REFERATpsikiatri
REFERATpsikiatri
A. PENDAHULUAN
Sensasi anxietas (cemas) sering dialami oleh hampir semua manusia. Perasaan
tersebut ditandai oleh ketakutan yang difus, tidak menyenangkan, seringkali disertai oleh
gejala otonomik, seperti nyeri kepala, berkeringat, palpitasi, gelisah, dan sebagainya.
Anxietas atau cemas adalah suatu sinyal yang menyadarkan, ia memperingatkan adanya
bahaya yang mengancam dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan untuk
mengatasi ancaman.1
Secara mendasar cemas merupakan respon fisiologis terhadap suatu ancaman.
Sehingga orang cemas tidaklah harus abnormal dalam perilaku mereka, bahkan
kecemasan merupakan respon yang sangat diperlukan. Ia berperan untuk menghadapi
ancaman (baik fisik maupun psikologik). Perasaan cemas atau sedih yang berlangsung
sesaat adalah normal dan hampir semua orang pernah mengalaminya.1
Namun, kecemasan dapat pula merupakan suatu penyakit, dan paling sering
dialami dalam ilmu kejiwaan. Banyak pasien dengan gangguan kecemasan ini
mengalami gejala fisik dan biasanya mereka akan segara menjadi dokter untuk
mendapatkan pertolongan. Disamping itu, banyak pula yang tidak mengetahui bahwa
mereka mempunyai gangguan kecemasan.1
Gangguan anxietas adalah keadaan tegang yang berlebihan atau tidak pada
tempatnya yang ditandai oleh perasaan khawatir, tidak menentu, atau takut. Kata
anxietas berasal dari bahsa Latin, ngere, yang berarti tercekik atau tercekat. Respon
anxietas seringkali berkaitan dengan ancaman yang nyata, namun tetap dapat membuat
seseorang tidak mampu bertindak atau bahkan menarik diri.2
B. EPIDEMIOLOGI
Menurut Narrow, et al., 2002 dalam Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Maramis,
Perkiraaan prevalensi gangguan anxietas di masyarakat (per 1000 orang) adalah:
gangguan anxietas menyeluruh 30, gangguan panik 15, agarofobia 20, fobia sosial 30,
fobia sederhana 45, dan gangguan obsesif-konfulsif (yang tidak komorbid dengan
gangguan anxietas lain) 10.2
Sedangkan menurut Kaplan & Sadock, gangguan anxietas merupakan kelompok
gangguan psikiatri yang paling sering ditemukan. National comorbidity study
melaporkan bahwa satu diantara empat orang memenuhi kriteria untk sedikitnya satu
gangguan anxietas dan terdapat angka prevalensi 12 bulan sebesar 17,7%. Perempuan
(prevalensi seumur hidup 30,5%) lebih cenderung mengalami gangguan ansietas
daripada
laki-laki
(19,2%).
Prevalensi
gangguan
anxietas
menurun
dengan
C. ETIOLOGI
Etiologi anxietas secara pasti belum diketahui. Namun ada beberapa teori yang
mendukung patogenesis terjadinya anxietas, antara lain:1
1. Teori Psikoanalaitik; menurut teori yang dipelopori oleh Sigmund Freud, anxietas
terjadi dikarenakan konflik psikis antara keinginan tidak disadari yang bersifat
agresif dan ancaman terhadap hal tersebut berasal dari superego atau relaitas
eksternal. Atau dengan kata lain anxietas terjadi respon terhadap berbagai situasi
selama siklus kehidupan.1
2. Teori Perilaku-Kognitif; menurut teori ini, anxietas terjadi sebagai respon yang
terhadap stimulus lingkungan yang spesifik. Pasien dengan gangguan anxietas
cenderung memperkirakan secara berlebihan derajat bahaya dan kemungkinan
kerusakan pada situasi tertentu serta cenderung meragukan kemampuannya dalam
menghadapi ancaman yang dirasakan pada kesejahteraan fisik atau psikologis
penderita.1
3. Teori Eksistensial; menurut teori ini menyatakan anxietas merupakan respon mereka
terhadap kehampaan yang luas mengenai keberadaan dan arti.1
Sedangakan secara biologis, anxietas terjadi karena pelepasan epinefrin dari
adrenal, yang dapat menimbulkan manifestasi perifer, seperti; takikardi, sakit kepala,
diare, dan takipneu, namun gejala perifer ini tidak khas, dan tidak selalu berhubungan
dengan pengalaman subyektif anxietas.1,2
Neurotransmitter yang paling berperan dalam terjadinya anxietas yakni
norepinefrin, serotonin, dan
dalam mekanisme ansietas adalah bahwa pasien yang mengalami ansietas dapat
memiliki sistem aderenergik yang diatur dengan buruk dengan ledakan aktivitas yang
kadang-kadang terjadi. Pelepasan serotonin yang dipicu oleh agen serotonergik dapat
menimbulkan peningkatan ansietas pada pasien dengan gangguan ansietas. Peranan
GABA dalam gangguan ansietas paling kuat didukung oleh efektivitas benzodiazepin. 1
Saraf yang mengandung GABA merupakan sistem inhibisi diotak. Ia menurunkan
aktivitas neuron lain termasuk neuron monoamin. Obat yang meningkatkan fungs
GABA (barbiturat dan benzodiazepin) merupakan anxiolitik yang poten. Benzodiazepin,
bekerja melalui reseptor yang berbeda di lobus limbik dan neurokortex, memodulasi
reseptor GABA-A postsinaps sehinggan meningkatkan efek GABA.2
D. KLASIFIKASI
Gangguan anxietas terdiri dari beberapa tipe, antara lain:2
a. Gangguan anxietas fobik,
Fobia, mengacu pada rasa taku tang berelebihan terhadapa suatu objek, situasi,
atau keadaam tertentu.1
menghindari atau bertahan dalam situasi fobik akan tetapi pada sebagian lagi
anxietas yang timbul dapat membuat tidak berdaya, seperti misalnya agorafobia.2
2
Studi epidemiologi menunjukkan bahwa fobia adalah salah satu gangguan jiwa yang
paling lazim di Amerika Serikat. Sekitar 5 10 % populsai diperkirakan terkena
gangguan yang menyulitkan dan kadang-kadang membuat ketidakmampuan.1
Agorafobia, salah satu gangguan fobik yang ditandai dengan kekuatan hebat
yang membuat tidak berdaya akan tempat atau situasi yang sulit untuk meloloskan
diri atau sulit mendapatkan pertolongan apabila serangan terjadi. Sehingga orang
dengan agorafobia membatasi geraknya sebatas tempat yang dirasa aman, biasanya
di dalam rumah.2
Fobia sosial, atau gangguan anxietas sosial, gangguan yang ditandai dengan
ketakutan akan diamati dan dipermalukan di depan publik. Bermanisfestasi sebagai
rasa malu dan tidak nyaman yang sangat berlebihan di situasi sosial. Sehingga
mendorong penderita untuk menghindari situasi sosial tanpa disebabkan masalah
fisik atau mental (seperti gagap, jerawat, atau gangguan kepribadian).2
Fobia spesifik, yang dulunya dikenal sebagai fobia sederhana. Gangguan
ketakutan yang tidak rasional akan objek atau situasi tertentu. Gangguan ini
merupakan gangguan yang paling sering ditemukan, namun hal tersebut kasusnya
ringan dan tidak perlu mendapatkan pengobatan. Fobia yang paling sering antara
lain: takut terhadap binatang tertentu (misal, laba-laba, ular, atau tikus), takut terbang
(pterigofobia), takut ketinggian (akrofobia), dll.2
Apabila berhadapan dengan objek atau situasi tersebut, orang dengan fobia akan
mengalami perasaan panik, berkeringat, berusaha menghindar, sulit untuk bernapas,
dan jantung berdebar. Sebagaian orang dewasa menyadari bahwa ketakutan yang
dialaminya tidak rasional dan banyak yang memilih untuk mencoba menahan
perasaan anxietas yang hebat daripada mengungkapkan gangguannya.2
b. Gangguan panik,
Gangguan panik ditandai dengan serangan anietas atau teror yang berkala
(serangan panik). Setiap episode berlangsung sekitar 15-30 menit, meskipun efek
sisa dapat berlangsung lama.2
Studi epidemiologis melaporkan angka prevalensi seumur hidup 1,5 5% untuk
gangguan panik. Perempuan lebih mudah terkena dua hinggga tiga kali daripada lakilaki. Gangguan panik paling lazim timbul pada dewasa muda (usia rerata timbulnya
gangguan sekitar 25 tahun). 1
Selama serangan berlangsung, penderita merasa sangat ketakutan atau tidak
nyaman yang disertai oleh jantung berdebar, nyeri dada, persaaan tercekik,
berkeringat, gemetar, mual, pusing, perasaan yang tidak riil, dan takut mati atau takut
menjadi gila. Serangan panik dapat terjadi secara spontan ataupun sebagai respon
terhadap situasi tertentu, dengan frekuensi serangan yang bervariasi. 2
c. Gangguan anxietas menyeluruh,
Gambaran umum dari penyakit ini adalah kekhawatiran atau anxietas yang
kurang lebih konstan, yang tidak sebanding dengan tingkat stressor sesungguhnya
dalam kehidupan. Anxietas tersebut terjadi dalam jangka waktu yang panjang
meskipun tampaknya tidak ada stresor yang spesifik., atau nyata, meskipun stres
dapat memperburuk gangguan ini. Penderita kesulitan untuk mengendalikan
anxietasnya dan cenderung untuk tidak yakin pada diri sendiri.2
3
(nosfobia)
dan
ketakukan
akan
perubahan
bentuk
badan
Sebagai akibatnya objek atau situasi tersebut dihindari atau dihadapi dengan
rasa terancam.
Secara subyektif, fisiologik dan tampilan perilaku, anxietas fobik tidak berbeda
dengan anxietas yang lain dan dapat dalam bentuk yang ringan sampai yang
Agorafobia (F40.0)
Pedoman diagnostik
Gangguan panik ditandai dengan adanya serangan panik yang tidak diduga dan
spontan yang terdiri dari periode rasa takut intens yang hati-hati dan bervariasi dari
sejumlah serangan sepanjang hari sampai hanya sedikit serangan selama setahun.1
Pedoman diagnostik, berdasarkan PPDGJ III3
Gangguan panik baru ditegakkan sebagai diagnosis utama bila tidak ditemukan
anxietas
antisipatorik,
yaitu
anxietas
yang
terjadi
setelah
dsb)
Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk ditenangkan
Bila ditemukan sindrom depreso dan anxietas yang cukup berat untuk
menegakkan diagnosis tersebut harus dikemukakan, dan diagnosis gangguan
campuran tidak dapat digunakan. Jika karena sesuatu hal hanya dapat
berturut-turut.
Hal tersebut merupakan sumber penderitaan (distress) atau mengganggu aktivitas
penderita.
Gejala-gejala obsesif harus mencakup hal-hal berikut:
(a) Harus disadari sebagai pikiran atau impuls diri sendiri
(b) Sedikitnya ada satu pikiran ata tindakan yang tidak berhasil dilawan ,
meskipun ada lainnya yang tidak lagi dilawan penderita
(c) Pikiran untuk melakukan tindakan tersebut diatas bukan merupakan hal yang
memberi kepuasan atau kesenangan (sekedar perasaan lega dari ketegangan
atau anxietas , tidak dianggap sebagai kesenangan seperti yang dimaksud
diatas)
(d) Gagasan, bayangan pikiran, atau impuls tersebut harus merupakan
(F33.-) dapat
Diagnosis gangguan obsesif kompulsif ditegakkan hanya bila tidak ada gangguan
depresif pada saat gejala obsesif kompulsif tersebut timbul.
Bila dari keduanya tidak ada yang menonjol, maka lebih baik menganggap
depresi sebagai diagnosis yang primer. Pada gangguan menahun, maka prioritas
diberikan pada gejala yang paling bertahan saat gejala yang lain menghilang.
Keadaan ini dapat berupa: gagasan, bayangan pikiran atau impuls (dorongan
umumnya
hampir
selalu
e.g
Diazepam,
Alprazolam
dan
Chlordiazepoxide,
Non-Benzodiazepin;
Lorazepam,
e.g
Sulpride,
Clobazam,
Buspirone,
Selama paling sedikit 2 minggu dan hampir setiap hari mengalami gejala-gejala
obsesif kompulsif
Gejala-gejala tersebut
merupakan
sumber
penderitaan
(distress)
atau
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan & Sadock, Buku Ajar Psikiatri Klinis Edisi 2, ECG; Jakarta, 2010
2. Maramis, F Willy, Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi 2, Airlangga University
Press; Surabaya, 2009
3. Anonim. Anxiety Disorder. Diunduh dari: http: //www.webmd.com/anxietypanic/guide/mental-health-anxiety-disorder?page-2 tanggal 13 oktober 2012
4. Maslim, R, Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringka dari PPDGJ-III,
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya, Jakarta, 2001
5. Maslim, R, Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik, Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya, Jakarta, 2007
10