Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes mellitus merupakan penyakit gangguan metabolisme karbohidrat yang
berlangsung kronis, yang pada suatu saat dapat menyebabkan berbagai komplikasi
yang bersifat kronis (Smlezter & Bare, 2000). Penyakit diabetes mellitus saat ini
telah menjadi penyakit epidemik, dibuktikan dalam 10 tahun terakhir terjadi
peningkatan 2-3 kali lipat, hal ini disebabkan oleh pertambahan umur, kelebihan
berat badan dan gaya hidup. Hasil laporan dari World Health Organization (WHO,
2006, http://www.who.int, diperoleh tanggal 22 Juli 2008) menunjukkan bahwa
Indonesia menepati urutan ke-4 angka kesakitan diabetes melitus di dunia setelah
India, Cina dan Amerika Serikat.

Komplikasi yang sangat ditakuti penderita diabetes mellitus adalah luka kaki
diabetes (diabetic foot ulcer), salah satu penyebab komplikasi ini karena terjadinya
kerusakan saraf (neuropati). Pada kondisi ini pasien tidak dapat membedakan suhu
panas dan dingin, rasa sakit berkurang. Kaki pasien diabetes yang mengalami
neuropati terancam dua kali lipat mengalami luka.

Perbedaan perkembangan, Dina Dewi SLI, FIK UI, 2008

2
Meningkatnya jumlah diabetes mellitus menyebabkan peningkatan pula kejadian
komplikasi diabetes, salah satunya yaitu luka pada kaki. Menurut Peter Sheehan
(2003) di Amerika Serikat sekitar 2,5 % dari penderita diabetes melitus berkembang
timbulnya luka kaki diabetes per tahun dan 15 % dari penderita luka kaki diabetes
yang akhirnya menjalani amputasi. Nandavati (2002) Rumah Sakit Internasional
Bintaro (RSIB) melaporkan bahwa komplikasi yang paling sering dialami oleh
penderita diabetes mellitus adalah komplikasi pada kaki sekitar 15 % yang disebut
luka kaki diabetes. Manifestasi komplikasi luka diabetes dapat dijumpai dalam
berbagai stadium yang masing-masing membutuhkan perawatan tersendiri, mulai
dari stadium ringan yang cukup menggunakan alat-alat sederhana sampai stadium
lebih berat yang harus mengunakan sarana prasarana dan seorang perawat khusus
diabetes.

Perawat mempunyai peran yang sangat menentukan dalam merawat pasien diabetes
mellitus dengan cara membuat perencanaan untuk mencegah timbulnya luka kaki
diabetes dengan cara melakukan perawatan kaki; mengendalikan beban pada kaki,
memotongg kuku, inspeksi kaki setiap hari, menjaga kelembapan, menggunakan
alas kaki yang sesuai, melakukan olah raga kaki (Skills Module,2007, Role Of
Clinical Nurse Oe Medical Assistant In Preventing Foot Ulcer And Amputation In
Persons With Diabetes, http://www.acponline.org/clinicalskill di peroleh tanggal 22
Juli 2008).

Perawat juga mempunyai peran

besar dalam memberikan perawatan luka pada

pasien dengan luka diabetes. Perawatan luka diabetes memerlukan penanganan multi
Perbedaan perkembangan, Dina Dewi SLI, FIK UI, 2008

3
disiplin, dimana melibatkan dokter untuk mengontrol nilai kadar gula dalam darah,
ahli gizi klinik yang berperan dalam mengelola diet dan perawat dalam memberikan
perawatan langsung pada luka kaki diabetes.

Perawatan secara langsung terhadap luka pasien menjadi tanggungjawab utama


perawat. Teknik perawatan luka saat ini sudah mengalami perkembangan yang
sangat cepat, dimana perawatan luka sudah menggunakan modern dressing. Produk
perawatan luka modern memberikan kontribusi yang sangat besar untuk perbaikan
pengelolaan perawatan luka khususnya pada luka kronis seperti luka diabetes.
Prinsip dari produk perawatan luka modern adalah menjaga kehangatan dan
kelembaban lingkungan sekitar luka untuk meningkatkan penyembuhan luka dan
mempertahankan kehilangan cairan jaringan dan kematian sel (De Laune,1998).

Produk modern dressing sangat beragam dijual di pasaran, tetapi secara umum dapat
dikelompokkan menjadi golongan alginate, foam dan foam film, hydrocolloid dan
hydrogel. Beberapa penelitian yang membahas tentang penggunaan modern dressing
yaitu penggunaan alginate dapat menurunkan respon nyeri saat perawatan luka pada
klien post operatif & penurunan maserasi pada tepi luka (Sharp & McComick, 2002,
Alginate dressings and the healing of diabetic foot ulcers - Wound Care, http://
www.findartikel.com. Diperoleh tanggal 11 November 2007 ). Dalam artikel yang
sama juga dikatakan belum banyak bukti klinis yang mendukung efektifitas
penggunaan alginate pada perawatan luka kaki diabetik.

Perbedaan perkembangan, Dina Dewi SLI, FIK UI, 2008

4
Artikel lain yang menyatakan penggunaan alginate pada luka kronis (ulkus
dekubitus) memberikan hasil yang signifikan terhadap penyembuhan luka (Heenan,
2006, Making Sanse of Alginate Dressing, 16&20, http://www.realnurse.net.
Diperoleh tanggal 23 september 2007). Dalam artikel ini disebutkan juga alginate
baik untuk hemostat, penelitian dilakukan pada anak SD yang mengalami perdarahan
pada gusi dilakukan swab dengan alginate dibandingkan dengan kapas biasa.
Prescribing nurse bulletin (1999) menyebutkan belum ada randomised controled
trial (RCT) tentang penggunaan balutan modern, dalam buletin ini juga disebutkan
penelitian yang sering dilakukan adalah membandingkan penggunaan antara jenis
balutan modern.

Penelitian lain mengungkapkan tentang kemampuan hidrogel dalam melakukan


debridemen jaringan nekrotik dibandingkan dengan enzimatik debridemen,
menunjukkan hidrogel lebih baik dalam mendebridemen dan jaringan granulasi
dapat tumbuh lebih cepat (Romanelli, 1998). Hutchinso dan McGukin ( dalam Lee,
2001, Wound Care: What's Really Cost-Effective, http://www. Ensiclopedia.com
diperoleh tanggal 22 november 2007) mengatakan balutan modern (hidrogel) dapat
mengendalikan infeksi lebih baik dibanding balutan kassa, pada balutan modern
dilaporkan rata-rata infeksi luka adalah 2,6% sedang pada balutan kasa 7,1%.

Pasien dengan luka kaki diabetes membutuhkan perawatan jangka panjang sampai
sembuh kembali. Hasil penelitian Peter Sheehan ( 2003, Percent Change in Wound
Area of Diabetic Foot Ulcer Over a 4-Week Period is a Robust Predictor of
Complete

Healing

in

12-week

Perbedaan perkembangan, Dina Dewi SLI, FIK UI, 2008

prospective

Trial,

5
http://www.medscape.com/viewarticle/. Diperoleh 14 November 2007) melaporkan
perawatan pasien dengan luka kaki diabetes akan menunjukkan penutupan luas area
luka pada 4 minggu pertama dan sembuh total pada 12 minggu. Nandavati (2002)
Rumah Sakit Husada Jakarta melaporkan lama rata-rata rawap inap pasien dengan
luka kaki diabetes adalah 30 hari dengan tingkat perbaikan luka 90,5 % dari total
pasien.

Konsekuensi logis dari perawatan pasien luka kaki diabetes adalah beban biaya yang
harus ditanggung oleh pasien. Saat ini pengukuran beban pembiayaan perawatan
luka menjadi hal yang sangat penting dalam membantu meringankan beban yang
harus ditanggung oleh pasien. Frank
Effectivenes

in

Wound

Care.

( 2006a, Wound Management : Cost


Thames

Valley

university,

http://www.medscape.com/viewarticle/. Diakses 14 November 2007 ) mengatakan


pembiayaan efektif sudah menjadi bagian dari pelayanan kesehatan, sehingga produk
perawatan harus menjadikan pertimbangan dalam pengelolaan pasien.

Dilaporkan di Amerika Serikat biaya yang harus dikeluarkan untuk perawatan pasien
dengan luka kaki diabetes adalah $4.595 per kejadian luka. Jurnal yang sama
dikatakan juga bahwa di Swedia dan Inggris biaya yang harus dikeluarkan per tahun
berkisar antara 1.332 2.585 per pasien dan 814 1.994 di Inggris. Di
Indonesia sendiri belum banyak data skala nasional mengenai berapa biaya yang
harus dikeluarkan untuk seorang penderita luka kaki diabetes.

Perbedaan perkembangan, Dina Dewi SLI, FIK UI, 2008

6
Nandavati et al. (2002, Perawatan Optimal Luka Kaki Diabetik, Apakah Efisien
Biaya ?, 3, http://:www.husada.co.id/. Diperoleh tanggal 20 November 2007)
mengatakan bahwa Rumah Sakit Husada Jakarta mencatat biaya perawatan dengan
menggunakan balutan konvensional yang harus dikeluarkan oleh pasien luka kaki
diabetes sebesar Rp. 63.235 per satu kali perawatan, jika pasien di rawat 2 kali per
hari dan rata-rata lama rawat inap adalah 30 hari bisa dipastikan biaya yang harus
ditanggungg sebesar Rp. 3.794.100 tidak termasuk biaya jasa perawat dan medis
yang terlibat.

Pengukuran pembiayaan efektif pada perawatan luka dipengaruhi oleh (1) material
yang dipakai; film dressing, cairan normal saline, kasa, plester, verban, under pad,
sarung tangan, kultur, bahan obat, (2) jasa perawatan; perawat, medis, ahli gizi, dan
(3) standar pembiayaan yang ditetapkan (Ohura et al., 2004, Clinical Activity-Based
Cost Effectiveness of Konvensional Versus Modern Wound Management In Patients
With Pressure Ulcers. Hokaido University . Diperoleh 12 November 2007 ). Hasil
penelitian di Jepang

tentang pembiayaan efektif

perawatan perawatan ulkus

dekubitus menunjukkan bahwa balutan modern lebih efektif dan efisien dilihat dari
proses penyembuhan dan penurunan biaya perawatan di bandingkan balutan
konvensional.

Penelitian mengenai luka pada kaki oleh Ohlsson et al. (2001, A cost-effectiveness
Study of Leg Ulcer in Primary Care. Comparison of Saline-Gauze and Hydrocolloid
Treatment

in

Prospective,

Randomized

Study.

Montala,

Swedia

http://www.Ncbi.nlm.nih.gov/sites. Diperoleh 14 November 2007) menunjukan


Perbedaan perkembangan, Dina Dewi SLI, FIK UI, 2008

7
penurunan luas area luka 19%

pada perawatan

mengunakan kasa dan 51%

menggunakan hydrocoloid. Franks ( Wound Management : Cost Effectivenes in


Wound Care. Thames Valley university (online), 9 http://www.medscape.com/.
Diperoleh 14 November 2007 ) mengatakan meskipun dari beberapa penelitan
membuktikan bahwa balutan modern lebih efektif dibandingkan balutan kasa, hasil
penelitian tersebut juga dipengaruhi oleh kondisi klinik luka (luas, kedalaman dan
lamanya perawatan luka) dan standar biaya perawatan yang ditetapkan. Ohura et al.
(2004, Clinical Activity-Based Cost Effectiveness of Konvensional Versus Modern
Wound Management In Patients With Pressure Ulcers, http://www.medscape.com/
Diakses 12 November 2007 ) mengatakan beberapa aspek pembiayaaan individu
bisa berbeda di negara lain dengan kondisi yang sama pada klien, sehingga perlu
penelitian lebih lanjut di setiap negara.

Rumah Sakit Saiful Anwar Malang merupakan Rumah Sakit tipe A dan sudah
menerapkan metode balutan modern, dari hasil studi pendahuluan didapat rerata
pasien diabetes mellitus selama tiga bulan terakhir adalah 180 pasien. Rumah Sakit
Ngudi Waluyo Wlingi Kabupaten Blitar merupakan rumah sakit tipe B memiliki
instalasi rawat inap yang merawat pasien dengan luka kronik termasuk luka diabetes.
Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan terdapat rata-rata 25 pasien diabetes
melitus yang dirawat setiap bulan, metode perawatan luka diabetes yang digunakan
adalah metode konvensional dengan penggantian balutan satu kali satu hari.

Sesuai beberapa penelitian sebelumnya telah diketahui kemampuan balutan modern


lebih baik dalam debridemen jaringan nekrotik, penurunan nyeri saat penggantian
Perbedaan perkembangan, Dina Dewi SLI, FIK UI, 2008

8
balutan, pengendalian infeksi, dan penutupan luka. Namun belum dilihat efektifitas
balutan modern secara keseluruhan dalam proses penyembuhan luka diabetik.
Penelitian tentang efektifitas pembiayaan merekomendasikan penelitian serupa
terkait dengan penggunaan balutan modern karena pada setiap negara memiliki
perbedaan dalam aspek pembiayaan.

B. Rumusan Masalah
Luka kaki diabetes membutuhkan waktu penyembuhan yang lama, hal ini
berpengaruh pada kondisi fisik dan emosional klien. Klien yang merasakan
perkembangan luka yang sangat lambat akan lebih merasa jenuh dalam masa
perawatannya. Balutan modern pada umumnya mempunyai harga yang relatif lebih
mahal namun penggantian balutan yang lebih jarang dan masa perawatan yang lebih
singkat. Dalam manajemen penilaian mahal atau murah dikaitkan dengan
efektifitasnya atau dikenal nilai efektif-efisiennya. Dengan demikian sekalipun dari
segi biaya kemungkinan balutan modern lebih mahal tetapi bila lebih efektif, maka
metode balutan modern dapat dijadikan alternatif yang lebih dipilih dalam perawatan
luka. Berdasarkan uraian di atas peneliti ingin mengetahui efektifitas perkembangan
luka dan pembiayaan pada perawatan luka kaki diabetes menggunakan balutan
konvensional dibandingkan dengan balutan modern.

Perbedaan perkembangan, Dina Dewi SLI, FIK UI, 2008

9
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas perkembangan luka
dan efektifitas pembiayaan perawatan luka kaki diabetes mengunakan balutan
konvensional dibandingkan dengan menggunakan balutan moderen.

2. Tujuan Khusus
1. Identifikasi perbedaan perkembangan luka diabetes dengan menggunakan
balutan konvensional dan balutan modern
2. Identifikasi perbedaan efektifitas pembiayaan perkembangan luka diabetes
dengan menggunakan balutan konvensional dan balutan modern
3. Identifikasi hubungan umur dengan perkembangan luka
4. Identifikasi hubungan lama menderita luka dengan perkembangan luka

D. Manfaat Penelitian
1. Pelayanan Keperawatan
a. Sebagai masukan untuk mengambil keputusan metode perawatan luka diabetes
yang akan digunakan untuk mendapatkan proses penyembuhan yang efektif
dan kualitas hidup yang lebih baik.
b. Sebagai masukan untuk menentukan standar pembiayaan perawatan pada luka
diabetes
2. Penelitian Keperawatan
Memperkuat dukungan teoritis perawatan luka antara balutan konvensional
dibandingkan dengan balutan modern khususnya pada luka diabetik.
Perbedaan perkembangan, Dina Dewi SLI, FIK UI, 2008

Anda mungkin juga menyukai