Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Vitamin C (Asam Askorbat)
Vitamin C atau yang disebut dengan asam askorbat (AA) adalah vitamin larut air
yang dapat ditemukan di berbagai jenis buah dan sayuran.13
2.1.1. Sifat dan Struktur Kimia
Asam askorbat memiliki rumus kimia C6H8O6 dan memiliki struktur
seperti pada gambar 1.14 Struktur AA terdiri dari dua atom hidrogen enolat yang
dapat terionisasi. Atom hidrogen inilah yang memberikan karakteristik asam dari
AA. Asam askorbat memiliki sifat yang relatif stabil, berbentuk solid, tidak
berbau, larut dalam air, sedikit larut dalam alkohol, dan tidak larut dalam pelarut
organik. Larutan AA mudah rusak karena teroksidasi oleh oksigen dari udara
menjadi asam dehidroaskorbat (DHAA) sehingga AA lebih stabil dalam bentuk
kristal kering.15

Gambar 1. Struktur AA14

2.1.2. Biosintesis
Asam askorbat merupakan derivat dari glukosa. Melalui serangkaian
reaksi, glukosa dikonversi menjadi L-gulonolakton (gambar 2). Selanjutnya,
L-gulonolakton

dioksidasi

dengan

L-gulonolakton

oksidase

sehingga

menghasilkan asam askorbat.16 Manusia dan golongan primata lainnya tidak


memiliki enzim L-gulonolakton oksidase, oleh sebab itu AA harus diperoleh dari
luar tubuh, terutama dari buah dan sayuran.2, 16
3

Gambar 2. Biosintesis AA16

2.1.3. Absorpsi, Transportasi, dan Penyimpanan


Asam askorbat dalam pencernaan dapat diserap sekitar 80-90%.2 Asam
askorbat masuk ke dalam sel melalui dua jenis protein membran yaitu sodiumascorbate co-transporter (SCVT) dan Glucose Transporter (GLUT).17 Sodiumascorbate co-transporters yang berperan pada absorpsi AA adalah SCVT1 pada
sel epitel hati, usus, dan ginjal dan SCVT2 pada otak dan retina. Sistem GLUT
yang berperan pada absorpsi AA adalah GLUT1, GLUT3, dan GLUT4 yang
terletak pada osteoblas, otot, dan retina.17
Asam askorbat di luar sel teroksidasi menjadi DHAA (gambar 3). Setelah
itu DHAA masuk ke dalam sel menggunakan transporter GLUT. Di dalam sel,
DHAA mengalami reduksi menjadi AA. Asam askorbat di dalam sel berikatan
dengan sodium dan dibawa oleh SCVT.17 Sistem GLUT distimulasi oleh insulin
dan dihambat oleh glukosa.2 Kadar DHAA yang tinggi terdapat pada organorgan vital seperti kelenjar adrenal, otak, dan mata.16,17

Gambar 3. Absorpsi AA17

2.1.4. Metabolisme

Dalam

tubuh,

AA

mengalami

oksidasi

membentuk

asam

monodehidroaskorbat.2 Setelah itu, asam monodehidroaskorbat ini dapat


mengalami oksidasi lebih lanjut menjadi DHAA (gambar 4). Hidrolisis DHAA
menghasilkan 2,3-diketo-l-glukonic acid. Senyawa 2,3-diketo-l-glukonic acid
mengalami dekarboksilasi untuk menghasilkan karbon dioksida atau mengalami
oksidasi untuk menghasilkan asam oksalat.1,2
Gambar 4. Metabolisme AA2

2.1.5. Fungsi
2.1.5.1. Enzimatik
Asam askorbat merupakan antioksidan karena potensi reduksinya
sebagai donor elektron.18 Pada manusia, AA berperan dalam proses katalisis
reaksi-reaksi kimia dalam tubuh yaitu dalam proses hidroksilasi kolagen,
biosintesis karnitin, norepinefrin, hormon peptida, dan dalam metabolisme
tirosin.18
Kolagen adalah protein yang memberikan kekuatan pada jaringan
ikat.18,19 Jaringan kolagen berperan penting pada tulang, pembuluh darah, dan
penyembuhan luka. Molekul kolagen terdiri dari tiga rantai polipeptida yang
membentuk struktur triple helix. Asam askorbat berperan dalam pembentukan
struktur triple helix tersebut. Asam askorbat mengubah struktur lisin dan
prolin menjadi hidroksilisin dan hidroksiprolin (gambar 4) sehingga jaringan
ikat yang terbentuk menjadi lebih kuat.19
Asam askorbat juga berperan dalam biosintesis karnitin. 19 Karnitin
diperlukan untuk transportasi asam lemak ke dalam mitokondria untuk
menghasilkan energi. Asam askorbat berperan sebagai kofaktor dalam proses
hidroksilasi karnitin.1,19 Asam askorbat juga berperan sebagai kofaktor enzim

6
dopamine--hydroxylase, yang mengkatalisis neurotransmiter dopamin
menjadi norepinefrin.1
Gambar 5. Fungsi AA Dalam Hidroksilasi Kolagen19

2.1.5.2. Non enzimatik


Asam askorbat dibutuhkan dalam transformasi kolesterol menjadi
asam empedu. Jika terjadi defisiensi asam askorbat maka akan terjadi
penumpukan

kolesterol

dalam

hati

sehingga

dapat

menyebabkan

hiperkolesterolemia dan pembentukan batu empedu.1 Asam askorbat dalam


lumen usus dapat menjaga zat besi dalam keadaan tetap tereduksi sehingga
dapat memfasilitasi penyerapan zat besi.19
2.1.6. Sumber Makanan
Asam askorbat terdapat di dalam berbagai buah dan sayuran. 20 Melon jingga
(cantalope), kiwi, mangga, melon, jeruk, pepaya, stroberi, semangka, asparagus,
brokoli, kubis, kembang kol, paprika hijau dan merah adalah sumber asam askorbat
yang sangat baik.20 Dalam kehidupan sehari-hari, AA cukup mudah didapat.
Kebutuhan Vitamin C untuk pria dewasa adalah 90 mg/hari dan untuk wanita dewasa
adalah 75 mg/hari (Tabel 1).20

Tabel 1. Angka Kecukupan Gizi AA13


Umur
0-6 bulan
7-12 bulan
1-3 tahun
4-8 tahun
9-13 tahun
14-18 tahun
19 tahun
Perokok

Pria
Wanita
Hamil
(mg/hari)
(mg/hari)
(mg/hari)
40
40
50
50
15
15
25
25
45
45
75
65
80
90
75
85
diperlukan tambahan 35 mg/hari

Menyusui
(mg/hari)
115
120

Tabel 2. Sumber AA13


Sumber
Paprika merah
Jus jeruk
Buah jeruk
Jus jeruk bali
Buah kiwi
Paprika hijau
Brokoli
Stroberi
Jus tomat
Melon jingga (cantaloupe)
Kubis
Kembang kol
Kentang
Bayam

Sajian
mentah

mentah
dimasak

dimasak
mentah
dimasak
dimasak

Takaran
1/2 gelas
3/4 gelas
sedang
3/4 gelas
sedang
1/2 gelas
1/2 gelas
1/2 gelas
3/4 gelas
1/2 gelas
1/2 gelas
1/2 gelas
sedang
1/2 gelas

Kadar (mg)
95
93
70
70
64
60
51
49
33
29
28
26
17
9

2.2. Tekanan Darah


Tekanan darah adalah gaya yang ditimbulkan oleh darah terhadap dinding
pembuluh darah.21 Tekanan darah ditentukan oleh beberapa faktor seperti volume
darah, resistensi aliran darah, volume ekstraseluler, elastisitas serta kekentalan
darah.21,22
2.2.1. Tekanan darah arteri rata-rata (mean arterial pressure)

8
Tekanan darah arteri rata-rata adalah tekanan yang mendorong darah
masuk ke dalam jaringan.23 Tekanan ini harus dijaga dalam batasan normal.
Jika terlalu tinggi akan membuat jantung bekerja lebih keras untuk memompa
darah, namun jika terlalu rendah darah dan nutrisi tidak dapat mencapai
organ-organ dan jaringan. Cara mengukur tekanan arteri rata-rata adalah
menggunakan rumus, yaitu tekanan diastolik ditambah 1/3 tekanan nadi,
dimana tekanan nadi adalah tekanan sistolik dikurang dengan tekanan
diastolik.23 Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tekanan arteri rata-rata. 22
Berikut ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan rata-rata arteri
(gambar 5):
Gambar 6. Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah arteri rata-rata22

Faktor-faktor yang meningkatkan tekanan darah arteri rata-rata adalah


vasopresin, sistem RAAS, aktivitas simpatis, peningkatan volume darah,
curah jantung, volume sekuncup, dan denyut nadi. Peningkatan aktivitas otot
dan aktivitas pernafasan, penyempitan diameter arteriol, peningkatan
kekentalan darah, serta peningkatan total resistensi perifer juga merupakan

9
faktor-faktor yang dapat meningkatkan tekanan darah. Sebaliknya, faktorfaktor yang menurunkan

tekanan darah arteri rata-rata adalah aktivitas

parasimpatis, penurunan volume darah, curah jantung, volume sekuncup, dan


denyut nadi. Penurunan aktivitas otot atau aktivitas pernafasan, pelebaran
diameter arteriol, penurunan kekentalan darah, dan penurunan total resistensi
perifer juga merupakan faktor-faktor yang dapat menurunkan tekanan darah
arteri rata-rata.
Tekanan arteri rata-rata tergantung pada curah jantung dan total
resistensi perifer (gambar 5). Curah jantung dipengaruhi oleh denyut jantung
dan volume sekuncup. Aktivitas parasimpatis dapat menurunkan denyut
jantung. Aktivitas simpatis (termasuk epinefrin), dapat meningkatkan denyut
jantung.22
Volume sekuncup juga meningkat seiring dengan meningkatnya aliran
balik vena (venous return). Peningkatan aliran balik vena disebabkan oleh
vasokontriksi vena. Vasokonstriksi vena terjadi karena adanya aktivitas
simpatis, aktivitas otot rangka, aktivitas pernafasan, dan efek cardiac
suction.22
Volume darah dalam sirkulasi juga mempengaruhi banyaknya darah,
volume plasma, dan cairan interstitial yang kembali ke jantung. Dalam jangka
panjang, volume darah tergantung pada keseimbangan air dan garam yang
diatur oleh sistem renin-angiotensin-aldosteron (RAAS) serta vasopresin.24
Total resistensi perifer ditentukan oleh diameter arteriol dan
kekentalan darah. Total resistensi perifer mempengaruhi tekanan arteri ratarata.25 Namun, diameter arteriol merupakan faktor yang terpenting dalam
menentukan

total

resistensi

perifer.

Diameter

arteriol

dipengaruhi

metabolisme jaringan, contohnya, jika otot rangka sedang bergerak aktif,


maka terjadi vasodilatasi arteriol dalam otot rangka untuk memenuhi
kebutuhan otot rangka. Diameter arteriol juga ditentukan oleh aktivitas
simpatis.25 Aktivitas simpatis dapat mengakibatkan vasokontriksi sehingga
total resistensi perifer akan meningkat dan tekanan arteri rata-rata juga akan
meningkat.

Vasopresin

dan

angiotensin

II

merupakan

senyawa

vasokontriktor kuat yang mempengaruhi diameter arteriol. Vasopresin dan


angiotensin II juga penting dalam pengaturan keseimbangan cairan terutama
dalam pengontrolan tekanan darah dalam jangka panjang.24

10

2.2.2. Pengaturan Tekanan Darah


Tekanan

arteri

rata-rata

diatur

secara

berkesinambungan

oleh

baroreseptor yang ada di dalam sistem peredaran darah. Ada pengaturan jangka
pendek dan pengaturan jangka panjang.22
2.2.2.1. Pengaturan Jangka Pendek
Pengaturan jangka pendek terjadi dalam hitungan detik sampai
menit dan penyesuaiannya dilakukan melalui perubahan curah jantung,
total resistensi perifer yang dimediasi oleh sistem saraf otonom.25
Refleks baroreseptor merupakan salah satu faktor penting untuk
meregulasi tekanan darah jangka pendek. Perubahan dalam tekanan arteri
rata-rata memicu refleks baroreseptor yang dapat mempengaruhi
pembuluh darah dan jantung untuk menyesuaikan curah jantung dan total
resistensi perifer sehingga tekanan darah dapat normal kembali.
Baroreseptor letaknya sangat strategis yaitu pada sinus karotis dan arkus
aorta, sehingga jika ada perubahan pada tekanan darah dapat langsung
terdeteksi oleh baroreseptor tersebut. Refleks baroreseptor memiliki jalur
aferen, pusat integrasi, jalur eferen, dan organ efektor. Pusat integrasi
yang menerima impuls dari jalur aferen adalah pusat kontrol jantung
(cardiovascular control center) yang terletak pada medula batang otak.
Pusat integrasi ini mempertahankan rasio aktivitas parasimpatis dan
simpatis yang pada akhirnya mempengaruhi aktivitas jantung dan
pembuluh darah (gambar 7).22,25
Nitric Oxide (NO) merupakan faktor lain yang berperan dalam
regulasi tekanan darah jangka pendek. Pembuluh darah memiliki sel
endotel, yaitu lapisan tunggal sel epitel. Salah satu fungsi dari sel endotel
yang normal adalah menghasilkan NO yang dapat berdifusi ke otot polos
dalam pembuluh darah dan menyebabkan vasodilatasi. Pengeluaran NO
distimulasi oleh tegangan geser (shear stress) pada sel-sel endotel.26,27
Enzim Nitric Oxide Synthase (NOS) mensintesis NO dari arginin
dan oksigen. Setelah itu, NO mengaktivasi soluble guanylate cyclases di
sel otot polos pembuluh darah dan mengubah cyclic guanosine
triphosphate (cGTP) menjadi cyclic guanosine monophosphate (cGMP)

11
serta mengaktivasi cGMP-dependent protein kinase (PKG) yang dapat
membuat pembuluh darah relaksasi (gambar 8). Ketika aliran darah
melewati pembuluh darah, hal tersebut menimbulkan tegangan geser
(shear stress) yang memicu pengeluaran NO yang lebih banyak sehingga
terjadi relaksasi pembuluh darah. Pembentukan dan pengeluaran NO juga
distimulasi oleh beberapa vasokontriktor seperti angiotensin II, yang
berikatan dengan reseptor spesifik pada sel endotelium. Jika sel endotel
rusak karena hipertensi atau aterosklerosis, maka sintesis NO akan
terhambat dan terjadi vasokonstrisi secara berlebihan sehingga dapat
memperburuk keadaan seseorang yang menderita hipertensi.26,27

Gambar 7. Efek stimulasi parasimpatis dan simpatis terhadap jantung dan


pembuluh darah22

2.2.2.2. Pengaturan Jangka Panjang


Pengaturan jangka panjang terjadi dalam hitungan jam sampai
hari dan penyesuaiannya dilakukan melalui perubahan total volume darah
(mekanisme keseimbangan cairan).26 Mekanisme keseimbangan cairan
ini regulasi oleh ginjal yang dapat mengatur banyaknya asupan cairan
dan urin yang keluar.
Ginjal mensekresi renin jika ada penurunan pada tekanan darah
maupun volume extracellular fluid (ECF).24 Renin mengaktivasi
angiotensinogen menjadi angiotensin I. Angiotensin I diubah menjadi
angiotensin II dengan angiotensin-converting enzyme (ACE) yang
diproduksi di paru-paru. Angiotensin II menstimulasi korteks adrenal

12
untuk mengeluarkan hormon aldosteron, yang dapat merangsang
reabsorpsi sodium pada ginjal, sehingga pada akhirnya dapat
meningkatkan tekanan darah.24 Sebaliknya, jika ada peningkatan tekanan
darah maka ada hormon natriuretic peptide yang dapat mempengaruhi
tekanan darah. Hormon natriuretic peptide ini dikeluarkan di atrium dan
ventrikel jantung jika ada peningkatan tekanan darah arteri maupun
peningkatan volume ECF. Hormon ini dapat mencegah reabsorpsi
sodium sehingga dapat membantu menurunkan tekanan darah.22,24

Gambar 8. Pengaruh NO dalam pembuluh darah26

2.3 Hipertensi
2.3.1. Definisi Hipertensi
Hipertensi atau yang dikenal dengan tekanan darah tinggi adalah suatu
keadaan dimana tekanan darah arteri seseorang lebih tinggi dari 140/90mmHg. 26
Pengukuran tekanan darah dilakukan setelah seseorang duduk dalam 5 menit
dengan posisi kaki di lantai dan lengan setinggi level jantung. Kafein, olahraga,
dan merokok harus dihindari sekurang-kurangnya 30 menit sebelum pengukuran
tekanan darah dilakukan. Pengukuran tekanan darah dilakukan paling sedikit dua
kali dan diambil rata-ratanya.28
2.3.2. Klasifikasi dan Stadium Hipertensi
Pada umumnya hipertensi dapat digolongkan menjadi dua yaitu,
hipertensi esensial (idiopatik/primer) dan hipertensi sekunder.26,29 Sekitar 9095% penderita hipertensi menderita hipertensi esensial.29 Hipertensi esensial
adalah hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui dan tidak dijelaskan secara
pasti, sedangkan hipertensi sekunder adalah hipertensi yang dapat ditetapkan

13
penyebabnya.26 Hampir semua hipertensi sekunder didasarkan pada dua
mekanisme yaitu gangguan sekresi hormon dan gangguan fungsi ginjal.26
The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC-7)
menggolongkan tekanan darah pada orang dewasa menjadi 4 kelompok yaitu
kelompok normal, prehipertensi, hipertensi derajat I, dan hipertensi derajat II.
Berikut adalah tabel yang menggambarkan definisi dan klasifikasi tekanan darah
pada manusia dewasa berusia 18 tahun keatas.28
Tabel 3. Klasifikasi Tekanan Darah34
Klasifikasi

Tekanan

Darah
Normal
Prehipertensi
Hipertensi Derajat 1
Hipertensi Derajat 2

Sistolik

Diastolik

(mmHg)
<120
120-139
140-159
160

(mmHg)
<80
80-89
90-99
100

2.3.3. Faktor Risiko Hipertensi


Hipertensi esensial (idiopatik/primer) merupakan penyakit multifaktorial
yang timbul karena interaksi antara faktor-faktor risiko tertentu. 35 Salah satu
faktor risiko penting yang terkait dengan hipertensi adalah diet dan asupan
garam (natrium).30,31 Asupan garam yang berlebihan menginduksi peningkatan
tekanan darah melalui peningkatan volume darah, sehingga volume curah
jantung juga akan meningkat. Mekanisme lainnya adalah dengan mempengaruhi
aktivitas pembuluh darah dan fungsi ginjal.31
Hipertensi berhubungan erat dengan usia.31 Semakin meningkatnya
populasi usia lanjut, maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar
juga akan bertambah. Kemampuan filtrasi pada ginjal akan semakin berkurang
seiring dengan bertambahnya usia dan menyebabkan pengeluaran garam dari
dalam tubuh berkurang, sehingga dapat menjadi salah satu faktor risiko
hipertensi.32 Kelenturan pembuluh darah sesorang akan semakin berkurang
seiring dengan bertambahnya usia. Pembuluh darah tersebut akan menjadi
semakin kaku sehingga proses vasokonstriksi dan vasodilatasi tidak dapat
berjalan secara optimal.30 Beberapa penelitian menunjukkan bahwa hipertensi
berhubungan dengan disfungsi endotel. Hal tersebut dikarenakan endotel

14
berperan untuk meregulasi tonus vasomotor, aktivitas trombosit dan adhesi
leukosit melalui pelepasan faktor-faktor parakrin termasuk Nitric Oxide (NO)
dan prostasiklin.27
Faktor genetik juga merupakan faktor yang berperan penting terhadap
terjadinya insiden penyakit hipertensi. Jika ada anggota keluarganya yang
mempunyai riwayat hipertensi maka kemungkinan seseorang menderita
hipertensi juga akan meningkat.33
2.3.4. Mekanisme Hipertensi
Ada beberapa faktor yang terlibat dalam regulasi tekanan darah
seseorang. Curah jantung dan resistensi perifer adalah kedua faktor yang sangat
mempengaruhi tekanan darah.33 Curah jantung ditentukan oleh isi sekuncup
(stroke volume) dan denyut jantung. Isi sekuncup ditentukan oleh kontraktilitas
otot jantung dan ukuran pembuluh darah, sedangkan resistensi perifer ditentukan
oleh struktur pembuluh darah setempat. Selain itu, ada 4 faktor lain yang
mempengaruhi tekanan darah seseorang. Faktor-faktor tersebut adalah volume
intravaskular, sistem saraf otonom, sistem renin-angiotensin-aldosteron serta
mekanisme vaskular.29,33
2.3.4.1. Volume intravaskular
Volume intravaskular menentukan tekanan darah seseorang pada
jangka waktu yang lama. Pada dasarnya, perubahan total volume cairan
ekstraseluler berhubungan dengan perubahan volume darah.29 Natrium adalah
ion ekstraseluler yang lebih berpengaruh dan merupakan penentu utama
volume cairan ekstraseluler. Ketika asupan NaCl melebihi kapasitas ginjal
untuk mengeksresikan garam (natrium), maka volume vaskular akan
bertambah sehingga curah jantung juga akan bertambah.

2.3.4.2. Sistem saraf otonom


Faktor yang kedua adalah sistem saraf otonom. Sistem saraf simpatik
dan

parasimpatik

berfungsi

untuk

mempertahankan

homeostasis

kardiovaskuler melalui regulasi tekanan, volume, dan sinyal kemoreseptor.


Refleks adrenergik berpengaruh pada tekanan darah untuk waktu yang

15
singkat, sedangkan adrenergik dan hormonal serta faktor yang berhubungan
dengan volume mempengaruhi regulasi tekanan darah dalam waktu yang
lama.33
Ada tiga katekolamin endogen yaitu norepinefrin, epinefrin, dan
dopamin. Ketiganya mempunyai peranan yang penting dalam regulasi
jantung. Norepinefrin dan epinefrin bersifat agonis terhadap semua reseptor
adrenegik namun dengan afinitas yang berbeda-beda. Berdasarkan fisiologi
dan farmakologinya, reseptor adrenergik dibagi menjadi dua tipe yaitu tipe
dan tipe . Tipe ini kemudian dibagi lagi menjadi 1, 2, 1, dan 2. Reseptor
lebih banyak diaktifkan oleh norepinefrin. Namun sebaliknya, reseptor
lebih banyak diaktifkan oleh epinefrin. Reseptor 1 terletak pada otot polos
dan menimbulkan vasokontriksi, sedangkan reseptor 2 terletak pada
membran presinaptik dari terminal saraf postganglionik yang mensintesis
norepinefrin. Ketika diaktifkan oleh katekolamin, reseptor 2 berperan
sebagai pengendali umpan balik negatif yaitu dengan cara menghambat
pelepasan norepinefrin yang lebih lanjut.29,33
2.3.4.3. Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron (RAAS)
Faktor yang ketiga adalah sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron.
Sistem tersebut juga berperan dalam regulasi tekanan darah melalui sifat
vasokonstriktor yang dimiliki oleh angiotensin II serta kemampuan retensi
sodium yang dimiliki aldosteron.24 Terdapat tiga stimulus utama yang
mempengaruhi sekresi renin, yaitu pengurangan transport NaCl pada
lengkung henle ascending, pengurangan tekanan arteriol aferen ginjal, dan
merangsang sistem saraf simpatis terhadap sel-sel untuk mensekresi renin.24
Sekresi renin dihambat oleh peningkatan transport NaCl pada
lengkung henle ascending, meningkatkan kelenturan arteriol aferen ginjal,
selain itu, sekresi renin juga dapat dipengaruhi oleh faktor humoral, termasuk
angiotensin II. Angiotensin II secara langsung menghambat sekresi renin
melalui reseptor angiotensin II tipe 1 pada sel juxtaglomerulus.24,29
2.3.4.4. Mekanisme vaskuler
Faktor yang terakhir adalah mekanisme vaskular. Radius pembuluh
darah dan daya kembang (compliance) dari pembuluh darah merupakan faktor

16
penting yang mempengaruhi tekanan darah seseorang. 29,33 Resistensi aliran darah
berbanding terbalik dengan pembuluh darah sehingga jika ada sedikit perubahan
pada ukuran lumen pembuluh darah maka resistensi aliran darah akan meningkat
secara signifikan.25
Diameter dari sebuah lumen pembuluh darah juga berhubungan dengan
kelenturan pembuluh darah tersebut. Pembuluh darah dengan derajat kelenturan
yang tinggi dapat mengakomodasi peningkatan volume dengan sedikit
perubahan pada tekanan darah, demikian pula sebaliknya.28
Endotel pembuluh darah juga mempengaruhi tonus pembuluh darah.
Endotel pembuluh darah mensintesis dan mengeluarkan substansi vasoaktif
seperti

NO

yang

merupakan

vasodilator

pembuluh

darah. 29,33

Sistem

endothelium-dependent vasodilatation ini rusak pada penderita hipertensi


esensial.11
2.4. Hubungan Vitamin C dengan Hipertensi
Banyak faktor yang terlibat dalam meregulasi tekanan darah. Endotelium
merupakan salah satu faktor yang berperan dalam mengatur tonus pembuluh darah.12
Dalam keadaan fisiologis, endotelium dapat mengeluarkan NO sehingga dapat terjadi
relaksasi pembuluh darah. Pada penderita hipertensi esensial, endotel tidak berfungsi
dengan baik.11 Hal ini diduga karena produksi ROS yang banyak mengganggu
kemampuan endotelium untuk menginduksi NO sehingga relaksasi otot polos pada
pembuluh darah tidak terjadi.11,34
Vitamin C diduga dapat memperbaiki vasodilatasi endotel dengan meningkatkan
bioavailibilitas NO.35 Endothelial Nitric Oxide Synthase (eNOS) merupakan faktor
yang dapat mempengaruhi regulasi pembuluh darah. Vitamin C diduga dapat
meningkatkan produksi NO dengan memperbanyak eNOS. Tetrahidrobiopterin yang
merupakan kofaktor eNOS dapat membantu memperbanyak eNOS. Hal ini
dikarenakan vitamin C dapat mendaur ulang tetrahidrobiopterin yang teroksidasi.27,35
Vitamin C yang merupakan merupakan antioksidan larut air diduga dapat
mencegah efek hipertensi yang disebabkan ROS karena dapat memperbaiki fungsi
endotel untuk menginduksi NO. Jika ROS berkurang, maka fungsi endotelium untuk
menginduksi relaksasi otot polos pada pembuluh darah akan meningkat sehingga
akan menurunkan tekanan darah seseorang.

Anda mungkin juga menyukai