mempengaruhi bentuk dan ukuran suatu gunung api Erupsi/letusan gunungapi akan bersifat
eksplosif atau tidak eksplosif secara garis besar dipengaruhi oleh dua faktor berikut yaitu,
viskositas/derajat kekentalan dan kandungan gas dan air.
Berdasarkan posisi sumber erupsi/letusan maka dikenal paling tidak dua tipe gunungapi,
yaitu gunungapi dengan letusan/erupsi terpusat (central eruption) dan gunungapi dengan
letusan/erupsi celah (fissure eruption). Pada erupsi terpusat, lava dan bahan lain dilontarkan
melalui satu kawah utama yang terdapat pada puncak gunungapi. Kawah tersebut dihubungkan
ke dapur magma oleh satu saluran atau lubang kepundan. Gunungapi dengan erupsi terpusat
merupakan gunungapi yang umum hampir di semua tempat, jadi tidak ada lingkungan yang
khusus bagi terbentuknya gunungapi dengan erupsi /letusan terpusat. Gunungapi dengan
erupsi/letusan terpusat dapat pula menghasilkan erupsi/letusan melalui celah / rekahan yang
terbentuk di lereng dan disebut sebagai erupsi samping.
2.3 Gunung Api Di Indonesia
Gunung api di Indonesia merupakan bagian dari Busur Sunda yang membentang sepanjang
hampir 3000 km dari ujung utara Sumatera sampai Laut Banda. Kebanyakan gunungapi tersebut
merupakan produk subduksi lempeng India-Australia di bawah lempeng Eropa-Asia. Indonesia
memiliki gunungapi yang aktif sejak tahun 1600 paling banyak (sekitar 76 gunungapi) dengan
jumlah aktivitas erupsi sekitar 1200-an. Jika jumlah tersebut digabung dengan jumlah erupsi di
Jepang (sekitar 1300-an) maka hal tersebut merupakan sepertiga dari seluruh aktivitas
erupsi/letusan.
Berdasarkan ada/tidaknya aktivitas erupsi sejak tahun 1600 maka di Indonesia dikenal
gunungapiSebagaiberikut:
Tipe-A : Gunungapi yang pernah mengalami erupsi magmatik sekurang-kurangnya satu kali
sesudah tahun 1600 (historically active volcanoes).
Tipe-B : Gunungapi yang sesudah tahun 1600 tahun belum lagi mengalami erupsi magmatik
namun masih memperlihatkan gejala kegiatan seperti kegiatan solfatara.
Tipe-C : Gunungapi yang erupsinya tidak diketahui dalam sejarah manusia, namun masih
terdapat tanda-tanda kegiatan masa lampau berupa lapangan solfatara/ fumarola pada tingkat
lemah.
Tercemarnya udara dengan abu gunung berapi yang mengandung bermacam-macam gas
mulai dari Sulfur Dioksida atau SO2, gas Hidrogen sulfide atau H2S, No2 atau Nitrogen
Dioksida serta beberapa partike debu yang berpotensial meracuni makhluk hidup di
sekitarnya.
Dengan meletusnya suatu gunung berapi bisa dipastikan semua aktifitas penduduk di
Lahar yang panas juga akan membuat hutan di sekitar gunung rusak terbakar dan hal ini
Tanah yang dilalui oleh hasil bulkanis gunung berapi sangat baik bagi pertanian sebab
tanah tersebut secara alamah menjadi lebih subur dan bisa menghasilkan tanaman yang
jauh lebih berkualitas. Tentunya bagi penduduk sekitar pegunungan yang mayoritas
nilai ekonomis.
Selain itu, terdapat pula bebatuan yang disemburkan oleh gunung berapi saat meltus.
Bebatuan tersebut bisa dimanfaatkan sebagai bahan bangungan warga sekitar gunung.
Meski ekosistem hutan rusak, namun dalam beberapa waktu, akan tumbuh lagi
pepohonan yang membentuk hutan baru dengan ekosistem yang juga baru.
Setelah gunung meletus, biasanya terdapat geyser atau sumber mata air panas yang keluar
dri dalam bumi dengan berkala atau secara periodik. Geyser ini kabarnya baik bagi
kesehatan kulit.
Muncul mata air bernama makdani yaitu jenis mata air dengan kandungan mineral yang
sangat melimpah.
Pada wilayah vulkanik, potensial terjadi hujan orografis. Hujan ini potensial terjadi sebab
a.
bangunan.
Hindari mengendarai mobil di daerah yang terkena hujan abu sebab bisa merusak mesin
Pemetaan, Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung berapi dapat menjelaskan jenis dan
sifat bahaya gunung berapi, daerah rawan bencana, arah penyelamatan diri, lokasi
Hasil penyelidikan ditampilkan dalam bentuk buku, peta dan dokumen lainya.
Sosialisasi, petugas melakukan sosialisasi kepada Pemerintah Daerah serta masyarakat
terutama yang tinggal di sekitar gunung berapi. Bentuk sosialisasi dapat berupa
pengiriman informasi kepada Pemda dan penyuluhan langsung kepada masyarakat.
Referensi:
Panduan Pengenalan Karakteristik Bencana Dan Upaya Mitigasinya di Indonesia. Set
BAKORNAS PBP; Leaflet Set. BAKORNAS PBP dan Gunungapi. Direktorat Vulkanologi dan
Mitigasi Bencana Geologi
http://bnpb.go.id/pengetahuan-bencana/siaga-bencana/7 (Diakses pada 17 Mei 2014 pukul 21.42
WIB)
http://www.mpbi.org/files/pustaka/2007-idep-oxfam_01-gunung-berapi.pdf (Diakses pada 17
Mei 2014 pukul 21.40 WIB)
http://repo.eepis-its.edu/406/1/986.pdf (Diakses pada 17 Mei 2014 pukul 21.35 WIB)
http://eprints.undip.ac.id/33847/4/1797_CHAPTER_I.pdf (Diakses pada 17 Mei 2014 pukul
21.30 WIB)
http://dppm.uii.ac.id/dokumen/prosiding/1_Artikel_sarwidi.pdf.dppm.uii.ac.id.pdf (Diakses pada
17 Mei 2014 pukul 21.43 WIB)