Fabel: Menyatakan perilaku binatang sebagai manusia yang dapat berpikir dan
bertutur kata.
Contoh: Perilakunya seperti ular yang menggeliat.
Parabel: Ungkapan pelajaran atau nilai tetapi dikiaskan atau disamarkan dalam cerita.
Perifrasa: Ungkapan yang panjang sebagai pengganti ungkapan yang lebih pendek.
Eponim: Menjadikan nama orang sebagai tempat atau pranata.
Contoh: Kita bermain ke rumah Ina.
Simbolik: Melukiskan sesuatu dengan menggunakan simbol atau lambang untuk
menyatakan maksud.
Asosiasi: perbandingan terhadap dua hal yang berbeda, namun dinyatakan sama.
Contoh: Masalahnya rumit, susah mencari jalan keluarnya seperti benang kusut.
Majas sindiran
Ironi: Sindiran dengan menyembunyikan fakta yang sebenarnya dan mengatakan
kebalikan dari fakta tersebut.
Contoh: Suaramu merdu seperti kaset kusut.
Sarkasme: Sindiran langsung dan kasar.
Sinisme: Ungkapan yang bersifat mencemooh pikiran atau ide bahwa kebaikan
terdapat pada manusia (lebih kasar dari ironi).
Contoh: Kamu kan sudah pintar ? Mengapa harus bertanya kepadaku ?
Satire: Ungkapan yang menggunakan sarkasme, ironi, atau parodi, untuk mengecam
atau menertawakan gagasan, kebiasaan, dll.
Innuendo: Sindiran yang bersifat mengecilkan fakta sesungguhnya.
Majas penegasan
Apofasis: Penegasan dengan cara seolah-olah menyangkal yang ditegaskan.
Pleonasme: Menambahkan keterangan pada pernyataan yang sudah jelas atau
menambahkan keterangan yang sebenarnya tidak diperlukan.
Contoh: Saya naik tangga ke atas.
Repetisi: Perulangan kata, frasa, dan klausa yang sama dalam suatu kalimat.
Pararima: Pengulangan konsonan awal dan akhir dalam kata atau bagian kata yang
berlainan.
Aliterasi: Repetisi konsonan pada awal kata secara berurutan.
Paralelisme: Pengungkapan dengan menggunakan kata, frasa, atau klausa yang
sejajar.
Tautologi: Pengulangan kata dengan menggunakan sinonimnya.
Sigmatisme: Pengulangan bunyi "s" untuk efek tertentu.
Antanaklasis: Menggunakan perulangan kata yang sama, tetapi dengan makna yang
berlainan.
Klimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang sederhana/kurang
penting meningkat kepada hal yang kompleks/lebih penting.
Antiklimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang
kompleks/lebih penting menurun kepada hal yang sederhana/kurang penting.
Inversi: Menyebutkan terlebih dahulu predikat dalam suatu kalimat sebelum
subjeknya.
Retoris: Ungkapan pertanyaan yang jawabannya telah terkandung di dalam
pertanyaan tersebut.
Elipsis: Penghilangan satu atau beberapa unsur kalimat, yang dalam susunan normal
unsur tersebut seharusnya ada.
Koreksio: Ungkapan dengan menyebutkan hal-hal yang dianggap keliru atau kurang
tepat, kemudian disebutkan maksud yang sesungguhnya.
Polisindenton: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana, dihubungkan dengan kata
penghubung.
Asindeton: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana tanpa kata penghubung.
Interupsi: Ungkapan berupa penyisipan keterangan tambahan di antara unsur-unsur
kalimat.
Eksklamasio: Ungkapan dengan menggunakan kata-kata seru.
Enumerasio: Ungkapan penegasan berupa penguraian bagian demi bagian suatu
keseluruhan.
Preterito: Ungkapan penegasan dengan cara menyembunyikan maksud yang
sebenarnya.
Alonim: Penggunaan varian dari nama untuk menegaskan.
Kolokasi: Asosiasi tetap antara suatu kata dengan kata lain yang berdampingan dalam
kalimat.
Silepsis: Penggunaan satu kata yang mempunyai lebih dari satu makna dan yang
berfungsi dalam lebih dari satu konstruksi sintaksis.
Zeugma: Silepsi dengan menggunakan kata yang tidak logis dan tidak gramatis untuk
konstruksi sintaksis yang kedua, sehingga menjadi kalimat yang rancu.
Majas pertentangan
Paradoks: Pengungkapan dengan menyatakan dua hal yang seolah-olah bertentangan,
namun sebenarnya keduanya benar.
Oksimoron: Paradoks dalam satu frasa.
Antitesis: Pengungkapan dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan arti satu
dengan yang lainnya.
Kontradiksi interminus: Pernyataan yang bersifat menyangkal yang telah disebutkan
pada bagian sebelumnya.
Anakronisme: Ungkapan yang mengandung ketidaksesuaian dengan antara peristiwa
dengan waktunya.
15) Majas Inversi adalah Majas yang dinyatakan oleh pangubahan suatu kalimat. Contoh :
Aku dan dia telah bertemu > Telah bertemu, aku dan dia
16) Majas Pleonasme adalah Majas yang menggunakan kata kata secara berlebihan dengan
maksud untuk menegaskan arti suatu kata. Contoh : Mari naik ke atas agar dapat meliahat
pemandangan
17) Majas Antiklimaks adalah Majas yang menyatakan sesuatu hal berturut turut yang
makin lama makin menurun. Contoh : Para bupati, para camat, dan para kepala desa
18) Majas Klimaks adalah Majas yang menyatakan beberapa hal berturut turut yang makin
lama makin mendebat. Contoh : Semua anak anak, remaja, dewasa, orang tua dan kakek
19) Majas Retoris adalah Majas yang berupa kalimat tanya yang jawabanya sudah diketahui.
Contoh : Siapakah yang tidak ingin hidup ?
20) Majas Aliterasi adalah Majas yang memanfaatkan kata kata yang bunyi awalnya sama.
Contoh : Inikah Indahnya Impian ?
21) Majas Antanaklasis adalah Majas yang mengandung ulangan kata yang sama dengan
makna yang berbeda. Contoh : Ibu membawa buah tangan, yaitu buah apel merah
22) Majas Repetisi adalah Majas perulangan kata kata sebagai penegasan. Contoh : Selamat
tinggal pacarku, selamat tinggal kekasihku
23) Majas Paralelisme adalah Majas perulangan sebagaimana halnya repetisi, disusun dalam
baris yang berbeda. Contoh : Hati ini biru Hati ini lagu Hati ini debu
24) Majas Kiasmus adalah Majas yang berisi perulangan dan sekaligus mengandung inverse.
Contoh : Mereka yang kaya merasa miskin, dan yang miskin merasa kaya
25) Majas Simbolik adalah Majas perbandingan yang melukiskan sesuatu dengan
membandingkan dengan benda benda lain. Contoh : Dia menjadi lintah darat
26) Majas Antonomasia adalah Majas yang menyebutkan nama lain terhadap seseorang yang
berdasarkan cirri / sifat menonjol yang dimilikinya. Contoh : Si pincang, Si jangkung, Si
kribo
27) Majas Tautologi adalah Majas yang melukiskan sesuatu dengan mempergunakan kata
kata yang sama artinya ( bersinonim ) untuk mempertegas arti. Contoh : Saya khawatir dan
was was dengannya
1.
I.
Simploke
Simploke ialah gaya bahasa repetisi yang berupa perulangan awal dan akhir
beberapa baris (kalimat secara berturut-turut).
Contoh:
Ada selusin gelas ditumpuk ke atas. Tak pecah.
Ada selusin piring ditumpuk ke atas. Tak pecah.
Ada selusin barang lain ditumpuk ke atas. Tak pecah.
J.
Mesodiplosis
Mesodiplosis ialah gaya bahasa repetisi yang berupa pengulangan kata atau frase
di tengah-tengah baris atau kalimat secara berturut-turut.
Contoh:
Pendidik harus meningkatkan kecerdasan bangsa.
Para dokter harus meningkatkan kesehatan masyarakat.
K.
Epanalepsis
Epanalepsis ialah gaya bahasa repetisi yang berupa perulangan kata pertama pada
akhir baris, klausa, atau kalimat.
Contoh: Saya akan berusaha meraih cita-cita saya.
L.
Anadiplosis
Anadiplosis ialah gaya bahasa repetisi yang kata atau frase terakhir dari suatu
kalimat atau klausa menjadi kata atau frase pertama pada klausa atau kalimat
berikutnya.
Contoh:
Dalam raga ada darah
Dalam darah ada tenaga
Dalam tenaga ada daya
Dalam daya ada segalanya
2.
a.
a.
a.
a.
a.
3.
a.
a.
a.
a.
a.
a.
a.
a.
a.
a.
a.
a. Anti klimaks
Antiklimaks ialah suatu pernyataan yang berisi gagasan-gagasan yang disusun dengan
urutan dari yang penting hingga yang kurang penting.
Contoh: Bahasa Indonesia diajarkan kepada mahasiswa, siswa SLTA, SLTP, dan SD.
a. Apostrof
Apostrof ialah gaya bahasa yang berupa pengalihan amanat dari yang hadir kepada
yang tidak hadir.
Contoh: Wahai dewa yang agung, datanglah dan lepaskan kami dari cengkraman
durjana.
a. Anastrof atau inversi
Anastrof ialah gaya bahasa retoris yang diperoleh dengan membalikkan susunan kata
dalam kalimat atau mengubah urutan unsur-unsur konstruksi sintaksis.
Contoh: Diceraikannya istrinya tanpa setahu saudara-saudaranya.
a. Apofasis
Apofasis ialah gaya bahasa yang berupa pernyataan yang tampaknya menolak
sesuatu, tetapi sebenarnya justru menegaskannya.
Contoh : Sebenarnya saya tidak sampai hati mengatakan bahwa anakmu kurang ajar.
a. Histeron Proteran
Histeron Proteran ialah gaya bahasa yang isinya merupakan kebalikan dari suatu yang
logis atau kebalikan dari sesuatu yang wajar.
Contoh : Jika kau memenangkan pertandingan itu berarti kematian akan kau alami.
a. Hipalase
Hipalase ialah gaya bahasa yang berupa sebuah pernyataan yang menggunakan kata
untuk menerangkan suatu kata yang seharusnya lebih tepat dikarenakan kata yang
lain.
Contoh: Ia duduk pada bangku yang gelisah.
a. Sinisme
Sinisme ialah gaya bahasa yang merupakan sindiran yang berbentuk kesangsian yang
mengandung ejekan terhadap keikhlasan atau ketulusan hati.
Contoh: Anda benar-benar hebat sehingga pasir di gurun sahara pun dapat Anda
hitung.
a. Sarkasme
Sarkasme ialah gaya bahasa yang mengandung sindiran atau olok-olok yang pedas
atau kasar.
Contoh: Kau memang benar-benar bajingan.
4. Gaya Bahasa Pertautan
a. Metonimia
Metonimia ialah gaya bahasa yang menggunakan nama barang, orang, hal, atau ciri
sebagai pengganti barang itu sendiri.
Contoh: Parker jauh lebih mahal daripada pilot.
a. Sinekdoke
Sinekdoke ialah gaya bahasa yang menyebutkan nama sebagian sebagai nama
pengganti barang sendiri.
Contoh Sinekdoke pars pro toto: Lima ekor kambing telah dipotong pada acara itu.
a.
a.
a.
a.
a.
a.
a.
a.
Contoh Sinekdoke totem pro parte: Dalam pertandingan itu Indonesia menang satu
lawan Malaysia.
Alusio
Alusia ialah gaya bahasa yang menunjuk secara tidak langsung ke suatu pristiwa
atau tokoh yang telah umum dikenal/ diketahui orang.
Contoh: Apakah peristiwa Madiun akan terjadi lagi di sini?
Eufimisme
Eufimisme ialah ungkapan yang lebih halus sebagai pengganti ungkapan yang dirasa
lebih kasar yang dianggap
merugikan atau yang tidak menyenangkan.
Contoh: Tunasusila sebagai pengganti pelacur.
Eponim
Eponim ialah gaya bahasa yang menyebut nama seseorang yang begitu sering
dihubungkan dengan sifat tertentu
sehingga nama itu dipakai untuk menyatakan sifat itu.
Contoh: Dengan latihan yang sungguh saya yakin Anda akan menjadi Mike Tyson.
Antonomasia
Antonomasia ialah gaya bahasa yang berupa pernyataan yang menggunakan gelar
resmi atau jabatan sebagai
pengganti nama diri.
Contoh: Kepala sekolah mengundang para orang tua murid.
Epitet
Epitet ialah gaya bahasa yang berupa keterangan yang menyatakan sesuatu sifat atau
ciri yang khas dari
seseorang atau suatu hal.
Contoh: Putri malam menyambut kedatangan remaja yang sedang mabuk asmara.
Erotesis
Erotesis ialah gaya bahasa yang berupa pertanyaan yang tidak menuntut jawaban
sama sekali.
Contoh: Tegakah membiarkan anak-anak dalam kesengsaraan?
Paralelisme
Paralelisme ialah gaya bahasa yang berusaha menyejajarkan pemakaian kata-kata
atau frase-frase yang
menduduki fungsi yang sama dan memiliki bentuk gramatikal yang sama.
Contoh: + Bukan saja perbuatan itu harus dikutuk, tetapi juga harus diberantas.
- Bukan saja perbuatan itu harus dikutuk, tetapi juga harus memberantasnya
(Ini contoh yang tidak baik).
Elipsis
Elipsis ialah gaya bahasa yang di dalamnya terdapat penanggalan atau penghilangan
salah satu atau beberapa
unsur penting dari suatu konstruksi sintaksis.
Contoh: Mereka ke Jakarta minggu lalu (perhitungan prediksi).
Pulangnya membawa oleh-oleh banyak sekali (Penghilangan subyek).
Saya sekarang sudah mengerti ( Penghilangan obyek).