Anda di halaman 1dari 6

2.

1 Pengertian Gunung Api


Gunung Api yaitu tempat-tempat di bumi di mana batuan cair dan panas menyembur melalui
permukaannya. Tempat-tempat ini disebut gunungapi. Di bawah gunungapi terdapat ruang
raksasa yang dipenuhi batuan panas (cair), yang disebut ruang magma. Di dalam ruang magma
tekanan bertambah seperti tekanan dalam kaleng minuman bersoda yang digoncang-goncang.
Abu, uap panas, dan batuan cair yang disebut lava keluar dari puncak gunungapi inilah yang
disebut letusan. Dengan kata lain, gunung api adalah rekahan pada kerak bumi, tempat keluarnya
lelehan batuan cair (yang disebut magma) dan gas atau cairan lainnya ke permukaan bumi. Kata
volcano (gunungapi) berasal dari nama sebuah pulau Romawi kuno bernama vulcano yang
terletak di baratdaya pantai Itali. Bangsa Romawi percaya bahwa Vulcan, dewa api dan
pembuat senjata, menggunakan gunungapi di pulau tersebut.
Gunungapi meletus dengan berbagai cara dan memiliki berbagi bentuk. Sebagian besar
gunung berapi memiliki tabung pusat yang disebut pipa, hingga mencapai diatrema (lubang
terbuka). Sebagian gunung berapi memiliki lava encer, seperti yang ada di Hawaii. Lava
mengalir dari diatrema dan membentuk kubah yang disebut gunung berapi perisai. Gunungapi
lainnya memiliki lava yang kental. Ketika gunung-gunung berapi tersebut meletus, gas-gas yang
terkandung pada lava mebuatnya meledak menjadi serpihan-serpihan abu. Abu tersebut
mengendap di atas lava sehingga membentuk gunung berapi kerucurt. Kaldera, tau gunungapi
kawah, terbentuk pada saat puncak gunungapi kerucut meledak dan tenggelam ke dalam ruang
magma.
2.2 Jenis letusan Gunung Api
Magma panas dan cair cenderung naik ke permukaan bumi karena lebih ringan atau lebih
rendah rapat beratnya dibandingkan dengan batuan pada di sekitarnya. Magma kemudian
terkumpul dalam dapur magma (magma chamber). Saat mendekati permukaan bumi tekanan
berkurang sehingga gas-gas yang terkandung dalam magma mengembang. Pengembangan gas
ini dapat melontarkan magma melalui bukaan atau lubang kawah (vent) yang menyebabkan
terjadinya letusan atau erupsi gunungapi. Magma yang terlontar kemudian disebut sebagai lava.
Aktivitas gunungapi sangat bervariasi, mulai dari emisi gas dan lava secara non-eksplosif sampai
letusan dahsyat yang berlangsung lama. Tipe erupsi /letusan dipengaruhi atau ditentukan oleh
volume relatif dan tipe bahan gunungapi yang pada akhirnya secara bersamaan juga

mempengaruhi bentuk dan ukuran suatu gunung api Erupsi/letusan gunungapi akan bersifat
eksplosif atau tidak eksplosif secara garis besar dipengaruhi oleh dua faktor berikut yaitu,
viskositas/derajat kekentalan dan kandungan gas dan air.
Berdasarkan posisi sumber erupsi/letusan maka dikenal paling tidak dua tipe gunungapi,
yaitu gunungapi dengan letusan/erupsi terpusat (central eruption) dan gunungapi dengan
letusan/erupsi celah (fissure eruption). Pada erupsi terpusat, lava dan bahan lain dilontarkan
melalui satu kawah utama yang terdapat pada puncak gunungapi. Kawah tersebut dihubungkan
ke dapur magma oleh satu saluran atau lubang kepundan. Gunungapi dengan erupsi terpusat
merupakan gunungapi yang umum hampir di semua tempat, jadi tidak ada lingkungan yang
khusus bagi terbentuknya gunungapi dengan erupsi /letusan terpusat. Gunungapi dengan
erupsi/letusan terpusat dapat pula menghasilkan erupsi/letusan melalui celah / rekahan yang
terbentuk di lereng dan disebut sebagai erupsi samping.
2.3 Gunung Api Di Indonesia
Gunung api di Indonesia merupakan bagian dari Busur Sunda yang membentang sepanjang
hampir 3000 km dari ujung utara Sumatera sampai Laut Banda. Kebanyakan gunungapi tersebut
merupakan produk subduksi lempeng India-Australia di bawah lempeng Eropa-Asia. Indonesia
memiliki gunungapi yang aktif sejak tahun 1600 paling banyak (sekitar 76 gunungapi) dengan
jumlah aktivitas erupsi sekitar 1200-an. Jika jumlah tersebut digabung dengan jumlah erupsi di
Jepang (sekitar 1300-an) maka hal tersebut merupakan sepertiga dari seluruh aktivitas
erupsi/letusan.
Berdasarkan ada/tidaknya aktivitas erupsi sejak tahun 1600 maka di Indonesia dikenal
gunungapiSebagaiberikut:
Tipe-A : Gunungapi yang pernah mengalami erupsi magmatik sekurang-kurangnya satu kali
sesudah tahun 1600 (historically active volcanoes).
Tipe-B : Gunungapi yang sesudah tahun 1600 tahun belum lagi mengalami erupsi magmatik
namun masih memperlihatkan gejala kegiatan seperti kegiatan solfatara.
Tipe-C : Gunungapi yang erupsinya tidak diketahui dalam sejarah manusia, namun masih
terdapat tanda-tanda kegiatan masa lampau berupa lapangan solfatara/ fumarola pada tingkat
lemah.

TINGKAT BAHAYA GUNUNGAPI


1. Aktif Normal (Level I)
Kegiatan gunungapi berdasarkan pengamatan dari hasil visual, kegempaan dan gejala vulkanik
lainnya tidak memperlihatkan adanya kelainan.
2. Waspada (Level II)
Terjadi peningkatan kegiatan berupa kelainan yang tampak secara visual atau hasil pemeriksaan
kawah, kegempaan dan gejala vulkanik lainnya.
3. Siaga (Level III)
Peningkatan semakin nyata hasil pengamatan visual/pemeriksaan kawah, kegempaan dan metoda
lain saling mendukung. Berdasarkan analisis, perubahan kegiatan cenderung diikuti letusan.
4. Awas (Level IV)
Menjelang letusan utama, letusan awal mulai terjadi berupa abu/asap. Berdasarkan
analisis data pengamatan, segera akan diikuti letusan utama .

2.4 Dampak Bencana Gunung Meletus


Lebih lanjut, letusan gunung berapi harus diakui tak hanya membawa dampak negatif saja bagi
kehidupan masyarakat di sekitarnya. Terdapat pula dampak positif yang membuat sebagia orang
memilih bertahan di pemukiman sekitar gunung berapi. Apa saja dampak negatif dan dampak
positif letusan gunung berapi tersebut, berikut uraiannya.
a. Dampak Negatif Letusan Gunung Berapi
Gunung berapi yang meletus tentu akan membawa material yang berbahaya bagi organisme
yang dilaluinya, Karena itu kewaspadaan mutlak diperlukan. Berikut ini hal negatif yang bisa
terjadi saat gunung meletus:

Tercemarnya udara dengan abu gunung berapi yang mengandung bermacam-macam gas
mulai dari Sulfur Dioksida atau SO2, gas Hidrogen sulfide atau H2S, No2 atau Nitrogen
Dioksida serta beberapa partike debu yang berpotensial meracuni makhluk hidup di

sekitarnya.
Dengan meletusnya suatu gunung berapi bisa dipastikan semua aktifitas penduduk di

sekitar wilayah tersebut akan lumph termasuk kegiatan ekonomi.


Semua titik yang dilalui oleh material berbahaya seperti lahar dan abu vulkanik panas
akan merusak pemukiman warga.

Lahar yang panas juga akan membuat hutan di sekitar gunung rusak terbakar dan hal ini

berarti ekosistem alamiah hutan terancam.


Material yang dikeluarkan oleh gunung berapi berpotensi menyebabkan sejumlah

penyakit misalnya saja ISPA.


Desa yang menjadi titik wisata tentu akan mengalami kemandekan dengan adanya
letusan gunung berapi. Sebut saja Gunung Rnjani dan juga Gunung Merapi, kedua
gunung ini dalam kondisi normal merupakan salah satu destinasi wisata terbaik bagi
mereka wisatawan pecinta alam.

b. Dampak Positif Letusan Gunung Berapi


Selain dampak negatif, jika ditelaah, letusan gunung berapi juga sebenarnya membawa
berkah meski hanya bagi penduduk yang ada di sekitar. Apa saja? Berikut uraiannya:

Tanah yang dilalui oleh hasil bulkanis gunung berapi sangat baik bagi pertanian sebab
tanah tersebut secara alamah menjadi lebih subur dan bisa menghasilkan tanaman yang
jauh lebih berkualitas. Tentunya bagi penduduk sekitar pegunungan yang mayoritas

petani, hal ini sangat menguntungkan.


Terdapat mata pencaharian baru bagi rakyat sekitar gunung berapi yang telah meletus,
apa itu? Jawabannya penambang pasir. Material vulkanik berupa pasir tentu memiliki

nilai ekonomis.
Selain itu, terdapat pula bebatuan yang disemburkan oleh gunung berapi saat meltus.

Bebatuan tersebut bisa dimanfaatkan sebagai bahan bangungan warga sekitar gunung.
Meski ekosistem hutan rusak, namun dalam beberapa waktu, akan tumbuh lagi

pepohonan yang membentuk hutan baru dengan ekosistem yang juga baru.
Setelah gunung meletus, biasanya terdapat geyser atau sumber mata air panas yang keluar
dri dalam bumi dengan berkala atau secara periodik. Geyser ini kabarnya baik bagi

kesehatan kulit.
Muncul mata air bernama makdani yaitu jenis mata air dengan kandungan mineral yang

sangat melimpah.
Pada wilayah vulkanik, potensial terjadi hujan orografis. Hujan ini potensial terjadi sebab

gunung adalah penangkan hujan terbaik.


Pada wilayah yang sering terjadi letusan gunung berapi, sangat baik didirikan pembangkit
listrik.

2.5 Menghadapi Letusan Gunung Berapi

a.

Persiapan Dalam Menghadapi Letusan Gunung Berapi


Mengenali daerah setempat dalam menentukan tempat yang aman untuk mengungsi.
Membuat perencanaan penanganan bencana.
Mempersiapkan pengungsian jika diperlukan.
Mempersiapkan kebutuhan dasar

b. Jika Terjadi Letusan Gunung Berapi


Hindari daerah rawan bencana seperti lereng gunung, lembah dan daerah aliran lahar.
Ditempat terbuka, lindungi diri dari abu letusan dan awan panas. Persiapkan diri untuk

kemungkinan bencana susulan.


Kenakan pakaian yang bisa melindungi tubuh seperti: baju lengan panjang, celana

panjang, topi dan lainnya.


Jangan memakai lensa kontak.
Pakai masker atau kain untuk menutupi mulut dan hidung
Saat turunnya awan panas usahakan untuk menutup wajah dengan kedua belah tangan.

c. Setelah Terjadi Letusan Gunung Berapi


Jauhi wilayah yang terkena hujan abu
Bersihkan atap dari timbunan abu. Karena beratnya, bisa merusak atau meruntuhkan atap

bangunan.
Hindari mengendarai mobil di daerah yang terkena hujan abu sebab bisa merusak mesin

Mitigasi Bencana Gunung Meletu


Upaya memperkecil jumlah korban jiwa dan kerugian harta benda akibat letusan gunung

berapi, tindakan yang perlu dilakukan :


Pemantauan, aktivitas gunung api dipantau selama 24 jam menggunakan alat pencatat
gempa (seismograf). Data harian hasil pemantauan dilaporkan ke kantor Direktorat
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (DVMBG) di Bandung dengan menggunakan
radio komunikasi SSB. Petugas pos pengamatan Gunung berapi menyampaikan laporan

bulanan ke pemda setempat.


Tanggap Darurat, tindakan yang dilakukan oleh DVMBG ketika terjadi peningkatan
aktivitas gunung berapi, antara lain mengevaluasi laporan dan data, membentuk tim
Tanggap Darurat, mengirimkan tim ke lokasi, melakukan pemeriksaan secara terpadu.

Pemetaan, Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung berapi dapat menjelaskan jenis dan
sifat bahaya gunung berapi, daerah rawan bencana, arah penyelamatan diri, lokasi

pengungsian, dan pos penanggulangan bencana.


Penyelidikan gunung berapi menggunakan metoda Geologi, Geofisika, dan Geokimia.

Hasil penyelidikan ditampilkan dalam bentuk buku, peta dan dokumen lainya.
Sosialisasi, petugas melakukan sosialisasi kepada Pemerintah Daerah serta masyarakat
terutama yang tinggal di sekitar gunung berapi. Bentuk sosialisasi dapat berupa
pengiriman informasi kepada Pemda dan penyuluhan langsung kepada masyarakat.

Referensi:
Panduan Pengenalan Karakteristik Bencana Dan Upaya Mitigasinya di Indonesia. Set
BAKORNAS PBP; Leaflet Set. BAKORNAS PBP dan Gunungapi. Direktorat Vulkanologi dan
Mitigasi Bencana Geologi
http://bnpb.go.id/pengetahuan-bencana/siaga-bencana/7 (Diakses pada 17 Mei 2014 pukul 21.42
WIB)
http://www.mpbi.org/files/pustaka/2007-idep-oxfam_01-gunung-berapi.pdf (Diakses pada 17
Mei 2014 pukul 21.40 WIB)
http://repo.eepis-its.edu/406/1/986.pdf (Diakses pada 17 Mei 2014 pukul 21.35 WIB)
http://eprints.undip.ac.id/33847/4/1797_CHAPTER_I.pdf (Diakses pada 17 Mei 2014 pukul
21.30 WIB)
http://dppm.uii.ac.id/dokumen/prosiding/1_Artikel_sarwidi.pdf.dppm.uii.ac.id.pdf (Diakses pada
17 Mei 2014 pukul 21.43 WIB)

Anda mungkin juga menyukai