660, dan 470 g per hari, masing-masing pada trimester I, II, dan
III (Arisman, 2004). Jenis makanan yang banyak mengandung asam folat antara lain ragi,
hati, brokoli, sayuran hijau, kacangkacangan, ikan, daging, jeruk, dan telur.
Kalsium
17
Ibu hamil dan bayi membutuhkan kalsium untuk menunjang perrtumbuhan tulang dan gigi
serta persendian janin. Selain itu kalsium juga digunakan untuk membantu pembuluh darah
berkontrkasi dan berdilatasi. Jika kebutuhan kalsium tidak tercukupi dari makanan, kalsium
yang dibutuhkan bayi akan diambil dari tulang ibu yang mengakibatkan tulang ibu menjadi
keropos atau osteoporosis (Sophia, 2009). Widya Karya Pangan dan Gizi 2004 menganjurkan
penambahan sebesar 150 mg kalsium untuk ibu hamil trimester ketiga. Dengan demikian
kebutuhan kalsium yang harus dipenuhi oleh ibu hamil adalah 950 mg/hari. Makanan yang
menjadi sumber kalsium diantaranya ikan teri, udang, sayuran hijau, dan berbagai produk
olahan susu seperti keju dan yoghurt. Kekurangan kalsium selama hamil akan menyebabkan
tekanan darah ibu menjadi meningkat.
2. Suplemen tambahan apa yang baik untuk ibu hamil?
Pada saat hamil kebutuhan tubuh ibu terhadap besi meningkat untuk memenuhi kebutuhan
fetal, plasenta dan pertambahan massa eritrosit. Selama kehamilan kebutuhan tubuh akan zat
besi meningkat sekitar 800-1000 mg untuk mencukupi kebutuhan seperti terjadi peningkatan
sel darah merah membutuhkan 300-400 mg zat besi dan mencapai puncak pada usia
kehamilan 32 minggu, janin membutuhkan zat besi sekitar 100-200 mg dan sekitar 190 mg
terbuang selama melahirkan.
Selain zatbesi, ibu hamil memerlukan asam folat juga untuk mencegah adanya anemia.
Asam folat bisadidapat dari hati ayam dan sapi, brokoli, kacang-kacangan, dll.
Jika dilihat berdasarkan kebutuhan per trimester, pada trimester pertama belum diperlukan
tambahan makronutrien.Tetapi ibu hamil harus tetap makan dengan anjuran:
-
Makanan hendaknya dipilih yang mudah dicerna. Buah-buahan segar dan sayuran
hijau biasanya dapat mengurangi rasa mual.
Posi makanan sedikit, tetapi dengan frekuensi sering. Bila kurang selera makan nasi,
dapat diganti dengan kentang, macaroni, mie atau jajanan lain yang bergizi.
Pada trimester kedua, pertumbuhan janin akan berkembang pesat. Oleh karena
pertumbuhan janin yang pesat di mana jaringan otak menjadi perhatian utama maka ibu
hamil memerlukan protein dan zat gizi lain seperti galaktosa yang ada pada susu sehingga
dianjurkan untuk minum susu 400 cc. Yang perlu diperhatikan pada trimester kedua ini
adalah:
-
Hendaknya lebih banyak memakan bahan makanan sumber protein (zat pembangun),
agar janin mengalami pertumbuhan yang baik. Bahan makanan sumber protein adalah
18
ikan, daging, telur, kacang-kacangan dan hasil olahannya seperti tempe, tahu, dan
lainlain.
-
Selain zat pembangun, zat-zat pengatur juga diperlukan. Vitamin dan mineral
merupakan zat pengatur yang banyak terdapat pada buah dan sayuran.
Keperluan zat gizi tambahan yang diperlukan pada kehamilan menurut risalah Widya
Karya Pangan dan Gizi VI (1998) adalah:
Kalori
Protein
48
+ 12 gr
Ca
500
+ 400 mg
Fe
26
Vit A
500
+ 200 RE
20 mg
Thiamin 1
0,2 mg
Riboflavin
1,2
0,2 mg
Niacin
1 mg
Vit C
60
10 mgr
Vit D
-5
10 g
E. Pemeriksaan fisik :
19
Height = 150cm ; Weight = 45 kg; Blood pressure= 126/73 mmHg; Pulse= 92x/m; RR=
22x/m.
Palpebral conjunctival looked pale
Outer examination: hard parts are palpabled in the right side of mothers abdomen.
1. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormal?
No.
Criteria
Mekanisme
Kasus
Nilai Normal
1. Height
150 cm
2. Weight
45 Kg
126/73 mmHg
140/90 mmHg
Normal
4. Nadi
92x/menit
60-100 mmHg
Normal
5. RR
22x/menit
18-24x/menit
Normal
Pucat
Merah
Anemia
3. TD
6. Conjungtiva palpebra
7. Palpasi Abdomen
Abnormal
Bagian
palpabled in the
keras teraba
right side of
pada
sisi
mothers
kanan
ibu
abdomen.
berarti
bahwa
kepala janin
berada
di
sebelah
kanan
uterus.
(Leopold
I)
akibat
breech
presentation
Mekanisme :
20
7.8 g/dL
68 fL
32 ug/dL
TIBC
510 mg/ dL
11.200/L
Platelets
237.000/L
Urinalysis
: Negative
Kasus
Nilai normal
Trimester 1
Nilai Normal
Trimester 2
Nilai Normal
Trimester 3
Intepretasi
Haemoglobin 7.8g/dL
11.6-13.9
g/dL
9.7-14.8
9.5-15 g/dL
Menurun
MCV
68 fL
81-96
82-97
81-99
Menurun
(mikrositik)
MCHC
28 g/dL
32-37
Menurun
Serum Iron
32 ug/dL
72-143
44-178
30-193
Normal
(dalam
batas
rendah)
TIBC
510 mg/dL
278-403
Not Reported
359-609
Normal
White cell
count
11.200/L
5.7-13.6
(x103)
5.6-14.8
(x103)
5.916.9(x103)
Normal
21
Platelets
237.000/L
150.000400.000 /L
Normal
Urinalysis
Negative
Normal
Blood Group
A negative
Normal
Atypical
Antibodies
Not Detected
Normal
Mekanisme Abnormalitas
Hemoglobin
Pada kehamilan, kebutuhan oksigen lebih tinggi sehingga memacu peningkatan
produksi eritropoietin. Akibatnya, volume plasma bertambah dan sel darah merah (Eritrosit)
meningkat. Namun, peningkatan volume plasma terjadi dalam proporsi yang lebih besar jika
dibandingkan dengan peningkatan eritrosit sehingga terjadi penurunan konsentrasi
hemoglobin (Hb) akibat hemodilusi.
Ekspansi volume plasma merupakan penyebab anemia fisiologik pada kehamilan.
Volume plasma yang terekspansi menurunkan hematokrit (Ht), konsentrasi hemoglobin darah
(Hb), dan hitung eritrosit, tetapi tidak menurunkan jumlah absolut Hb atau eritrosit dalam
sirkulasi. Mekanisme yang mendasari perubahan ini belum jelas.
MCV dan MCHC
MCV =
MCHC =
x 10
x 100
Pada kasus, nilai Hemoglobin menurun. Kemungkinan, nilai Hematokrit dan nilai
Eritrosit pun juga menurun akibat keadaan anemia. Hal ini menyebabkan nilai MCV dan
MCHC menurun. Defisiensi besi juga dapat menyebabkan turunnya MCV dan MCHC.
Besi (TIBC dan Besi Serum)
Pada Kehamilan, kehilangan zat besi terjadi akibat pengalihan besi maternal ke janin
untuk eritropoiesis, kehilangan darah pada saat persalinan, dan laktasi.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kadar seum iron:
1. Kurangnya intake besi akibat kurangnya asupan makanan yang mengandung zat besi.
2. Perdarahan selama kehamilan
3. Hamil berkali-kali, yang bisa menyebabkan meningkatnya kebutuhan besi dan bisa
menyebabkan perdarahan yang lebih banyak pada persalinan.
4. Malabsorpsi besi
22
Urinalisis
Urinalisis berguna untuk melihat infeksi bladder dan ginjal, diabetes, dehidrasi
dan preeklampsia dengan melihat kadar gula, protein, keton dan bakteri. Kadar gula
yang tinggi bisa menjadi indikasi diabetes gestasional (biasa terjadi pada kehamilan
20 mingg). Kadar protein yang tinggi bisa mengindikasikan infeksi Urinary track,
atau gangguan ginjal.
Learning Issue
dan os coccygis. kedua os coxae bersendi dengan satu di bagian anterior pada symphisis
pubis, dan dibagian posterior oleh os sacrum pada articulatio sacroiliaca.
Pelvis dibagi menjadi 2 bagian yaitu apertura pelvis superior, yang dibentuk di belakang
oleh promontorium os sacrum, dilateral oleh linea terminalis (garis yang berjalan ke
bawah dan depan disekeliling permukaan ileum), dan di anterior oleh symphisis pubis.
Di atas apertura pelvis superior terdapat pelvis major yang membentuk sebagian cavitas
abdominalis.Di bawah apertura pelvis superior terdapat pelvis minor.
1. Pelvis major
Bagian belakang dibatasi oleh vertebrae lumbales, di lateral oleh fossa iliaca dan
musculus iliacus, dan di depan oleh bagian bawah dinding anterior abdomen.
Pelvis major melindungi isi abdomen dan setelah kehamilan bulan ketiga
membantu menyokong uterus gravidarum.Selama stadium awal persalinan, pelvis
major membantu janin masuk ke pelvis minor.
2. Pelvis minor
Merupakan tulang yang harus dilalui janin saat proses persalinan. Pelvis minor
memiliki sebuah pintu masuk, cabitas, dan juga pintu keluar.Pintu atas yaitu
apertura pelvis superior (telah dijelaskan di atas), sedangkan pintu bawahnya yaitu
apertura pelvis inferior.
Bagian belakang apertura pelvis inferior adalah os coccygis, di lateral oleh
tuberositas ischiadicum, dan di anterior oleh arcus pubis. Apertura pelvis inferior
(pelvic outlet) terdapat tiga incisura yang lebar. Di anterior terdapat arcus pubicus
diantara rami ischiopubicum dan di lateral terdapat incisura ischiadica. Incisura
24
Jenis-jenis pelvis wanita berdasarkan pintu atas panggul atau apertura pelvis superior :
3. Cavitas pelvis
25
Terletak diantara pelvis superior dan inferior , berbentuk saluran dangkal dan
melengkung dengan dinding depan yang sempit dan dinding belakang yang lebih
dalam.
Struktur dinding pelvis
1. Dinding anterior pelvis
Merupakan dinding yang paling dangkal, dibentuk oleh permukaan posterior corpus
os pubis, rami pubicum, dan symphisis pubis.
2. Dinding posterior pelvis
Dibentuk oleh os sacrum dan os coccygis serta musculus piriformis dan fascia pelvis
parietalis.
3. Dinding lateral pelvis
Dibentuk oleh sebagian os coxae di bawah apertura pelvis superior, membrana
obturatoria, , ligamentum sacrotuberale, dan ligamentum sacrospinale, serta musculus
obturatorius internus dan fascianya.
4. Dinding inferior atau dasar pelvis (diafragma pelvis)
dasar pelvis terdiri atas diafragma pelvis, diafragma urogenital, dan lapisan-lapisan
otot yang berada di luarnya. Diafragma pelvis menyerupai sebuah mangkok yang
terbentuk oleh muskulus levator ani dan muskulus coccygeus. Di garis tengah bagian
depan mangkok ini terbuka (hiatus genitalis). Dibagian tersebut uretra, vagina, dan
rektum keluar dari bagian pelvis minor.Diafragma urogenitalis yang menutup arkus
pubis dibentuk oleh aponeurosis muskulus transversus perinei profundus dan
muskulus transversus perinei superfisialis. Lapisan paling luar dari diafragma
urogenitalis dibentuk oleh muskulus bulbokavernosus yang melingkari genitalia
eksterna , muskulus transversus perinei superfisialis , muskulo iskio kavernosus , dan
muskulus sfingter ani eksternus.
26
27
kulit terdapat massa lemak dan mendapat pasokan pleksus vena pada cedera dapat
pecah dan menimbulkan hematoma.
c) Labia Minora (bibir-bibir kecil)
Adalah suatu lipatan tipis dari kulit sebelah dalam bibir besar. Ke depan kedua bibir
kecil bertemu yang di atas klitoris membentuk preputium klitoridis dan yang di bawah
klitoris membentuk frenulum klitoridis. Ke belakang kedua bibir kecil juga bersatu
dan membentuk fossa navikulare. Fossa navikulare ini pada perempuan yang belum
pernah bersalin tampak utuh, cekung seperti perahu; pada perempuan yang pernah
melahirkan kelihatan tebal dan tidak rata. Kulit yang meliputi bibir kecil mengandung
banyak glandula sebasea (kelenjar-kelenjar lemak) dan juga ujung-ujung saraf yang
menyebabkan bibir kecil sangat sensitif. Jaringan ikatnya mengandung banyak
pembuluh darah dan beberapa otot polos yang menyebabkan bibir kecil ini dapat
mengembang.
d) Klitoris
Analog dengan penis pada pria.Kira-kira sebesar kacang ijo, tertutup oleh preputium
klitoridis dan terdiri atas glans klitoridis, korpus klitoridis, dan dua krura yang
menggantungkan klitoris ke os pubis. Glans klitoridis terdiri atas jaringan yang dapat
mengembang, penuh dengan urat saraf, sehingga sangat sensitif. Kurang lebih 1 -1,5
cm di bawah klitoris terdapat muara uretra eksternum.
e) Vestibulum
Berbentuk lonjong dengan ukuran panjang dari depan ke belakang dan dibatasi di
depan oleh klitoris, kanan dan kiri oleh kedua bibir kecil dan di belakang oleh
perineum (fourchette). Terdapat kelenjar bartholini yang bermuara pada vestibulum,
dan akan mengeluarkan sekresinya saat koitus.
f) Bulbus vestibule
Merupakan pengumpulanvena yang terletak di bawah selaput lendir vestibulum, dekat
ramus ossis pubis, bulbus vestibuli banyak mengandung pembuluh darah, sebagian
tertutup oleh muskulo iskio kavernosus dan muskulus konstriktor vagina.
g) Introitus vagina
Terlihat jika labia minor dibuka, ditutupi oleh selaput dara (hymen).Bentuk hymen
berbeda-beda, serta konsistensinya pun berbeda.Umumnya hymen robek pada koitus.
h) Perineum
28
Terletak antara vulva dan anus, panjangnya rata-rata 4 cm. Perineum mendapat
pasokan darah terutama dari arteri pudenda interna dan cabang-cabangnya.Persarafan
oleh nervus pudendus dan cabang-cabangnya. Oleh karena itu menjag=hit perineum
dapat dilakukan anastesi blok pudenda. Otot yang mendukung perineum terutama
diafragma pelvis dan diafragma urogenitalis.Otot levator ani kanan dan kiri bertemu
diantara anus dan vagina, yang diperkuat oleh tendon sentral perineum.Ditempat ini
bertemu otot-otot bulbokavernosus, muskulus transversus parinei superfisialis, dan
sfingter ani ekternus.
29
Dinding
depan dan belakang vagina berdekatan satu sama lain, masing-masing panjangnya
6-8 cm dan 7-10 cm. Di sebelah dalam vagina terdapat lipatan-lipatan yang
disebut rugae, dan ditengahnya terdapat bagian keras disebut kolumna rugarum.
Lipatan ini memfasilitasi vagina sebagai bagian lunak jalan lahir.Di vagina tidak
di dapatkan kelenjar bersekresi.Epitel vagina terdiri dari epitel gepeng tidak
bertanduk yang di bawahnya terdapat banyak pembuluh darah.pada kehamilan
terjadi hipervaskularisasi, sehingga vagina berwarna kebiru-biruan atau disebut
livide. Terdapat dua lapisan otot, disebelah dalam adalah muskulus sirkularis, dan
di sebelah luar adalah muskulus longitudinalis. Dibagian luar otot ini diliputi oleh
fascia yang semakin bertambah umur maka keelastisannya akan berkurang. 2/3
bagian atas vagina berasal dari duktus mulleri, sedangkan 1/3 sisanya berasal dari
lipatan-lipatan ektoderm.
Disebelah depan, vagina berhubungan dengan urettra dan kandung kemih yang
dipisahkan oleh jaringan ikat yang biasa disebut septum vesikovaginalis.
Disebelah belakang, diantara dinding vagina bagian bawah dan rektum terdapat
jaringan ikat disebut septum rektovaginalis. Seperempat bagian atas dinding
30
vagina terpisah oleh rektum dari kantong rektouterina (cavum douglas). Dinding
kanan dan kiri berhubungan dengan muskulus levator ani.Di puncak vagina
terbentuk forniks anterior, posterior dan lateral kiri, kanan. Puncak vagina
belakang lebih tinggi dari bagian depan, maka forniks posterior lebih dalam
daripada anterior. Bagian forniks dapat di palpasi saat pemeriksaan dalam. Kurang
lebih 1,5 cm di atas forniks lateralis terletak terdapat ureter yang terdapat dalam
parametrium. Ditempat itu, ureter melintasi a. Uterina tepat di bawahnya.Hal ini
penting, agar ketika menjahit kedua bagian tersebut tidak terjahit.
Vagina disuplai oleh
a.Uterina pervabangannya ke 1/3 bagian atas vagina dan serviks,
a. Vesikalis inferior, percabangannya memberikan darah ke vagina 1/3 bagian
tengah
a. Hemoroidalis mediana dan a. Pudendus interna memberikan darah ke 1/3
bagian bawah vagina.
Darah kembali melalui pleksus vena pampiniformis ke v.hipogastrika dan v.iliaka
ke atas.
Aliran limfe yang berasal 2/3 bagian atas vagina akan melalui kelenjar getah
bening di area vasa iliaka, sedangkan yang berasal dari 1/3 bagian bawah akan
melalui kelenjar getah bening di area ingiunalis.
2. Uterus
Uterus berbentuk seperti buah avokad atau buah pir yang sedikit gepeng ke
arah depan belakang. Ukurannya sebesar telur ayam dan mempunyai
rongga.Dindingnya terdiri atas otot-otot polos. Letak uterus dalam keadaan
fisiologis adalah anteversiofleksio (serviks ke depan dan membentuk sudut
dengan vagina, sedangkan korpus uteri ke depan dan membentuk sudut dengan
serviks uteri).
Uterus terdiri atas (1) fundus uteri; (2) korpus uteri; (3) serviks uteri.Fundus
uteri adalah bagian uterus proksimal.Tuanya kehamilan dapat diperkirakan dengan
perabaan pada fundus uteri.Korpus uteri adalah bagian uterus yang terbesar.Pada
kehamilan bagian ini mempunyai fungsi utama sebagai tempat janin
berkembang.Serviks uteri terdiri atas (1) pars vaginalis servisis uteri yang
dinamakan porsio; (2) pars supravaginalis servisis uteri yaitu bagian serviks yang
berada di atas vagina.
Saluran yang terdapat dalam serviks disebut kanalis servikalis.Saluran ini
dilapisi oleh kelenjar-kelenjar serviks, berbentuk sel-sel torak bersilia dan
31
Ismus adalah bagian uterus antara serviks dan korpus uteri, diliputi oleh
peritoneum viserale yang mudah sekali digeser.Di sinilah dinding uterus dibuka
jika melakukan seksio sesarea transperitonealis profunda.Dinding belakang uterus
seluruhnya diliputi oleh peritoneum viserale yang di bagian bawah membentuk
suatu kantong yang disebut kavum Douglasi. Kavum Douglasi akan menonjol
jika terdapat cairan (darah atau asites) atau tumor di situ.
Uterus diberi darah oleh arteria uterina kiri dan kanan yang terdiri atas ramus
asendens dan ramus desendens. Pembuluh darah ini berasal dari arteria iliaka
interna (disebut juga arteria hipogastrika) yang melalui dasar ligamentum latum
masuk ke dalam uterus di daerah serviks kira-kira 1,5 cm di atas forniks lateralis
vagina.
Pembuluh darah lain yang memberi pula darah ke uterus adalah arteria
ovarika kiri dan kanan. Arteria ini berjalan dari lateral dinding pelvis, melalui
ligamentum infundibulo-pelvikum mengikuti tuba Falloppii, beranastomosis
dengan ramus asendens arteria uterina di sebelah lateral, kanan dan kiri uterus.
Bersama-sama dengan arteri-arteri tersebut di atas terdapat vena-vena yang
kembali melalui pleksus vena ke vena hipogastrika.
Getah bening yang berasal dari serviks akan mengalir ke daerah obturatorial
dan inguinal, selanjutnya ke daerah vasa iliaka. Dari korpus uteri saluran getah
bening akan menuju ke daerah paraaorta atau paravertebral dalam.
Inervasi uterus terutama terdiri atas sistem saraf simpatetik dan untuk
sebagian terdiri atas sistem parasimpatetik dan serebrospinal.Kedua sistem
simpatetik dan parasimpatetik mengandung unsur motorik dan sensorik.Kedua
sistem bekerja antagonistik.Saraf simpatetik menimbulkan kontraksi dan
vasokonstriksi, sedangkan yang parasimpatetik sebaliknya, yaitu mencegah
kontraksi dan menimbulkan vasodilatasi.
3. Tuba Falloppii
Tuba Falloppii terdiri atas (1) pars interstitialis, yaitu bagian yang terdapat di
dinding uterus; (2) pars ismika, merupakan bagian medial tuba yang sempit
seluruhnya; (3) pars ampullaris, yaitu bagian yang berbentuk sebagai saluran agak
lebar, tempat konsepsi terjadi; dan (4) infundibulum, yaitu bagian ujung tuba yang
terbuka ke arah abdomen dan mempunyai fimbria. Fimbria penting artinya bagi
tuba untuk menangkap telur dan selanjutnya menyalurkan telur ke dalam tuba.
33
Bagian luar tuba diliputi oleh peritoneum viserale yang merupakan bagian dari
ligamentum latum.Otot dinding tuba terdiri atas (dari luar ke dalam) otot
longitudinal dan otot sirkular.Lebih ke dalam lagi didapatkan selaput yang
berlipat-lipat dengan sel-sel yang bersekresi dan bersilia yang khas, berfungsi
untuk menyalurkan telur atau hasil konsepsi ke arah kavum uteri dengan arus yang
ditimbulkan oleh getaran rambut getar tersebut.
4. Ovarium (Indung Telur)
Perempuan pada umumnya mempunyai 2 indung telur kanan dan kiri.Ovarium
berukuran kurang lebih sebesar ibu jari tangan dengan ukuran panjang kira-kira 4
cm, lebar dan tebal kira-kira 1,5 cm. Struktur ovarium terdiri atas (1) korteks,
bagian luar yang diliputi oleh epitelium germinativum berbentuk kubik dan di
dalamnya terdiri atas stroma serta folikel-folikel primordial; dan (2) medulla,
bagian di sebelah dalam korteks tempat terdapatnya stroma dengan pembuluhpembuluh darah, serabut-serabut saraf, dan sedikit otot polos.
Diperkirakan pada perempuan terdapat kira-kira 100.000 folikel primer. Tiap
bulan satu folikel akan keluar, kadang-kadang dua folikel, yang dalam
perkembangannya akan menjadi folikel de Graaf. Folikel-folikel ini merupakan
bagian terpenting dari ovarium yang dapat dilihat di korteks ovarii dalam letak
yang beraneka ragam dan pula dalam tingkat-tingkat perkembangan yang berbeda,
yaitu dari satu sel telur yang dikelilingi oleh satu lapisan sel-sel saja sampai
menjadi folikel de Graaf yang matang terisi dengan likuor follikuli, mengandung
estrogen dan siap untuk berovulasi.
Folikel de Graaf yang matang terdiri atas (1) ovum, yakni suatu sel besar
dengan diameter 0,1 mm yang mempunyai nukleus dengan anyaman kromatin
yang jelas sekali dan satu nukleolus pula; (2) stratum granulosum, yang terdiri
dari atas sel-sel granulosa, yakni sel-sel bulat kecil dengan inti yang jelas pada
pewarnaan dan mengelilingi ovum; pada perkembangan lebih lanjut di tengahnya
terdapat suatu rongga terisi likuor follikuli; (3) teka interna, suatu lapisan yang
melingkari stratum granulosum dengan sel-sel lebih kecil daripada sel granulosa;
dan (4) teka eksterna, di luar teka interna yang terbentuk oleh stroma ovarium
yang terdesak.
Pada ovulasi folikel yang matang yang mendekati permukaan ovarium pecah
dan melepaskan ovum ke rongga perut.Sel-sel granulosa yang melekat pada ovum
dan yang membentuk korona radiata bersama-sama ovum ikut dilepas.Sebelum
34
Sistem Reproduksi
Uterus
- Pembesaran uterus hingga menyentuh dinding abdominal dengan kapasitas
-
35
Dinding
vagina
bertambah
panjang
(peningkatan
ketebalan
mukosa,
sebelumnya)
Kulit di garis pertengahan perut akan berubah menjadi hitam kecoklatan disebut
linea nigra, dapat juga muncul dengan ukuran bervariasi pada wajah dan leher
kiri
Sistem Respirasi
- Sirkumferensia torak akan bertambah 6 cm, diafragma naik 4 cm
Traktus digestivus
- Lambung dan usus akan bergeser, seiring membesarnya uterus
- Apendiks akan bergeser kea rah atas dan lateral
- Gusi akan menjadi lebih hiperemis dan lunak mudah mengalami perdarahan
- Epulis akan muncul selama kehamilan
- Hemorrhoid akibat konstipasi dan peningkatan tekanan vena bagian bawah
Traktus Urinarius
- Kandung kemih akan tertekan sering berkemih
- Ginjal akan membesar
- Ureter akan terjadi dilatasi, sisi kanan akan lebih membesar dibandingkan kiri
(ureter kiri dilindungi oleh kolon sigmoid dan tekanan kuat pada sisi kanan uterus)
Sistem Endokrin
- Kelenjar hipofisis akan membesar 135 %
36
- Kelenjar tiroid akan mengalami pembesaran hingga 15,0 ml pada saat persalinan
- Kelenjar adrenal akan mengecil
Sistem Muskuloskeletal
- Lordosis yang progresif umum terjadi pusat daya berat ke belakang
- Sendi sakroiliaka, sakrokoksigis dan pubis akan meningkat mobilitasnya
1.
-
Selama kehamilan, pembesaran uterus terjadi akibat peegangan dan hipertrofi sel-sel
otot, sementara produksi miosit terbatas. Peningkatan ukuran sel otot ini diiringi oleh
akumulasi jaringan fibrosa, terutama ilapisan otot eksternal dan peningkatan jaringan
elastik. Anyaman yang terbentuk ikut memperkuat dinding uterus. Meskipun
mengalami penebalan yang lebih bermakna selama beberapa bulan pertama
kehamilan, dinding korpus sebenarnya menipis seiring dengan kemajuan gestasi.
Otot-otot uterus selama kehamilan tersusun dalam tiga lapisan:
1. Suatu lapisan luar berbentuk tudung, yang melengkung menutupi fundus dan
meluas kedalam berbagai ligamentum.
2. Lapisan tengah, yang terdiri dari anyaman padat serat otot yang ditembus
disegala arah oleh pembuluh darah.
3. Lapisan dalam, dengan serat-serat mirip-sfingter mengelilingi orifisium tuba
-
Serviks
Pada 1 bulan setelah konsepsi, serviks sudah mulai mengalami perlunakan an sianosis
mencolok. Perubahan ini terjadi karena peningkatan vaskularitas dan edema serviks
keseluruhan, disertai oleh hipertrofi dan hiperplasis kelenjar serviks.Penataan ulang
jaringan ikat kaya-kolagen ini diperlukan agar serviks mampu melaksakan beragam
38
Ovarium
Selama kehamilan, ovulasi berhenti dan pematangan folikel-folikel baru ditunda.
Biasanya hanya satu korpus luteum yang ditemukan pada wanita hamil. Struktur ini
berfungsi maksimal selama 6 sampai 7 minggu pertama kehamilan sampai 5 minggu
pascaovulasi.
Tuba Uterina
Otot-otot tuba uterina hanya sedikit mengalami hipertrofi selama kehamilan. Namun,
epitel mukosa tuba menjadi agak mendatar.
39
3.
Payudara
Pada mingu awal kehamilan, wanita sering merasa parastesia dan nyeri payudara. Setelah
bulan kedua, payudara membesar dan memperlihatkan vena-vena halus dibawah kulit.
Puting menjadi jauh lebih besar, gelap dan lebih tegak.
40
4.
-
Perubahan metabolik
Penambahn berat
Dilihat dari penambahn volume uterus beserta komponen reproduksi lainya, terjadi
41
Kadar ghrelin pun sama dengan leptin. Hormon ini berperan dalm pertumbhan dan
-
5.
Perubahan hematologis
Volume darah ibu mullai meningkat selama trimester pertama. Pada minggu ke-12,
volume pasma bertambah sebesar 15% dibandingkan dengan keadaan sebelum
hamil.terjadi peningkatan jumlah eritrosit dan plasma darah. Hal ini menyebabkan
hemoglobin dan hematokrit agak berkurang Konsentrasi hemoglobin < 11,0 g/dl, terutama
pada akhir kehamilan dianggap abnormal.
-
Metabolisme Besi
Dari sekitar 1000 mg besi yang dibutuhkan selama kehamilan normal, sekitar 300 mg
secara aktif dipindahkan ke janin dan plasenta, dan 200 mg lainnya keluar melaui
eksresi normal. Pengeluaran ini bersifat ligatorik dan berlangsung meskipun ibu
mengalami defisiensi besi. Kebutuhan besi menjadi besar setelah pertengahan
kehamilan dan mencapai 6-7 mg/hari. Jumlah ini harus didukung dengan pemberian
suplemen. Tanpa suplementasi, konsentrasi hemoglobin dan hematokrit turun
bermakna. Pada saat yang sama, produksi sel darah merah pada janin tidak terganggu
karena plasenta tetap menyalurkan besi meskipun ibu menderita anemia defisiensi
besi yang parah.
6.
Sistem sirkulasi
Perubahan pada postur mempengaruhi tekanan darah arteri. Tekanan a. Brakialis saat
duduk lebih rendah daripada dalam posisi berbaring lateral. Penekanan pembuluh darah
besar saat berbaring telentang oleh uterus menyebabkan hipotensi arteri yang disebut
supine hipotensi syndrome. Tekanan arteri biasanya menurun pada 24 sampai 26 minggu
dan kemudian meningkat. Tekanan diastol menurun lebih daripada tekanan sistol.
42
Dalam posisi telentang, tekanan v. Femoralis akan meningkat, dari sekitar 8mmHg pada
awal kehamilan menjadi 34 mmHg menjelang aterm. Aliran darah tungkai mengalami
hambatan selama kehamilan kecuali pada posisi berbaring lateral. Kecenderungan ke arah
stagnasi darah di ekstremitas bawah selama tahap-tahap akhir kehamilan ini berkaitan
degan oklusi vena-vena panggul dan v. Kava inferior oleh uterus yang terus membesar.
Tekanan vena yang meninggi akan kembali normal ketika wanita hamil posisi berbaring
dan setelah segera pelahiran. Perubahan-perubahan ini berperan dalam pembentukan
edema dependen yang sering dialami dan terjadinya varises vena di tungkai dan vulva,
serta hemoroid. Hal ini juga mempermuda terjadinya trombosis vena dalam.
7.
Sistem pernapasan
Sistem Kemih.
Laju filtrasi glomerulus dan aliran plasma ginjal meningkat pada awal kemilan, minggu
kedua hingga 25% dan 50% pada awal trimester kedua.
Untuk kompensasi berkurangnya kaasitas kandung kemih, panjang uretra absolut dan
fungsional masing-masing bertambah sebanyak 6,7 dan 4,8 mm. Pada saat yang sama,
tekanan intrauretra maksimal meningkat dari 70 sampai 93 cm H2O sehingga kontinensia
dipertahankan. Namun, paling tidak separuh dari wanita mengalami inkontinensia urin
pada trimester ketiga.
. Fisiologi Janin
1. Cairan Amnion
Pada awal kehamilan cairan amnion merupakan ultrafiltrat plasma ibu. Pada awal
trimester kedua, cairan amnion terutama terdiri atas cairan ekstrasel yang berdifusi
menembus kulit janin sehingga mencerminkan komposisi plasma janin. Setelah 20
minggu, keratinisasi kulit janin mencegah difusi ini, dan cairan amnion terutama
terbentuk dari urin janin. Cairan amnion juga mengandung sel janin yang mengelupas.
Volume cairan amnion cukup bervariasi setiap minggunya. Umumnya volume cairan
bertambah sekitar 10mL tiap minggu mulai minggu ke-8 dan bertambah hingga 60mL
tiap minggu sejak minggu ke-21, kemudian secara bertahap kembali ke kadar
43
stabilnya pada minggu ke 33. Fungsi cairan amnion adalah sebagai bantalan
pelindung
janin,
memungkinkan
perkembangan
muskuloskeletal,
sekaligus
berinti. Seiring bertumbuhnya janin, baik volume darah maupun hemoglobin dalam
sirkulasi meningkat. Kandungan hemoglobin dalam darah janin dapat mencapai
sekitar 12g/dL pada pertengahan kehamilan dan menjadi 18g/dL pada kehamilan
aterm. Selain itu, eritrosit janin memiliki usia yang pendek, yang semakin memanjang
sehingga menjadi sekitar 90 hari pada kehamilan aterm.
4. Respon Imun Janin
IgG
IgG maternal mulai dihantarkan ke janin pada sekitar minggu ke 16 dan semakin
meningkat setelahnya. Sebagian besar IgG diperoleh janin selama empat minggu
terakhir kehamilan.
IgM
IgM hanya sedikit dihasilkan oleh jaringan normal janin, namun bila terjadi infeksi
respons IgM merupakan respons antibodi yang dominan pada janin. Semua kadar IgM
merupakan hasil produksi janin itu sendiri..
Limfosit
Sistem imun mulai berkembang sejak dini, dan limfosit B ditemukan dalam hati janin
sejak minggu ke-9 gestasi dan dalam darah serta limpa pada minggu ke-12 gestasi.
5. Sistem Saraf dan Organ Sensoris
Medula spinalis hanya mencapai S1 pada minggu ke-14. Mielinasi medula spinalis
dimulai pada pertengahan kehamilan dan berlanjut selama tahun pertama kehidupan.
Fungsi sinaptik telah berkembang cukup baik pada minggu ke-8 untuk
memungkinkan janin melakukan fleksi tengkuk dan badan. Pada usia 10 minggu,
stimulus lokal dapat mencetuskan gerakan menyipitkan mata, membuka mulut,
penutupan jari-jari yang tidak sempurna. Menelan mulai pada usia 10 minggu. Janin
dapat mendengar suara in utero sejak 24 hingga 26 minggu. Pada usia 28 minggu
mata telah sensitif terhadap cahaya.
6. Sistem Gastrointestinal
45
Gerakan menelan dimulai pada usia 10-12 minggu. Kadar enzim hati dalam serum
meningkat dengan bertambahnya gestasi, tetapi semakin lama peningkatan ini
semakin kecil.
7. Sistem Respirasi
Janin mulai menunjukkan gerak pernapasan sejak usia sekitar 18 minggu.
Perkembangan struktur alveoli paru sendiri baru sempurna pada usia 24-26 minggu.
Surfaktan mulai diproduksi sejak minggu ke-20, tetapi jumlah dan konsistensinya
sangat minimal dan baru adekuat untuk survival ekstrauterin pada akhir trimester
ketiga.
Aliran keluar-masuk yang terjadi pada pernapasan janin intrauterin bukanlah aliran
udara, tetapi aliran cairan amnion. Seluruh struktur saluran napas janin sampai
alveolus terendam dalam cairan amnion tersebut.
8. Sistem Kemih
Glomerulus ginjal mulai terbentuk sejak umur 8 minggu. Pada kehamilan 20 minggu
jumlah glomerulus diperkirakan mencapai 300-400 ribu. Ginjal mulai berfungsi sejak
awal trimester kedua, dan di dalam vesica urinaria dapat ditemukan urine janin, yang
keluar melalui uretra dan bercampur dengan cairan amnion. Produksi urine kira-kira
0.05-0.10 cc/menit. Ginjal belum sepenuhnya berfungsi, baik fungsi filtrasi maupun
ekskresi, karena vaskularisasi juga relatif masih sedikit.
9. Sistem Endokrin
Kortikotropin dan tirotropin mulai diproduksi di hipofisis janin sejak usia 10 minggu,
mulai berfungsi untuk merangsang perkembangan kelenjar suprarenal dan kelenjar
tiroid. Setelah kelenjar-kelenjar tersebut berkembang, produksi dan sekresi hormonhormonnya juga mulai berlangsung. Hormon-hormon maternal maupun hormonhormon plasenta juga didistribusikan dalam jumlah besar ke dalam sirkulasi janin, dan
aktifitasnya juga mempengaruhi pertumbuhan janin, lebih daripada hormon yang
diproduksi janin itu sendiri (contoh kasus : pada janin anensefalus, pertumbuhan
badan tetap berlangsung dengan baik, padahal jaringan hipofisis bayi tersebut sangat
kecil dan pembentukannya sendiri terganggu).
3. Breech presentation
46
Breech presentation atau presentasi sungsang atau presentasi bokong adalah letak
janin abnormal dimana janin letak memanjang dengan bagian terendahnya bokong, kaki, atau
kombinasi keduanya. Kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian
bawah kavum uteri (Prawirohardjo, 2008, p.606). Letak sungsang merupakan keadaan
dimana janin terletak memanjang/membujur dengan kepala difundus uteri dan bokong
dibagian bawah kavum uteri.
Dikenal beberapa jenis letak sungsang, yakni:
Presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki (incomplete or footling) (1030%).
Pada presentasi bokong kaki tidak sempurna hanya terdapat satu kaki di samping bokong,
sedangkan kaki yang lain terangkat ke atas. Pada presentasi kaki bagian paling rendah
adalah satu atau dua kaki.
Prevalensi
47
Kejadian presentasi bokong ditemukan sekitar 3-4% dari seluruh persalinan tunggal.
Presentasi bokong adalah suatu keadaan pada letak janin memanjang dimana presentasi
bokong dengan atau tanpa kaki merupakan bagian terendahnya. Angka kejadiannya adalah 34% dari seluruh kehamilan. Beberapa peneliti lain seperti Greenhill melaporkan kejadian
persalinan presentasi bokong sebanyak 4-4,5%.(1) Di Parkland Hospital 3,5 persen dari
136.256 persalinan tunggal dari tahun 1990 sampai 1999 merupakan letak sungsang.
Sedangkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang sendiri pada tahun 2003-2007
didapatkan persalinan presentasi bokong sebesar 8,63%.
Mortalitas perinatal : kematian perinatal 13 kali lebih tinggi daripada kematian
perinatal pada presentasi kepala. Morbiditas perinatal : 5-7 kali lebih tinggi daripada
presentasi kepala. Gambaran ini dipengaruhi usia kehamilan, berat janin dan jenis presentasi
bokong. Sebab utama kematian perinatal pada presentasi bokong : hipoksia, trauma
persalinan, prematuritas dan kelainan kongenital. Kelainan kongenital terdapat 6-18% pada
presentasi bokong, dibandingkan 2-3% pada presentasi kepala .
Patofisiologi
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap ruangan
dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban relatif
lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian
janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak sungsang atau letak lintang .
Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban
relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai terlipat lebih besar daripada kepala,
maka bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih luas di fundus uteri, sedangkan
kepala berada ruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus. Dengan demikian dapat
dimengerti mengapa pada kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih
tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan dalam
presentasi kepala. Sayangnya, beberapa fetus tidak seperti itu. Sebagian dari mereka berada
dalam posisi sungsang.
Etiologi
Faktor-faktor yang memegang peranan dalam terjadinya letak sungsang diantaranya
ialah prematuritas, rnultiparitas, hamil kembar, hidramnion, hidrosefalus, plasenta previa
dan panggul sempit. Kadang-kadang juga disebabkan oleh kelainan uterus (seperti
fibroid) dan kelainan bentuk uterus (malformasi). Plasenta yang terletak didaerah kornu
48
fundus uteri dapat pula menyebabkan letak sungsang, karena plasenta mengurangi luas
ruangan didaerah fundus. Kelainan fetus juga dapat m e n ye b a b k a n
letak
s u n g s a n g s e p e r t i m a l f o r m a s i C N S , m a s s a d i l e h e r, aneuploidi.
Tanda Dan Gejala
Kehamilan dengan letak sungsang seringkali oleh ibu hamil dinyatakan
bahwa kehamilannya terasa lain dari kehamilan sebelumnya, karena perut terasa
penuh dibagian atas dan gerakan lebih hanyak dibagian bawah. Pada kehamilan
pertama kalinya mungkin belum bisa dirasakan perbedaannya. Dapat ditelusuri dari
riwayat kehamilan sebelumnya apakah ada yang sungsang.
Pada pemeriksaan luar berdasarkan pemeriksaan Leopold ditemukan bahwa Leopold I
difundus akan teraba bagian yang keras dan bulat yakni kepala. Leopold II teraba punggung
disatu sisi dan bagian kecil disisi lain. Leopold III-IV teraba bokong dibagian bawah
uterus. Kadang-kadang bokong janin teraba bulat dan dapat memberi kesan seolah-olah
kepala, tetapi bokong tidak dapat digerakkan semudah kepala. Denyut jantung janin
pada umumnya ditemukan setinggi pusat atau sedikit lebih tinggi daripada umbilicus.
Pada pemeriksaan dalam pada kehamilan letak sungsang apabila didiagnosis dengan
pemeriksaan luar tidak dapat dibuat oleh karena dinding perut tebal, uterus
berkontraksi atau air ketuban banyak. Setelah ketuban pecah dapat lebih jelas adanya bokong
vang ditandai dengan adanya sakrum, kedua tuberositas iskii dan anus. Bila dapat
diraba kaki, maka harus dibedakan dengan tangan. Pada kaki terdapat tumit, sedangkan
pada tangan ditemukan ibu jari vang letaknya tidak sejajar dengan jari-jari lain dan
panjang jari kurang lebih sama dengan panjang telapak tangan. Pada persalinan
lama, bokong mengalami edema sehingga kadang-kadang sulit untuk membedakan bokong
dengan muka. Pemeriksaan yang teliti dapat membedakan bokong dengan muka
karena jari yang akan dimasukkan ke dalam anus mengalami rintangan otot, sedangkan
jari yang dimasukkan kedalam mulut akan meraba tulang rahang dan alveola tanpa ada
hambatan, mulut dan tulang pipi akan membentuk segitiga, sedangkan anus dan tuberosis
iskii membentuk garis lurus. Pada presentasi bokong kaki sempurna, kedua kaki dapat d iraba
disamping bokong, sedangkan pada presentasi bokong kaki tidak sempuma hanya
teraba satu kaki disamping bokong. Informasi yang paling akurat berdasarkan lokasi
sakrum dan prosesus untuk diagnosis posisi .
Pemeriksaan Penunjang
49
Dilakukan jika masih ada keragu-raguan dari pemeriksaan luar dan dalam,
sehingga harus di pertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan ultrasonografik atau M R I
( M a g n e t i c R e s o n a n c e I m a g i n g ) . Pemeriksaan ultrasonografik diperlukan untuk
konfirmasi letak janin, bila pemeriksaan fisik belum jelas, menentukan letak placenta,
menemukan kemungkinan cacat bawaan. Pada foto rontgen (bila perlu) untuk
menentukan posisi tungkai bawah, konfirmasi letak janin serta fleksi kepala, menentukan
adanya kelainan bawaan anak.
Diagnosis
Diagnosis letak s u n g s a n g pada umumnya tidak sulit. Diagnosis ditegakkan
berdasarkan keluhan subyektif dan pemeriksaan fisik atau penunjang yang telah dilakukan.
Dari anamnesis didapatkan kalau ibu hamil akan merasakan perut terasa penuh dibagian atas
dan gerakan anak lebih banyak dibagian bawah rahim. Dari riwayat kehamilan mungkin
diketahui pernah melahirkan sungsang. Sedangkan dari pemeriksaan fisik Leopold akan
ditemukan dari Leopold I difundus akan teraba bagian bulat dan keras yakni kepala, Leopold
II teraba punggung dan bagian kecil pada sisi samping perut ibu, Leopold III-IV teraba
bokong di segmen bawah rahim. Dari pemeriksaan dalam akan teraba bokong atau
dengan kaki disampingnya. Disini akan teraba os sakrum, kedua tuberosis iskii dan anus.
Pemeriksaan penunjang juga dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis seperti
ultrasonografik atau rontgen.
Diagnosis Banding
Kehamilan dengan letak sungsang dapat didiagnosis dengan kehamilan
dengan letak muka. Pada pemeriksaan fisik dengan palpasi Leopold masih ditemukan
kemiripan. Ini dibedakan dari pemeriksaan dalam yakni pada letak sungsang akan
didapatkan jari yang dimasukkan ke dalam anus mengalami rintangan otot dan anus dengan
tuberosis iskii sesuai garis lurus. Pada letak muka, jari masuk mulut akan meraba
tulang rahang dan alveola tanpa hambatan serta mulut dan tulang pipi membentuk
segitiga. Sedangkan dengan USG atau rontgen sangatlah dapat dibedakan.
Penatalaksanaan
1. Dalam Kehamilan
Pada umur kehamilan 28-30 minggu ,mencari kausa daripada letak sungsang
yakni dengan USG; seperti plasenta previa, kelainan kongenital, kehamilan
50
ganda, kelainan uterus. Jlka tidak ada kelainan pada hasil USG, maka dilakukan knee
chest position atau dengan versi luar (jika tidak ada kontraindikasi).
Versi luar sebaiknya dilakukan pada kehamilan 34-38 minggu. Pada
umumnya versi luar sebelum minggu ke 34 belum perlu dilakukan karena
kemungkinan besar janin masih dapat memutar sendiri, sedangkan setelah
minggu ke 38 versi luar sulit dilakukan karena janin sudah besar dan jumlah air
ketuban relatif telah berkurang. Sebelum melakukan versi luar diagnosis letak
janin harus pasti sedangkan denyut jantung janin harus dalam keadaan baik.
Kontraindikasi untuk melakukan versi luar; panggul sempit, perdarahan
antepartum, hipertensi, hamil kembar, plasenta previa
(1,2,4)
. Keberhasilan versi
0
0
3
-3
Kaku
posterior
1
1-2
2
-2
Sedang
Mid
2
3-4
1
-1
Lunak
anterior
3
5+
0
+1,+2
Artinya: Keberhasilan 0% jika nilai <2 dan 100 % jika nilai >9.
Kalau versi luar gagal karena penderita menegangkan otot-otot dinding perut,
penggunaan narkosis dapat dipertimbangkan, tetapi kerugiannya antara lain:
narkosis harus dalam, lepasnya plasenta karena tidak merasakan sakit dan
digunakannya tenaga yang berlebihan, sehingga penggunaan narkosis dihindari pada
versi luar.
2. Dalam Persalinan
Menolong persalinan letak sungsang diperlukan lebih banyak ketekunan dan
kesabaran dibandingkan dengan persalinan letak kepala. Pertama-tama
hendaknya ditentukan apakah tidak ada kelainan lain yang menjadi indikasi seksio,
seperti kesempitan panggul, plasenta previa atau adanya tumor dalam rongga
panggul.
Pada kasus dimana versi luar gagal/janin tetap letak sungsang, maka
penatalaksanaan persalinan lebih waspada. Persalinan pada letak sungsang dapat
51
Persalinan bokong
a. Bokong masuk ke pintu atas panggul dalam posisi melintang atau miring.
b. Setelah trokanter belakang mencapai dasar panggul, terjadi putaran paksi
dalam sehingga trokanter depan berada di bawah simfisis.
c. Penurunan bokong dengan trokanter belakangnya berlanjut, sehingga distansia
bitrokanterika janin berada di pintu bawah panggul.
d. Terjadi
pers alinan
bokong,
dengan
trokanter
depan
sebagai
hipomoklion.
e. Setelah trokanter belakang lahir, terjadi fleksi lateral janin untuk persalinan
trokanter depan, sehingga seluruh bokong janin lahir.
f. Terjadi putar paksi luar, yang menempatkan punggung bayi ke arah perut
ibu.
g. Penurunan bokong berkelanjutan sampai kedua tungkai bawah lahir.
Mekanisme letak sungsang dapat dilihat dalam gambar berikut:
Tipe dari presentasi bokong:
a) Presentasi bokong
(frank breech)
b) Presentasi bokong
kaki
sempurna
(complete breech)
bokong
c) Presentasi
52
or
panggul
posisi
dalam
melintang
atau
miring.
Setelah
trokanter
dalam
sehingga
belakangnya
Terjadi
pers alinan
bokong,
dengan
trokanter
depan
s ebagai hipomoklion.
Setelah
trokanter
belakang
lahir,
terjadi
trokanter
depan,
sehingga
seluruh
bokong
janin
lahir.
Jika
53
bokong
tidak
mengalami
kemajuan
selama
kontraksi
berikutnya,
dapat
episiotomi
dilakukan
dan
menempatkan
bokong
berkelanjutan
sampai
Jika
kaki
keluar,
janin
telah
penolong
dapat
menyusupkan
sepanjang
dan
kaki
melahirkan
tangan
anterior
kaki
bagian
badan
54
Bahu
janin
mencapai
pelvic
'gutter'
sempit)
dan
putar
paksi
(jalan
melakukan
sehingga
dalam
diameter
anteroposterior
diameter
pelvic
bagian
luar.
Secara simultan, bokong
melakukan rotasi anterior
90o.
Kepala
janin
sutura
sagitalis
ke
dalam
55
56
Kerugian :
Dapat mengalami kegagalan sehingga tidak semua persalinan letak sungsang dapat dipimpin
secara Bracht. Terutama terjadi peda keadaan panggul sempit, janin besar, jalan lahir kaku
seperti pada primigravida, adanya lengan menjungkit atau menunjuk.
Prosedur Manual Aid
Indikasi :
Dilakukan jika pada persalinan dengan cara Bracht mengalami kegagalan, misalnya terjadi
kemacetan saat melahirkan bahu atau kepala. Dan memang dari awal sudah direncanakan
untuk manual aid.
Tahapan :
1. Tahap pertama :lahirnya bokong sampai pusar yang dilahirkan dengan kekuatan dan
tenaga ibu sendiri.
2. Tahap kedua : lahirnya bahu dan lengan yang memakai tenaga penolong.
Cara/teknik untuk melahirkan bahu dan lengan ialah secara :
a) Klasik (Deventer)
b) Mueller
c) Lovset
d) Bickenbach.
Tehnik :
Tahap pertama persalinan secara bracht sampai pusat lahir. Tahap kedua melahirkan bahu dan
langan oleh penolong:
1. Cara klasik
Prinsip melahirkan bahu dan lengan secara klasik ini melahirkan lengan belakang lebih
dulu karena lengan belakang berada di ruang yang luas (sacrum), kemudian melahirkan
lengan depan yang berada di bawaah simpisis. Kedua kaki janin dipegang dengan tangan
kanan penolong pada pergelangan kakinya dan dielevasi ke atas sejauh mungkin sehingga
57
perut janin mendekati perut ibu. Bersamaan dengan itu tangan kiri penolong dimasukkan
ke dalam jalan lahir dan dengan jari tengah dan telunjuk menelusuri bahu janin sampai
pada fossa kubiti kemudian lengan bawah dilahirkan dengan gerakan seolah-olah lengan
bawah mengusap muka janin. Untuk melahirkan lengan depan, pergelangan kaki janin
diganti dengan tangan kanan penolong dan ditarik curam ke bawah sehingga punggung
janin mendekati punggung ibu. Dengan cara yang sama lengan depan dilahirkan.
Keuntunga cara klasik adalah pada umumnya dapat dilakukan pada semua persalinan letak
sungsang tetapi kerugiannya lengan janin relative tinggi didalam panggul sehingga jari
penolong harus masuk ke dalam jalan lahir yang dapat manimbulkan infeksi.
2. Cara Mueller
Prinsip melahirkan bahu dan lengan secara Mueller ialah melahirkan bahu dan lengan
depan lebih dulu dengan ekstraksi, baru kemudian melahirkan bahu dan lengan belakang.
Bokong janin dipegang dengan femuro-pelvik yaitu kedua ibu jari penolong diletakkan
sejajar spina sakralis media dan jari telunjuk pada krisat iliaka dan jari-jari lain
mencengkram bagian depan. Kemudian badan ditarik ke curam ke bawah sejauh mungkin
sampai bahu depan tampak di bawah simpisis dan lengan depan dilahirkan dengan
mengait lengan bawahnya. Setelah bahu depan dan lengan lahir, tarik badan janin ke atas
sampai bahu belakang lahir. Tangan penolong tidak masuk ke dalam jalan lahir sehingga
mengurangi infeksi.
3. Cara lovset
Prinsip melahirkan persalinan secara Lovset ialah memutar badan janin dalam setengah
lingkaran bolak-balik sambil dilakukan traksi curam ke bawah sehingga bahu yang
sebelumnya berada di belakang akhirnya lahir dibawah simpisis dan lengan dapat
dilahirkan. Keuntungannya yaitu sederhana dan jarang gagal, dapat dilakukan pada semua
letak sungsang, minimal bahay infeksi. Cara lovset tidak dianjurkan dilakukan pada
sungsang dengan primigravida, janin besar, panggul sempit.
4. Cara Bickhenbach
Prinsip melahirkan ini merupakan kombinasi antara cara Mueller dengan cara klasik.
58
Tangan penolong yang sesuai dengan muka janin dimasukkan ke dalam jalan lahir. Jari
tengah dimasukkan ke dalam mulut dan jari telunjuk dan jari keempat mencengkeram
fossa kanina, sedang jari lain mencengkeram leher. Badan anak diletakkan diatas lengan
bawah penolong seolah-olah janin menunggang kuda. Jari telunjuk dan jari ketiga
penolong yang lain mencengkeram leher janin dari punggung. Kedua tangan penolong
menarik kepala janin curam ke bawah sambil seorang asisten melakukan ekspresi
kristeller. Tenaga tarikan terutama dilakukan oleh penolong yang mencengkeram leher
janin dari arah punggung. Bila suboksiput tampak dibawah simpisis, kepala dielevasi
keatas dengan suboksiput sebagai hipomoklion sehingga berturut-turut lahir dagu, mulut,
hidung, mata dahi, ubun-ubun besar dan akhirnya lahirnya seluruh kepala janin.
2. Cara Naujoks
Teknik ini dilakukan apabila kepala masih tinggi sehingga jari penolong tidak dimasukkan
ke dalam mulut janin. Kedua tangan penolong yang mencengkeram leher janin menarik
bahu curam kebawah dan bersamaan dengan itu seorang asisten mendorong kepala janin
kearah bawah. Cara ini tidak dianjurkan lagi karena menimbulkan trauma yang berat.
3. Cara Prague Terbalik
Teknik ini dipakai bila oksiput dengan ubun-ubun kecil berada di belakang dekat sacrum
dan muka janin menghadap simpisis. Satu tangan penolong mencengkeram leher dari
bawah dan punggung janin diletakkan pada telapak tangan penolong. Tangan penolong
yang lain memegang kedua pergelangan kaki, kemudian ditarik keatas bersamaan dengan
tarikan pada bahu janin sehingga perut janin mendekati perut ibu. Dengan laring sebagai
hipomoklion, kepala janin dapat dilahirkan.
4. Cara Cunam Piper
Seorang asisten memegang badan janin pada kedua kaki dan kedua lengan janin
diletakkan dipunggung janin. Kemudian badan janin dielevasi ke atas sehingga punggung
janin mendekati punggung ibu. Pemasangan cunam piper sama prinsipnya dengan
pemasangan pada letak belakang kepala. Hanya saja cunam dimasukkan dari arah bawah
sejajar dengan pelipatan paha belakang. Setelah oksiput tampak dibawah simpisis, cunam
dielevasi ke atas dan dengan suboksiput sebagai hipomoklion berturut-turut lahir dagu,
mulut, muka, dahi dan akhirnya seluruh kepala lahir.
Prosedur Ekstraksi Sungsang
1. Teknik ekstraksi kaki
59
Tangan dimasukkan ke dalam jalan lahir mencari kaki depan dengan menelusuri bokong,
pangkal paha sampai lutut, kemudian melakukan abduksi dan fleksi pada paha janin
sehingga kaki bawah menjadi fleksi. Tangan yang dikuar mendorong fundus uterus ke
bawah. Setelah kaki bawah fleksi pergelangan kaki dipegang oleh jari kedua dan jari
ketiga dan dituntun keluar dari vagina sampai batas lutut. Kedua tangan memegang betis
janin, kaki ditarik curam kebawah sampai pangkal paha lahir. Pangkal paha dipegang
kemudian tarik curam ke bawah trokhanter depan lahir. Kemudian pangkal paha dengan
pegangan yang sama dielevasi keatas sehingga trokhanter belakang lahir dan bokong pun
lahir. Setelah bokong lahir maka untuk melahirkan janin selanjutnya dipakai teknik
pegangan femuro-pelviks, badan janin ditarik curam kebawah sampai pusat lahir.
Selanjutnya untuk melahirkan badan janin yang lainnya dilakukan cara persalinan yang
sama seperti pada manual aid.
2. Teknik ekstraksi bokong
Dilakukan pada letak bokong murni (frank breech) dan bokong sudah berada di dasar
panggul sehingga sukar menurunkan kaki. Jari telunjuk tangan penolong yang searah
bagian kecil janin dimasukkan ke dalam jalan lahir dan diletakkan di pelipatan paha
depan. Dengan jari telunjuk ini pelipatan paha dikait dan ditarik curam kebawah, sehingga
trokhanter tampak dibawah simpisis, maka jari telunjuk penolong yang lain segera
mengait pelipatan paha ditarik curam kebawah sampai bokong lahir. Setelah bokong lahir,
bokong dipegang secara femuro-pelviks kemudian janin dapat dilahirkan dengan cara
manual aid.
Prosedur Persalinan Sungsang Perabdominam
Persalinan letak sungsang dengan seksio sesaria sudah tentu merupakan yang terbaik
ditinjau dari janin. Banyak ahli melaporkan bahwa persalinan letak sungsang pervaginam
memberi trauma yang sangat berarti bagi janin. Namun hal ini tidak berarti bahwa semua
letak sungsang harus dilahirkan perabdominam. Persalinan diakhiri dengan seksio sesaria
bila:
1. Persalinan pervaginam diperkirakan sukar dan berbahaya (disproporsi feto pelvic atau
1
multi
1 kali
60
2
2 kali
TBJ
Usia kehamilan
Station
Pembukaan serviks
Arti nilai:
> 3650 g
> 39 minggu
< -3
2 cm
3649-3176 g
38 minggu
-2
3 cm
< 3176 g
< 37 minggu
-1 atau >
4 cm
3 : persalinan perabdominam
4 : evaluasi kembali secara cermat, khususnya berat badan janin, bila nilai tetap dapat
dilahirkan pervaginam.
>5 : dilahirkan pervaginam.
2. Tali pusat menumbung pada primi/multigravida.
3. Didapatkan distosia
4. Umur kehamilan:
-
Riwayat persalinan yang lalu: riwayat persalinan buruk, milai social janin tinggi.
6. Komplikasi kehamilan dan persalinan:
-
Komplikasi
Komplikasi persalinan letak sungsang antara lain:
1. Dari faktor ibu:
-
Perdarahan oleh karena trauma jalan lahir atonia uteri, sisa placenta.
Trauma persalinan seperti dislokasi/fraktur ektremitas, persendian leher, rupture alatalat vital intraabdominal, kerusakan pleksus brachialis dan fasialis, kerusakan pusat
vital di medulla oblongata, trauma langsung alat-alat vital (mata, telinga, mulut),
asfiksisa sampai lahir mati.
61
Prognosis
Angka kematian bayi pada persalinan letak sungsang lebih tinggi bila dibandingkan
dengan letak kepala. Di RS Karjadi Semarang, RS Umum Dr. Pringadi Medan dan RS Hasan
Sadikin Bandung didapatkan angka kematian perinatal masing-masing 38,5%, 29,4% dan
16,8%. Eastmen melaporkan angka-angka kematian perinatal antara 12-14%. Sebab kematian
perinatal yang terpenting akibat terjepitnya tali pusat antara kepala dan panggul pada waktu
kepala memasuki rongga panggul serta akibat retraksi uterus yang dapat menyebabkan
lepasnya placenta sebelum kepala lahir. Kelahiran kepala janin yang lebih lama dari 8 menit
umbilicus dilahirkan akan membahayakan kehidupan janin. Selain itu bila janin berbafas
sebelum hidung dan mulut lahir dapat membahayakan karena mucus yang terhisap dapat
menyumbat jalan nafas. Bahaya asfiksia janin juga terjadi akibat tali pusat menumbung, hal
ini sering dijumpai pada presentasi bokong kaki sempurna atau bokong kaki tidak sempurna,
tetapi jarang dijumpai pada presentasi bokong .
SKDI
2 : Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
tambahan yangdiminta oleh dokter (misalnya : pemeriksaan laboratorium sederhana
atau X-ray). Dokter mampumerujuk pasien secepatnya ke spesialis yang relevan dan
mampu menindaklanjuti sesudahnya
kehamilan dengan cadangan besi yang rendah, maka kebutuhan tambahan ini berakibat pada
anemia dehfisiensi besi.
Epidemiologi
Di dunia 34 % ibu hamil dengan anemia dimana 75 % berada di negara sedang
berkembang. Di Indonesia, 63,5 % ibu hamil dengan anema. Ibu hamil dengan anemia
sebagian besar sekitar 62,3 % berupa anemia defisiensi besi (ADB).
Etiologi dan Faktor Resiko
1. perdarahan post partum
2. defisiensi nutrisi
3. multipara
Patogenesis dan Patofisiologi
Kebutuhan Fe meningkat selama hamil untuk memenuhi kebutuhan Fe akibat
peningkatan volume darah, untuk menyediakan Fe bagi janin dan plasenta, dan untuk
menggantikan kehilangan darah saat persalinan.
Jumlah zat besi yang dibutuhkan pada wanita hamil jauh lebih besar dari pada tidak
hamil. Pada saat hamil trimester I kebutuhan zat besi sedikit karena tidak terjadinya
menstruasi dan pertumbuhan janin lambat. Menginjak kehamilan trimester II (dua) sampai
trimester III (tiga) terjadi pertambahan sel darah merah sampai 35% yang ekuivalen dengan
450 mg besi. Pertambahan ini disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan oksigen oleh janin
yang harus diangkut oleh sel darah merah. Kemudian saat melahirkan akan terjadi kehilangan
darah dan diperlukan pertambahan besi 300-350 mg. Diperkiakan wanita hamil sampai
melahirkan memerlukan zat besi kurang lebih 40 mg//hari atau dua kali lipat kebutuhan
daripada saat kondisi normal (tidak hamil). Kebutuhan zat besi selama kehamilan akan
meningkat, hal ini bertujuan untuk memasok tumbuh kembang janin selama dalam
kandungan karena pertumbuhan janin memerlukan banyak sekali zat besi selain itu untuk
pertumbuhan plasenta dan peningkatan volume darah ibu, jumlah yang diperlukan sekitar
1000 mg selama hamil.
Pada kasus ini terjadi anemia defisiensi besi akibat peningkatan kebutuhan besi
selama kehamilan yang tidak diimbangi dengan asupannya. Jarak kehamilan yang terlalu
dekat juga berperan, dimana jika persediaan cadangan Fe minimal, maka setiap kehamilan
akan menguras persediaan Fe tubuh dan akhirnya menimbulkan anemia pada kehamilan
berikutnya. Ditambah setiap persalinannya menyebabkan kehilangan darah yang tidak juga
diimbangi oleh besi yang adekuat.
63
Dari semua penyebab ini mengakibatkan tubuh ibu kekurangan besi. Kekurangan besi
dapat menyebabkan lemas dan pusing. Pada kondisi kekurangan oksigen, tubuh secara
otomatis akan meningkatkan aliran darah ke otak. Hal ini disebabkan otak merupakan organ
vital yang membutuhkan kadar oksigen yang tinggi. Sedangkan oksigen dibawa ke otak oleh
darah. Pada saat terjadi peningkatan aliran darah ke otak, terjadi peningkatan volume darah
pada intrakranial. Peningkatan volume ini menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah yang
meningkatkan tekanan intracranial dan menyebabkan pusing. Sedangkan lemas disebabkan
oleh kurangnya oksigen untuk pembentukan energi, sehingga badan menjadi lemas.
Manifestasi Klinis
Gejala anemia pada kehamilan yaitu ibu mengeluh cepat lelah, sering pusing,
palpitasi, mata berkunang-kunang, malaise, lidah luka, nafsu makan turun (anoreksia),
konsentrasi hilang, nafas pendek (pada anemia parah) dan keluhan mual muntah lebih hebat
pada hamil muda, perubahan jaringan epitel kuku, gangguan sistem neurumuskular, lesu,
lemah, lelah, disphagia dan pembesaran kelenjar limpa
Cara Mendiagnosis
Nasution (1985) dalam Riswan (2003) mengutip kriteria WHO untuk memudahkan dan
keseragaman diagnosis anemia defisiensi besi dalam tabel berikut :
Pemeriksaan Hb
Anemia
Defisiensi Normal
Laki-laki dewasa
Besi
< 13 gr/dl
15 gr/dl
< 12 gr/dl
13 14 gr/dl
Penatalaksanaan
Pencegahan anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan suplemen besi dan asam
folat. WHO menganjurkan untuk memberikan 60 mg besi selama 6 bulan untuk memenuhi
kebutuhan fisiologik selama kehamilan. Namun, banyak literatur menganjurkan dosis 100 mg
besi setiap hari selama 16 minggu atau lebih pada keghamilan. Di wilayah-wilayah dengan
prevalensi anemia yang tinggi, dianjurkan untuk memberikan suplementasi sampai tiga bulan
postpartum.
Hubungan antara konsentrasi Hb dan kehamilan masih merupakan lahan kontroversi.
Di negara-negara maju misalnya, tidak hanya anemia, tetapi juga konsterasi hemoglobin yang
tinggi selama kehamilan telah dilaporkan meningkatkian risiko komplikasi seperti kelahiran
kecil untuk masa kehamilan (KMK) atau small-for-gestational age (SGA), kelahiran
prematur, dan mortalitas perinatal. Kadar Hb yang tinggi terkait dengan infark plasenta
sehingga hemodilusi pada kehamilan dapat meningkatan pertumbuhan janin dengan cara
mencegah trombosis dalam sirkulasi uteroplasental. Oleh karena itu, jika peningkatan kadar
Hb mencerminkan kelebihan besi, maka suplementasi besi seceara rutin pada ibu hamil yang
tidak anemik pertu ditinjau kembali.
Pemberian suplementasi besi setiap hari pada ibu hamil sampai minggu ke-28
kehamilan pada ibu hamil yang belum mendapat besi dan nonanemik (Hb < 11 g/dl dan
feritin > 20 g/l) menurunkan prevalensi anemia an bayi berat lahir rendah. Namun, pada ibu
hamil dengan kadar Hb yang normal ( 13,2 g/dl) mendapatkan peningaktan risiko defisiensi
tembaga dan zinc. Selain itu, pemberian suplementasi besi elemental pada dosis 50 mg
berkaitan dnegan proporsi bayi KMK dan hipertensi maternal yang lebih tinggi dibandingan
kontrol.
Komplikasi
-
kematian janin
abortus
cacat bawaan
berat bayi lahir rendah,
cadangan zat besi yang berkurang pada anak atau anak lahir dalam keadaan
anemia gizi.
65
Prognosis
Dubia ad Bonam
SKDI
4A
5. Pemeriksaan Kehamilan
Pemeriksaan kehamilan atau yang lebih sering disebut antenatal care adalah kegiatan
yang diberikan untuk ibu sebelum melahirkan atau dalam masa kehamilan. Pemeliharaan
kehamilan merupakan suatu upaya yang dilakukan dalam pemeliharaan terhadap kesehatan
ibu dan kandungannya. Asuhan kehamilan ini diperlukan karena walaupun pada umumnya
kehamilan berkembang dengan normal dan menghasilkan kelahiran bayi yang sehat cukup
bulan melalui jalan lahir, namun kadang-kadang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Sulit
diketahui sebelumnya bahwa kehamilan akan menjadi masalah (Saifuddin, 2001).
Pemeriksaan kehamilan sebaiknya dilakukan paling sedikit empat kali selama
kehamilan yaitu: satu kali pada trimester pertama, satu kali pada trimester ke dua, dan dua
kali pada trimester tiga. Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah diketahui terlambat
haid (Saifuddin, 2001).
WHO dalam Marmi (2011) menganjurkan dalam masa kehamilan ibu harus
memeriksakan kehamilan ke tenaga kesehatan paling sedikit 4 kali :
1. Trismester I : satu kali kunjungan (sebelum usia kehamilan 14 minggu)
2. Trismester II : satu kali kunjungan (usia kehamilan antara 14-28 minggu)
3. Trismester III : dua kali kunjungan (usia kehamilan antara 28-36 minggu dan sesudah
usia kehamilan 36 minggu).
Pelayanan Antenatal
1. Konsep Pemeriksaan Antenatal
Menurut Depkes RI (2002a), pemeriksaan antenatal dilakukan dengan standar
pelayanan antenatal dimulai dengan :
a. Anamnese : meliputi identitas ibu hamil, riwayat kontrasepsi/KB, kehamilan
b.
c.
d.
e.
66
67
a. Pemeriksaan pertama kali yang ideal yaitu sedini mungkin ketika haid terlambat
satu bulan
b. Periksa ulang 1 kali sebulan sampai kehamilan 7 bulan
c. Periksa ulang 2 kali sebulan sampai kehamilan 9 bulan
d. Pemeriksaan ulang setiap minggu sesudah kehamilan 9 bulan
e. Periksa khusus bila ada keluhan atau masalah
2. Pelaksana Pelayanan Antenatal
Pelaksana pelayanan antenatal adalah dokter, bidan (bidan puskesmas, bidan di desa,
bidan di praktek swasta), pembantu bidan, perawat yang sudah dilatih dalam pemeriksaan
kehamilan (Depkes RI, 2002a).
Standar Pelayanan Kebidanan
Pertolongan pertama/penanganan kegawatdaruratan obstetric neonatal merupakan komponen
penting dan merupakan bagian tak terpisahkan dari pelayanan kebidanan di setiap tingkat
pelayanan. Standar pelayanan kebidanan meliputi 24 standar yang dikelompokkan atas : (1)
standar pelayanan umum terdiri dari 2 standar (standar 1 - 2), (2) standar pelayanan antenatal
terdiri dari 6 standar (standar 3 8), (3) standar pertolongan persalinan terdiri dari 4 standar
(standar 9 12), (4) standar pelayanan nifas terdiri dari 3 standar (standar 13 15) dan (5)
standar penanganan kegawatdaruratan obstetrik-neonatal terdiri dari 9 standar (standar 16
24).
Menurut Depkes RI (2005b) standar pelayanan antenatal terdiri atas 6 standar, yakni :
1. Standar 3 : Identifikasi Ibu Hamil
Tujuannya adalah mengenali dan memotivasi ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya.
Hasilnya :
a. Ibu memahami tanda dan gejala kehamilan
b. Ibu, suami, anggota masyarakat menyadari manfaat pemerikasaan kehamilan secara
dini dan teratur, serta mengetahui tempat pemeriksaan hamil
c. Meningkatkan cakupan ibu hamil yang memeriksakan diri sebelum kehamilan 16
minggu
2. Standar 4 : Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal
Tujuannya adalah memberikan pelayanan antenatal berkualitas dan deteksi dini
komplikasi kehamilan.
Hasilnya :
a. Ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4 x selama kehamilan
b. Meningkatkan pemanfaatan jasa bidan oleh masyarakat
c. Deteksi dini dan pengananan komplikasi kehamilan
d. Ibu hamil, suami, keluarga dan masyarakat mengetahui tanda bahaya kehamilan
dan tahu apa yang harus dilakukan.
e. Mengurus transportasi rujukan jika sewaktu-waktu terjadi kedaruratan.
3. Standar 5 : Palpasi Abdominal
68
69
Penilaian
Tanda
keadaan
vital
(tekanan
umum,
darah,
kesadaran,
nadi,
suhu,
komunikasi/kooperasi.
pernapasan),
tinggi/berat
badan.
Kemungkinan risiko tinggi pada ibu dengan tinggi < 145 cm, berat badan 75 kg.
Batas hipertensi pada kehamilan yaitu 140/90 mmHg (nilai diastolik lebih bermakna untuk
prediksi sirkulasi plasenta).
Kepala ada/tidaknya nyeri kepala (anaemic headache nyeri frontal, hypertensive / tension
headache nyeri suboksipital berdenyut).Mata konjungtiva pucat / tidak, sklera ikterik / tidak.
Mulut / THT ada tanda radang / tidak, lendir, perdarahan gusi, gigi-geligi.Paru / jantung /
abdomen inspeksi palpasi perkusi auskultasi umum.Ekstremitas diperiksa terhadap edema,
pucat, sianosis, varises, simetri (kecurigaan polio, mungkin terdapat kelainan bentuk
panggul).Jika ada luka terbuka atau fokus infeksi lain harus dimasukkan menjadi masalah dan
direncanakan penatalaksanaannya.
2.
3.
Pemeriksaan Payudara
Pemeriksaan payudara dilakukan pada kunjungan pertama dan diulang bila dirasa perlu.
Petunjuk mengenai cara pemeriksaan dapat dilihat pada pemeriksaan ginekologi.
4.
Pemeriksaan Abdomen
Sebelum melakukan pemeriksaan abdomen, maka harus diinformasikan kepada pasien mengenai
prosedur pemeriksaan. Hal ini perlu untuk mempersiapkan pasien sehingga tidak ada
kekhawatiran mengenai kondisi kehamilan. Pada tabel di bawah dapat dilihat elemen apa saja
yang perlu dinilai pada pemeriksan abdomen.
Elemen
Permukaan abdomen
Normal
Lanjutan
Jika terdapat parut pada
abdomen,
70
jenis
Tinggi Fundus Uteri
operasi
yang
dilakukan
Jika
terdapat
fundus ketidaksesuaian
usia kehamilan
bertambah setiap kunjungan
antara
Tinggi
dengan
fundus
maka
Tinggi fundus sesuai tinggi
informasi
dan
dengan usia kehamilan
pemeriksaan
tambahan
- Pada 12 minggu teraba di
perlu dilakukan.
atas simfisis
- Pada 16 minggu setengah
pusat simfisis
- Pada 18-20 minggu sekitar
20 cm dari simfisis atau 1
jari di bawah umbilikus
- Pada
22
minggu
uterus
setinggi umbilikus
kehamilan + 2 cm
Bagian janin dan gerak Pada kehamilan >24 minggu maka
janin
bagian
Pada
pergerakan
kehamilan
>22
minggu,
janin
atau
janin
perlu
maka
dilakukan
pemeriksaan
lanjutan
dan
presentasi
janin
Pada
36
minggu,
janin
kehamilan
letak Jika terdapat
kelainan
perlu
dilakukan
pemeriksaan
tambahan
atau
untuk
belum
masuk
pintu
atas
menentukan
panggul
penanganannya
Setelah 12 minggu, bunyi jantung Kelainan dapat
berupa
jantung
jantung
janin
dapat
71
janin
atau
(di
kemudian di dalam liang vagina diputar 90o sehingga horisontal, lalu dibuka. Deskripsi
keadaan porsio serviks (permukaan, warna), keadaan ostium, ada/tidaknya darah/cairan/
discharge di forniks, dilihat keadaan dinding dalam vagina, ada/tidak tumor, tanda radang
atau kelainan lainnya. Spekulum ditutup horisontal, diputar vertikal dan dikeluarkan dari
vagina.
Genitalia interna
Palpasi : colok vaginal (vaginal touch) dengan dua jari sebelah tangan dan BIMANUAL
dengan tangan lain menekan fundus dari luar abdomen. Ditentukan konsistensi, tebal, arah
dan ada/tidaknya pembukaan serviks. Diperiksa ada/tidak kelainan uterus dan adneksa yang
dapat ditemukan. Ditentukan bagian terbawah.
Pada pemeriksaan di atas 34-36 minggu dilakukan perhitungan pelvimetri klinik untuk
memperkirakan
ada/tidaknya
disproporsi
fetopelvik/sefalopelvik.
Kerangka Konsep
Ny. W, 26th,
31mg
73
gestasi
Grande
multipara
Pem. Fisik
Breech
Presentati
on
Teraba bagian
keras pada
kanan
abdomen
Riwayat
PPH
Makan
kurang
gizi
Anemia
Defisiensi
Besi
Jarak
kehamilan
<2 tahun
Pemeriksaan
Laboratoriu
m
Simpulan
Ny. W, 26 tahun G5P4A0, usia kehamilan 31 minggu, mengalami breech presentation
dan Anemia Defisiensi Besi pada kehamilan dengan riwayat PPH pada persalinan anak ke 4
dan grande multigravida
Daftar Pustaka
74
Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Repository.USU. Gizi Ibu Hamil dan Menyusui. Diakses pada: 20 Januari 2015
Tanto, Crish, dkk. 2014. Kapita Selekta Kedokteran Edisi IV Jilid I. Jakarta : Media
Aesculapius
http://emedicine.medscape.com/article/262159-overview
http://nationalwomenshealth.adhb.govt.nz/Portals/0/Research/Clinical
%20Publications/11Maternal%20knowledge%20of%20fetal%20movements%20in
%20late%20pregnancy.pdf
75