Anda di halaman 1dari 20

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang

Ibadah haji sebagai rukun Islam ke-5 merupakan kewajiban umat islam karena Allah
SWT dan menurut Surat Al Imran ayat 97 merupakan kewajiban bagi orang-orang
yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah yaitu mampu dalam pembiayaan,
pengetahuan, kesehatan jasmani dan rohani.1 Melakukan perjalanan ke Mekkah untuk
haji merupakan puncak dari tahun persiapan rohani dan perencanaan. Begitu jamaah
memiliki menyelesaikan ibadah haji, mereka diberi kehormatan yaitu gelar haji.2
Sebanyak 2,5 juta jemaah haji dari 140 negara berwisata ke Mekah untuk
melakukan ibadah haji tahun 2008, dengan jumlah 1,7 juta orang jemaah
internasional (yaitu, non-Saudi). Masyarakat muslim Indonesia yang menunaikan
ibadah haji melebihi 200 ribu orang setiap tahun yaitu 214, 159 orang pada tahun
2008, dengan risiko kesehatan yang masih cukup tinggi.3
Sesuai dengan International Classification of Disease - X (ICD-X), data
penyebab utama penyakit jemaah haji Indonesia yang berobat jalan pada tahun 2008
adalah penyakit sistem pernapasan (54,1%), penyakit sistem otot, tulang dan jaringan
penyambung (11,1%), penyakit sistem sirkulasi (10,7%) dan penyakit sistem
pencernaan (9,7%). Sedangkan penyebab utama angka kesakitan yang dirawat inap
adalah: penyakit sistem pernapasan (27%), penyakit sistem sirkulasi (24,5%),
penyakit sistem pencernaan (15,1%). Data penyebab utama kematian adalah: penyakit
sistem sirkulasi (66,4%), penyakit sistem pernapasan (28%), penyakit sistem saraf
(1,6%) dan neoplasma (1,3%).1
Pada sepuluh tahun terakhir ini, jemaah haji Indonesia wafat di Arab Saudi
selama pelaksanaan operasional haji mencapai 2,1 - 3,2 per 1000 jemaah. Kondisi
matra haji selama perjalanan ibadah haji, jemaah usia lanjut dengan risiko kesehatan
lain, ancaman penularan penyakit di Arab Saudi dan ketersediaan pelayanan

kesehatan masih menjadi masalah kesehatan jemaah haji Indonesia, yang tentunya
sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan ibadah haji.k
1.2.

Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah agar penulis dapat mempelajari tentang

Kesehatan Perjalanan untuk Haji. Selain itu, makalah ini dibuat sebagai salah satu
syarat untuk menyelesaikan Program Pendidikan Profesi Dokter di Departemen Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
1.3.

Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada penulis dan

pembaca khususnya yang terlibat dalam bidang medis dan masyarakat secara
umumnya agar dapat lebih mengetahui dan memahami lebih dalam mengenai
kesehatan perjalanan haji.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.

DEFINISI

Kesehatan
Kesehatan menurut WHO diartikan sebagai keadaan baik secara menyeluruh
termasuk kondisi fisik, mental dan sosialnya, tidak sekedar ketiadaan suatu penyakit
atau kecacatan. Kesehatan adalah modal perjalanan ibadah haji, tanpa kondisi
kesehatan yang memadai, prosesi ritual peribadatan menjadi tidak maksimal. Oleh
karena itu setiap jemaah haji perlu menyiapkan diri agar memiliki status kesehatan
optimal dan mempertahankannya.5,6
Ibadah Haji
Merupakan kegiatan ibadah wajib yang memerlukan kesiapan fisik yang prima
karena mengandung aktifitas fisik yang lebih berat dari kegiatan kita sehari-hari.
Aktivitas fisik yang dimaksud di atas adalah :
1. Solat 5 waktu di Mesjidil Haram / Mesjid Nabawi :
Berjalan dari pemondokan atau batas masuk kendaraan ke area Masjidil Haram atau
Masjid Nabawi.
2. Tawaf :
Berjalan mengelilingi Kabah berlawanan arah jarum jam sebanyak 7 kali.
3. SaI :
Berjalan atau berlari-lari kecil dari bukit Shofa ke bukit Marwah sebanyak 7 kali (7 x
420 meter = 2, 9 Km).
4. Kegiatan Armuna (Arofah, Muzdalifah dan Mina) : Wukuf di Arafah, mabit di
Muzdalifah termasuk melontar jumroh
5. Kegiatan lain, seperti :
Kegiatan dari daerah asal ke embarkasi, di pesawat, ziarah selama di Tanah Suci dan
kepulangan di Tanah Air.5

Jemaah haji
Jemaah haji adalah Warga Negara Indonesia yang beragama Islam dan telah
mendaftarkan diri untuk menunaikan Ibadah Haji sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan.6
2.2.

PEMERIKSAAN KESEHATAN

Pemeriksaan kesehatan merupakan upaya identifikasistatus kesehatan sebagai


landasan karakterisasi, prediksi danpenentuan cara eliminasi faktor risiko kesehatan.
Dengan demikian, prosedur dan jenis-jenis pemeriksaan mesti ditatalaksana secara
holistik.4 Tahap - tahap pemeriksaan kesehatan calon jemaah haji:
a. Pemeriksaan Kesehatan tahap I
b. Pemeriksaan Kesehatan tahap II
a. Pemeriksaan Kesehatan Tahap Pertama
Pemeriksaan Kesehatan Tahap Pertama adalah upaya penilaian status kesehatan pada
seluruh jemaah haji, menggunakan metode pemeriksaan medis yang dibakukan untuk
mendapatkan data kesehatan bagi upaya-upaya perawatan dan pemeliharaan, serta
pembinaan dan perlindungan. Pelaksanaan pemeriksaan dilakukan oleh oleh Tim
Pemeriksa Kesehatan di Puskesmas yang ditunjuk oleh Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.6
Jemaah
mendapatkan

haji

mengajukan

permintaan

Pemeriksaan

Surat

Keterangan

Pemeriksaan

Kesehatan

Kesehatan
bagi

untuk

kelengkapan

pendaftaran haji. Pemeriksaan kesehatan jemaah haji di Puskesmas sesuai tempat


tinggal/domisilinya. 6
Hasil pemeriksaan dan kesimpulannya dicatat dalam Catatan Medik dan
ditulis dalam Surat Keterangan Pemeriksaan Kesehatan oleh dokter pemeriksa lalu
diserahkan kepada jemaah sebagai kelengkapan dokumen perjalanan ibadah haji di
Kantor Kementerian Agama.

Jemaah haji yang memenuhi syarat dapat segera

diberikan imunisasi Meningitis meningokokus (MM). Pelaksanaannya diatur oleh

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Dokter mengeluarkan Surat Keterangan Vaksinasi


atau Profilaksis sebagai dasar penerbitan International Certificates of Vaccination
(ICV) oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP). 6
Jenis pemeriksaan kesehatan bagi Jemaah Haji (JH) dapat dikelompokkan
menjadi pemeriksaan pokok, pemeriksaan lanjut dan pemeriksaan khusus.
Pemeriksaan kesehatan pokok dilakukan secara holistik dengan pemeriksaan
medis dasar harus dilakukan pada semua JH. Data yang diperoleh meliputi identitas,
riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik (tanda vital, postur, syaraf kranial, toraks,
abdomen), kesehatan jiwa dan laboratorium klinik rutin. 6
1) Identitas:
a) Nama, dilengkapi dengan bin/binti
b) Tempat dan tanggal lahir
c) Alamat tempat tinggal/domisili
d) Pekerjaan
e) Pendidikan terakhir
f) Status perkawinan
2) Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
a.

Bila memiliki penyakit maka isilah dengan lengkap dan jelas secara naratif
menurut kronologis-nya, mencakup : awitan masalah, keadaan pemicu
kejadian, manifestasinya, serta semua pengobatannya (yang telah diberikan).

b.

Gejala-gejala penting digambarkan dengan jelas (letak, kualitas, kuantitas atau


keparahan, awitan, durasi, frekuensi, faktor-faktor yang memperberat atau
mengurangi). Terutama perhatian pada : penyakit menular tertentu dan
penyakit/disabilitas

2. Riwayat Penyakit Dahulu.


a.

Diisi lengkap secara kronologis meliputi penyakit yang pernah diderita pada

masa kanak-kanak, dewasa, penyakit psikiatri, kecelakaan dan cedera, operasi


dan perawatan di rumah sakit.
b.

Bila terdapat keterangan yang panjang, buatlah resume secara terpisah untuk
memudahkan penyampaian informasi secara lengkap. Misal: Fraktur
patologis, dengan tindakan operasi.

3. Riwayat Penyakit Keluarga.


Diisi lengkap tentang riwayat penyakit dan atau penyebab kematian pada
anggota keluarga yang berhubungan secara genetik. Misalnya: penyakit
diabetes, jantung, hiperkolesterolemia, kanker, asma, alergi, stroke, tekanan
darah tinggi, penyakit ginjal, epilepsi, penyakit mental, anemia, artritis, dll.
3) Pemeriksaan fisik, meliputi :
1. Tanda Vital
a.

Tekanan Darah, diisi tekanan sistol dan diastol dengan alat tensimeter air
raksa.

b.

Nadi, diisi hasil pemeriksaan nadi arteria radialis dengan 3 jari selama 1
menit, meliputi: frekuensi berapa kali/menit, volume apakah kecil/cukup/besar
dan ritme apakah reguler/irregular.

c.

Pernafasan, diisi hasil pemeriksaan selama 1 menit, meliputi: frekuensi berapa


kali/menit dan volume dangkal/cukup/dalam.

d.

Suhu, diisi hasil pemeriksaan dengan termometer air raksa di axila selama 2
menit atau termometer digital di axial.

2. Postur
a. Bentuk/habitus, diisi proposional/tidak proposional (dicoret salah satu), atau
sebutkan dengan pilihan : leptosom, picnicus atau atletikus, simetris atau tidak
simetris
b. IMT (indeks massa tubuh)

Hasil Penilaian : Kategori BB lebih sekali ( > 27) ; Kategori BB lebih (2527,0); Kategori BB normal (18,5 - 24,9) ; Kategori BB kurang (17 -18,4) ;
Kategori BB kurang sekali (< 17).
c. Rasio LPP (lingkar pinggang pinggul) diisi bila dilakukan pemeriksaan. Nilai
normal: 0,8 1,2.
3. Kulit
Diisi sesuai hasil pemeriksaan saat inspeksi dan palpasi, meliputi warna kulit,
kontinuitas, ujud kelainan kulit, turgor, intak, dll
4. Kepala
Diisi sesuai dengan hasil pemeriksaan, termasuk bentuk dan simestrisitasnya
dan kualitas rambut. Pemeriksaan syaraf kranial (diisi hasil pemeriksaan
fungsi syaraf kranial dan tanda kelaian); mata (diisi hasil pemeriksaan tajam
penglihatan/visus, kornea, lensa mata, dsb; Telinga (diisi fungsi pendengaran,
membran timpani,dsb); Hidung (diisi kondisi anatomis dan fungsinya);
Tenggorokan dan mulut (diisi hasil pemeriksaan tonsil, gigi-geligi, lidah,
rongga mulut,dsb)
5. Leher
Diisi sesuai dengan hasil pemeriksaan saat inspeksi dan palpasi. Nilailah
simetrisitasnya, pembesaran kelenjar, kelainan organ, tanda-tanda kelainan
lain yang dapat dilihat di bagian ini.
6. Kelenjar dan pembuluh getah bening
Diisi sesuai dengan hasil pemeriksaan saat inspeksi dan palpasi. Yang dinilai
adalah jumlah jika ada pembesaran, kekenyalan, dan nyeri tekan pada
kelenjar.
7. Dada:
A. Pemeriksaan Umum dan Paru
Diisi sesuai hasil pemeriksaan Inspeksi, Palpasi, Perkusi dan Auskultasi.
Inspeksi : simetrisitas, retraksi, venektasi, bentuk dada, penggunaan otot
bantu napas

Palpasi : fremitus
Perkusi : (sonor/hipersonor, pekak/redup)
Auskultasi: vesikuler, ronki, mengi/wheezing
B. Jantung
Diisi sesuai hasil pemeriksaan Inspeksi, Palpasi, Perkusi dan Auskultasi.
Inspeksi : pergeseran impuls apikal
Palpasi : tekanan vena jugularis, kuat angkat impuls apikal, pergeseran
impuls apikal
Perkusi : batas jantung (konfigurasi jantung)
Auskultasi : bunyi jantung, bising jantung
8. Perut
a.Diisi pemeriksaan perut meliputi semua organ dalam perut (lambung, usus,
hati, limpa) dan massa abnormal.
b.Diisi Isi sesuai hasil pemeriksaan Inspeksi, Palpasi, Perkusi dan Auskultasi.
Inspeksi : vena ektasi, hernia
Palpasi : nyeri epigastrium, pembesaran organ abdomen, perabaan ginjal,
massa abnormal
Perkusi : nyeri ketok sudut kostovertebral, asites
Auskultasi : bising usus
9. Ekstremitas
Diisi hasil pemeriksaan meliputi inspeksi, palpasi meliputi bentuk, kekuatan
otot dan refleks. Refleks termasuk refleks biseps, triseps, patela, Achiles,
Babinski.
10. Rektum dan Urogenital
Pemeriksaan meliputi:
Traktus Urinarius, diisi hasil pemeriksaan meliputi inspeksi dan palpasi,
termasuk palpasi ginjal
Genitalia, diisi hasil pemeriksaan meliputi inspeksi dan palpasi
Rektum, diisi hasil pemeriksaan rectum

4) Pemeriksaan Jiwa
Menggunakan instrumen pemeriksaan Barthel yang menilai Fungsi Perilaku dan
Algoritme Pemeriksaan Kesehatan Jiwa.
1. Keluhan somatik tanpa kelainan organik, diisi jika ada keluhan dengan jelas
2. Keluhan psikosomatis, diisi jika ada keluhan dengan jelas
3. Keluhan mental emosional, diisi jika ada keluhan dengan jelas.
5) Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium (diisi bila dilakukan pemeriksaan)
Darah, diisi sesuai hasil pemeriksaan: Hemoglobin, laju endap darah, jumlah
lekosit, hitung jenis lekosit, golongan darah dan rhesus, gula darah sewaktu,
Kolesterol (LDL), dan pemeriksaan darah lain atas indikasi
Urin, diisi sesuai hasil pemeriksaan: makroskopis,mikroskopis, glukosa urin,
protein urin, dan pemeriksaan urin lain atas indikasi
Tes Kehamilan, diisi positive/negative termasuk (tgl/bl/th: / / )
2. Elektrokardiografi (EKG) Diisi bila dilakukan pemeriksaan EKG
3. Radiologi Diisi bila dilakukan pemeriksaan Radiologi
4. Penilaian Kemandirian (Barthel Indeks)
Skor : diisi sesuai dengan 2 hasil penilaian pemeriksaan yaitu: Penilaian
fungsi perawatan diri dan penilaian fungsi kerumah tanggaan dalam aktifitas
keseharian, dan sebagainya.
Keterangan: diisi hal-hal yang perlu mendapat perhatian khusus dari ke-2
hasil penilaian Barthel Indeks
5. Tes Kebugaran
Metode : diisi jenis metode yang digunakan dalam menilai kebugaran
pendamping jh
Nilai : Dicoret pilihan yang salah (istimewa/baik/cukup/kurang).6

10

b. Pemeriksaan Kesehatan Tahap Kedua


Pemeriksaan Kesehatan Tahap Kedua atau Pemeriksaan Lanjut adalah pemeriksaan
tambahan yang dilakukan pada jemaah haji berdasarkan hasil Pemeriksaan Kesehatan
Tahap Pertama dan atau hasil pemeriksaan dalam rangka perawatan dan pemeliharaan
kesehatan yaitu Jemaah haji usia lanjut (60 tahun atau lebih), jemaah menderita
penyakit menular, atau jemaah yang menderita penyakit yang diperkirakan
berpengaruh terhadap kesehatan selama perjalanan ibadah haji (berisiko tinggi) harus
dirujuk ke Pemeriksaan Kesehatan Kedua untuk mendapat pemeriksaan kesehatan
lebih lanjut. Pemeriksaan ini dilakukan segera setelah diketahui selepas Pemeriksaan
Kesehatan Tahap Pertama, dan sudah selesai selambat-lambatnya satu bulan sebelum
operasional embarkasi haji dimulai.4,6
.
c. Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan khusus adalah jenis pemeriksaan yang dilakukan atas dasar indikasi
medis pada JH yang menderita suatu penyakit, dimana penyakit tersebut belum dapat
ditegakkan diagnosisnya dengan data pemeriksaan pokok dan lanjut.4
Pelaksana Pemeriksaan Kesehatan
Pemeriksaan Kesehatan Pertama dilaksanakan oleh tim pemeriksa kesehatan pertama
di Puskesmas yang ditunjuk. Pemeriksaan Kesehatan Kedua dilaksanakan oleh tim
pemeriksa kesehatan kedua (rujukan) di Rumah Sakit yang ditunjuk. Frekuensi dan
Jenis Pemeriksaan Kesehatan Pertama dan Pemeriksaan Kesehatan Kedua sesuai
status kesehatan dan kebutuhan pemeriksaan kesehatan masing-masing jemaah haji.4

11

Gambar 1. Pemeriksaan Kesehatan sebelum keberangkatan haji


dilaksanakan antara Pasca Haji (Januari) sebelum puasa Ramadhan (Agustus)4
2.3 BIMBINGAN DAN PENYULUHAN KESEHATAN JEMAAH HAJI
Bimbingan dan penyuluhan kesehatan jemaah haji bertujuan untuk meningkatkan
status kesehatan jemaah dengan cara-cara promotif untuk meningkatkan pengetahuan,
sikap dan perilaku hidup bersih dan sehat jemaah haji agar mampu sehat mandiri,
melalui pembelajaran dari, oleh, dan bersama jemaah haji, sesuai sosial budaya
setempat.

12

Kegiatan bimbingan dan penyuluhan kesehatan jemaah haji dapat dilakukan


melalui penyuluhan dan bimbingan perorangan, penyuluhan dan bimbingan
berkelompok, kemitraan dalam rangka bimbingan dan penyuluhan kesehatan jemaah
haji serta promosi kesehatan haji. Bimbingan dan penyuluhan kesehatan dilakukan
terus menerus dan berkesinambungan secara komprehensif sebelum keberangkatan,
selama perjalanan ibadah haji dan sekembalinya ke tanah air. 4
Bimbingan dan penyuluhan kesehatan diprioritaskan pada jemaah haji usia
lanjut, jemaah dengan potensi masalah kesehatan (jemaah risiko tinggi), menderita
penyakit menular, dan jemaah haji hamil. Jemaah haji usia lanjut, jemaah dengan
masalah kesehatan, menderita penyakit menular atau hamil diprioritaskan mendapat
kunjungan rumah oleh Puskesmas atau petugas kelompok bimbingan jemaah haji
agar mendapat pemeliharaan kesehatan, bimbingan dan penyuluhan kesehatan yang
memadai.4
World Health Organization (WHO) telah memberikan anjuran untuk menjadi
panduan untuk jemaah haji seluruh dunia ke Arab Saudi. Antara anjuran sebelum
berangkat ke Arab Saudi adalah dengan memastikan telah melakukan pemeriksaan
kesehatan terutama jika mempunyai penyakit berat yang dapat terjadi eksaserbasi
sewaktu perjalanan.4,7
Bimbingan dan penyuluhan yang diberikan kepada bakal jemaah haji juga
meliputi pencegahan dan tindakan yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan
dan memproteksi dari dari penyakit, baik sebelum berangkat, semasa dan setelah
pulang dari mengerjakan haji. Sebelum berangkat lagi para bakal jemaah harus
mengamalkan cuci tangan kerap dengan sabun dan air. Apabila tangan tidak kelihatan
kotor, hand rub dapat digunakan. Selain itu, memakan makanan yang selamat
dimakan seperti menghindari makanan tidak masak penuh maupun makanan yang
sanitasinya buruk, membasuh buah dan sayuran sebelum makan dan mengamalkan
hieginitas personal yang baik.7
Anjuran untuk semasa melakukan Haji antaranya jika jemaah menderita
infeksi pernafasan akut dengan demam dan batuk dianjurkan untuk menghindari

13

kontak dengan orang lain, menutup mulut dan hidung dengan tisu ketika batuk atau
bersin dan membuang tisu dalam tempat sampah dan mencuci tangan setelahnya. Jika
tidak memungkinkan, dapat batuk atau bersin ke dalam lengan dalam baju, tetapi
tidak pada telapak tangan. Jemaah tersebut juga harus melaporkan kondisinya kepada
petugas kesehatan yang mendampingi kelompok jemaah hajinya. Jemaah juga
disarankan tidak membuat kontak dengan dusun, dan hewan domestik maupun hewan
liar terutamanya unta, lebih-lebih lagi setelah tersebarnya virus Middle East
Respiratory Cyndrome Coronavirus (MERS-CoV). Selain itu, hindari dari terpapar ke
bawah matahari dalam waktu yang lama, dianjurkan perjalanan pada waktu malam
jika memungkinkan, menutup kepala pada siang hari (dengan menggunakan payung
jika memungkinkan) atau tidak menggunakan bus yang bumbung terbuka, serta
meminum air yang banyak sepanjang hari.5, 7
Anjuran setelah setelah melaksanakan haji adalah melakukan pemeriksaan
medis jika mengalami infeksi pernafasan akut dengan demam dan batuk (parah
hingga mengganggu aktivitas harian) dalam waktu 2 minggu setelah pulang. Jemaah
yang kontak erat dengan jemaah atau individu lain yang menderita infeksi paru akut
dengan demam dan batuk dan terinfeksi sama, harus melapor ke petugas kesehatan
untuk pemeriksaan dan monitor untuk infeksi MERS-CoV. Petugas kesehatan harus
peka dengan kemungkinan infeksi MERS-CoV pada jemaah yang baru pulang
dengan infeksi paru akut, terutamanya disertai demam, batuk, dan penyakit parenkim
paru (contohnya pneumonia dan acute respiratorydistress syndrome).7
2.4.

Imunisasi

Imunisasi adalah upaya menimbulkan atau meningkatkan kekebalan tubuh jemaah


haji secara aktif sehingga bila terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau
sakit ringin. Prioiritas jenis imunisasi saat ini adalah imunisasi meningitis
quadrivalent (ACYW135) bagi semua jemaah, dan influenza sesuai dengan musim
bagi petugas dan jemaah usia lanjut sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Negara
Arab Saudi untuk semua negara.4,8 Walaubagaimanapun, beberapa negara lain

14

diharuskan mendapat vaksinasi tambahan antaranya vaksinasi demam kuning,


vaksinasi poliomyelitis.8,9
i.

Vaksinasi meningococcus meningitis


Jemaah dari seluruh dunia harus menyerahkan sertifikat vaksinasi yang
menunjukkan bahwa mereka telah divaksinasi terhadap meningitis (sebelum
tiba di Mekah) dalam jangka waktu setidaknya sepuluh hari dan tidak lebih
dari tiga tahun. Pihak berwenang yang bertanggung jawab di tanah air haji
harus memastikan bahwa semua jamaah diberi vaksin 1 dosis quadrivalent

ii.

polisakarida (ACYW135).8,9
Vaksinasi influenza
Influenza ditularkan melalui jalan pernapasan dan melalui kontak (langsung
atau tidak langsung) dengan permukaan yang virus telah disimpan oleh bersin
atau batuk. Hal ini mudah menular dalam kondisi ramai. Departemen
Kesehatan (Depkes) Arab Saudi menyerukan kepada jamaah untuk
divaksinasi dengan vaksin influenza musiman, terutama perempuan hamil,
anak-anak (di bawah 5 tahun), orang gemuk, dan mereka yang menderita
gangguan kronis: penyakit jantung, penyakit ginjal, penyakit pernapasan,
gangguan sistem saraf, diabetes, defisiensi imun (kongenital dan didapat),

iii.

penyakit metabolik. 8,9


Vaksinasi demam kuning
Semua jamaah haji dan umrah yang datang dari negara atau daerah beresiko
untuk penularan demam kuning (negara-negara di benua Afrika) harus
menunjukkan dokumentasikan vaksinasi demam kuning International
Certificate Vaksinasi or Profilaksis dan diselesaikan sesuai dengan Peraturan
Kesehatan Internasional. Pesawat, kapal, dan berbagai sarana transportasi
yang berasal dari negara menderita oleh demam kuning, diwajibkan untuk
menyerahkan sertifikat yang sah yang menunjukkan bahwa semua serangga
(nyamuk) di dalamnya semua didisinfeksi. 8,9

iv.

Vaksinasi poliomyelitis

15

Jemaah datang dari Nigeria, Pakistan, Afghanistan, Kamerun, Niger, Chad,


Ethiopia, Suriah, Somalia, Kenya, Yaman, Guinea, Iraq, dan Palestina (Jalur
Gaza, Tepi Barat, dan Arab 48) harus menyerahkan sertifikat vaksin polio oral
enam minggu sebelum kedatangan mereka ke Arab Saudi. Mereka harus
diberikan dosis lain vaksin polio oral ketika tiba di Kerajaan terlepas dari usia
mereka. 8,9
Imunisasi meningitis ataupun influenza dan jenis vaksin lain membutuhkan waktu
agar tubuh dapat memiliki tingkat imunitas (kekebalan terhadap penyakit tertentu).
Oleh karena itu, apabila seorang jemaah ingin ke Arab Saudi, maka imunisasi
diberikan jauh hari sebelumnya agar terbentuk imunitas pada saat tiba di Arab Saudi.
Setiap vaksin memiliki periode waktu terbentuk kekebalan dalam tubuh berbeda
dengan jenis vaksin lain. Kekebalan yang terbentuk tersebut juga dapat bertahan
efektif mencegah penularan dalam periode waktu yang berbeda-beda antara vaksin
satu dengan lainnya.4
2.5.

Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular

Penyakit Menular
1. Penyakit Meningokokkus
Selama haji, tarif operator untuk penyakit meningokokus naik ke tingkat setinggi
80% karena kepadatan

penduduk intens, kelembaban

tinggi dan

polusi

udara padat . Ketika tarif kereta naik ke tingkat ini, risiko wabah meningokokus
menjadi perhatian.10,11
2. Infeksi Saluran Pernafasan
Infeksi saluran pernafasan akut sangat umum selama haji, terutama jadi ketika
ibadah haji jatuh di musim dingin. Kontak erat antara jemaah haji selama periode
kemacetan intens, akomodasi tidur bersama mereka dan polusi udara padat semua
bergabung untuk meningkatkan risiko penularan udara penyakit pernapasan.

16

Etiologi infeksi virus saluran pernapasan atas (ISPA) yang paling umumnya
terlibat tetapi sering diikuti oleh superinfeksi bakteri. Lebih dari 200 virus dapat
menyebabkan URTI tetapi pada haji penyebab utama adalah pernapasan syncytial
virus (RSV), parainfluenza, influenza dan adenovirus. 10,11
Dalam upaya untuk mengurangi risiko transmisi infeksi saluran pernapasan
selama haji, Depkes Saudi mendorong jemaah haji untuk memakai masker
pelindug saat di tempat ramai orang. Selain itu Depkes merekomendasikan bahwa
internasional

jemaah

divaksinasi

terhadap

influenza

musiman

sebelum

kedatangan ke Mekah. 10,11 Di RS Mina, jumlah pasien (jemaah haji) yang yang
datang ke dokter didiagnosa dengan infeksi saluran pernafasan adalah paling
banyak diantara penyakit lain yaitu 29,8%.12
3. Penyakit melalui darah
Pria Muslim menyelesaikan haji sukses dengan mencukur kepala mereka. Cukur
kepala berarti dapat terjadi penularan penyakit melalui darah, termasuk hepatitis
B, C dan HIV. Tukang cukur tanpa izin ilegal terus beroperasi, mencukur rambut
di pinggir jalan dengan pisau yang tidak steril, yang digunakan kembali pada
beberapa kulit kepala. Depkes Arab Saudi mendorong semua jemaah haji
untuk menerima serangkaian penuh vaksinasi hepatitis B sebelum untu
melakukan perjalanan ke haji. Selain semua jamaah harus menghindari tukang
cukur tanpa izin dan mencari disetujui tukang cukur fasilitas berlisensi di tempat
Haji untuk mencukur kepala mereka.10,11
4. Diare dan keracunan makanan
Diare wisatawan adalah umum selama haji, meskipun beberapa penelitian telah
mendokumentasikan insiden dan etiologi. Penelitian terakhir dilakukan pada
tahun 2002 menunjukkan diare yang merupakan penyebab paling umum ketiga
untuk rawat inap selama haji.10,12

17

Kolera, sebuah bakteri akut penyakit usus yang disebabkan oleh Vibrio
cholerae menyumbang untuk beberapa wabah sewaktu haji. terakhir dilaporkan
oleh Departemen Kesehatan pada tahun 1989 mempengaruhi 102 jamaah.
Peningkatan signifikan dalam penyediaan air dan limbah pengobatan telah
menghilangkan wabah tersebut. Kekhawatiran masih bertahan tentang mengimpor
kolera dengan peziarah dari Negara-negara yang terkena dampak yang akan
menyebabkan wabah yang meluas di Mekah. Di RS Mina, penyakit
gastrointestinal menempati tangga kedua terdiagnosa yaitu sebanyak 11,3%
dengan keluhan utamanya diare.10,11,12
Kementerian Kesehatan memiliki pedoman yang ketat pada makanan impor
oleh peziarah. Makanan yang dibawa oleh pengunjung dan peziarah dilarang dan
tidak diizinkan masuk ke negara itu. Hanya benar kaleng makanan dan dalam
jumlah yang sangat kecil, cukup untuk satu orang selama kunjungan yang
diperbolehkan. .10,12
5. Poliomyelitis
Poliomyelitis adalah infeksi virus akut yang diperoleh oleh transmisi fecal-oral
atau oral. Penyebaran virus polio melalui jemaah merupakan perhatian utama
Depkes Arab Saudi. Hanya empat negara (Afghanistan, India, Nigeria dan
Pakistan) tidak pernah benar-benar terputus penularan virus polio. Semua jemaah
dari empat negara tersebut, tanpa memandang usia dan vaksinasi status, harus
menerima satu dosis polio oral vaksin (OPV).10,11
Kondisi Tidak Menular
1. Penyakit jantung
Penyakit jantungadalah penyebab paling umum (43%) kematian selama Haji.
Banyak pasien mendapat serangan jantung di lokasi haji, di luar rumah sakit.
meskipun pekerja kesehatan respon tim pelayanan medis didukung ambulans
darurat, jemaah jarang dapat dihidupkan kembali. Haji adalah bahkan sulit untuk

18

orang dewasa sehat-bagi mereka dengan sudah ada penyakit jantung, dengan
mudah stres fisik dapat memicu serangan jantung. Di RS Mina, sebanyak 10%
kasus diagnosa penyakit jantung dilaporkan yaitu ke-tiga tertinggi.10,11,12
2. Heatstroke
Ketika haji jatuh pada suhu musim panas di tempat haji bisa mencapai 37-45 C.
Kelelahan akibat panas dan heatstroke yang bisa terjadi menjadi penyebab
morbiditas dan mortalitas pada jemaah jika tindakan pencegahan tidak dilakukan
seperti mengurangi tingkat aktivitas, minum air tambahan, dan meningkatkan
jumlah waktu yang mereka habiskan di udara dingin (AC). 10,11,12
3. Trauma/cedera
Untuk sebagian besar dari haji, perjalanan jamaah baik dengan berjalan kaki,
berjalan melalui atau dekat padat lalu lintas, atau dalam kendaraan itu sendiri.
Penumpukan lalu lintas ekstrim, kurang kepatuhan dengan sabuk pengaman, dan
arus lalu lintas memberikan kontribusi untuk risiko trauma. Kecelakaan
kendaraan bermotor tidak dapat dihindari, dan berkontribusi terhadap korban dan
kematian selama ibadah haji.
Injak mungkin bahaya trauma paling ditakuti. Begitu dimulai, banyak yang
dapat dilakukan untuk menghentikan penyebaran panik melalui kerumunan orang,
berkontribusi terhadap korban jiwa. Pada haji 2006, desak-desakan diikuti
peziarah tersandung jatuh bagasi, dan mengakibatkan 380 kematian dan 289 lukaluka. kematian hasil karena sesak napas atau cedera kepala, baik yang dapat
dibantu dengan cepat dalam kerumunan besar. Di RS Mina, kasus trauma
menempati tangga keempat terbanyak yaitu 8,9% kasus. 10,11,12

BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan

19

1. Bakal jemaah haji harus mempersiapkan diri dari segi mental dan fisik termasuklah
membuat pemeriksaan kesehatan dan tindakan pencegahan penyakit seperti
imunisasi vaksin
2. Bimbingan dan penyuluhan untuk para jemaah haji dilakukan terus menerus dan
komprehensif di samping perlunya kerjasama dari jemaah untuk mengikuti anjuran
yang telah diberikan yang bertujuan untuk memelihara kesehatan dan mencegah
dari penyakit tertular maupun tidak.
3. Imunisasi wajib didapatkan sebelum berangkat menunaikan haji yaitu vaksinasi
meningokokkus dan influenza, sementara tambahan adalah vaksinasi hepatitis B,
vaksinasi polio dan vaksinasi demam kuning.
4. Setiap penderita jemaah haji berisiko untuk penyakit infeksi dan kondisi
berbahaya. Kasus jemaah haji yang paling tinggi terdiangnosa adalah infeksi
saluran nafas atas, infeksi gastrointestinal dan penyakit jantung.

DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Pembinaan Kebugaran Jasmani Jemaah Haji
Bagi Petugas Kesehatan di Puskesmas. Direktorat Bina Kesehatan Komunitas,

20

2009.
2. Amalia G. Review article: The Mecca pilgrimage and its medical preparedness.
Basic Epidemiology. National Kapodistrian University of Athens; 2012.
3. Kamran K, et al. Global Public Health Implications of a Mass Gathering in
Mecca, Saudi Arabia During the Midst of an Influenza Pandemic. International
Society of Travel Medicine, Journal of Travel Medicine; 2010; 17: 7581.
4. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan
Haji Indonesia, 2009.
5. Gatrat AR, Sheikh A. Hajj: Journey of a Lifetime Clinical Review. British Medical
Journal, 2005;330:15.
6. Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Teknis Pemeriksaan
Kesehatan Jemaah Haji, 2010.
7. World Health Organization. World Health Organization Interim Travel Advice on
MERS-Covfor Pilgrimages to the Kingdom Of Saudi Arabia, 2013.
8. Ministry of Health Kingdom of Saudi Arabia. Health Regulations for Travelers to
Saudi Arabia for Umrah & Pilgrimage (Hajj)-1435, 2014.
9. National Travel Health Network and Centre USA.
Advice for Pilgrims: Hajj and Umrah 1435, 2014.
10. Memish ZA. The Hajj: Communicable and Non-Communicable Health
Hazards And Current Guidance for Pilgrims. European Surveilleance 2010;15(39):
11. Ahmed QA, Arabi YM, Memish ZA. Review Health Risk at the Hajj. Lancet
2006; 367: 100815
12. Ibrahim NKR. Epidemiological Pattern of Diseases and Risk Behaviors of
Pilgrims Attending Mina Hospitals, Hajj 1427 H (2007 G). Journal of Egypt
Public Health Association, 2008; 83: 2.

Anda mungkin juga menyukai