Anda di halaman 1dari 1

http://lingua-bahasa.blogspot.com/2012/07/prosedur-penerjemahan.

html

Prosedur Penerjemahan
Jumat, 27 Juli 2012 | komentar

Menurut Newmark (1988:19-30), Prosedur Penerjemahan ada empat bentuk sebagai berikut:
1. Textual Level (tingkat teks)
2. Referential Level (tingkat referensi)
3. Cohesive Level (tingkat kohesif)
4. Natural Level (tingkat alamiah)
Dalam tataran tekstual, seorang penerjemah harus memahami terlebih dahulu jenis teks yang
diterjemahkan khususnya berkaitan dengan kata dan kalimat. Dalam menerjemahkan, kita
masih mentransfer tata bahasa BSu ke BSa dengan mudah,begitu juga dengan kata, frasa, kalimat
dan ungkapan dalam BSu yang mudah ditemukan kesepadannya dalam BSa. Dapat dibilang
bahwa ini masih dalam tahap penerjemahan literal.
Dalam tataran referensial, seorang penerjemah juga memperhatikan istilah atau terminologi
dalam teks. Kemudian, pencarian sumber referensi sesuai dengan istilah yang berkaitan itu.
Dalam hal ini, ketika menemukan ketidakjelasan dalam teks atau ketaksaan (ambiguitas) bahkan
suatu ungkapan yang terasa asing, pastinya kita akan bertanya-tanya sendiri ataupun
kebingungan. Penerjemah membutuhkan tidak hanya kamus ekabahasa tapi juga tesaurus,
ensiklopedia, glosari, buku-buku, majalah, koran hingga pencarian di internet.
Dalam tataran kohesif, terdapat dua faktor yang perlu ditinjau: struktur dan suasana hati (mood).
Pertama, Seorang penerjemah perlu meninjau kekohesifan teks setelah diterjemahkan terutama
hubungan antara kata atau kalimat pada teks. Kita akan lebih memerhatikan kata penghubung
(konjungsi) berupa kata atau ungkapan penghubung antarkata, antarfrasa, antarklausa, dan
antarkalimat. Kedua, faktor ini juga disebut faktor dialektikal. Penerjemahan juga tergantung
pada suasana hati penerjemah. Hal ini behubungan dengan perasaan, emosi, netralitas
penerjemah. Biasanya pernejemahan ini terjadi pada kata sifat, ungkapan idiomatis, dan suatu
peristiwa.
Dalam tataran alamiah, penerjemah harus meyakinkan bahwa terjemahannya masuk akal,
terlihat alamiah atau tidak terasa hasil penerjemahan. Artinya, teks harus dengan bahasa yang
wajar, tata bahasa yang tidak kaku, serta menggunakan ungkapan-ungkapan yang sesuai dengan
tema di teks. Pastinya pula, teks dapat dengan mudah dimengerti dan diterima oleh pembaca.
Keempat tataran tersebut sebaiknya dipadukan ketika menerjemahkan karena penerjemahan
merupakan suatu diskusi yang dilakukan sendiri dengan ditemani beberapa referensi.

Anda mungkin juga menyukai