Anda di halaman 1dari 37

ANATOMI DAN FISIOLOGI HEMATOLOGI DAN ANEMIA KRONIK

RUANG 305

KELOMPOK 2
Desi Apriyani

(1110711012)

Rini Wahyuningsih

(1110711022)

Deni Nurul Khikmawati

(1110711062)

Hesy Oktiany

(1110711088)

Tri Septi Ulan Dari

(1110711089)

Sandres

(1110711099)

Putri Srilestari

(1110711111)

Priska Ramadian Lestari

(1110711115)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA
2012-2013

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ANEMIA, tepat
pada waktunya.
Penulisan makalah ini juga merupakan penugasan dari mata kuliah hematologi.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing dalam pembuatan
makalah ini dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dan membantu dalam
pembuatan makalah ini, serta rekan-rekan lain yang membantu pembuatan makalah ini.
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca guna memberikan sifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna mengingat penulis masih tahap belajar dan oleh karna itu mohon maaf
apabila masih banyak kesalahan dan kekurangan di dalam penulisan makalah ini.

Depok, November 2012


Kelompok 2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... 1


DAFTAR ISI .................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang ..................................................................................................... 3
2. Tujuan................................................................................................................... 3
3. Rumusan Masalah................................................................................................ 3
BAB II KONSEP DASAR TEORI
I.

Anatomi dan Fisiologi Hematologi ........................................................................ 4

II.

Anemia Kronik....................................................................................................... 8
1. Pengertian Anemia ......................................................................................... 8
2. Etiologi............................................................................................................. 8
3. Patofisiologi..................................................................................................... 9
4. Manifestasi klinis............................................................................................ 11
5. Klasifikasi......................................................................................... ................ 11
6. Komplikasi..................................................................................................... 14
7. Pemeriksaan penunjang ............................................................................... 14
8. Penatalaksanaan........................................................................................... 15
9. Asuhan Keperawatan.................................................................................... 17

BAB III PENUTUP ........................................................................................................ 41

DAFTAR PUSTAKA ................................................,.............................................. 42

BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Anemia adalah salah satu penyakit yang sering diderita masyarakat, baik
anak-anak, remaja usia subur, ibu hamil ataupun orang tua. Penyebabnya
sangat beragam, dari yang karena perdarahan, kekurangan zat besi, asam folat,
vitamin B12, sampai kelainan hemolitik. Anemia dapat diketahui dengan
pemeriksaan fisik maupun dengan pemeriksaan laboratorium. Secara fisik
penderita tampak pucat, lemah, dan secara laboratorik didapatkan penurunan
kadar Hemoglobin (Hb) dalam darah dari harga normal.
2. TUJUAN
Tujuan umum :
Tujuan dalam pembuatan makalah ini secara umum adalah untuk membantu
mahasiswa dalam mempelajari tentang anemia dan asuhan keperawatan aritmia
Tujuan khusus :
1. Mengetahui pengertian dari anemia kronik
2. Menngetahui penyebab dari anemia kronik
3. Mengetahui tanda dan gejala dari anemia kronik
4. Mengetahui klasifikasi dari anemia kronik
5. Mempelajari asuhan keperawatan anemia kronik
3. RUMUSAN MASALAH
1) Apa pengertian anemia kronik?
2) Apa saja penyebab anemia kronik?
3) Apa saja tanda dan gejala yang timbul pada pasien anemia kronik?
4) Bagaimana proses perjalanan anemia kronik?
5) Dan bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien anemia kronik?

BAB II
ANATOMI DAN FISIOLOGI HEMATOLOGI & ANEMIA KRONIK
I.

ANATOMI DAN FISIOLOGI HEMATOLOGI


A. Anatomi Sistem Hematologi
3

Sistem hematologi tersusun atas darah dan tempat darah diproduksi,


termasuk sumsum tulang dan nodus limpa. Darah adalah organ khusus yang
berbeda dengan organ lainkarena berbentuk cairan.Darah merupakan medium
transport tubuh, volume darah manusia sekitar 7% - 10% berat badan normal
dan berjumlah sekitar 5 liter. Keadaan jumlah darah pada tiap-tiap orangtidak
sama, bergantung pada usia, pekerjaan, serta keadaan jantung atau pembuluh
darah. Darah terdiri atas 2 komponen utama, yaitu sebagai berikut :

Plasma darah, bagian cair darah yang sebagian besar terdiri atas air,
elektrolit, dan protein darah.

Butir-butir darah (blood corpuscles), yang terdiri atas komponenkomponen berikut ini.
a) Eritrosit : sel darah merah (SDM red blood cell).
b) Leukosit : sel darah putih (SDP white blood cell).
c) Trombosit : butir pembeku darah platelet.1.

1. Sel Darah Merah (Eritrosit)


Sel darah merah merupakan cairan bikonkaf dengan diameter sekitar 7
mikron. Bikonkavitas memungkinkan gerakan oksigen masuk dan keluar sel
secara cepatdengan jarak yang pendek antara membran dan inti sel. Warna
kuning kemerahan-merahan, karena di dalamnya mengandung suatu zat yang
dsebut Hemoglobin. Komponen eritrosit adalah membrane eritrosit, sistem
enzim; enzim G6PD ( Glucose6-Phosphatedehydrogenase) dan hemoglobin
yang terdiri atas heme dan globin.Jumlah eritrosit normal pada orang dewasa
kira-kira 11,5-15 gr dalam 100 cc darah. Normal Hb wanita 11,5 mg% dan Hb
laki-laki 13,0 mg%. Antigen sel darah merah
Sel darah merah memiliki bermacam antigen :

Antigen A, B dan O

Antigen Rh

Proses penghacuran sel darah merah terjadi karena proses penuaan dan
proses patologis. Hemolisis yang tejadi pada eritrosit akan mengakibatkan

terurainyakomponen hemoglobin yaitu komponen protein dan komponen


heme.
2. Sel Darah Putih (Leukosit)
Bentuknya dapat berubah-ubah dan dapat bergerak dengan perantaraan kaki
kapsul(pseudopodia). Mempunyai macam-macam inti sel, sehingga ia dapat
dibedakan menurut inti selnya serta warna bening (tidak berwarna). Sel darah
putih dibentuk di sumsum tulang dari sel-sel bakal. Jenis jenis dari golongan
sel ini adalah golongan yang tidak bergranula, yaitu limfosit T dan B ; monosit
dan makrofag; serta golongan yang bergranula yaitu :

Eosinofil

basofil

neutrofil

Fungsi sel darah putih :

Sebagai serdadu tubuh, yaitu membunuh kuman dan memakan bibit


penyakit, bakteri yang masuk ke dalam tubuh jaringan RES (sistem
retikulo endotel).

Sebagai pengangkut, yaitu mengangkut/ membawa zat lemak dari dinding


ususmealui limpa terus ke pembuluh darah.

Jenis sel darah putih


1) Agranulosit
Memiliki granula kecil di dalam protoplasmanya, memiliki diameter 1012mikron. Dibagi menjadi 3 jenis berdasarkan pewarnaannya:
a. Neutrofil
Granula yang tidak berwarna mempunyai inti sel yang terangkai,
kadangseperti terpisah pisah, protoplasmanya banyak berbintikbintik halus/granula, serta banyaknya sekitar 60-70%.
b. Eusinofil
Granula berwarna merah, banyaknya kira-kira 24%.
c. Basofil
Granula berwarna biru dengan pewarnaan basa, sel ini lebih kecil
daripadaeosinofil, tetapi mempunyai inti yang bentuknya teratur.
5

Eusinofil, neutrofil dan basofil berfungsi sebagai fagosit dalam


mencerna dan menghancurkan mikroorganisme dan sisa-sisa sel.
2) Granulosita
a. Limfosit
Limfosit memiliki nucleus bear bulat dengan menempati sebagian
besar sel limfosit berkembang dalam jaringan limfe.

Limfosit T
Limfosit T meninggalkan sumsum tulang dan berkembang
lama,kemudian

bermigrasi

menuju

timus.

Setelah

meninggalkan timus, sel-sel ini beredar dalam darah sampai


mereka bertemu dengan antigen dimana mereka telah di
program

untuk

mengenalinya.

Setelah

dirangsang

oleh

antigennya, sel-sel ini menghasilkan bahan-bahankimia yang


menghancurkan

mikrooranisme

dan

memberitahu

sel

darah putih lainnya bahwa telah terjadi infeksi.

Limfosit B
Terbentuk di sumsum tulang lalu bersirkulasi dalam darah
sampaimenjumpai antigen dimana mereka telah diprogram
untuk mengenalinya. Pada tahap ini limfosit B mengalami
pematangan lebih lanjut dan menjadi el plasma serta
menghasilkan antibodi.

b. Monosit
Monosit dibentuk dalam bentuk imatur dan mengalami proses
pematanganmenjadi

makrofag

setelah

msuk

ke

jaringan.

Fungsinya sebagai fagosit. Jumlahnya 34% dari total komponen


yang ada di sel darah putih.
3. Keping Darah (Trombosit)
Trombosit adalah bagian dari beberapa sel-sel besar dalam sumsum tulang
yang terbentuk cakram bulat, oval, bikonveks, tidak berinti, dan hidup sekitar 10
hari. Trombosit berperan penting dalam pembentukan bekuan darah. Fungsi
6

lain dalam trombosit yaitu untuk mengubah bentuk dan kualitas setelah
berikatan dengan pembuluh darah yang cedera.
4. Plasma darah
Bagian darah yang encer tanpa sel-sel darah, warnanya bening kekuningkuningan. Hampir 90% plasma terdiri atas air. Plasma diperoleh dengan
memutar sel darah, plasma diberikan secara intravenauntuk: mengembalikan
volume darah, menyediakan substansi yang hilang dari darahklien.
5. Limpa
Limpa merupakan organ ungu lunak kurang lebih berukuran satu kepalan
tangan.Limpa terletak pada pojok atas kiri abdomen dibawah kostae. Limpa
memiliki permukaan luar konveks yang berhadapan dengan diafragma dan
permukaan medialyang konkaf serta berhadapan dengan lambung, fleksura,
linealis kolon dan ginjalkiri.Limpa terdiri atas kapsula jaringan fibroelastin, folikel
limpa (masa jaringan limpa),dan pilpa merah ( jaringan ikat, sel eritrost, sel
leukosit). Suplai darah oleh arterilinealis yang keluar dari arteri coeliaca.
Fungsi limpa :
Pembentukan sel eritrosit (hanya pada janin).
Destruksi sel eritrosit tua.
Penyimpanan zat besi dari sel-sel yang dihancurkan.
Produksi bilirubin dari eritrosit.
Pembentukan limfosit dalam folikel limpa.
Pembentukan immunoglobulin.
Pembuangan partikel asing dari darah.
B. Fisiologi Sistem Hematologia.
Sebagai alat pengangkut yaitu :
Mengambil O2/zat pembakaran dari paru-paru

untuk

diedarkan

keseluruh jaringan tubuh.


Mengangkat CO2 dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru-paru.
Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan

dibagikankeseluruh jaringan/alat tubuh.


Mengangkat/mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh

untuk dikeluarkan melalui kulit dan ginjal.


Mengatur keseimbangan cairan tubuh.
Mengatur panas tubuh.
Berperan serta dala, mengatur pH cairan tubuh.
7

Mempertahankan tubuh dari serangan penyakit infeksi.


Mencegah perdarahan.(Handayani, 2008:1)

II. ANEMIA KRONIK


A. Pengertian
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan
komponen darah, elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan
untuk pembentukan sel darah merah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas
pengangkut oksigen darah (Doenges, 1999).
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah
merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002 :
935).
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah
merah, kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per
100 ml darah (Price, 2006 : 256).
Anemia penyakit kronis merupakan bentuk anemia derajat ringan sampai
sedang yang terjadi akibat infeksi kronis, peradangan trauma atau penyakit
neoplastik yang telah berlangsung 12 bulan dan tidak disertai penyakit hati,
ginjal dan endokrin. Jenis anemia ini ditandai dengan kelainan metabolism besi,
sehingga terjadi hipoferemia dan penumpukan besi di makrofag.
B. Etiologi
1) Perdarahan hidung
2) Tumor ginjal atau kandung kemih
3) Perdarahan menstruasi yang sangat banyak
4) Berkurangnya pembentukan sel darah merah
5) Kekurangan zat besi
6) Kekurangan vitamin B12
7) Kekurangan asam folat
8) Kekurangan vitamin C
9) Cacingan
C. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau
kehilangan sel darah merah secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan
sumsum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor
atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat
hilang melalui perdarahan atau hemplisis (destruksi), hal ini dapat akibat defek
sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah yang
menyebabkan destruksi sel darah merah.
8

Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau
dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping
proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan
destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan
bilirubin plasma (konsentrasi normal 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl
mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada
kelainan

hemplitik)

maka

(hemoglobinemia). Apabila

hemoglobin
konsentrasi

akan

muncul

plasmanya

dalam

melebihi

plasma
kapasitas

haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat


semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin
(hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan
oleh penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak
mencukupi biasanya dapat diperleh dengan dasar:1. hitung retikulosit dalam
sirkulasi darah; 2. derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum
tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada
tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.

PATHWAY ANEMIA KRONIK


Penyakit infeksi, peradangan, kanker
Menekan pembentukan eritrosit di sumsum tulang belakang
Produksi eritrosit menurun
Jika berlangsung lama terjadi anemia kronik
Kadar hemoglobin menurun
Viskositas darah menurun
Resistensi aliran
darah perifer
9

Gangguan
Kebutuhanmetabolisme
nutrisi kurang
Nafsu
makan
menurun
tubuh
dari kebutuhan
tubuh

Gangguan perfusi
Resiko
terjadinya
jaringan
Penurunan transport O2 ke jaringan
Beban
Hipoksia,
Payah
jantung
pucat,
jantung
meningkat
lemah
Takikardi
Intolerasni
aktivitas
infeksi

D. Manifestasi Klinik
Menurut harirson ( 1999, Hal : 56) Presentase klinis dari pasien yang
anemik bergantung pada penyakit yang mendasarinya, demikian juga dengan
keparahan serta kronisitasnya anemia. Manifestasi anemia dapat dijelaskan
melalui prinsip-prinsip patofisologik, sebagian besar tanda dan gejala anemia
mewakili penyesuaian kardiovaskuler dan ventilasi yang mengkompensasi
penurunan massa sel darah merah.
Derajat saat gejala-gejala timbul pada pasien anemik tergantung pada
beberapa faktor pendukung. Jika anemia timbul dengan cepat, mungkin tidak
cukup waktu untuk berlangsungnya penyesuaian kompensasi. Dan pasien akan
mengalami gejala yang lebih jelas dari pada jika anemia dengan derajat
kesakitan yang sama, yang timbul secara tersamar. Lebih lanjut, keluhan pasien
tergantung pada adanya penyakit vaskuler setempat. Misalnya, angina pektoris,
klaudikasio intermiten, atau leukeumia serebral sepintas yang tersamar oleh
perjalanan anemia.
Gejala awal yang tersembunyi dan derajat beratnya anemia dapat timbul
pada saat menentukan diagnosis. Biasa terjadi diare dan berat badan yang
berkurang, pireksia ringan ikterus karena hemolisis dan warna pucat membuat
kulit berwarna kuning lemon, lidah halus, atrofi dan dapat nyeri tekan.
Splenomegali merupakan hal yang lazim. Perubahan degeneratif pada saluran
medula spinalis posterior dan lateral dapat menyebabkan degenerasi kombinasi
subakut dengan kerusakan sensasi permukaan seperti sarung tangan dan kaus
kaki dengan hilangnya rasa vibrasi dan proprioseptif. Reflek tendo cepat tetapi
sentakan pergelanngan kaki sering berkurang. Refleks plantar berupa ekstensor.
Ataksia dan keadaan konfusional toksik dapat timbul. Jika tidak diberikan terapi,
demensia akan timbul.
E. Klasifikasi
Klasifikasi berdasarkan pendekatan fisiologis:
1) Anemia hipoproliferatif, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah
disebabkan oleh defek produksi sel darah merah, meliputi:
a) Anemia aplastik
Penyebab:
- agen neoplastik/sitoplastik
- terapi radiasi
- antibiotic tertentu
10

- obat antu konvulsan, tyroid, senyawa emas, fenilbutason


- benzene
- infeksi virus (khususnya hepatitis)
Gejala-gejala:
- Gejala anemia secara umum (pucat, lemah, dll)
- Defisiensi trombosit: ekimosis, petekia, epitaksis, perdarahan
saluran cerna, perdarahan saluran kemih, perdarahan susunan
saraf pusat.
- Morfologis: anemia normositik normokromik
b) Anemia pada penyakit ginjal
Penyebabnya adalah menurunnya ketahanan hidup sel darah merah
maupun defisiensi eritopoitin
Gejala-gejala:
- Nitrogen urea darah (BUN) lebih dari 10 mg/dl
- Hematokrit turun 20-30%
- Sel darah merah tampak normal pada apusan darah tepi
c) Anemia pada penyakit kronis
Berbagai penyakit inflamasi kronis yang berhubungan dengan anemia
jenis normositik normokromik (sel darah merah dengan ukuran dan warna
yang normal). Kelainan ini meliputi artristis rematoid, abses paru,
osteomilitis, tuberkolosis dan berbagai keganasan
d) Anemia defisiensi besi
Penyebab:
- Asupan besi tidak adekuat, kebutuhan meningkat selama hamil,
-

menstruasi
Gangguan absorbsi (post gastrektomi)
Kehilangan darah yang menetap (neoplasma, polip, gastritis,

varises oesophagus, hemoroid, dll.)


Gejala-gejalanya:
- Atropi papilla lidah
- Lidah pucat, merah, meradang
- Stomatitis angularis, sakit di sudut mulut
- Morfologi: anemia mikrositik hipokromik
e) Anemia megaloblastik
Penyebab:
- Defisiensi defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat
- Malnutrisi, malabsorbsi, penurunan intrinsik faktor (aneia rnis st
gastrektomi) infeksi parasit, penyakit usus dan keganasan, agen
kemoterapeutik, infeksi cacing pita, makan ikan segar yang
terinfeksi, pecandu alkohol.

11

2) Anemia hemolitika, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah


disebabkan oleh destruksi sel darah merah:
Pengaruh obat-obatan tertentu
- Penyakit Hookin, limfosarkoma, mieloma multiple, leukemia limfositik
kronik
- Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase
- Proses autoimun
- Reaksi transfusi
- Malaria
F. Komplikasi
Komplikasi umum akibat anemia adalah:
1) Kejang.
2) Cardiomegaly
3) Congestive heart failure
4) Gastritis
5) Paralysis
6) Paranoia
7) Hallucination and delusion
8) Infeksi genoturia
G. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium hematolgis dilakukan secara bertahap sebagai
berikut :
1) Tes penyaring, tes ini dikerjakan pada tahap awal pada setiap kasus
anemia. Dengan pemeriksaan ini, dapat dipastikan adanya anemia dan
bentuk morfologi anemia tersebut. Pemeriksaan ini meliputi pengkajian
pada komponen-komponen berikut ini : kadar hemoglobin, indeks eritrosit,
(MCV, MCV, Dan MCHC), apusan darah tepi.
2) Pemeriksaan rutin merupakan pemeriksaan untuk mengetahuikelainan
pada sistem leukosit dan trombosit. Pemeriksaan yang dikerjakan meliputi
laju endap darah (LED), hitung diferensial, dan hitung retikulosit.
3) Pemriksaan sumsum tulang: pemeriksaan ini harus dikerjakan pada
sebagian

besar

defenitifmeskipun

kasus
ada

anemia

beberapa

untuk
kasus

mendapatkan
yang

diagnosis

diagnosisnya

tidak

memerlukan pemeriksaan sumsum tulang.


4) Pemeriksaan atas indikasi khusus: pemeriksaan ini akan dikkerjakan jika
telah mempunyai dugaan diagnosis awal sehingga fungsinya adalah
untuk mengomfirmasi dugaan diagnosis tersebut pemeriksaan tersebut
memiliki komponen berikut ini:

12

Anemia defisiensi besi : serum iron, TIBC, saturasi transferin, dan

feritin serum.
Anemia megaloblastik: asam folat darah/ertrosit, vitamin B12.
Anemia hemolitik: hitung retikulosit, tes coombs, dan elektroforesis

Hb.
Anemia pada leukeumia akut biasanya dilakukan pemeriksaan

sitokimia.
b. Pemeriksaan laboratorium nonhematogolis meliputi
1) Faal ginjal
2) Faal endokrin
3) Asam urat
4) Faal hati
5) Biakan kuman
c. Pemeriksaan penunjang lainnya, pada bebrapa kasus anemia diperlukan
pemeriksaan penunjang sebagai berikut :
1) Biopsy kelenjar uang dilanjutkan dengan pemeriksaan histopatologi
2) Radiologi: torak, bone survey, USG, atau linfangiografi.
3) Pemeriksaan sitogenetik.
4) Pemeriksaan biologi molekuler (PCR = polymerase chain raction, FISH =
fluorescence in situ hybridization).
H. Penatalaksaan Medis
1) Rekombinan eritropoetin (Epo), dapat

diberikan

pada

pasienpasien

anemiapenyakit kronik yang penyakit dasarnya artritis reumatoid, Acquired


ImmunoDeficiency Syndrome (AIDS), dan inflamatory bowel disease.
Dosisnya dapatdimulai dari 50100 Unit/Kg, 3x seminggu, pemberiannya
secara intra venous(IV) atau subcutan (SC). Bila dalam 23 minggu
konsentrasi hemoglobin meningkat dan feritin serum menurun, maka kita boleh
menduga bahwa eritroit respons. Bila dengan dosis rendah responsnya belum
adekuat, maka dosisnya dapat di tingkatkan sampai 150 Unit/Kg, 3x seminggu. Bila juga
tidakada respons, maka pemberian eritropoetin dihentikan dan dicari

kemungkinan

penyebab yang lain, seperti anemia defisiensi besi.


2) Namun ada pulayang menganjurkan dosis eritropoetin dapat diberikan hingga
10.00020.000Unit, 3x seminggu.
3) Transfusi darah berupa packed red cell (PRC) dapat diberikan, bila anemianya telah
memberikan keluhan atau gejala. Tetapi ini jarang diberikan oleh karena
anemianya jarang sampai berat.
13

4) Prednisolon dosis rendah yang diberikan dalam jangka panjang. Diberikan


pada pasien anemia penyakit kronik dengan penyakit dasarnya artritistemporal,
reumatik dan polimialgia. Hemoglobin akan segera kembali normal demikian juga dengan
gejala - gejala polimialgia akan segera hilang dengan cepat. Tetapi bila dalam
beberapa hari tidak ada perbaikan, maka pemberian kortiko steroid tersebut
segera dihentikan
5) Kobalt klorida,

juga

bermanfaat

untuk

memperbaiki

anemia

pada

penyakitkronik dengan cara kerjanya yaitu menstimulasi pelepasan eritropoetin, tetapi


oleh karena efek toksiknya obat ini tidak dianjurkan untuk diberikan
6) Transpalantasi sumsum tulang : dilakukan untuk memberikan persediaan
jaringan hematopoesti yang masih berfungsi. Agar transpalantasi berhasil
diperlukan kemampuan menyesuaikan sel donor dan resipien serta mencegah
komplikasi selama masa penyembuhan. Dengan penggunaan imunosupresan
cyclosporine, insidens penolakan tandur kurang dari 10%
7) Terapi imunosupresif dengan ATG diberikan untuk menghentikan fungsi
imunologis yang memperpanjang aplasia sehingga memungkinkan sumsum
tulang mengelami penyembuhan. ATG diberikan setiap hari melalui kateter
vena sentral selama 7 sampai 10 hari.

8)

14

ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
1) Data Pasien :
Nama
: Nn. Gapuci
Tempat, Tanggal Lahir
: Jakarta, 23 Februari 1989
Umur
: 23 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Suku
: Betawi
Pekerjaan
: Pegawai swasta
Status perkawinan
: Belum nikah
Status pendidikan
: Tamat SMP
2) Riwayat penyakit :
Keluhan Utama :
Klien mengeluh lemah, pusing dan sering mengantuk
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan anemia
Riwayat Penyakit Dahulu :
Klien telah mengalami anemia selama waktu yang cukup lama
Riwayat Kesehatan Keluarga :
Keluarga klien tidak ada yang mempunyai penyakit hemofilia
3) Pemeriksaan fisik
Pengkajian pasien dengan anemia (Doenges, 1999) meliputi :
a) Aktivitas / istirahat
- Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas ;
penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah.
Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat.

Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya.
Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan. Ataksia, tubuh tidak tegak.
Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang
menunujukkan keletihan.
b) Sirkulasi
- Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI
kronis, menstruasi berat (DB), angina, CHF (akibat kerja jantung
berlebihan). Riwayat endokarditis infektif kronis. Palpitasi (takikardia
-

kompensasi).
Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan
nadi melebar, hipotensi postural. Disritmia : abnormalitas EKG, depresi
15

segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang T; takikardia.


Bunyi jantung : murmur sistolik (DB). Ekstremitas (warna) : pucat pada
kulit dan membrane mukosa (konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar
kuku. (catatan: pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai
keabu-abuan). Kulit seperti berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning
lemon terang (AP). Sklera : biru atau putih seperti mutiara (DB).
Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan
vasokontriksi kompensasi) kuku : mudah patah, berbentuk seperti
sendok (koilonikia) (DB). Rambut : kering, mudah putus, menipis,
tumbuh uban secara premature (AP).
c) Integritas ego
- Gejala : keyakinanan agama/budaya

mempengaruhi

pilihan

pengobatan, misalnya penolakan transfusi darah.


- Tanda : depresi.
d) Eleminasi
- Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi
(DB). Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau
konstipasi. Penurunan haluaran urine.
- Tanda : distensi abdomen.
e) Makanan/cairan
- Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani
rendah/masukan produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah,
kesulitan menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah, dyspepsia,
anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah puas
mengunyah atau peka terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah
-

liat, dan sebagainya (DB).


Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan
vitamin B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk,
kering, tampak kisut/hilang elastisitas (DB). Stomatitis dan glositis
(status defisiensi). Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut

mulut pecah. (DB).


f) Neurosensori
- Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak
mampuan berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan

16

bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ;


-

parestesia tangan/kaki (AP) ; klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.


Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental
: tak mampu berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis
retina (aplastik, AP). Epitaksis : perdarahan dari lubang-lubang
(aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar, dan

posisi, tanda Romberg positif, paralysis (AP).


g) Nyeri/kenyamanan
- Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)
h) Pernapasan
- Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan
aktivitas.
- Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
i) Keamanan
- Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat
terpajan pada radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan.
Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak toleran terhadap dingin dan panas.
Transfusi darah sebelumnya. Gangguan penglihatan, penyembuhan
-

luka buruk, sering infeksi.


Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati

umum. Ptekie dan ekimosis (aplastik).


j) Seksualitas
- Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau
amenore (DB). Hilang libido (pria dan wanita). Imppoten.
- Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.
DATA FOKUS
DATA SUBJEKTIF
1. Klien mengatakan telah mengalami
anemia yang cukup lama, tetapi
belum diketahui jenis anemia yang
dialami.
2. Klien mengeluh keletihan dan
kelemahan
3. Klien mengeluh nadi nya cepat

DATA OBJEKTIF
1. TTV =
Nadi : 130 X / menit
Napas : 30 x / menit
Suhu : 40oC
TD : 80 / 50 mmHg
2. Klien terlihat pucat
3. Pada klien ditemukan kuku pucat
dan kapillary refill : 3 detik
4. Pada pasien ditemukan ceepat dan

(sedang)
4. Klien mengeluh napas nya pendek
17

dangkal
5. Klien terlihat sesak napas pada

pada istirahat dan aktivitas.


5. Klien mengatakan saat menstruasi

waktu bekerja atau istirahat


6. Pada klien ditemukan takipnea,

terasa pusing
6. Klien mengatakan menstruasi (berat)
7. Klien mengeuh nyeri mulut atau

ortopnea, dan dispnea.


7. Klien terlihat lemah dan penurunan

lidah, kesulitan menelan


8. Klien mengeluh mual/muntah,
dyspepsia, anoreksia.
9. Klien mengeluh keluar feses dengan
darah segar,
10. Klien mengeluh diare atau

kekuatan
8. Klien terlihat pucat pada kulit dan
membran mukosa
9. Kulit klien terlihat seperti berlilin,
pucat (aplastik, AP) atau kuning
lemon terang (AP).
10. Mata klien tampak sklera : biru atau

konstipasi.
11. Klien mengatakan sakit kepala dan
berdenyut
12. Klien mengatakan ketidak mampuan
berkonsentrasi
13. Klien mengeluh susah tidur,

putih seperti mutiara


11. Kuku klien mudah patah, dan
berbentuk seperti sendok (koilonikia)
12. Kondisi rambut klien kering, mudah
putus, menipis, tumbuh uban secara
premature
13. Ditemukan lidah tampak merah

penurunan penglihatan, dan


bayangan pada mata.
14. Klien mengatakan demam rendah,
menggigil, berkeringat malam,
15. Klien mengatakan perubahan aliran
menstruasi

daging/halus
14. Klien tampak lebih kurus, terjadi
penurunan berat badan
15. Turgor kulit klien buruk, kering,
tampak kisut/hilang elastisitas
16. Klien terlihat gelisah dan depresi
17. Klien tak mampu berespons
18. Pada pemeriksaan laboratorium :
Hb : 7 10 g/dl
Kadar porfirin eritrosit bebas :
meningkat
Konsentrasi besi serum : menurun
Saturasi transferin : menurun
Konsentrasi feritin serum : menurun

2. ANALISA DATA
DATA
DS :

PROBLEM
Perubahan nutrisi kurang

ETIOLOGI
Kegagalan untuk

Klien mengeluh nyeri

dari kebutuhan tubuh

mencerna atau ketidak

18

mulut atau lidah,

mampuan mencerna

kesulitan menelan

makanan /absorpsi

Klien mengeluh

nutrient yang diperlukan

mual/muntah, dyspepsia,

untuk pembentukan sel

anoreksia

darah merah.

Klien mengeluh diare


atau konstipasi.
DO :
Ditemukan lidah tampak
merah daging/halus
Klien tampak lebih kurus,
terjadi penurunan berat
badan
BB : 38 kg
DS :

Intoleransi aktivitas

Ketidakseimbangan

Klien mengeluh keletihan

antara suplai oksigen

dan kelemahan

(pengiriman) dan

Klien mengatakan sakit

kebutuhan.

kepala dan berdenyut


Klien mengeluh
penurunan semangat
untuk bekerja
Klien mengatakan
kebutuhan tidur dan
istirahat nya lebih
banyak.
DO:
Klien tak mampu
berespons
Klien peka rangsang,
gelisah, dan saat depresi
19

cenderung tidur
dispnea pada waktu
bekerja atau istirahat.
Klien terlihat menarik diri,
apatis, lesu, dan kurang
tertarik pada sekitarnya.
Klien juga terlihat lemah
dan penurunan
kekuatan.
Tubuh klien terlihat tidak
tegak, bahu menurun,
postur lunglai, dan
berjalan lambat
DS :

Perubahan perfusi

Penurunan komponen

Klien mengeluh keletihan

jaringan

seluler yang diperlukan

dan kelemahan

untuk pengiriman

DO:

oksigen/nutrient ke sel.

TTV =
Nadi : 130 x / menit
Napas : 30 x /menit
Suhu : 40oC
TD : 80/50 mmHg
Pada klien ditemukan
kuku pucat dan kapillary
refill : 3 detik
Klien terlihat pucat pada
kulit dan membrane
mukosa
Pada kulit klien terlihat
seperti berlilin, pucat
(aplastik, AP) atau
kuning lemon terang
20

(AP).
Pada mata klien sklera :
biru atau putih seperti
mutiara (DB).
Kuku klien mudah patah,
berbentuk seperti sendok
(koilonikia) (DB).
Pada pemeriksaan
laboratorium : Hb : 7
10 g/dl
DS :

Risiko tinggi terhadap

Perubahan sirkulasi dan

Klien mengeluh kulit nya

kerusakan integritas

neurologist.

kering dan agak kisut

kulit

DO:
Turgor kulit klien buruk,
kering, tampak
kisut/hilang elastisitas
DS :

Konstipasi atau Diare

Penurunan masukan diet;

Klien mengeluh buang

perubahan proses

buang air besar

pencernaan; efek

Klien mengatakan bolak

samping terapi obat.

balik kamar mandi


DO :
Klien terlihat lemas
Klien terlihat keringat
dingin
Terjadi penurunan BB :
38 kg
DS :

Kurang pengetahuan

Kurang

Klien mengatakan telah

terpajan/mengingat ;

mengalami anemia yang

salah interpretasi

cukup lama, tetapi belum

informasi ; tidak
21

diketahui jenis anemia

mengenal sumber

yang dialami.

informasi.

DO :
Klien terlihat gelisah dan
depresi
3. DIAGNOSA
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien dengan anemia adalah
sebagai berikut :
1) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan
untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient
yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
Ditandai dengan :
DS :
Klien mengeluh nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan
Klien mengeluh mual/muntah, dyspepsia, anoreksia
Klien mengeluh diare atau konstipasi.
DO :
Ditemukan lidah tampak merah daging/halus
Klien tampak lebih kurus, terjadi penurunan berat badan
BB : 38 kg
2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.
Ditandai dengan :
DS :
Klien mengeluh keletihan dan kelemahan
Klien mengatakan sakit kepala dan berdenyut
Klien mengeluh penurunan semangat untuk bekerja
Klien mengatakan kebutuhan tidur dan istirahat nya lebih banyak.
DO:
Klien tak mampu berespons
Klien peka rangsang, gelisah, dan saat depresi cenderung tidur
Klien terlihat sesak pada waktu bekerja atau istirahat.
Klien terlihat menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya.
Klien juga terlihat lemah dan penurunan kekuatan.
Tubuh klien terlihat tidak tegak, bahu menurun, postur lunglai, dan berjalan
lambat
3) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler
yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
Ditandai dengan :
DS :
22

Klien mengeluh keletihan dan kelemahan


DO:
TTV =
Nadi : 130 x / menit
Napas : 30 x /menit
Suhu : 40oC
TD : 80/50 mmHg
Pada klien ditemukan kuku pucat dan kapillary refill : 3 detik
Klien terlihat pucat pada kulit dan membrane mukosa
Pada kulit klien terlihat seperti berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon
terang (AP).
Pada mata klien sklera : biru atau putih seperti mutiara (DB).
Kuku klien mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB).
Pada pemeriksaan laboratorium : Hb : 7 10 g/dl
4) Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan
sirkulasi dan neurologist.
Ditandai dengan :
DS :
Klien mengeluh kulit nya kering dan agak kisut
DO:
Turgor kulit klien buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas
5) Konstipasi atau Diare berhubungan dengan penurunan masukan diet; perubahan
proses pencernaan; efek samping terapi obat.
Ditandai dengan :
DS :
Klien mengeluh buang buang air besar
Klien mengatakan bolak balik kamar mandi
DO :
Klien terlihat lemas
Klien terlihat keringat dingin
Terjadi penurunan BB : 38 kg
6) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan/mengingat ; salah
interpretasi informasi ; tidak mengenal sumber informasi.
Ditandai dengan :
DS :
Klien mengatakan telah mengalami anemia yang cukup lama, tetapi belum
diketahui jenis anemia yang dialami.
DO :
Klien terlihat gelisah dan depresi
4. INTERVENSI KEPERAWATAN
1) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kegagalan

untuk

mencerna

atau
23

ketidak

mampuan

mencerna

makanan/absorpsi nutrient yang diperlukan untuk pembentukan sel darah


merah.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria Hasil :
Klien tidak mengeluh nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan
Klien tidak mengeluh mual/muntah, dyspepsia, anoreksia
Klien tidak mengeluh diare atau konstipasi.
Sudah tidak terlihat lidah merah daging/halus
Klien terjadi peningkatan berat badan
Mandiri
a. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai.
Rasional: Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi.
b. Observasi dan catat masukan makanan pasien.
Rasional: Mengawasi masukan kalori atau kualitas konsumsi makanan.
c. Timbang BB tiap hari.
Rasional: Mengawasi penurunan BB atau efektifitas, intervensi nutrisi.
d. Berikan makanan sedikit dan frekuensi sering dan makan diantara waktu
makan.
Rasional: Makan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan
pemasukan juga mencegah distensi gaster.
f. Observasi dan catat kejadian mual atau muntah, flatus atau gejala lain yang
berhubungan.
Rasional: Gejala GI dapat menunjukan efek anemia (hipoksia pada organ)
Kolaborasi
a. Konsul pada ahli gizi.
Rasional: Membantu dalam membuat rencana diet untuk memenuhhi
kebutuhan individuual
b. Pantau pemeriksaan laboratorium misalnya Hb, Ht, Albumin, Protein, B12,
Asam Folat.
Rasional: Meningkatkan efektifitas program pengobatan, termasuk sumber
diet nutrisi yang dibutuhkan.
c. Berikan obat sesuai indikasi: Vitamin dan suplemen mineral misalnya
Sianokobalamin (vitamin B12), Asam folat asam askorbat, besi dekstran
(IM/IV), tambahan besi oral misalnya ferol sulfat, ferol glikonat.
Rasional: Kebutuhan penggantian tergantung pada tipe anemia dan atau
adanya masukan oral yang buruk dan defisiensi yang diidentifikasi.
2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.
Tujuan : Dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.
Kriteria Hasil :
DS :
24

Klien mengatakan lebih segar


Klien tidak mengatakan sakit kepala dan berdenyut
Klien tidak mengeluh penurunan semangat untuk bekerja
Klien tidak mengatakan kebutuhan tidur dan istirahat nya lebih banyak.
DO:
Klien mampu berespons
Klien tidak gelisah
Klien terlihat sesak pada waktu bekerja atau istirahat.
Klien terlihat menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya.
Tubuh klien terlihat tegak, bahu menurun, dan berjalan normal
Mandiri
a. Kaji kemampuan ADL pasien.
Rasional : mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan.
b. Kaji kehilangan atau gangguan keseimbangan, gaya jalan dan kelemahan
otot.
Rasional : menunjukkan perubahan neurology karena defisiensi vitamin B12
mempengaruhi keamanan pasien/risiko cedera.
c. Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas.
Rasional : manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk
membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan.
d. Berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung, dan kurangi suara bising,
pertahankan tirah baring bila di indikasikan.
Rasional : meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen
tubuh dan menurunkan regangan jantung dan paru.
e. Gunakan teknik menghemat energi, anjurkan pasien istirahat bila terjadi
kelelahan

dan

kelemahan,

anjurkan

pasien

melakukan

aktivitas

semampunya (tanpa memaksakan diri).


Rasional : meningkatkan aktivitas secara bertahap sampai normal dan
memperbaiki tonus otot/stamina tanpa kelemahan. Meingkatkan harga diri
dan rasa terkontrol.
3) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler
yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
Tujuan : Peningkatan perfusi jaringan
Kriteria hasil :
DS :
Klien mengatakan lebih segar
DO:
TTV =
Nadi : 80 - 100 x / menit
Napas : 24 x /menit
Suhu : 37oC
25

TD : 120/80 mmHg
Pada klien ditemukan kuku pucat dan kapillary refill : 3 detik
Klien terlihat pucat pada kulit dan membrane mukosa
Pada kulit klien terlihat seperti berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon
terang (AP).
Pada mata klien sklera : biru atau putih seperti mutiara (DB).
Kuku klien mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB).
Pada pemeriksaan laboratorium : Hb : 7 10 g/dl
Mandiri
a. Awasi tanda vital kaji pengisian kapiler, warna kulit/membrane mukosa,
dasar kuku.
Rasional : memberikan informasi tentang derajat/keadekuatan perfusi
jaringan dan membantu menetukan kebutuhan intervensi.
b. Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi.
Rasional : meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi
untuk kebutuhan seluler. Catatan : kontraindikasi bila ada hipotensi.
c. Awasi upaya pernapasan ; auskultasi bunyi napas perhatikan bunyi
adventisius.
Rasional : dispnea, gemericik menununjukkan gangguan jajntung karena
regangan jantung lama/peningkatan kompensasi curah jantung.
d. Selidiki keluhan nyeri dada/palpitasi.
Rasional : iskemia seluler mempengaruhi jaringan miokardial/ potensial
risiko infark.
e. Hindari penggunaan botol penghangat atau botol air panas. Ukur suhu air
mandi dengan thermometer.
Rasional : termoreseptor jaringan dermal dangkal karena gangguan
oksigen.
Kolaborasi
a. Pengawasan hasil pemeriksaan laboraturium. Berikan sel darah merah
lengkap/packed produk darah sesuai indikasi.
Rasional : mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan /respons
terhadap terapi.
b. Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.
Rasional : memaksimalkan transport oksigen ke jaringan.
4) Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
perubahan sirkulasi dan neurologist.
Tujuan : Dapat mempertahankan integritas kulit.
Kriteria hasil :
DS :
Klien mengatakan kulit nya sudah seperti biasa (lembab)
26

DO:
Turgor kulit klien baik, lembab, sudah kembali elastis
Mandiri
a. Kaji integritas kulit, catat perubahan pada turgor, gangguan warna, hangat
local, eritema, ekskoriasi.
Rasional : kondisi kulit dipengaruhi oleh sirkulasi, nutrisi dan imobilisasi.
Jaringan dapat menjadi rapuh dan cenderung untuk infeksi dan rusak.
b. Reposisi secara periodic dan pijat permukaan tulang apabila pasien tidak
bergerak atau ditempat tidur.
Rasional : meningkatkan sirkulasi kesemua kulit, membatasi iskemia
jaringan/mempengaruhi hipoksia seluler.
c. Anjurkan pemukaan kulit kering dan bersih. Batasi penggunaan sabun.
Rasional : area lembab, terkontaminasi, memberikan media yang sangat
baik untuk pertumbuhan organisme patogenik. Sabun dapat mengeringkan
kulit secara berlebihan.
d. Bantu untuk latihan rentang gerak.
Rasional : meningkatkan sirkulasi jaringan, mencegah stasis.
Kolaborasi
a. Gunakan alat pelindung, misalnya kulit domba, keranjang, kasur tekanan
udara/air. Pelindung tumit/siku dan bantal sesuai indikasi.
Rasional : menghindari kerusakan kulit dengan mencegah /menurunkan
tekanan terhadap permukaan kulit.
5) Konstipasi atau Diare berhubungan dengan penurunan masukan diet;
perubahan proses pencernaan; efek samping terapi obat.
Tujuan : Membuat/kembali pola normal dari fungsi usus.
Kriteria hasil :
DS :
Klien sudah tidak mengeluh buang buang air besar
DO :
Klien terlihat lebih segar
Terjadi peningkatan BB : 40 kg
Mandiri
a. Observasi warna feses, konsistensi, frekuensi dan jumlah.
Rasional : membantu mengidentifikasi penyebab /factor pemberat dan
intervensi yang tepat.
b. Auskultasi bunyi usus.
Rasional : bunyi usus secara umum meningkat pada diare dan menurun
pada konstipasi.
c. Awasi intake dan output (makanan dan cairan).

27

Rasional : dapat mengidentifikasi dehidrasi, kehilangan berlebihan atau alat


dalam mengidentifikasi defisiensi diet.
d. Dorong masukkan cairan 2500-3000 ml/hari dalam toleransi jantung.
Rasional : membantu dalam memperbaiki konsistensi feses bila konstipasi.
Akan membantu memperthankan status hidrasi pada diare.
e. Hindari makanan yang membentuk gas.
Rasional : menurunkan distress gastric dan distensi abdomen
f. Kaji kondisi kulit perianal dengan sering, catat perubahan kondisi kulit atau
mulai kerusakan. Lakukan perawatan perianal setiap defekasi bila terjadi
diare.
Rasional : mencegah ekskoriasi kulit dan kerusakan.
g. Kolaborasi ahli gizi untuk diet siembang dengan tinggi serat dan bulk.
Rasional : serat menahan enzim pencernaan dan mengabsorpsi air dalam
alirannya sepanjang traktus intestinal dan dengan demikian menghasilkan
bulk, yang bekerja sebagai perangsang untuk defekasi.
Kolaborasi
a. Berikan pelembek feses, stimulant ringan, laksatif pembentuk bulk atau
enema sesuai indikasi. Pantau keefektifan.
Rasional : mempermudah defekasi bila konstipasi terjadi.
b. Berikan obat antidiare, misalnya Defenoxilat Hidroklorida dengan atropine
(Lomotil) dan obat mengabsorpsi air, misalnya Metamucil.
Rasional : menurunkan motilitas usus bila diare terjadi.
6) Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang terpajan/mengingat ; salah
interpretasi informasi ; tidak mengenal sumber informasi.
Tujuan : Pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic
dan rencana pengobatan.
Kriteria hasil :
Pasien menyatakan pemahamannya proses penyakit dan penatalaksanaan
penyakit.
Mengidentifikasi factor penyebab.
Melakukan tiindakan yang perlu/perubahan pola hidup.
Klien sudah mengetahui jenis anemia yang dialami
Klien tmpak lebih tenang
Mandiri
a. Berikan informasi tentang anemia spesifik. Diskusikan kenyataan bahwa
terapi tergantung pada tipe dan beratnya anemia.
Rasional : memberikan dasar pengetahuan sehingga pasien dapat membuat
pilihan yang tepat. Menurunkan ansietas dan dapat meningkatkan
kerjasama dalam program terapi.
28

b. Tinjau tujuan dan persiapan untuk pemeriksaan diagnostic.


Rasional : ansietas/ketakutan tentang ketidaktahuan meningkatkan stress,
selanjutnya meningkatkan beban jantung. Pengetahuan menurunkan
ansietas.
c. Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.
Rasional : megetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien
dan keluarga tentang penyakitnya.
d. Berikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya dan kondisinya
sekarang.
Rasional : dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien dan
keluarganya akan merasa tenang dan mengurangi rasa cemas.
e. Anjurkan klien dan keluarga untuk memperhatikan diet makanan nya.
Rasional : diet dan pola makan yang tepat membantu proses penyembuhan.
f. Minta klien dan keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah
diberikan.
Rasional : mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta
menilai keberhasilan dari tindakan yang dilakukan.
5. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari/ Tanggal

No.DX
1

Implementasi dan Hasil


1. Mengkaji riwayat nutrisi, termasuk
makan yang disukai.
2. Mengobservasi dan catat masukkan
makanan pasien.
3. Menimbang berat badan setiap hari.
4. Memberikan makan sedikit dengan
frekuensi sering dan atau makan
diantara waktu makan.
5. Mengobservasi dan catat kejadian
mual/muntah, flatus dan dan gejala
lain yang berhubungan.
6. Memberikan dan membantu hygiene
mulut yang baik ; sebelum dan
sesudah makan, gunakan sikat gigi
halus untuk penyikatan yang lembut.
7. Memberikan pencuci mulut yang di
29

Paraf

encerkan bila mukosa oral luka


8. Kolaborasi pada ahli gizi untuk
merencanakan diet.
9. Memantau hasil pemeriksaan

laboraturium.
10. Memberikan obat sesuai indikasi.
1. Mengkaji kemampuan ADL pasien.
2. Mengkaji kehilangan atau gangguan
keseimbangan, gaya jalan dan
kelemahan otot.
3. Mengobservasi tanda-tanda vital
sebelum dan sesudah aktivitas.
4. Memberikan lingkungan tenang,
batasi pengunjung, dan kurangi
suara bising, pertahankan tirah
baring bila di indikasikan.
5. Menggunakan teknik menghemat
energi, anjurkan pasien istirahat bila
terjadi kelelahan dan kelemahan,
anjurkan pasien melakukan aktivitas
semampunya (tanpa memaksakan

diri).
1. Mengawasi tanda vital kaji pengisian
kapiler, warna kulit/membrane
mukosa, dasar kuku.
2. Meninggikan kepala tempat tidur
sesuai toleransi
3. Mengawasi upaya pernapasan ;
auskultasi bunyi napas perhatikan
bunyi adventisius.
4. Mencari penybeb keluhan nyeri
dada/palpitasi
5. Menghindari penggunaan botol
penghangat atau botol air panas.
6. Mengukur suhu air mandi dengan
thermometer.
30

7. Mengawasi hasil pemeriksaan


laboraturium.
8. Memberikan sel darah merah
lengkap/packed produk darah sesuai
indikasi
9. Memberikan oksigen tambahan
4

sesuai indikasi.
1. Mengkaji integritas kulit, catat
perubahan pada turgor, gangguan
warna, hangat local, eritema,
ekskoriasi.
2. Mereposisi secara periodic dan pijat
permukaan tulang apabila pasien
tidak bergerak atau ditempat tidur
3. Menganjurkan pemukaan kulit kering
dan bersih. Batasi penggunaan
sabun.
4. Membantu untuk latihan rentang
gerak
5. Menggunakan alat pelindung,
misalnya kulit domba, keranjang,
kasur tekanan udara/air. Pelindung
tumit/siku dan bantal sesuai indikasi.

(kolaborasi
1. Mengobservasi warna feses,
konsistensi, frekuensi dan jumlah.
2. Melakukan auskultasi bunyi usus
3. Mengwasi intake dan output
(makanan dan cairan).
4. Memasukkan cairan 2500-3000
ml/hari
5. Menghindari makanan yang
membentuk gas
6. Mengkaji kondisi kulit perianal
dengan sering, catat perubahan
31

kondisi kulit atau mulai kerusakan.


Lakukan perawatan perianal setiap
defekasi bila terjadi diare.
7. Kolaborasi ahli gizi untuk diet
siembang dengan tinggi serat dan
bulk
8. Memberikan pelembek feses,
stimulant ringan, laksatif pembentuk
bulk atau enema sesuai indikasi.
Pantau keefektifan. (kolaborasi)
9. Memberikan obat antidiare, misalnya
Defenoxilat Hidroklorida dengan
atropine (Lomotil) dan obat
mengabsorpsi air, misalnya
6

Metamucil. (kolaborasi).
1. Memberikan informasi tentang
anemia spesifik. Diskusikan
kenyataan bahwa terapi tergantung
pada tipe dan beratnya anemia
2. Meninjau tujuan dan persiapan untuk
pemeriksaan diagnostic.
3. Mengkaji tingkat pengetahuan klien
dan keluarga tentang penyakitnya
4. Memberikan penjelasan pada klien
tentang penyakitnya dan kondisinya
sekarang
5. Menganjurkan klien dan keluarga
untuk memperhatikan diet makanan
nya
6. Meminta klien dan keluarga
mengulangi kembali tentang materi
yang telah diberikan.

6. EVALUASI

32

Hari / Tanggal

No. DX
1

Evaluasi
S: Klien mengatakan sudah tidak nyeri
mulut atau lidah, klien sudah tidak
kesulitan menelan, klien sudah tidak
mengeluh mual/muntah, dyspepsia,
klien terlihat nafsu makan, klien sudah
tidak mengeluh diare atau konstipasi.
O: Bb= 40kg
A: Masalah kebutuhan nutrisi sudah

teratasi
P: Intervensi dihentikan
S: Klien mengatakan tidak letih dan
lemah, klien mengatakan tidak sakit
kepala dan berdenyut
O: Klien mampu berespon dengan baik,

TTV: TD= 110/80 mmHg, RR= 24 x/mnt


A: Masalah intoleransi aktivitas teratasi
P: Intervensi dihentikan
S: Klien mengatakan tidak lemas dan
letih
O: Kuku tidak terlihat pucat. Capillary
refill : 1 detik
A: Masalah perubahan perfusi jaringan

teratasi
P: Intervensi dihentikan
S: Klien mengatakan kulitnya tidak
kering dan elastis lagi
O:Turgor kulit klien terlihat baik, tidak
kering,

tidak

tampak

elastisitas lagi
A: Masalah risiko

tinggi

kisut/hilang
terhadap

kerusakan integritas kulit teratasi


P: Intervensi dihentikan
S: Klien mengatakan tidak mengeluh
sakit perut dan BAB normal.
O: Bb= 40 kg
33

Paraf

A: Masalah konstipasi dan diare teratasi


P: Intervensi dihentikan
S: Klien mengatakan sudah mengetahui
jenis anemia yang dialami, klien
mengatakan sudah mampu mengingat
dengan baik.
O: Klien terlihat mampu mengingat
dengan baik
A: Masalah kurang pengetahuan klien
sudah teratasi
P: Intervensi dihentikan

34

BAB III
PENUTUP
Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb sampai
di bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat (Nelson,1999). Anemia berarti
kekurangan sel darah merah, yang dapat di sebabkan oleh hilangnya darah yang terlalu
cepat atau karena terlalu lambatnya produksi sel darah merah. (Guyton,1997). Macammacam atau klasifikasi dari anemia berdasarkan etiolognya yaitu: anemia pasca
pendarahan (kehilangan darah mendadak, kehilangan darah menahun), anemia
defisiensi besi, anemia megaloblastik (defisiensi asam folat dan B12), anemia hemolitik
dan anemia aplastik

35

DAFTAR PUSTAKA
Wiwik. H., & Haribowo, A. S (2008) Buku Ajar Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan Sitem Hematologi. Jakarta : Salemba Medika.
Harrison (1999) Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Editor Edisi Bahasa Indonesia :
Asdie, A. H. Jakarta : EGC.
Hidayat, A, A, A. ( 2008 ) Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Edisi Kedua. Jakarta :
Salemba Medika

36

Anda mungkin juga menyukai