Anda di halaman 1dari 13

Inilah beberapa berita yang mengandung masalah dan dukungan untuk LPI (Liga Primer

Indonesia):

SELAMAT DATANG LPI


(Kamis, 6 Januari 2011 | www.boss-bola.blogspot.com/ )

Alhamdulillah, Liga Primer Indonesia mulai bergulir Sabtu (8/1) ini di Solo dan mempertemukan
tuan rumah Solo FC melawan Persema Malang. Liga yang diikuti 19 klub ini akan menjadi kompetisi
alternatif yang bertujuan menyuguhkan pertandingan sportif, bermutu, bebas pengaturan skor,
aman, dan tidak rusuh.
Liga Primer Indonesia (LPI) sudah disiapkan selama berbulan-bulan melalui studi kelayakan yang
mendalam, baik dari segi komersial maupun manajemen penyelenggaraannya. Tak banyak penggiat
sepak bola yang berani memulai pekerjaan besar penuh tantangan yang melibatkan ruang, waktu,
tenaga, dan dana berskala raksasa ini.
Insya Allah kelak terbukti satu musim kompetisi LPI bisa memutar dana empat kali lebih besar
sampai sekitar Rp 2 triliun. Potensi penonton sepak bola di negeri ini bisa melebihi kompetisi di
Eropa, seperti Liga Inggris atau Liga Italia.
Dukungan terhadap LPI terbukti pula lewat keterlibatan sponsor dan stasiun televisi asing,
Star Sports, dan lokal, Indosiar. Hampir 100 persen media massa nasional ataupun lokal tertarik
memberitakan hal ihwal mengenai LPI.
Pemerintah, sejak Kongres Malang tahun lalu, juga memberikan dukungan terhadap reformasi
PSSI melalui keberadaan LPI. Begitu pula berbagai kalangan aktivis sepak bola nasional dan daerah
siap ambil bagian, antara lain terwujud lewat pembentukan 19 klub LPI.
Jauh lebih penting lagi adalah dukungan masyarakat, khususnya penggemar sepak bola. Animo
penggemar belakangan ini meningkat, antara lain tampak dari kehadiran puluhan ribu penonton
sejak Piala Asia 2007 sampai AFF baru-baru ini.
Tak ada resep rahasia untuk membentuk timnas yang andal kecuali kompetisi, kompetisi, dan
kompetisi. Namun, kompetisi yang bagaimana, itulah pertanyaan pokoknya.
Kompetisi yang bersih, itulah yang ingin dicoba LPI. Sebab, kompetisi selama beberapa tahun
belakangan ini keburu kotor.

Aneh jika kompetisi yang kotor tetap dipertahankan, sementara yang mau bersih malah
dicurigai. Itulah keganjilan yang kita saksikan beberapa hari terakhir ini.
Anda, saya, siapa pun boleh menyelenggarakan kompetisi karena itu adalah hak setiap warga
negara. Larangan memutar kompetisi sungguh aturan yang keliru.
Tak ada ketentuan melarang setiap pemain, termasuk dua pemain Persema, Irfan Bachdim dan
Kim Jeffrey Kurniawan, bergabung dengan timnas.
Setiap pemain yang memenuhi persyaratan berhak diseleksi untuk memperkuat timnas dari
kompetisi mana pun dia berasal, baik dari liga profesional, amatir, maupun mahasiswa.
Terlebih lagi lambang Garuda dan bendera Merah Putih yang terpampang di kostum pemain
menyimbolkan, timnas mewakili bangsa dan negara, bukan PSSI semata-mata. Secara moral, timnas
milik masyarakat, PSSI hanya organisasi yang mengelola.
Acungan jempol layak ditujukan kepada Arifin Panigoro, penggiat yang telah lama berkecimpung
dalam kompetisi Liga Medco yang bertujuan mencari bakat-bakat remaja kita. Keliru besar jika
mengait-ngaitkan aktivitas Arifin Panigoro dengan ambisi politik murahan memanfaatkan sepak
bola hanya untuk ajang pencitraan atau bisnis belaka.
Kegalauan Arifin Panigoro, yang prihatin dengan karut-marut persepakbolaan nasional, tidak
jauh berbeda dengan kegalauan kita semua. Ia berupaya membuktikan, jika dikelola secara
profesional, sepak bola kita tidak jauh ketinggalan dari negara-negara Asia Tenggara.
Justru karena prestasi yang amat terpuruk itulah muncul gagasan memutar kompetisi LPI.
Selama kepemimpinan Ketua Umum PSSI Nurdin Halid, yang berlangsung sejak 2003, tak satu pun
gelar juara tingkat regional berhasil direbut timnas.
Satu-satunya gelar juara diperoleh melalui sebuah turnamen yang sifatnya hanya undangan
kepada timnas-timnas asing berlaga di Piala Kemerdekaan 2008. Gelar juara kita kontroversial
karena direbut melalui cara-cara kurang sportif. Di babak pertama final, kita ketinggalan dari
Libya 0-1. Saat jeda, salah seorang ofisial kita memukul Pelatih Libya. Mereka walkout tak
melanjutkan pertandingan dan, simsalabim, kita menjadi juara tanpa menyelesaikan babak kedua
partai final.
Fakta obyektif bahwa Nurdin Halid gagal mempersembahkan gelar juara sudah mencukupi
untuk menjatuhkan vonis bahwa ia kurang layak lagi memimpin PSSI. Nurdin bukan Kardono yang
meloloskan timnas ke juara subgrup penyisihan Piala Dunia 1986 dan semifinal Asian Games 1986,
juga bukan Azwar Anas yang membawa timnas juara SEA Games 1991.

Sudah jadi rahasia umum kompetisi selama delapan tahun terakhir kurang bermutu, kurang
sportif, dan kurang aman. Keputusan PSSI menghukum klub, wasit, atau pemain kurang konsisten
karena sering diralat sendiri demi kepentingan kurang jelas.
Akibatnya, prestasi timnas terpuruk karena kita sudah dikalahkan negara-negara mini, seperti
Laos atau Timor Timur. Sampai kapan kita harus hidup dengan prestasi timnas yang
memprihatinkan ini?
LPI merupakan momentum dan era baru sepak bola nasional kita yang mesti dimanfaatkan
semaksimal mungkin untuk meningkatkan prestasi timnas. Tentu tidak mudah dan juga tak ada jalan
pintas atau instan dalam sepak bola, kecuali kompetisi.
Jangan menghalangi niat tulus dan cita-cita luhur kita, pencinta sepak bola, untuk meraih
prestasi setinggi-tingginya. Kita sudah melangkah dengan kaki kanan dan mari ucapkan Selamat
datang LPI!

Pemerintah VS PSSI : LPI Legal Atau Illegal??


(Senin, 10 Januari 2011 | www.boss-bola.blogspot.com/ )

TEMPO Interaktif, Jakarta - Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng mengatakan
pemerintah memperbolehkan adanya turnamen olahraga baru di cabang olahraga tertentu. "Tidak
masalah, asalkan sudah terpenuhi kriteria layak-tidaknya turnamen itu dibuat," kata Andi saat
ditemui seusai paparan program di kantor Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat
kemarin.
Pernyataan Andi itu diungkapkan menyikapi pengaduan atas Liga Primer Indonesia (LPI) oleh
Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) ke kepolisian. PSSI menilai pelaksanaan LPI
menyalahi undang-undang.
Andi melanjutkan, rujukan pemerintah dalam pelaksanaan sebuah turnamen olahraga adalah
Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2007. Peraturan tersebut mengatur ihwal penyelenggaraan
pekan dan kejuaraan olahraga. "Peraturan tersebut juga mengatur soal penontonnya, penjualan
tiketnya. Jadi, itu rujukannya, apakah sudah memenuhi syarat dan kriteria di situ atau belum,"
katanya.
Perseteruan antara LPI dan PSSI juga ia nilai bukan sesuatu yang seharusnya terjadi. "Kita
bisa komunikasikan antarkeduanya, kita lakukan mediasi, jelaskan aturannya seperti apa," Andi
menegaskan.
Terkait dengan undangan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk membuka Liga
Primer Indonesia di Stadion Manahan, Solo, 8 Januari nanti, pihak Istana belum memberi
kepastian jawaban. "Sampai saat ini belum ada permintaan atau permohonan kepada Bapak Presiden
untuk menghadiri atau menyaksikan pertandingan liga yang dimaksud," ujar juru bicara Presiden,
Julian Aldrin Pasha, di kompleks Istana Kepresidenan kemarin.
Julian mengaku telah menanyakannya kepada Sekretariat Presiden, tapi belum ada kejelasan
bahwa Yudhoyono bakal hadir. Ia juga tak bisa mengatakan apa respons Yudhoyono atas konflik
antara Liga Primer Indonesia dan PSSI. "Karena memang Bapak Presiden belum dilapori soal
adanya kisruh tersebut."
Ganjalan lain bagi Liga Primer datang dari kepolisian, yang hingga kini belum mengeluarkan izin.
"Sepanjang ada konflik, kami tidak buru-buru memberi izin," kata Kepala Divisi Hubungan
Masyarakat Markas Besar Kepolisian RI, Inspektur Jenderal Anton Bachrul Alam, dalam
keterangannya di ruang Asisten Operasi Kepolisian Republik Indonesia.

Kepolisian mendasarkan keputusannya pada Pasal 51 Undang-Undang tentang Sistem Keolahragaan


Nasional (UU No. 3 Tahun 2005). Disebutkan di situ bahwa, untuk olahraga yang mendatangkan
banyak orang, harus ada izin organisasi induk. "Dalam kasus sepak bola, tentu organisasi induknya
PSSI," kata Anton.
Polri masih menunggu adanya dialog, diskusi, dan perdamaian antara PSSI dan pengelola Liga
Primer Indonesia, yang dimotori pengusaha Arifin Panigoro. Menurut Anton, kepolisian bersedia
menjadi fasilitator perdamaian jika memang diminta oleh kedua belah pihak.
Manajer Umum Bidang Liga LPI, Arya Abhiseka, mengatakan tetap optimistis laga awal pada 8
Januari akan berjalan. Kami tetap pada komitmen awal. Kompetisi harus jalan meski belum ada izin
dari pihak kepolisian. Ini momok bersama. Ini pekerjaan rumah bersama, katanya.
Arya mengaku belum memiliki rencana cadangan jika izin tetap tak bisa keluar. Sisa empat hari
ini akan diusahakan semaksimal mungkin karena peluang untuk memperoleh izin masih terbuka,
ucapnya. Pak Arifin akan mengerahkan segenap kemampuannya untuk memastikan kompetisi
berjalan sesuai jadwal.

Menpora : Jangan Takut, LPI Legal..!!


(Selasa, 11 Januari 2011 | www.boss-bola.blogspot.com/ )

JAKARTA Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng memastikan bahwa liga sepak
bola profesional, Liga Primer Indonesia (LPI), merupakan kompetisi legal.
Pernyataan Andi ini sekaligus mematahkan pernyataan sejumlah elite PSSI yang menyebut LPI
sebagai kompetisi liar dan ilegal. PSSI merasa sebagai satu-satunya organisasi yang berhak
menyelenggarakan kompetisi sepak bola di Tanah Air.

Kalau ada orang mau main bola tidak minta uang pada pemerintah,
tidak minta uang pada PSSI, masak mau dilarang?
-- Andi Mallarangeng
Dikatakan Andi, sesuai undang-undang (UU), siapa pun berhak menyelenggarakan kompetisi
olahraga profesional. Ada Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI) yang mengatur perizinan
dan tak perlu "restu" induk organisasi olahraga.
"PSSI itu menyangkut hal yang sifatnya amatir, kalau profesional, melalui Badan Olahraga
Profesional Indonesia atau BOPI. Yang bertanggung jawab terhadap olahraga profesional adalah
Menpora dibantu BOPI," ujar Andi dalam diskusi Polemik Trijaya "Meneropong Indonesia 2011", di
Jakarta, Sabtu (8/1/2011).
Selain itu, ada pula Peraturan Menpora yang memberikan kewenangan kepada BOPI untuk
mengeluarkan izin penyelenggaraan olahraga profesional. Namun, diakuinya, selama ini BOPI belum
berfungsi maksimal.
"Pada intinya, ISL dan LPI adalah anak bangsa. Kalau ada orang mau main bola tidak minta uang
pada pemerintah, tidak minta uang pada PSSI, masak mau dilarang?" tegas mantan juru bicara
Presiden SBY ini.
Andi juga memastikan, Indonesia tidak akan mendapatkan sanksi dari FIFA akibat pelaksanaan
LPI. Indonesia hanya merujuk pada peraturan dalam negeri. "Bukan aturan orang lain. Kita merujuk
pada UU atau peraturan pemerintah atau peraturan menteri," kata Andi.

BOPI: LPI Itu Profesional!


(Jumat, 7 Januari 2011 | www.id.news.yahoo.com.com/ )

Liputan6.com, Jakarta: Badan Olah Raga Profesional Indonesia (BOPI) menilai Liga Primer
Indonesia adalah kompetisi profesional. Sehingga tak ada alasan untuk tak mengizinkan
pertandingan yang digelar LPI.
Hal ini disampaikan ketua BOPI, Gordon Mogot dalam jumpa pers di gedung Kementrian Negara
Pemuda dan Olah Raga, Senayan, Jakarta, Kamis (6/1).
"Kita tidak ada alasan untuk tidak mengizinkan karena semua memenuhi syaratnya. Dasarnya
mereka profesional tentu tunduk pada aturan profesional," kata Gordon.
Menurut Gordon, BOPI telah memanggil Liga Primer Indonesia (LPI) dan Persatuan Sepak Bola
Seluruh Indonesia (PSSI) untuk duduk bersama menyelesaikan konflik keduanya itu. "Tadi pagi
sudah memanggil yang berkepentingan. Yang hadir kebetulan hanya LPI, yang PSSI tidak hadir
karena sedang ke Qatar," imbuh Gordon.
Menurut Gordon, karena LPI telah memenuhi unsur profesionalisme, BOPI akhirnya
mengizinkan LPI untuk menyelenggarakan kompetisinya. "Kami memutuskan untuk tanggal 8
(Januari) kita izinkan. Bahwa ada hal yang tidak puas, yang penting kita dasarnya undang-undang
dan hukum. Terlebih hukum itu melindungi hak warga negara," beber Gordon.
Pengusaha Arifin Panigoro membentuk Liga tandingan dari liga yang dibentuk PSSI, yakni Liga
Super Indonesia (LSI). Sebagian klub dari LSI itu ikut dalam kompetisi LPI. PSSI pun geram dan
mengatakan LPI itu illegal. PSSI juga melayangkan surat kepada Polri pada 24 November 2010 dan
1 Desember 2010 agar Polri menindak kompetisi illegal LPI itu.
Setelah tiga Jenderal Mabes Polri datang dan berunding bersama Kemenegpora dan BOPI di
gedung Kemenegpora, Senayan, Jakarta Pusat, Polri akhirnya mengizinkan LPI untuk menggelar
pertandingan itu.

-Dan ada yang mengomentari berita ini melalui www.id.answers.yahoo.com/question/ dengan isi
sebagai berikut :
Dari

: Feier Lan

Komentar

Kalau dilihat-lihat, PSSI semacam wakil FIFA di Indonesia. Seluruh kompetisi yang diadakan
bila diakui PSSI maka akan diakui FIFA.
Untuk masalah LPI yang direstui, bisa saja berjalan dan memang tidak ada salahnya, namun
tidak diakui FIFA. Otomatis seluruh hak yang diberikan FIFA tidak berlaku, misalnya seperti
mengikuti LC, atau menjadi anggota Timnas untuk berlomba di event FIFA.
Memang kondisi di Indo cukup lucu, sementara pendukung sepak bola menginginkan Timnas yang
bagus, namun kegiatan pembinaan yang dilakukan tidak maksimal. Coba ratusan milyar
digelontorkan untuk membiayai klub-klub sepakbola di Indonesia dari dana APBN dan APBD, tapi
mencari atau membina 22 orang wakil Indonesia saja masih belum bisa.
Kalau bantuan APBD di-stop, bukan tidak mungkin klub-klub akan mengundurkan diri dari LSI.
Atau apabila klub LPI lebih makmur dari LSI, bukan tidak mungkin juga klub-klub LSI akan
bertahan.
Intinya, bila manajemen bola diperbaiki, LSI pasti sukses. Jadikan LPI sebagai ajang uji coba,
apakah gaya manajemen bola LPI sukses, kalau sukses, patut dicontoh dan tidak usah malu. Kerja
sama kan lebih baik daripada saling sikut.

LPI Tantang PSSI di Pengadilan


(Selasa, 11 Januari 2011 | www.boss-bola.blogspot.com/ )

JAKARTA - Pengurus Liga Primer Indonesia (LPI) menantang Persatuan Sepak Bola Seluruh
Indonesia (PSSI) untuk memidanakan LPI terkait pendirian dan penyelenggaraan kompetisi sepak
bola antarklub.
"Silakan saja (mengajukan, Red) pengaduan pidana. Tapi, kami sudah ajukan ke berwajib. Kami
tidak mengerti pasalnya mana yang mau digunakan. Kami siap menghadapi itu," ujar General
Manager LPI, Arya Abhiseka, saat di Mabes Polri, Jakarta, Jumat (7/1/2011).
Dengan mengantungi izin dari Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI) dan restu Menpora
Andi Mallarangeng, Arya merasa LPI cukup sah untuk menggelar kompetisi. Apalagi, pihak
kepolisian juga telah bersedia memberikan izin keramaian untuk seluruh laga di musim ini.
Sebagaimana diberitakan, pengusaha Arifin Panigoro dengan perusahaan PT Medco-nya
menggagas pembentukan LPI sebagai kompetisi tandingan dari Liga Super Indonesia. PSSI sebagai
badan resmi sepakbola tanah air geram dan menyebut pembentukan dan kompetisi sepakbola
antarklub di bawah naungan LPI adalah ilegal.
Dasar hukum yang dipakai PSSI adalah Pasal 51 ayat 2, UU No 3 Tahun 2005 tentang Sistem
Keolahragaan Nasional, bahwa setiap penyelenggaraan kejuaraan olahraga yang mendatangkan
langsung massa penonton wajib mendapatkan rekomendasi dari induk organisasi cabang olahraga
bersangkutan dan memenuhi peraturan perundang-undangan.
Mengenai landasan hukum yang dipegang PSSI tersebut, BOPI sebagai badan olahraga
profesional memihak ke LPI dan menyebut tidak melanggar hukum.
Landasan hukum yang dipakai BOPI (dan pemerintah) adalah Pasal 37 ayat 1 dan 2 Peraturan
Pemerintah Nomor 16 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Keolahragaan. Dalam Pasal 37 ayat (1)
disebutkan, Menteri bertanggung jawab terhadap pembinaan dan pengembangan serta pengawasan
dan pengendalian olahraga profesional.
Di pasal yang sama di ayat (2) tertulis, Dalam melaksanakan tanggung jawab sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) Menteri dibantu oleh Badan Olahraga Profesional pada tingkat nasional.
Aturan lain yang juga dipakai BOPI adalah UU No. 2 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan
Nasional Pasal 13 ayat (1) yang berbunyi: Pemerintah mempunyai wewenang untuk mengatur,
membina, mengembangkan, melaksanakan dan mengawasi penyelenggarakan keolahragaan secara
nasional.
Pasal 36 ayat 3 menyebutkan, Pemerintah berkewajiban memberikan pelayanan dan kemudahan
kepada induk organisasi cabang olahraga, induk organisasi olahraga fungsional, dan/atau organisasi

olahraga profesional untuk terciptanya prestasi olahraga, lapangan kerja, dan peningkatan
pendapatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

LPI Tak Gentar Hadapi Sanksi PSSI

(Sabtu, 15 Januari 2011 | 06:58 WIB | www.tempointerktif.com )


(Surat dari FIFA untuk PSSI)

TEMPO Interaktif, Jakarta - Liga Primer Indonesia (LPI) tetap sangsi akan keberadaan surat
balasan dari Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA), meski Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia
(PSSI) menunjukkan surat FIFA yang ditandatangani Sekretaris Jenderal FIFA Jerome Valcke.
"Tidak pernah dalam dunia administrasi surat-suratan ada dua lembar surat yang di halaman
berikutnya cuma ada tanda tangan saja," kata juru bicara LPI, Abi Hasantoso, dalam diskusi di
MPR/DPR, Jakarta, kemarin.
Kalaupun PSSI menjatuhkan sanksi kepada klub, pengurus, wasit, dan pemain yang tergabung
dengan LPI, pihaknya tidak gentar dan siap melakukan pembelaan. "Kami siapkan pengacara untuk
mereka," katanya.
Balasan surat FIFA kepada PSSI yang dibuat di Zurich pada 11 Januari 2011 menyebutkan
PSSI harus taat kepada statuta FIFA. Pelanggaran terhadap hal tersebut bisa dikenai sanksi.
Menanggapi kesangsian atas keabsahan surat FIFA tersebut, Sekretaris Jenderal PSSI
Nugraha Besoes menunjukkan kejengkelannya. "Mungkinkah Nugraha membuat kebohongan seperti
itu? Kalau sudah menyangkut pribadi, saya hadapi," kata Nugraha sembari membagi-bagikan
fotokopi surat FIFA kepada wartawan.
Adapun klub sepak bola yang keluar dari Liga Super Indonesia dan bergabung dengan LPI
menyatakan tidak gentar terhadap sanksi dari PSSI. "Saya tak gubris ancaman itu," kata Manajer
Persibo Bojonegoro Letnan Kolonel Taufik Risnendar. "Kami siap," Asisten Manajer Bagian
Keuangan Persibo, Abdul Mun'im, menambahkan.

Persema Malang sudah menghitung segala risiko terburuk jauh sebelum Persema hijrah ke LPI.
"Kami sudah berkomitmen dan kami pun harus kesatria menjaga komitmen itu," kata Ketua Umum
Persema Peni Suparto.
Suara senada diutarakan Direktur Manajer PSM Makassar Husain Abdullah. "Kami akan jalan,
PSM tidak akan takut. Faktanya, LPI tetap jalan. Negara ini bukan yurisdiksi PSSI, masak main
bola di negeri sendiri dilarang," katanya.
Deputi Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Kementerian Pemuda dan Olahraga Djoko Pekik
mengimbau seharusnya PSSI memiliki kebijakan yang lebih arif dalam menyikapi LPI. "Kita hanya
bisa menunggu apa yang akan dilakukan PSSI," ujarnya.

Seorang Mahasiswa Pertanyakan Keabsahan Surat


FIFA

(Sabtu, 15 Januari 2011 | www.id.news.yahoo.com.com/ )

Liputan6.com, Jakarta: Surat resmi Federasi Sepak Bola Dunia atau FIFA kepada Persatuan
Sepakbola Seluruh Indonesia atau PSSI mulai dipertanyakan keabsahannya. Pasalnya, surat berkop
FIFA itu tidak menggunakan tata bahasa Inggris sebagaimana lazimnya surat resmi. Demikian
penilaian Ario Laksamana, mahasiswa Fachhochschule Frankfurt, Jerman, melalui surat elektronik
yang diterima Liputan6.com, Sabtu (15/1).
Jika dibandingkan dengan surat resmi serupa FIFA kepada Federasi Sepak Bola Filipina atau
PFF tertanggal 3 Desember 2010, maka surat FIFA untuk PSSI yang difoto wartawan terdapat
beberapa susunan kalimat janggal. Dalam perihal surat tertulis "The case of Liga Premiere in
Indonesia (LPI)" seharusnya FIFA menulis cukup Liga Premiere Indonesia tanpa kata sambung "in"
atau menggunakan Indonesian Premiere League [baca: FIFA Minta PSSI Tindak LPI].
Kesalahan serupa terlihat dalam kalimat pembuka surat: "We acknowledge receipt of you
letter dated 10 January 2011 with regard to the case of Liga Premiere (LPI) in Indonesia and we
thank you for it." Dalam surat yang diaku dari FIFA itu kembali ditulis kalimat "(LPI) in
Indonesia". Selain itu, ucapan terima kasih yang diletakkan di awal kalimat "We thank you for it",
sangatlah tidak lazim karena sudah menyatakan "keberpihakan absolut".
Dan kalimat terakhir tertulis "We thank you for your cooperation". Penggunaan kalimat "thank
you" dan "your cooperation" menunjukkan dua kata pengulangan atau redundancy. Sedangkan
kalimat penutup surat FIFA kepada Filipina cukup dengan menggunakan kata "We thank you for
taking note of the above".
Kalau benar, menurut Ario Laksamana, mungkinkah FIFA tidak punya standar penulisan surat.

Anda mungkin juga menyukai