Anda di halaman 1dari 17

lm

MAKALAH GEOLOGI SEBAGAI SAINS DAN TEKNOLOGI


Tugas Filsafat Ilmu (Pengganti UTS)

Oleh
Nama : Muhammad Arif
NPM : 270110130065
FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI
2014
UNPAD
SUMEDANG

Kata Pengantar
Assalamualaikum Wr. Wb.
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis bersyukur
dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang berjudul Geologi sebagai sains dan
Teknologi. Tidak lupa shalawat serta salam penulis sampaikan kepada junjungan nabi
Muhammad SAW.
Dalam penyusunan makalah ini penulis mendapat bantuan dari banyak pihak, maka
dari itu penulis ucapkan terimakasih atas segala bantuan baik yang materil maupun non
materil. Akhir kata penulis ucapkan wasalam.

Sumedang, 21 Oktober 2014

Muhammad Arif Syaripuddin

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Geologi merupakan ilmu yang mengkaji tentang masalah kebumian,terutama yang
berkaitan dengan gaya dan proses dari bumi yang berpengaruh terhadap kerak
bumi.Keperluan ilmu geologi sebagai sains dan teknologi tentu suatu hal yang mutlak.

Geologi juga dapat didefinisikan sebagai limu yang mempelajari planet bumi terutama
mengenai materi penyusunnya,proses yang terjadi pdanya,hasil proses tersebut,sejarah planet
itu dan bentuk-bentuk kehidupan sejak bumi terbentuk.
Seperti halnya ilmu-ilmu lainya,geologi ini memiliki konsep dan metodologi yang
komprehensif sebagai sebuah disiplin ilmu.Oleh karena itu,pengetahuan dan pengalaman
dalam bidang keilmuan mahasiswa sangat diperlukan untuk memperoleh relevansi diantara
ilmu-ilmu lain khususnya sebagai sains dan teknologi.
1.2 Manfaat
Manfaat dibuatnya makalah ini guna memberikan pemahaman mengenai bidang ilmu
geologi kaitannya dengan sains dan teknologi.
1.3 Tujuan
Mahasiswa memahami kaidah ilmu geologi
Mahasiswa memahami geologi sebagai sains
Mahasiswa memahami geologi sebagai teknologi
1.4 Rumusan Masalah
a. Pengertian umum tentang ilmu geologi
b. Kajian ilmu geologi
c. Peranan ilmu geologi dalam sains dan teknologi
d. Perkembangan teknologi dalam bidang geologi

II.

ISI PEMBAHASAN

1. Geologi sebagai Geoscience


Bidang ilmu geologi adalah salah satu kajian mengenai geoscience. Bidang ilmu lain
yang terkait antara lain geofisika, geodesi, planologi dll.
Geologi sendiri berasal dari kata Yunani: ge yang berarti bumi dan logos yang berarti
ilmu (Bailey, 1939). Jadi dari asal katanya geologi berarti ilmu yang mempelajari bumi. Akan
tetapi pengertian bumi sendiri dapat mencakup selubung gas yang mengitari planet bumi
(atmosfer), akumulasi air di permukaan bumi dan di dalam kerak bumi (hidrosfer), serta
bagian padat dari planet bumi itu sendiri (litosfer).
Pada mulanya orang berusaha memahami semua gejala alam yang ada disekitarnya.
Upaya untuk mengetahui secara mendalam gejala alam yang ada di sekitar manusia diawali
oleh para filosof yang uraiannya berupa tinjauan filsafati sehingga dikenallah istilah Filsafat
Alamiah yang kemudian menjelma menjadi Ilmu Pengetahuan Alam yang ditunjang oleh
ilmu Matematika, Fisika, Kimia, Astronomi dan Geologi (Emmons, 1960). Dengan demikian
ilmu geologi berada dalam deretan ilmu pengetahuan alam. Semula geologi mempelajari
bumi dalam pengertian luas yang mencakup atmosfer, hidrosfer dan litosfer, namun
belakangan karena berkembangnya spesialisasi, geologi terfokus pada litosfer saja.
Spesialisasi berkembang karena pada hakekatnya manusia adalah makhluk terbatas di
mana tak seorangpun mampu memahami bumi dalam pengertian luas secara mendalam.
Karena itu timbul pembatasan ruang lingkup kajian sehingga bumi dalam pengertian luas
dipelajari berbagai ilmu seperti Meteorologi dan Klimatologi mempelajari gejala alam di
Atmosfer, Hidrologi dan Oseanografi mempelajari gejala alam di hidrosfer sedang litosfer
dipelajari dalam ilmu Geologi. Ruang lingkup kajian geologi yang sudah dibatasi pada
litosfer saja masih sangat luas sehingga terjadi spesialisasi lebih lanjut menghasilkan berbagai
sub-bidang geologi/cabang-cabang geologi, bahkan cenderung untuk berdiri sendiri.
Spesialisasi ini sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan kemajuan peradaban
sehingga kebutuhan manusia juga meningkat. Orang tidak merasa puas lagi dengan hanya
memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan melainkan ke kebutuhan tingkat tinggi dan
sangat kompleks seperti kebutuhan berbagai asesori, hiburan, pendidikan dan sebagainya.
Semua itu membutuhkan berbagai bahan baku yang gudang utamanya di bumi, sehingga
untuk mendapatkannya perlu mempelajari sumbernya secara mendalam. Muncullah berbagai

cabang geologi antara lain Geologi Pertambangan yang dapat dipecah lagi menjadi Geologi
Minyak dan Gas Bumi, Geologi Batubara dan seterusnya, Geologi Teknik, Mineralogi dan
sebagainya.
Selain tuntutan kebutuhan yang semakin meningkat, gejala spesialisasi juga ditunjang
oleh bencana alam yang sering menimpa manusia sejak dahulu. Sebagai makhluk berakal,
manusia tidak mau mati konyol sehingga berusaha untuk menanggulangi bencana alam
tersebut dengan cara mempelajari sumber bencana alam tersebut. Muncullah cabang-cabang
geologi seperti Vulkanologi, Seismologi, dan sebagainya.
Demikianlah dari Geologi bermunculan sub-bidang geologi antara lain:
- Petrologi, khusus mempelajari batuan sebagai penyusun bumi.
- Mineralogi, mempelajari mineral sebagai penyusun batuan.
- Geologi Struktur, mempelajari struktur/susunan/hubungan batu-batuan penyusun
kerak bumi.
- Stratigrafi, mempelajari perlapisan batuan sedimen.
- Palaeontologi, mempelajari fosil-fosil yang terkandung di dalam batuan dalam rangka
mengungkapkan rahasia kehidupan pada masa silam.
- Vulkanologi, mempelajari masalah kegunungapian.
- Seismologi, mempelajari asal usul gempa bumi.
- Geologi Pertambangan, mempelajari bahan galian yang bernilai ekonomi.
- Geologi Minyak dan Gas Bumi, lebih mengkhusus pada asal-usul terjadinya minyak
dan gas bumi.
- Geologi Teknik, mempelajari kondisi geologis dalam kaitannya dengan konstruksi
bangunan seperti pembuatan jalan raya, jalan kereta api, bendungan jembatan, gedung
bertingkat dan sebagainya.
- Geomorfologi, mempelajari asal-usul bentuk-bentuk permukaan bumi.
Sering kita ketemu dengan istilah Geofisika dan Geokimia, tidak lain dari aplikasi teoriteori dan teknik-teknik fisika (Geofisika) atau teori-teori dan teknik kimia (Geokimia) dalam

mempelajari bumi dalam pengertian luas termasuk atmosfer dan hidrosfer. Semua ilmu yang
mempelajari seluk beluk planet bumi secara keseluruhan diikat dalam satu istilah Earth
Sciences atau Ilmu Ke-bumian. Geologi termasuk salah satunya, bahkan kadang-kadang
digunakan sebagai sebutan lain untuk menyatakan Earth Science (Menard. 1974). Geografi
termasuk dalam kelompok Earth Sciences.
Karena geologi tidak hanya berkenaan dengan gambaran dan proses-proses yang
terlihat pada masa sekarang melainkan juga perkembangannya melewati waktu yang sangat
lama sejak sekitar 4,5 milyar tahun yang lalu, maka sering pula dibedakan atas Geologi Fisik
dan Geologi Sejarah. Cabang-cabang geologi yang disebutkan terdahulu dapat dimasukkan
kedalam kedua bagian ini, misalnya Petrologi, Mineralogi, Geologi struktur dan sebagainya
tergolong Geologi Fisik, sedang Palaeontologi, Stratigrafi dan Geokronologi (suatu subspesialisasi gabungan antara Geokimia dan Geofisika yang berusaha menentukan umur
mutlak berdasarkan mineral-mineral yang terkandung di dalam batuan) tergolong Geologi
Sejarah.
Sub bidang geologi atau cabang-cabang geologi saling berhubungan, saling tergantung,
saling menunjang satu sama lain dalam mengungkapkan masalah-masalah yang berkenaan
dengan bumi. Hasil penelitian dari salah satu sub bidang sangat bermanfaat bagi sub bidang
yang lain dalam mengungkapkan masalah yang menjadi titik perhatiannya.
Demikianlah gambaran ruang lingkup kajian geologi, begitu luas baik dalam dimensi
ruang maupun dimensi waktu. Berkaitan dengan fraksi-fraksi yang sangat kecil yang hanya
dapat diamati di bawah mikroskop sampai ke yang sangat besar sehingga mata kita tidak
mampu melihatnya secara keseluruhan. Bertalian dengan proses-proses yang sangat lambat
sehingga manusia sering keliru menafsirkannya sebagai statis, sampai ke proses yang sangat
cepat sehingga dengan mudah diamati perubahannya.
Sebagai suatu kesimpulan, geologi adalah ilmu yang mempelajari bumi khususnya
litosfer, mengenai materi penyusun bumi, bagaimana proses-proses yang dialami dan
perubahan-perubahan yang dihasilkan oleh proses-proses tadi serta perubahan-perubahan
yang dialami bumi sejak terbentuk sampai ke keadaan sekarang.

Hubungan Geologi dan Geografi

Bintarto mendefinisikan geografi sebagai ilmu yang mencitrakan, menerangkan sifatsifat bumi, menganalisis gejala alam dan penduduk serta mempelajari corak khas mengenai
kehidupan dan berusaha mencari fungsi unsur-unsur bumi dalam ruang dan waktu. Hasil
seminar dan lokakarya Peningkatan Kualitas Pengajaran Geografi di Semarang tahun 1988,
mendefinisikan geografi sebagai ilmu yang mempelajari persamaan-persamaan dan
perbedaan-perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kewilayahan atau
kelingkungan dalam konteks keruangan. Fenomena geosfer yang dimaksud mencakup
atmosfer, hidrosfer, litosfer, biosfer dan antroposfer. Jadi geografi mempelajari hubungan dan
interaksi manusia dan lingkungannya dengan tekanan pada manusianya. Geo dalam geografi
sama dengan pengertian world ( dunia, bumi dan manusia serta segala yang ada di atas
permukaan), sedang geo dalam geologi lebih tepat diartikan earth (bumi). Dengan demikian
yang lebih tepat disebut ilmu bumi adalah geologi. Obyeknya memang ada kesamaan yaitu
bumi tetapi sudut pandangnya berbeda. Geografi memandang bumi sebagaiman yang ada,
seolah-olah statis, sedang geologi memandang bumi selalu berubah sebagai akibat proses
yang dialaminya. Dari hubungan tersebut terlihat bahwa geologi berperan sebagai ilmu bantu
bagi geografi sebab salah satu fenomena geosfer yang dipelajari dalam geografi menjadi
kajian geologi, yaitu litosfer. Geologi bukan cabang Geografi, sama seperti Ilmu tanah,
Meteorologi, Hidrologi dan sebagainya yang juga dipelajari dalam Geografi.
Dengan memahami sejarah mengenai cadas pangeran diharapkan mampu memahami
kebenaran mengenai mitos yang ada. Berikut sejarah Cadas Pangeran dikutip dari berbagai
sumber :
Jalur Anyer-Panarukan ini dibangun mula-mula sebagai jalan raya pos yang
menghubungkan Pulau Jawa pada tahun 1809. Namun, keberhasilan Daendels itu tak terlepas
dari penderitaan ratusan ribu warga Jawa yang disuruh kerja paksa atau rodi tanpa bayaran
sesen pun. Tak terhitung lagi, ribuan pribumi yang tewas, baik yang melawan maupun
meninggal dunia akibat kerja rodi. Maklum saja, Daendels terkenal dengan kekejamannya
dan berlaku sangat keras, yang disukai oleh Kaisar Prancis Napoleon-Prancis saat itu
menguasai Kerajaan Belanda. Sebaliknya, bagi bangsa Indonesia, kekejian Daendels sangat
dibenci hingga ia mendapat julukan "Mas Galak" atau "Mas Guntur". Julukan itu sesuai
dengan tindak tanduknya yang kerap menekan kekuasaan raja-raja atau penguasa setempat,
khususnya terhadap wong cilik. Walau begitu, sejumlah "inlader" akhirnya nekat menentang
Daendels meski nyawa menjadi taruhan. Namun, tak seluruh rakyat memberontak terhadap
kehendak "Si Tuan Besar" itu. Satu di antara yang menonjol adalah Peristiwa Cadas
Pangeran. Betapa tidak, ribuan pekerja rodi yang meninggal paling banyak terjadi di kawasan
antara Bandung-Sumedang sepanjang kurang lebih tiga km.

2. Perkembangan Ilmu Geologi

Beberapa topik yang sangat menarik seperti fosil, batumulia, gempabumi dan aktivitas
gunungapi telah dipelajari di Yunani lebih dari 2300 tahun lalu. Aristoteles merupakan filosof
yang terkenal sering mengeluarkan pendapatnya yang berhubungan dengan bumi, meskipun
pandangan-pandangannya tentang bumi tidak Selalu didasari pada suatu observasi dan
eksperimen. Pendapatnya tentang bumi kadang-kadang hanya sekedar disampaikan
walaupun tidak masuk akal, sehingga terkesan asal-asalan.
Aristoteles percaya bahwa batuan yang menyusun bumi terbentuk dibawah pengaruh
bintang-bintang di langit dan gempabumi muncul pada saat udara terkumpul di dalam tanah
dan dipanasi oleh sumber panas yang berasal dari pusat bumi. Kemudian dikeluarkan dengan
ledakan yang dahsyat. Ketika dikonfrontasikan dengan fosil ikan yang dijumpai terdapat
dalam batuan, Aristoteles mengatakan bahwa sejumlah basar ikan hidup tak bergerak di
dalam bumi dan akan dijumpai jika dilakukan penggalian.
Walaupun penjelasan dan pandangan Aristoteles telah cukup memadai pada masa itu,
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul mengenai keberadaan bumi kita ini,
mereka. terus menerus mencoba untuk menjelaskannya selama berabad-abad dengan
melakukan observasi dan percobaan. Hal ini dilakukan untuk menolak pandangan-pandangan
dari Aristoteles yang pada waktu itu banyak diantaranya sudah diterima oleh masyarakat,
tetapi tidak bisa diterima dengan akal manusia. Selanjutnya Frank D. Adams mengatakan
dalam bukunya The Birth and Development of the Geological Sciences (New York; Dover,
1938) bahwa selama masa-masa pertengahan, Aristoteles dihormati sebagai kepala dan
pimpinan dari semua filosof di Yunani dan pendapatnya dalam bidang apapun, merupakan
hasil akhir dan dijadikan sebagai hukum.
Selama abad 17 dan 18, doktrin katastrofisme sangat berpengaruh pada formulasi
penjelasan tentang kedinamisan bumi. Katastrofisme merupakan suatu faham yang
mempercayai bahwa bentuk permukaan bumi telah berkembang dengan pengaruh utama
adalah katastrof yaitu pengrusakan yang hebat dan terjadi dengan tiba-tiba. Kenampakan
bentang alam seperti pegunungan dan lembah, yang saat ini diketahui proses
pembentukannya membutuhkan waktu yang lama, dijelaskan dengan faham ini terbentuk
sebagai akibat pengrusakan tiba-tiba dan terus menerus.
Lahirnya Ilmu Geologi Modern

Akhir abad ke 18 merupakan awal dari lahirnya ihim geologi modem. James Hutton
seorang dokter dan petani dari Skotlandia merupakan orang yang pertama kali
memperkenalkan ilmu geologi modem. la mempublikasikan teorinya tentang bumi dalam
bukunya "Theory of the Earth". Dalam buku tersebut James Hutton memperkenalkan prinsip
"Uniformitarianism" atau prinsip keragaman. Prinsip inilah yang kemudian merupakan
konsep dasar dalam mempelajari ilmu geologi modem. Secara ringkas pada prinsip ini
dikatakan bahwa hukum-hukum fisika, kimia dan biologi yang berlangsung sekarang ini juga
terjadi pada waktu lampau. Jadi tenaga dan proses-proses yang terjadi pada bumi pada masa
sekarang ini telah terjadi sejak lama sekali, yaitu sejak terbentuknya bumi ini. Jadi untuk
mempelajari batuan yang terbentuk di masa lampau, kita harus memahami tentang
proses-proses yang terjadi di masa sekarang termasuk juga hasil atau akibat dari proses
tersebut. Berdasarkan prinsip uniformitarism ini kemudian muncul prinsip yang berbunyi
masa kini merupakan kunci masa lalu (The present is the key to the past).
Sebelum muncul teori tentang bumi yang dikemukakan oleh James Hutton, belum ada
yang dapat membuktikan bahwa geologi berhubungan dengan periode waktu yang sangat
panjang. Sebaliknya Hutton dapat menjelaskan dengan bukti nyata bahwa proses-proses yang
terjadi bagaimanapun lemah dan lambatnya. Apabila terjadi pada waktu. yang lama dapat
menghasilkan suatu perubahan yang sama seperti yang dihasilkan oleh suatu proses yang
dahsyat dan tiba-tiba.
Meskipun James Hutton dapat dikatakan sebagai orang pertama yang mengemukaan
prinsip dasar dalam ihnu geologi modern, tetapi karena teori ditulis dalam bahasa yang sulit
dimengerti dan tidak dipublikasikan dengan luas, maka idenya tidak banyak diketahui oleh
masyarakat pada waktu itu. Adalah seorang geologiawan Inggris, Charles Lyel, yang berjasa
memperkenalkan dan menyebarluaskan prinsip dasar dalam ihnu geologi modem tersebut.
Antara tahun 1830 sampai 1872, Lyel menghasilkan sebelas edisi buku Principles of Geology.
Dalam buku tersebut, Lyel mengilustrasikan dengan baik konsep-konsep kesamaan dari alam
dengan waktu. Lyel juga memperlihatkan secara lebih meyakinkan bahwa proses-proses
geologi yang dapat diamati sekarang dapat berlaku dan terjadi juga di masa yang lalu.
Walaupun doktrin uniformitarianism pertama kali tidak dikemukakan oleh Lyel tetapi
beliaulah yang berhasil memasyarakatkannya dengan luas. Penerimaan dari konsep dasar ini
berarti penerimaan tentang sejarah yang panjang dari bumi kita ini. Walaupun prose-proses

yang terjadi pada bumi mempunyai intensitas yang sangat bervariasi, tetapi memerlukan
waktu yang lama untuk membentuk atau merusakkan kenampakan utama dari bentang
alampermukaan bumi.
Sebagai contoh, batuan yang mengandung fosil atau sisa organisme yang hidup lebih
dari 15 juta tahun lalu, dijumpai pada puncak pegunungan yang tingginya 3000 meter di atas
permukaan laut sekarang ini. Ini berarti bahwa pegunungan itu telah terangkat sekitar 3000
meter dalam waktu 15 juta tahun. Jadi rata-rata peningkatan permukaan bumi tersebut
hanya sekitar 0.2 milimeter setiap tahun. Sedangkan rata-rata proses, erosi yang terjadi juga
sangat kecil. Jadi memerlukan puluhan sampai jutaan tahun oleh alam untuk membentuk
pegunungan dan meratakannya kembali. Tetapi biarpun waktu yang terus berjalan ini relatif
pendek dalam sekala waktu geologi (sejarah bumi), dari rekaman yang terdapat dalam batuan
yang menyusun bumi dapat terlihat bahwa bumi telah mengalami banyak siklus pembentukan
pegunungan dan erosi.
Sangat penting -untuk diingat bahwa walaupun banyak kenampakan bantang alam fisik
yang kelihatan seperti tidak mengalami perubahan dalam kurun waktu puluhan tahun, kita
tetap mengamatinya, sebab bagaimanapun juga kesemuanya mengalami perubahan dalam
sekala. waktu yang berbeda-beda, ratusan, ribuan atau bahkan jutaan tahun.

3. Geologi sebagai Teknologi


Teknologi di bidang geologi tidak terlepas dari pemetaan geologi. Pemetaan Geologi
sangat luas cakupannya untuk berbagai macam kepentingan, baik untuk riset maupun untuk
kepentingan pemberian informasi tentang suatu keadaan bentang alam yang ada di dalam
bumi ini. Sistematika pemetaan geologi yang telah ada saat ini
yaitu dengan skala 1: 100.000 untuk pulau jawa dan 1 : 250.000 untuk luar pulau jawa
lainnya. Lebih tepatnya 1 : 25000 untuk inventarisasi dan pemantauan sumber daya alam
dengan konsep peta tematik serta untuk pemantauan bencana alam dan penyajiaan Digital
Terain Model (DTM) maka digunakan skala 1 : 10.000. Pemetaan sangatlah penting dalam
kegiatan riset atau sebagai pemberi informasi yang akurat tentang suatu kawasan. Pemetaan
geologi terdahulu telah dirintis dengan metode konvensional yang membutuhkan waktu
kurang lebih 50 100 tahun untuk memetakan seluruh kawasan Indonesia dengan luas
wilayah kurang lebih 1,9 juta km2 dengan skala besar yaitu 1 : 50.000 yang pada umumnya
belum memanfaatkan teknologi mutakhir seperti saat ini yang telah dapat diolah dengan

bantuan teknologi canggih. Dimana peta geologi disini dapat memberikan informasi yang
akurat tentang sebaran batuan, morfologi, bencana, erosi, pergerakan tanah dan
gaya gaya geologi yang terjadi pada suatu kawasan. Oleh karena itu, diperlukan teknologi
Penginderaan Jauh (Remote Sensing) untuk pemetaan geologi secara efektif dan efisien,
terutama untuk daerah Pegunungan Selatan bagian barat (Kab. Wonogiri) dimana daerah
tersebut masih banyak dibutuhkan survei geologi untuk kepentingan pemecahan berbagai
masalah dan penelitian. Dimana dengan bantuan data citra ALOS resolusi tinggi mampu
menampilkan detail informasi geologi berupa sebaran batuan yang ada. Kabupaten Wonogiri
merupakan salah satu wilayah kabupaten di jawa tengah yang memilki berbagai struktur dan
formasi batuan yang ada diwilayah tersebut. Dengan posisi kabupaten Wonogiri yang berada
pada 7o3200 LS hingga 8o1500 LS, dan dari 110o4100 BT hingga 111o1800 BT
memungkinkan daerah tersebut merupakan daerah pegunungan yang memiliki berbagai
macam satuan batuan dan formasi yang berkaitan dengan ilmu geologi. Teknologi
Penginderaan jauh merupakan cara yang efektif untuk melakukan kajian tentang pemetaan
geologi, dengan cara melakukan interpretasi citra satelit maka akan diperoleh beberapa
klasifikasi sebaran batuan. Informasi klasifikasi sebaran batuan tersebut dapat dijadikan
sebagai pedoman yang membantu dalam menentukan satuan penyusun batuan berdasarkan
morfologinya.
Menganalisa keadaan morfologi yang terdapat di kawasan pegunungan selatan
Kabupaten Wonogiri merupakan salah satu penelitian untuk mengetahui keadaan geologi di
kawasan tersebut dan persebaran batuan yang ada . Citra yang digunakan adalah citra satelit
ALOS- Avnir 2 , merupakan salah satu citra optis resolusi tinggi yaitu memiliki resolusi
spasial 10 meter. Peta yang dihasilkan mempunyai skala besar yaitu 1: 50.000 sehingga dapat
melihat sebaran batuan secara detil. Hal ini sangat sesuai untuk kajian pemetaan geologi di
kawasan tersebut. Keunggulan teknologi Penginderaan Jauh yang digunakan dalam penelitian
ini adalah menggunakan suatu sistem yang memberikan jawaban terhadap pertanyaan yang
berkaitan dengan lokasi, kondisi, kecenderungan, pola, pemodelan dan sebagainya,
sehingga dapat memberikan informasi lebih rinci dan akurat bagi para pengambil keputusan
di daerah penelitian. Dengan memanfaatkan kelebihan teknologi Penginderaan Jauh yang
berupa liputannya yang luas dan berulang-ulang, ketelitian pengamatan yang tinggi dan
biaya yang relatif murah untuk persatuan luas, memberikan kemungkinan untuk
mengintegrasi tingkat keakurasian dan efisiensi dalam penyediaan data dan
informasi geologi. Selain itu juga didukung oleh data citra ALOS yang digunakan dalam
interpretasi citra secara visual. Dengan pendukung data sekunder yaitu data DEM 30m dan

citra ALOS AVNIR2 yang memiliki resolusi spasial 10m diharapkan mampu memperjelas
kenampakan geologi yang ada meliputi batas Litologi, morfologi, Kelurusan (Lineaments)
dan sebaran batuan yang ada.

A. Konsep SIG sebagai Teknologi di bidang Geologi


Definisi Sistem Informasi Geografis (SIG) selalu berkembang, bertambah, dan
bervariasi. SIG juga merupakan suatu bidang kajian ilmu dan teknologi yang relatif baru,
digunakan oleh berbagai bidang disiplin ilmu, dan berkembang dengan cepat. SIG adalah
sistem komputer yang digunakan untuk memasukkan (capturing), menyimpan, memeriksa,
mengintegrasikan, memanipulasi, menganalisa, dan menampilkan datadata yang berhubungan
dengan posisi-posisi di permukaan bumi. SIG dapat didefinisikan sebagai kombinasi
perangkat keras dan perangkat lunak komputer yang memungkinkan untuk mengelola
(manage), menganalisa, memetakan informasi spasial berikut data atributnya (data deskriptif)
dengan akurasi kartografi (Basic, 2000 dalam Eddy Prahasta, 2002). Dari definisi ini dapat
diuraikan menjadi beberapa subsistem yaitu data input, dasa otput, data manajemen, dan data
manipulasi dan analisis.
Konsep Sistem Informasi Geografis
Sumber data untuk keperluan GIS dapat berasal dari data citra, data lapangan, survei
kelautan, peta, sosial ekonomi dan GPS. Selanjutnya diolah dilaboratorium atau studio GIS
dengan software tertentu sesuai dengan kebutuhannya untuk menghasilkan produk yang
berupa informasi yang berguna dapat berupa peta konvensional maupun peta digital sesuai
keperluan user, maka harus ada input kebutuhan yang diiinginkan user, dapat dilihat pada
gambar berikut :

Komponen Sistem Informasi Geografis


Secara umum, Sistem Informasi Geografis bekerja berdasarkan integrasi komponen, yaitu:
Hardware, Software, Data, Manusia, dan Metode. Kelima komponen tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Hardware

Sistem Informasi Geografis memerlukan spesifikasi komponen hardware yang sedikit


lebih tinggi dibanding spesifikasi komponen sistem informasi lainnya. Hal tersebut
disebabkan karena data-data yang digunakan dalam SIG, penyimpanannya membutuhkan
ruang yang besar dan dalam proses analisanya membutuhkan memory yang besar dan
processor yang cepat. Beberapa Hardware yang sering digunakan dalam Sistem Informasi
Geografis adalah: Personal Computer (PC), Mouse, Digitizer, Printer, Plotter, dan Scanner.
2. Software
Sebuah software SIG haruslah menyediakan fungsi dan tool yang mampu melakukan
penyimpanan data, analisis, dan menampilkan informasi geografis.
Dengan demikian elemen yang harus terdapat dalam komponen software SIG adalah:
o Tools untuk melakukan input dan transformasi data geografis
o Sistem Manajemen Basis Data.
o Tools yang mendukung query geografis, analisis, dan visualisasi.
o Geographical User Interface (GUI) untuk memudahkan akses pada tool geografi.
3. Data
Hal yang merupakan komponen penting dalam SIG adalah data. Secara fundamental, SIG
bekerja dengan 2 tipe model data geografis, yaitu model data vector dan model data raster.
Dalam model data vector, informasi posisi point, garis, dan polygon disimpan dalam bentuk
koordinat x,y. Bentuk garis, seperti jalan dan sungai dideskripsikan sebagai kumpulan daru
koordinat-koordinat point. Bentuk polygon, seperti daerah penjualan disimpan sebagai
pengulangan koordinat yang tertutup. Data raster terdiri dari sekumpulan grid atau sel seperti
peta hasil scanning maupun gambar atau image. Masing-masing grid memiliki nilai tertenti
yang bergantung pada bagaimana image tersebut digambarkan.
4. Manusia
Komponen manusia memegang peranan yang sangat menentukan, karena tanpa manusia
maka sistem tersebut tidak dapat diaplikasikan dengan baik. Jadi manusia menjadi komponen
yang mengendalikan suatu sistem sehingga menghasilkan suatu analisa yang dibutuhkan.
5. Metode

SIG yang baik memiliki keserasian antara rencana desain yang baik dan aturan dunia nyata,
dimana metode, model dan implementasi akan berbeda untuk setiap permasalahan.

Subsistem SIG
Lukman (1993) menyatakan bahwa sistem informasi geografi menyajikan informasi
keruangan beserta atributnya yang terdiri dari beberapa komponen utama yaitu:Sistem
Informasi Geografis dapat diuraikan menjadi beberapa subsistem sebagai berikut:
a. Data Input: Subsistem ini bertugas untuk mengumpulkan data dan mempersiapkan data
spasial dan atribut dari berbagai sumber dan bertanggung jawab dalam mengkonversi atau
mentransfortasikan format-format data-data aslinya kedalam format yang dapat digunakan
oleh SIG.
b. Data output: Subsistem ini menampilkan atau menghasilkan keluaran seluruh atau sebagian
basis data baik dalam bentuk softcopy maupun bentuk hardcopy seperti: tabel, grafik dan
peta.
c. Data Management: Subsistem ini mengorganisasikan baik data spasial maupun data atribut
ke dalam sebuah basis data sedemikian rupa sehingga mudah dipanggil, di-update dan di-edit.
d. Data Manipulation & Analysis: Subsistem ini menentukan informasi-informasi yang dapat
dihasilkan oleh SIG dan melakukan manipulasi serta pemodelan data untuk menghasilkan
informasi yang diharapkan
SIG dapat merepresentasikan realworld (dunia nyata) di atas monitor komputer
sebagaimana lembaran peta dapat merepresentasikan dunia nyata di atas kertas. Namun SIG
memiliki kekuatan lebih dan fleksibilitas dari pada lembaran peta kertas. Peta merupakan
representasi grafis dari dunia nyata, objekobjek yang direpresentasikan di atas peta disebut
unsur peta atau map features (contohnya adalah sungai, kebun, jalan, dan lain-lain). Karena
peta mengorganisasikan unsur-unsur berdasarkan lokasi-lokasinya, peta sangat baik dalam
memperlihatkan hubungan atau relasi yang dimiliki oleh unsur-unsurnya. SIG menyimpan
semua informasi deskriptif unsur-unsurnya sebagai atribut-atribut di dalam basisdata.
Kemudian SIG membentuk dan menyimpannya di dalam tabel-tabel (relasional). Setelah itu,
SIG menghubungkan unsur-unsur di atas dengan tabel-tabel yang bersangkutan. Dengan
demikian, atribut-atribut ini dapat diakses melalui lokasi-lokasi unsur-unsur peta, dan

sebaliknya unsur-unsur peta juga dapat diakses melalui atribut-atributnya. Karena itu, unsurunsur tersebut dapat dicari dan ditemukan berdasarkan atribut-atributnya.
SIG menghubungkan sekumpulan unsur-unsur peta dengan atributatributnya
di dalam satuan-satuan yang disebut layer. Contoh-contoh layer seperti bangunan, sungai,
jalan, batas-batas administrasi, perkebunan, dan hutan. Kumpulan-kumpulan dari layer-layer
ini akan membentuk basisdata SIG. Dengan demikian, perancangan basisdata merupakan hal
yang esensial di dalam SIG. rancangan basisdata akan menentukan efektifitas dan efisiensi
proses-proses masukan, pengelolaan, dan keluaran SIG (Eddy Prahasta, 2002).
Fungsi Analisis
Kemampuan SIG dapat juga dikenali dari fungsi-fungsi analisis yang dapat
dilakukannya. Secara umum terdapat dua jenis fungsi analisis, yaitu fungsi analisis spasial
dan fungsi analisis atribut. Fungsi analisis atribut terdiri dari operasi dasar basisdata yang
mencakup create database, drop database, create table, drop table, record dan insert, field ,
seek, find, search, retrieve, edit, update, delete, zap, pack, memmbuat indeks untuk setiap
tabel basisdata, dan perluasan operasi basisdata yang mencakup export dan import, structured
query language, dan operasioperasi atau fungsi analisis lain yang sudah rutin digunakan di
dalam sistem basisdata. Fungsi analisis spasial terdiri dari reclassify, overlay, dan buffering.
Walaupun produk SIG paling sering disajikan dalam bentuk peta, kekuatan SIG yang
sebenarnya terletak pada kemampuannya dalam melakukan analisis. SIG dapat mengolah dan
mengelola data dengan volume yang besar. Dengan demikian, pengetahuan mengenai
bagaimana cara mengekstrak data tersebut dan bagaimana menggunakannya merupakan
kunci analisis di dalam SIG. Salah satu fungsi tools SIG yang paling powerful dan mendasar
adalah integrasi data dengan cara baru. Salah satu contohnya adalah overlay, yang
memadukan layers data yang berbeda. SIG juga dapat mengintegrasikan data secara
matematis dengan melakukan operasi-operasi terhadap atribut atribut tertentu dari datanya
yang saling berkesinambungan.

III.

PENUTUP

Kesimpulan
Setelah memahami mengenai pembahasan di Bab II, dicapai kesimpulan dari poin
poin tujuan yakni mampu memahami konsep geologi sebagai sains dan teknologi.
Geologi sebagai sains kaitannya dengan bidang ilmu geoscience atau ilmu-ilmu
kebumian yang bersangkutan. Selain itu geologi terbagi atas pengelompokan kajian ilmu.

Geologi sebagai Teknologi mengenal istilah SIG (Sistem Informasi Geografis) yang
terus berkembang dari waktu ke waktu.

DAFTAR PUSTAKA
Delima, Y.I. 2007. Aplikasi Web Geographic Information System (SIG) Untuk Mencari Jalur
Alternatif Menggunakan AHP. Surabaya: Politeknik Elektronika Negeri Surabaya.
Lobeck, A. K., 1939, Geomorphology : An Introduction to the Study of Landscapes,
Mc.Graw-Hill Book Company, New York.
Boggs, S., 2006, Principles of Sedimentology and Stratigraphy, Pearson Prentice
Hall, New Jersey

Anda mungkin juga menyukai