Anda di halaman 1dari 33

Asuhan Keperawatan pada klien dengan Aneurisma

A. Konsep dasar medis

1. Pengertian
aneurisma merupakan pelebaran pembuluh darah arteri.
2. Etiologi

Ada bakat atau bawaan lemahnya dinding pembuluh darah. Ini bisa terjadi pada
pembuluh darah manapun diseluruh tubuh. Akan jadi fatal kalau dinding pembuluh
darah yang lemah itu terdapat di otak.

Ada infeksi yang disebabkan oleh jamur maupun bakteri yang mengenai pembuluh
darah.

Terjadi peradangan pada aorta

Penyakit jaringan ikat keturunan, misalnya sindroma marfan

Sindroma Marfan adalah suatu penyakit jaringan ikat keturunan yang menyebabkan
kelainan pada pembuluh darah dan jantung, kerangka tubuh dan mata.

Risiko ini menjadi semakin tinggi pada penderita tekanan darah tinggi, orang dengan
tingkat stres tinggi maupun perokok.

3. Patofisiologi

Semua jenis aneurisma pasti meliputi kerusakan lapisan media pembuluh darah. Hal ini
mungkin disebabkan oleh kelemahan kogenital, taruma atau proses penyakit. Apabila
timbul aneurisma, maka akan selalu cenderung bertambah besar ukurannya. Faktor
resiko meliputi prediposisi genetik, merokok, dan hipertensi. Lebih dari separuh
penderita mengalami hipertensi.

Terkadang pada aorta yang mengalami penyakit aterosklerosis, dapat terjadi robekan
pada intima, atau media mengalami degenerasi, akibanya terjadi diseksi. Aneurisma
diseksi sering dihubungkan dengan hiperteni yang tidak terkontrol. Aneurisma diseksi
disebabkan oleh ruptur lapisan intima mengakbitkan darah mengalami diseksi di lapisan
media. Ruptur dapat terjadi melalui adventisia atau di dalam lumen melalui lapisan
intima, sehingga memungkinkan darah masuk kembali ke jalur utamanya,
mengakibatkan diseksi kronis atau diseksi tersebut dapat menyebabkan oklusi cabangcabang aorta. Kematian biasanya disebabkan oleh hematoma yang ruptur ke luar.

4. Manisfestasi Klinis

a) Manifestasi klinis umum pada aneurisma, terlepas dari tipe dan sisi:

Hipertensi dengan pelebaran tekanan nadi

Tekanan darah pada paha bawah lebih rendah dari pada tekanan darah pada lengan.
Normalnya, TD pada paha lebih tinggi dari lengan

Nadi perifer lemah atau asimetris

b) Manifestasi klinis khusus untuk aneurisma aorta abdominalis :

Massa abdominalis pulsasi abnormal (gambaran paling menonjol)

Keluhan-keluhan perasaan denyut jantung pada abdomen bilang terlentang

Nyeri punggung bawah atau abdomen

Desiran (bunyi mendesis) pada auskultasi massa dengan diafragma stetoskop

c) Manifestasi klinis khusus pada aneurisma aorta torakal (menunujkan tekanan massa
terhadap struktur intratorakal) :

Nyeri dada menyebar ke punggung dan memburuk bila pasien ditempatkan pada
posisi terlentang. Pada anuerisma diseksi, nyeri mengikuti arah dimana pemisah
berlanjut

Perbedaan bermakna pada pembacaan TD diantara lengan

Dispnea dan batuk (menunjukan tekanan terhadap trakea)

Suara sesak (menunjukan tekanan terhadap saraf laring)

Disfagia (menunjukan tekanan terhadap esofagus)

5. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan radiologis membantu mendefinisikan lokasi dan memastikan adanya dan


ukuran anuerisma

Aortogram memastikan diagnosa aneurisma

EKG, enzim jantung, dan ekokardiogram dilakukan untuk mengesampingkan penyakit


jantung sebagai penyebab nyeri dada

Angiography. Angiography juga menggunakan pewarna khusus menyuntikkan ke


dalam aliran darah unutk membuat dalam dari arteri muncul pada gambar x-ray.
Sebuah angiogram menunjukan jumlah kerusakan dan halangan dalam pembuluh
darah.

6. Penatalaksanaan Medis Umum

Farmako terapi :

Antihipertensif untuk mempertahankan tekanan sistolik pada 120mmHg atau kurang

Propanolol (inderal) untuk menurunkan kekuatan pulsasi dalam aorta dengan


menurunkan kontraktilitas miokard.

Pembedahan bila terapi obat gagal untuk mencegah pembesaran aneurisma atau
pasien menunjukan gejala-gejala distress akut. Pembedahan meliputi eksisi dan
pengangkatan aneurisma dan pengantian dengan graf sintetik untuk memperbaiki
kontinuitas vaskular.

7. Komplikasi

Komplikasi utama berkenaan dengan aneurisma adalah ruptur, yang menimbulkan


hemoragi dan kemungkinan kematian. Hipertensi berat meningkatkan resiko ruptur.

B. Konsep Dasar Keperawatan

1. Pengkajian

a. Pemerikasaan Fisik (11 pola Gordon)

1. Pola Persepsi Kesehatan

Kaji apakah klien mempunyai bakat atau bawaan lemahnya pembuluh darah

Kaji apakah pasien mempunyai riwayat ateroklerosis

Kaji apakah pasien mempunyai riwayat pembuluh darah

2. Pola Nutrisi Metabolik

Kaji apakah nafsu makan klien berkurang

3. Pola Eliminasi

Kaji frekuensi bab dan bak pasien

4. Pola Aktivitas dan Latihan

Kaji apakah klien ada merasakan nyeri dan di daerah mana nyeri tersebut

Kaji apakah klien membutuhkan bantuan orang lain saat melakukan , aktivitas seharihari

Detensi vena-vena superfisial pada dada, leher, atau lengan (menunjukkan tekanan
pada vena kava superior)

5. Pola Tidur dan Istirahat

Kaji apakah klien mengalami insomnia

Kaji apakah istirahat klien cukup

6. Pola Persepsi Kognitif

Kaji mekanisme koping klien

Kaji apakah klien ada menggunakan alat bantu pendegaran, penglihatan, cek
terakhir?

Pupil tak sama (menunujkan tekanan pada rantai simpatis servikal)

7. Pola Persepsi dan Konsep Diri

Kaji apakah klien merasa putus asa/frustasi

8. Pola Peran dan Hubungan dengan Sesama

Kaji bagaimana hubungan klien dengan sesama, keluarga

9. Pola Reproduksi Seksualitas

Kaji apakah klien mengalami perubahan atau masalah yang berhubungan dengan
penyakit yang di derita klien

10. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi terhadap Stress

Kaji adakah gangguan penyesuain diri terhadap lingkugan dan situasi baru

Kaji ketidakmampuan koping klien terhadap berbagai hal

11. Pola Sistem Kepercayaan

Apakah klien menyalahkan Tuhan atas penyakit yang dideritanya

b. Kaji pemahaman pasien tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik, dan rencana


tindakan.

2. Daftar Diagnosa keperawatan

a. Nyeri berhubungan dengan anuerisma aorta

b. Resiko tinggi terhadap komplikasi : Ruptur berhubungan dengan aneurisma aorta

3. Perencanaan

a. Nyeri berhubungan dengan aneurisma aorta

Hasil yang diharapkan :

Mendemonstrasikan hilangnya nyeri

Melaporkan penurunan intensitas nyeri

Ekspresi wajah rileks

Tak ada merintih

Rencana Tindakkan :

1. Berikan analgesik yang diresepkan dan evaluasi keefektifan seperlunya. Namun


gunakan amanlgesik narkotik secara hemat.

R/: Analgesik memblok jaras nyeri. Dosis besar narkotik dapat menutupi gejala-gejala.

2. Beri tahu dokter bila nyeri menetap atau memburuk

R/: Ini dapat menandakan progresi aneurisma dan seperlunya intervensi pembedahan
segera.

3. Kaji karakteristik nyeri meliputi : lokasi, durasi, intensitas nyeri dengan menggunakan
skala nyeri.

R/: Untuk mengetahui tingkat rasa nyeri sehingga dapat menentukan jenis tindakannya.

b. Resiko tinggi terhadap komplikasi : Ruptur berhubungan dengan aneurisma aorta

Hasil yang diharapkan :

Mendemonstrasikan tak adanya komplikasi

TD tetap antara 90/60-120/80 mmHg

Tak adanya manisfestasi syok hipovoleksmik

Rencana Tindakan :

1. Pantau masukan dan halauran setiap jam bila halauran urine 8 jam kurang dari 240
ml sebaliknya setiap 8 jam.

R/: Untuk mengevaluasi keefektifan terapi dan untuk deteksi dini komplikasi.

2. Pantau TD, nadi dan pernapasan setiap jam bila di UPI, sebaliknya 2-4 jam.

R/: Untuk mengevaluasi keefektifan terapi dan untuk deteksi dini komplikasi

3. Pantau kualitas nyeri setiap 1-2 jam

R/: Untuk mengevaluasi keefektifan terapi dan untuk deteksi dini komplikasi

4. Pertahankan tirah baring pada posisi semi fowlers

R/: Tirah baring menurunkan penggunaan energi. Posisi tegak memudahkan


pernapasan.

5. Beritahu dokter bila : nyeri dada hebat dan rasa tersobek, syok (kulit dingin dan
lembab, disertai dengan hipotensi, takikardia dan pucat)

R/: Tindakan segera diperlukan unutk menyelamatkan hidup pasien.

Aneurisma Aorta

undefined

undefined

Pengertian aneurisma yang sesungguhnya adalah dilatasi abnormal dari arteri. Hal ini harus dibedakan dari false
aneurisma, dimana terjadi pengumpulan darah disekitar dinding pembuluh darah akibat trauma. Aneurisma dapat
berbentuk fusiformis ataupun berbentuk kantong contohnya aneurisma berry di circle of willis. Beberapa tempat yang
paling sering terjadi aneurisma antara lain: aorta, arteri iliaka, arteri femoralis dan arteri popliteal.
Aneurisma sering terbentuk secara perlahan selama bertahun-tahun dan sering juga tanpa gejala tetapi jika telah
terjadi ruptur maka ini adalah kegawatdaruratan bedah yang dapat mengancam nyawa pasien.
Anatomi Aorta
Aorta adalah pembuluh darah besar (main trunk) dari segenap pembuluh darah cabangnya yang berfungsi
membawa darah teroksigenasi ke berbagai jaringan di tubuh untuk kebutuhan nutrisinya. Aorta berada sebagai
bagian atas dari vebtrikel, dimana diameternya sekitar 3 cm, dan setelah naik (ascending) untuk jarak yang pendek,
ia melengkung (arch) kebelakang dank e sisi kiri, tepat pada pangkal paru kiri, kemudian turun (descending) dalam
thorax pada sisi kiri kolumna vertebralis, masuk rongga abdomen lewat hiatus diafragmatikus, dan berakhir, dimana
diameternya mulai berkurang (1,75 cm), setingkat dengan vertebra lumbalis ke IV, ia bercabang menjadi arteri iliaca
comunis dekstra dan sinistra. Dari uraian diatas maka aorta dapat dipisahkan menjadi beberapa bagian: aorta
ascenden, arcus aorta, dan aorta descenden yang dibagi lagi menjadi aorta thoracica dan aorta abdominalis.
Aorta Ascendens (gb. 1)panjangnya sekitar 5 cm, menyusun bagian atas dari basis ventrikel kiri, setinggi batas
bawah kartilago kosta ke III dibelakang kiri pertengahan sternum; ia melintas keatas secara oblik, kedepan, dan
kekanan, searah aksis jantung, setinggi batas atas dari kartilago kosta ke II. Pada pangkal asalnya, berlawanan
dengan segmen valvula aortikus, terdapat tiga dilatasi kecil disebut sinus aortikus. Saat pertemuan aorta ascenden
dengan arcus aorta caliber pembuluh darah meingkat, karena bulging dinding kanannya. Segmen dilatasi ini disebut
bulbus aortikus, dan pada potongan transversal menunjukkan bentuk yang oval. Aorta ascenden terdapat dalam
pericardium.
Batas-batasaorta ascenden dilindungi oleh trunkus arteria pulmonalis dan aurikula dekstra, dan, lebih tinggi lagi,
terpisah dari sternum oleh pericardium, pleura kanan, margo anterior dari pulmo dekstra, jaringan ikat longgar, dan
sisa dari jaringan timus; di posterior ia bersandar pada atrium sinistra dan arteri pulmonary dekstra. Pada sisi kanan,
ia berdekatan dengan vena cava superior dan atrium dekstra; pada sisi kiri dengan arteri pulmonary.

Gambar 1: Arcus aorta dan cabang-cabangnya

Gambar 2: Skema cabang-cabang arcus aorta


Cabang-cabangsatu-satunya cabang dari aorta ascenden adalah arteria coronaria yang mensuplai jantung;
muncul dekat commencement aorta tepat diatas pangkal valvula semilunaris.
Arcus Aorta (gb. 1)dimulai setinggi batas atas artikulasi sternokostalis ke II pada sisi kanannya, dan berjalan
keatas, kebelakang, dank e kiri di depan trachea; kemudian mengarah ke belakang pada sisi kiri trachea dan
akhirnya turun lewat sisi kiri tubuh pada setinggi vertebra thoracic ke IV, pada batas bawahnya dan kemudian
berlanjut menjadi aorta descenden. Sehingga terbentuk dua kurvatura: satu dimana ia melengkung keatas, yang
kedua dimana ia melengkung kedepan dan kekiri. Batas atasnya kira-kira 2,5 cm dibawah batas superior manubrium
sterni.
Batas-batasarcus aorta dilindungi oleh pleura di anterior dan margo anterior dari pulmo; dan dengan sisa dari
timus. Saat pembuluh melinta ke belakang sisi kirinya bersentuhan dengan pulmo sinistra dan pleura. Melintas ke
bawah pada sisi kiri bagian tersebut pada arcus terdapat 4 nervus: nervus phrenicus sinistra, cardiacus superior
cabang nervus vagus sinistra, cabang nervus cardiacus superior dari trunkus simpatikus sinistra, dan trunkus vagus
sinistra. Saat nervus terakhir tadi melintasi arcus ia memberikan cabang recurrent, yang melingkar dibawah
pembuluh dan melintas keatas pada sisi kanan. Vena intercostalis melintas oblik keatas dan kedepan pada sisi kiri
arcus, diantara nervus phrenicus dan vagus. Pada sisi kanan terdapat plexus cardiacus profunda, nervus recurrent
sinistra, esophagus, dan ductus thoracicus; trachea berada dibelakang kanan dari pembuluh. Diatas adalah arteri
innominata, carotis comunis sinistra, dan arteri subclavia sinistra, yang mncul dari lengkungan arcus dan bersilangan
berdekatan di pangkalnya dengan vena innominata sinistra. Dibawah adalah bifurkasio arteri pulmonalis, bronchus
sinistra, ligamentum arteriosum, bagian superfisial dari pleksus cardiacus, dan nervus recurrent sinistra. Ligamentum
arteriosum menghubungkan arteri pulmonary sinistra dengan arcus aorta.
Diantara awal arteri subclavia dan perlekatan ductus arteriosus, lumen aorta bayi sedikit menyempit, membentuk
bangunan yang disebut sebagai isthmus aorticus, yang pada saat diatas ductus arteriosus pembuluh membentuk
dilatasi yang disebut aortic spindle.
Cabang-cabang (gb. 2)arcus aorta mempercabangkan 3 buah pembuluh darah: arteri innominata, carotis comunis
sinistra, dan subclavia sinistra.
Aorta desendendibagi menjadi dua bagian, thoracica dan abdominalis, saat melewati dua rongga besar tubuh.
Aorta thoracalis (gb. 3)terdapat dalam cavum mediatinum posterior. Dimulai pada batas bawah dari vertebra
thoracic ke IV dimana ia merupakan lanjutan dari arcus aorta, dan berakhir di depan batas bawah dari vertebra
thoracic ke XII pada hiatus aorticus diafragma. Dalam perjalanannya ia terdapat di sisi kiri kolumna vertebralis; ia
mendekati garis tengah saat turun; dan, saat terminasinya berada tepat didepan kolumna vertebralis.

Gambar 3: Aorta thoracalis, dilihat dari sisi kiri


Batas-batasanterior, dari atas kebawah, berbatasan dengan pangkal pulmo sinistra, pericardium, esophagus, dan
diafragma; posterior, dengan kolumna vertebralis dan vena hemiazigos; sisi kanan, dengan vena azigos dan ductus
thoracicus; sisi kiri, dengan pleurae dan pulmo sinistra.
Cabang-cabangaorta thoracalis mempercabangkan antara lain:

Visceral

Pericardial.

Parietal

Bronchial.

Subcostal.

Esophageal.

SuperiorPhrenic
.

Intercostal.

Mediastinal.
Cabang pericardial (rami pericardiaci)terdiri dari beberapa pembuluh kecil yang terdistribusi pada permukaan
posterior pericardium.
Arteri brochialis (aa. bronchiales)bervariasi jumlah, ukuran, dan asalnya. Terdapat aturan baku bahwa hanya satu
arteri bronchialis dekstra yang berasal dari aorta intercostalis pertama, atau dari arteri bronchialis sinistra superior.
Arteri bronchialis sinistra terdapat dua buah, dan berasal dari aorta thoracalis. Bagian superior arteri bronchialis
sinistra muncul berlawanan dengan vertebra thoracic ke V, bagian inferior terdapat tepat dibawah bronchus sinistra.
Tiap-tiap pembuluh berjalan di bagian belakang masing-masing bronchus, bercabang disepanjang tube bronchus,
memvaskularisasinya. Juga pada jaringan jaringan longgar pulmo, limfonodi bronchialis, dan esophagus.
Arteri esophageal (aa. sophage)terdapat empat atau lima jumlahnya, berasal dari bagian depan aorta, dan
turun oblik kebawah menuju esophagus, membentuk rantai anastomosis disepanjang tube, beranastomosis juga
dibagian atas dengan cabang esophageal dari arteri thyroidea inferior dan dibagian bawah dengan arteri phrenica
inferior sinistra dan arteri gastrica inferior.
Cabang mediastinal (rami mediastinales)adalah sejumlah pembuluh kecil yang mensuplai kelenjar limfe dan
jaringan ikat longgar pada mediatinumk posterior.
Arteri intercostalis (aa. intercostales)terdapat sembilan pasang arteri intercostalis aorta. Mereka berasal dari
bagian belakang aorta, arteri intercostalis dekstra lebih panjang dibanding yang sinistra sesuai dengan posisi aorta
yang disebelah kiri vertebra. Tiap arteri dibagi menjadi ramus anterior dan posterior.
Ramus anteriortiap pembuluhnya ditemani dengan vena dan nervus, yang pertama terdapat diatas dan yang
terakhir terdapat di bawah arteri. Kecuali pada bagian atas dimana nervus terdapat diatas arteri. Arteri intercostalis
aorta yang pertama beranastomosis dengan cabang intercostal dari truncus costocervicalis. Dua arteri intercostalis

bagian bawah berlanjut ke anterior dari spatium intercostalis ke dinding abdomen, serta beranastomosis dengan
arteri subcostalis, epigastrica superior, dan lumbalis.
Cabang-cabangramus anterior memberi cabang antara lain:

Collateral Intercostal.

Lateral Cutaneous.

Muscular.

Mammary.

Cabang intercostalis collateraleberasal dari arteri intercostalis dengan sudut costae, dan turun ke batas atas
costae dibawahnya. Ia juga beranastomosis dengan cabang intercostal dari arteri mammaria interna.
Cabang muscularismemvaskularisasi m. Intercostalis, Pectoralis, dan Serratus anterior.
Cabang cutaneus lateralismenemani cabang cutaneus lateralis dari nervus thoracicus.
Ramus posteriorberjalan kebelakang pada ruangan yang dibatasi bagian atas dan bawah oleh leher dan costae,
medial oleh corpus vertebrae, lateral oleh ligtamentum costotransversalis anterior. Ia memberi cabang spinalis
yang ,masuk kedalam canalis vertebralis lewat foramen intervertebralis dan mensuplai medulla spinalis beserta
membrannya dan vertebra. Kemudian perjalanannya berlanjut melewati processus transversus bersama dengan
divisi posterior nervus thoracicus mensuplai otot punggung dan cabang cutaneus mensuplai kulit punggung.
Arteri subcostalisdiberi nama demikian karena ia berada dibawah costae terakhir. Menyusun pasangan terbawah
cabang yang berasal dari aorta thoracica serta susunan terakhir dari arteri intercostalis. Masing-masingnya melintasi
batas bawah dari costae ke XII dibelakang ginjal dan didepan m. Quadratus lumborum, ditemani dengan nervus
thoracicus ke XII, kemudian bergabung dengan aponeurosis posterior dari m. Transversus abdominis, dan melintas
didepan otot tersebut dan m. Obliquus internus, beranastomosis dengan arteri epigastrica superior, intercostalis
inferior, dan lumbalis. Tiap arteri subcostalis memberi cabang posterior yang mirip distribusinya dengan ramus
posterior arteri intercostalis.
Cabang phrenicus superiormerupakan pembuluh kecil yang berasal dari bagian bawah aorta thoracica;
terdistribusi ke bagian posterior dari permukaan atas diafragma, dan beranastomosis dengan arteri
musculophrenicus dan pericardiophrenicus.
Aorta abdominalis (gb. 4)dimulai pada hiatus aortikus diafragma, didepan batas bawah dari korpus vertebrae
thoracic terakhir, dan, turun didepan kolumna vertebralis, berakhir pada korpus vertebra lumbalis ke IV, sedikit kekiri
dari garis tengah tubuh, kemudian terbagi menjadi dua arteri iliaca comunis. Aorta semakin berkurang ukurannya
dengan semakin banyak ia mempercabangkan pembuluh darah.

Gambar 4: Aorta abdominalis dan cabang-cabangnya


Batas-batasaorta abdominalis dibatasi, anterior, oleh omentum minus dan gaster, dibelakang cabang dari arteri
celiaca dan plexus celiaca; dibawah vena lienalis, pankreas, vena ranalis sinistra, bagian inferior dari duodenum,
pleksus mesenterium dan pleksus aortikus. Posterior, dipisahkan dari vertebrae lumbalis dan fibrokartilago
intervertebrae oleh ligamentum longitudinalis anterior dan vena lumbalis sinistra. Pada sisi kanan terdapat vena
azygos, cisterna chyli, ductus thoraksikus, crus dekstra diafragma yang memisahkan aorta dari bagian atas vena
cava inferior dan dari ganglion celiaca dekstra; vena cava inferior bersentuhan dengan aorta dibawahnya. Pada sisi
kiri adalah crus sinistra diafragma, ganglion celiaca sinistra,bagian ascending dari duodenumdan sedikit bagian
intestinum.
Cabang-cabangdapat dibagi menjadi tiga kelompok: viseral, parietal, dan terminal.

Visceral Branches.

Parietal Branches.

Celiac.

Inferior Phrenics.

Superior Mesenteric.

Lumbars.

Inferior Mesenteric.

Middle Sacral.

Middle Suprarenals.
Renals.
Internal Spermatics.

Terminal Branches.

Ovarian (in the female).

Common Iliacs.

Dari cabang viseral, arteri celiaca dan arteri mesenterika superior dan inferior tidak berpasangan, sementara arteri
suprarenalis, renalis, spermatica interna, dan ovarian adalah berpasangan. Dari cabang parietal, arteri phrenica
inferior dan lumbalis adalah berpasangan; arteri sacralis media tidak berpasangan. Cabang terminal berpasangan.
Arteri celiaca (a. cliaca; celiac axis) (gb. 5)mempercabangkan tiga cabang besar, arteri gastrica sinistra,
hepatica, dan splenica, juga terkadang arteri phrenica inferior.

Gambar 5: Arteri celiaca dan cabang-cabangnya


Arteri mesenterika superior (gb. 6)mempercabangkan arteri pancreaticoduodenalis inferior, intestinalis,
ileocolica, colica dekstra.

Gambar 6: Arteri mesenterika superior dan cabang-cabangnya


Arteri mesenterika inferior (gb. 7)mempercabangkan arteri colica sinistra, sigmoidea, dan hemorrhoidalis
superior.

Gambar 7: Arteri mesenterika inferior dan cabang-cabangnya


Arteri suprarenalis media (aa. suprarenales media; middle capsular arteries; suprarenal arteries)adalah dua
pembuluh darah kecil yang muncul dari kedua sisi aorta, berlawanan dengan arteri mesenterika superior. Melewati
bagian lateral dan sedikit keatas, melintasi crura diafragmatika, ke glandula suprarenalis, dimana kemudian
beranastomosis dengan cabang suprarenal dari arteri phrenica inferior dan arteri renalis.
Arteri renalis (aa. renales) (gb. 4)adalah dua pembuluh besar, yang muncul dari tiap sisi aorta, tepat dibawah
arteri mesenterika superior. Tiap-tiapnya melintasi crus diafragma, sehinga membentuk sudut hampir tegak lurus
dengan aorta. Sisi kanan lebih panjang daripada sisi kiri; sisi kiri lebih tinggi daripada sisi kanan. Sebelum mencapai
hilus renalis, tiap arteri bercabang menjadi empat atau lima cabang kecil. Tiap arteri juga mempercabangkan
suprarenalis superior.
Arteri spermatica internus (aa. Spermatic intern; spermatic arteries) (gb. 4)terdistribusi ke testis. Adalah dua
arteri yang panjang berasal dari aorta bagian depan sedikit dibawah arteri renalis. Tiap-tiapnya melintas turun oblik
dan lateral dibelakang peritoneum, bersandar pada m. Psoas major. Tiap-tiapnya menyilang oblik diatas ureter dan
bagian bawah arteri iliaca eksternus untuk mencapai anulus inguinalis, kemudian melewatinya dan merupakan salah
satu penyusun corda spermatica disepanjang canalis inguinalis menuju skrotum. Ia memvaskularisasi ductus
deferens, epididimys, bagian belakang tunica albuginea, testis, ureter, dan m. Cremaster.
Arteri ovaria (aa. Ovaric)adalah arteri pada wanita yang serupa dengan arteri spermatica internus pada pria,
memvaskularisasi ovarium. Asal dan jalurnya sama dengan arteri spermatica interna.

Arteri phrenica inferior (aa. Phrenic inferiores) (gb. 4)adalah dua pembuluh darah kecil yang memvaskularisasi
diafragma. Ia dapat berasal terpisah dari bagian depan aorta, terkadang salah satunya berasal dari aorta dan yang
lain dari arteri renalis; tetapi jarang muncul terpisah dari aorta. Mendekati bagian belakang tendo central diafragma
tiap pembuluh terbagi menjadi cabang medial dan lateral. Cabang medial melintas kedepan dan beranastomosis
dengan sesamanya disisi yang berlawanan, dan dengan arteri musculophrenicus dan pericardiophrenicus. Cabang
lateral melintas pada sisi thorax, dan beranastomosis dengan arteri intercostalis bawah, dan dengan arteri
musculophrenicus, ia juga memberi cabang ke vena cava inferior dan esophagus. Tiap-tiap pembuluh subcostal
memberi cabang suprarenalis superior menuju kelenjar suprarenal. Spleen dan liver juga menerima beberapa
cabangnya.
Arteri lumbalis (aa. Lumbales)merupakan satu seri denga arteri intercostalsi. Mereka biasanya berjumlah empat
pada tiap sisi, dan berasaldari bagian belakang aorta, berlawanan dengan vertebra lumbalis ke IV. Kadang juga
terdapa tpasangan ke V yang berukuran kecil yang berasal dari arteri sacralis media. Mereka beranastomosis
dengan arteri intercostalis inferior, subcostalis, iliolumbalis, iliaca circumflexi profunda, dan epigastrica inferior.
Cabang-cabangpada sela antara processus transversus tiap arteri lumbalis mepercabangkan ramus posterior yang
terdistribusi ke otot dan kulit punggung, ia kemudian menjadi cabang spinal yang memasuki canalis vertebralis dan
terdistribusi sama dengan cabang spinal ramus posterior arteri intercostalis. Cabang muscular dibentuk dari tiap
arteri lumbalis dan dari ramus posterior dari otot tetangganya.
Arteri sacralis media (a. Sacralis media) (gb. 8)adalah pembuluh kecil, yang muncul dari belakang aorta, sedikit
diatas bifurcatio. Ia turun pada garis tengah didepan vertebra lumbalis ke IV dan V, sacrum dan coccyx, dan berakhir
pada glomus coccygeum (coccygeal gland). Dari situ ia melintas ke permukaan belakang rectum.

Gambar 8: Arteri pada pelvis


Definisi
Aneurisma: Kata aneurisma berasal dari bahasa yunani aneurysma berarti pelebaran. Aneurisma adalah keadaan
dimana pembuluh darah menjadi membesar secara abnormal atau mengembang (over-inflated) seperti balon yang
menonjol keluar. Pelebaran yang terjadi adalah lokal dan lebih dari 50% diameter pembuluh darah. Aneurisma sering
terjadi pada arteri di basis otak (circulus Willisi) dan di aorta. Aneurisma adalah keadaan yang berbahaya karena
dapat ruptur dan menyebabkan kematian kapan saja.
Lapisan arteri yang kontak langsung dengan darah adalah tunica intima, sering disebut intima. Lapisan ini dibentuk
terutama oleh sel endothelial. Berdekatan dengan lapisan ini adalah tunica media, disebut juga lapisan media
terutama dibentuk oleh sel otot polos dan and jaringan elastik. Lapisan paling luar disebut tunica adventitia atau
adventitia, tersusun oleh jaringan ikat (gb. 9).

Gambar 9: Histologi aorta (kanan: perbesaran lemah; kiri: perbesaran kuat)


Aneurisma aorta: adalah aneurisma yang melibatkan aorta. Seperti yang telah diuraikan diatas bahwa aorta adalah
pembuluh darah besar utama yang berasal dari jantung yang mensuplai darah ke abdomen, pelvis, dan tungkai
bawah. Aorta disebut sebagai aorta thoracica saat ia meninggalkan jantung, ascenden, melengkung (arcus), dan
descenden lewat rongga thorak hingga mencapai diafragma (pemisah antara rongga thorak dan abdomen), aorta
mulai disebut sebagai aorta abdominalis setelah ia melewati diafragma dam berlanjut turun ke abdomen yang
terpisah menjadi dua arteri iliaca yang turun ke tungkai bawah. Aorta dapat mengalami aneurisma, dan biasanya
terjadi pada abdomen dibawah ginjal (abdominal aneurysm), tetapi dapat juga terjadi di rongga thorak (thoracic
aneurysm). Hal tersebut dapat terjadi jika dinding aorta menjadi lemah karena deposit lemak (plak) pada
atherosclerosis. Aneurisma juga dapat terjadi sebagai penyakit yang diturunkan seperti Marfan syndrome.
Beberapa lokasi yang sering terjadi aneurisma antara lain:
- Aorta (abdominal aortic aneurysm dan thoracic aortic aneurysm) (gb. 10)
- Otak (cerebral aneurysm) (gb. 10)
- Tungkai bawah (popliteal artery aneurysm)
- Usus (mesenteric artery aneurysm)
- Splenic artery aneurysm

Gambar 10: Aneurisma aorta abdominalis dan Berry aneurisma pada sirkulus Willisi
Klasifikasi
Aneurisma dapat digolongkan berdasarkan bentuknya: sakular atau fusiform (gb. 11). Sakular aneurisma menyerupai
kantong (sack) kecil; fusiform aneurisma menyerupai kumparan.
Aneurisma juga dapat digolongkan kedalam dua kelompok true aneurysms dan false aneurysms. True aneurysm
melibatkan pelebaran semua 3 lapis dinding pembuluh darah, intima, media, dan adventitia. True aneurysms dapat
karena malformasi kongenital, infeksi, atau hypertension. False aneurysm, juga disebut sebagai pseudoaneurysm,

melibatkan pelebaran hanya adventitia saja. Pseudoaneurysms dapat karena trauma melibatkan intima pembuluh
darah dan sebagai komplikasi prosedur arteri percutaneous.

Gambar 11: Aneurisma sakular dan fusiform


Etiologi
Aneurisma dapat terjadi sebagai kelainan kongenital atau akuisita. Penyebab pasti penyakit ini belum diketahui,
defek pada beberapa komponen dari dinding arteri dapat bertanggung jawab terdapat faktor risiko untuk terjadinya
aneurisma aorta meliputi tekanan darah yang tinggi, kadar kolesterol yang tinggi, diabetes, perokok
tembakau, alkoholism, dan insomnia. dan obesitas. Penyebab yang paling banyak dari aneurisma aorta adalah
pengerasan dari arteri disebut arteriosclerosis. Sekitar 80% dari aneurisma aorta adalah dari arteriosclerosis.
Arteriosclerosis dapat melemahkan dinding aorta dan tekanan darah yang dipompakan melewati aorta menyebabkan
ekspansi pada area yang lemah. Kehamilan sering dihubungkan dengan pembentukan dan rupture dari aneurisma
arteri splenica.
Faktor risiko aneurisma aorta antara lain:
- Perokok sigaret tidak hanya meningkatkan risiko pembentukan aneurisma aorta abdominalis, risiko terjadinya
rupture aneurisma juga sering terjadi pada perokok aktif.
- Tekanan darah tinggi
- Kadar kolesterol serum yang tinggi
- Diabetes mellitus
- Genetik adanya tendensi familial dalam terjadinya aneurisma. Cenderung menderita aneurisma pada usia muda
dan punya tendensi yang besar untuk menderita rupture aneurisma daripada individu tanpa riwayat keluarga.
Terdapat juga keadaan penyakit genetic dari jaringan ikat yang jarang terjadi seperti Ehlers-Danlos syndrome dan
Marfan's syndrome.
- Post-traumatik: setelah trauma fisik pada aorta.
- Arteritis: seperti pada Takayasu disease, giant cell arteritis, and relapsing polychondritis.
- Infeksi mycotic (fungal) yang dapat berasosiasi dengan immunodeficiency, penggunaan obat IV, operasi katub
jantung.
Rupture dan jendalan darah adalah risiko yang dapat terjadi dengan aneurisma. Rupture dapat menyebabkan
penurunan tekanan darah, takikardi, dan sakit kepala. Risiko kematian adalah tinggi kecuali rupture yang terjadi di
ekstremitas. Jendalan darah dari aneurisma arteri popliteal dapat terbawa ikut aliran darah dan menggangu jaringan.
Jendalan dari aneurisma vena popliteal lebih serius karena dapat menyebabkan emboli dan terbawa sampai jantung,
atau dari jantung ke paru (emboli pulmonal).
Aneurisma aorta abdominalis dapat terjadi pada siapa saja, tetapi lebih sering terlihat pada individu lebih dari 50
tahun dengan satu atau lebih faktor risiko. Semakin besar ukuran aneurisma semakin mudah untuk rupture.
Aneurisma aorta thoracica dapat terjadi pada aorta ascenden (25%), arcus aorta (25%), atau aorta descenden
(50%).
Lokasi (gb. 12)
Aneurisma dapat terjadi dimana saja terdapat pembuluh darah, meskipun paling sering terjadi pada arteri tetapi
dapat juga pada vena (misal: aneurisma vena popliteal). Sebagian besar aneurisma non intracranial (95%) muncul
pada distal arteri renalis di aorta abdominalis infrarenal. Aorta thoracica juga dapat terkena. Salah satu yang paling
sering dari aneurisma aorta thoracica meliputi pelebaran aorta proksimal dan pangkal aorta, yang dapat
menyebabkan insufisiensi aorta. Aneurisma dapat terjadi pada tungkai, terutama pembuluh darah dalam (vasa
popliteal pada lutut). Kebanyakan aneurisma muncul terisolasi, aneurisma berry pada anterior communicating
artery dari circulus Willisi berasosiasi dengan autosomal dominant polycystic kidney disease (ADPKD). Tahap ketiga
dari syphilis juga bermanifestasi aneurisma aorta, dimana terjadi kehilangan vasa vasorum di tunica adventitia.

Gambar 12: Beberapa lokasi aneurisma


Patogenesis (gb. 13)
Aorta manusia adalah sirkuit yang relatif rendah tahanan untuk peredaran darah. Ekstremitas bawah memiliki
tahanan arteri yang terbesar, dan trauma yang berulang sebagai cerminan gelombang arterial pada distal aorta dapat
mencederai dinding aorta dan menyebabkan degenerasi aneurisma. Hipertensi sistemik juga dapat mencederai, dan
mempercepat ekspansi aneurisma.
Secara hemodinamik, keadaan dilatasi aneurisma dan peningkatan stress dinding sesuai dengan hukum Laplace.
Spesifiknya, hukum Laplace menyatakan bahwa tekanan dinding proporsional terhadap tekanan dikali radius dari
arterial (T = P x R). Peningkatan diameter, diikuti dengan peningkatan tekanan dinding, sebagai respon terhadap
peningkatan diameter. Meningkatnya tekanan, maka meningkat pula risiko ruptur. Peningkatan tekanan (hipertensi
sistemik) dan meningkatnya ukuran aneurisma memicu tekanan pada dinding dan lebih lanjut meningkatkan risiko
ruptur.
Patogenesis dari pembentukan aneurisma aorta abdominalis belum dimengerti secara baik. Aneurisma aorta
abdominalis dikarakteristikkan dengan destruksi elastin dan kolagen pada tunica media dan adventitia, ilangnya sel
otot polos tunica media dengan penipisan dinding pembuluh, dan infiltrat limfosit dan makrofag transmural.
Atherosclerosis adalah gambaran utama yang mendasari aneurisma. Bagaimanapun juga kurang disetujui jika
menyebutkan atherosclerosis menyebabkan aneurisma sebagai penyakit primer pada intima sementara pementukan
aneurisma terutama melibatkan tunica media dan adventitia. National Heart, Lung, and Blood Institute Request for
Applications (HL-99-007) mengajukan judul "Pathogenesis of Abdominal Aortic Aneurysms" dan diidentifikasi 4
mekanisme yang relevan dengan pembentukan aneurisma aorta abdominalis 1) degradasi proteolitik dari dinding
jaringan ikat aorta, 2) inflamasi dan respon imun, 3) stress biokimia pada dinding, dan 4) molecular genetics.

Degradasi proteolitik dari dinding jaringan ikat aortapembentukan aneurisma melibatkan proses komplek dari
destruksi tunica media aorta dan jaringan penyokongnya lewat degradasi elastin dan kolagen. Pada model in vivo
dari pembentukan aneurisma aorta abdominalis, meliputi aplikasi calcium chloride dan perfusi elastase intraluminal,
telah digunakan untuk meningkatkan peran berbagai protease selama pembentukan aneurisma. Model tersebut,
sebaik yang telah dipelajari juga pada jaringan aorta manusia, menunjukkan bahwa berbagai matrix
metalloproteinase proteinases (MMPs), berasal dari makrofag dan sel otot polos aorta, memainkan peran terintegrasi
dalam pembentukan aneurisma. Disolusi kolagen intersisial mengikuti ekspresi dari collagenase MMP-1 dan MMP-13
pada aneurisma aorta abdominalis manusia. Elastase MMP-2 (gelatinase A), MMP-7 (matrilysin), MMP-9 (gelatinase
B), dan MMP-12 (elastase makrofag) juga meningkat pada jaringan aneurisma aorta. MMP-12, diekspresikan tinggi
pada aneurisma aorta abdominalis manusia dan dapat berperan penting dalam inisiasi aneurisma. Sebagai
tambahan, tingginya kadar MMP-2, ditemukan pada aneurisma aorta yang kecil, menunjukkan peran MMP-2 pada
pembentukan awal aorta. Terakhir elastase MMP-9 yang dapat diinduksi meningkat pada jaringan aorta, juga pada
serum pasien aneurisma. Selama pembentukan aneurisma, keseimbangan remodeling dinding pembuluh antara
MMPs dan inhibitornya yaitu Tissue Inhibitors of Metalloproteinases (TIMPs), menentukan degradasi elastin dan
kolagen. Lebih lanjut mekanisme biologis yang menginisiasi proteolitik enzim pada aorta belum diketahui.
Inflamasi dan respon imngambaran histologi yang menonjol dari aneurisma aorta abdominalis adalah infiltrasi
transmural oleh makrofag dan limfosit. Dihipotesiskan bahwa sel ini secara simultan melepaskan kaskade sitokin
yang menghasilkan aktivasi berbagai protease. Pemicu untuk influk dan migrasi leukosit belum diketahui, tetapi
paparan produk degradasi elastin pada dinding aorta dapat berperan sebagai primary chemotactic attractant untuk
infiltrasi makrofag. Konsep bahwa pembentukan aneurisma adalah respon autoimun didukung oleh infiltrat ekstensif
dari limfosit dan monosit, juga deposisi imunogobulin G yang reaktif terhadap matriks protein ekstraselular pada
dinding aorta. Tunica adventicia tampaknya adalah area utama yag menjadi tempat infiltrasi leukosit dan aktivasi
inisial MMP. Sitokin dari makrofag dan limfosit meningkat pada dinding aneurisma aorta, meliputi IL-1, TFN-a, IL-6,
IL-8, MCP-1, IFN-g, dan GM-CSF. Sitokin inflamatori ini, bersama dengan plasminogen aktivator, menginduksi
ekspresi dan aktivasi dari MMPs dan TIMPs.
Stress biokimia pada dindingletak terbanyak infrarenal untuk pembentukan aneurisma aorta abdominalis
menunjukkan perbedaan potensial pada struktur aorta, biologi dan stress disepanjang aorta. Peningkatan shear dan
tension pada dinding aorta menghasilkan remodeling kolagen. Lebih lanjut, penurunan rasio elastin terhadap kolagen
dari proksimal ke distal aorta dapat relevan secara klinis semenjak penurunan elastin berhubungan dengan dilatasi
aorta, sementara degradasi kolagen adalah predisposisi untuk ruptur. Saat aneurisma terbentuk, maka peningkatan
stress dinding adalah penting dalam percepatan dilatasi dan peningkatan risiko ruptur. -blockers berperan untuk
mengurangi stress dinding dan telah diperkirakan berperan protektif untuk dilatasi aneurisma dan ruptur pada model
binatang.
Molekular genetikfamilial cluster dan subtype HLA menunjukkan baik peran genetik dan imunologis dalam
patognesis aneurisma. Yang terbaru, tidak ada polimorfisme gen tunggal atau defek yang dapat
diidentifikasi sebagai denominator yang paling sering untuk aneurisma aorta abdominalis. Beberapa fenotip
telah ditemukan berhubungan dengan pembentukan aneurisma aorta abdominalis. Sebagai contoh, Hp-2-1
fenotip haptoglobin dan defisiensi a1-antitrypsin berasosiasi dengan pembentukan aneurisma. Sebagai
tambahan, adanya penurunan frekuensi aneurisma pada pasien dengan Rh-negative blood group dan penngkatan
frekuensi pada pasien dengan MN atau Kell-positive blood groups.
Mekanisme gabungankombinasi dari faktor multipel meliputi stress hemodinamik lokal, fragmentasi tunica media,
dan presdiposisi genetik, lewat mekanisme imunologi yang tidak diketahui sepertinya menstimulasi sel-sel inflamasi
kedalam dinding aorta. Sel inflamasi kemudian melepaskan chemokine dan sitokin menghasilkan influk lebih lanjut
dari leukosit dengan ekspresi dan aktivasi protease, terutama MMPs. Protease ini menghasilkan degradasi tunica
media dan dilatasi aneurisma. Peningkatan stress dinding kemudian melanjutkan proses proteolisis dan progresifitas
dilatasi aneurisma dengan ruptur aorta jika tidak ditangani dengan tepat.

Gambar 13: Skema patogenesis aneurisma aorta


Gejala dan Tanda
Aneurisma terbentuk secara perlahan selama beberapa tahun dan sering tanpa gejala. Jika aneurisma mengembang
secara cepat, maka terjadi robekan (ruptur aneurisma), atau kebocoran darah disepanjang dinding pembuluh darah (
aortic dissection), gejala dapat muncul tiba-tiba.
Aneurisma aorta abdominalis
Aneurisma asimptomatikaneurisma ini biasanya ditemukan saat pemeriksaan fisik rutin dengan dideteksinya
pulsasi aorta yang prominen. Lebih sering aneurisma asimptomatik ditemukan sebagai penemuan insidental saat
pemeriksaan USG abdomen atau CT scan. Denyut perifer biasanya normal, tetapi penyakit arteri oklusif pada renal
atau ekstremitas bawah sering ditemukan pada 25% kasus. Aneurisma arteri popliteal terdapat pada 15% kasus
pasien dengan aneurisma aorta abdominalis.
Aneurisma simptomatiknyeri midabdominal atau punggung bawah atau keduanya dan adanya pulsasi aorta
prominen dapat mengindikasikan pertumbuhan aneurisma yang cepat, ruptur, atau aneurisma aorta inflamatorik.
Aneurisma inflamatorik terhitung kurang dari 5% dari aneurisma aorta dan dikarakteristikkan dengan inflamasi
ekstensif periaortic dan retroperitoneal dengan sebab yang belum diketahui. Pada pasien ini terdapat demam ringan,
peningkatan laju endap darah, dan riwayat infeksi saluran pernapasan atas yang baru saja; pasien sering sebagai
perokok aktif. Infeksi aneurisma aorta (baik dikarenakan oleh emboli septik atau kolonisasi bakteri aorta normal dari
aneurisma yang ada) sangat jarang terjadi tetapi harus diperkirakan pada pasien dengan aneurisma sakular atau
aneurisma yang bersamaan dengan fever of unknown origin.
Ruptur aneurismapasien dengan ruptur menderita nyeri hebat pada punggung, abdomen, dan flank serta
hipotensi. Ruptur posterior terbatas pada retroperitoneal dengan prognosis yang lebih baik daripda ruptur anterior ke
rongga peritoneum. 90% meninggal sebelum tiba di rumah sakit. Satu-satunya kesempatan untuk menolong adalah
perbaikan bedah emergensi.
Gejala ruptur antara lain:
- Sensasi pulsasi di abdomen
- Nyeri abdomen yang berat, tiba-tiba, persisten, atau konstan. Nyeri dapat menjalar ke selangkangan, pantat, atau
tungkai bawah.
- Abdominal rigidity
- Nyeri pada punggung bawah yang berat, tiba-tiba, persisten, atau konstan, dapat menjalar ke selangkangan,
pantat, atau tungkai bawah
- Anxietas
- Nausea dan vomiting
- Kulit pucat
- Shock
- Massa abdomen
Aneurisma aorta thoracica
Manifestasi klinisnya tergantung dari besarnya ukuran, posisi aneurisma, dan kecepatan tumbuhnya. Sebagian besar
adalah asimptomatik dan ditemukan dalam prosedur diagnostik untuk keadaan lain. Beberapa pasien mengeluh nyeri

substernal, punggung, atau leher. Yang lainnya menderita dispneu, stridor, atau batuk akibat penekanan pada
trakhea, disphagia akibat penekanan pada esophagus, hoarseness akibat penekanan pada nervus laryngeus
recurrent sinistra, atau edema leher dan lengan akibat penekanan pada vena cava superior. Regurgitasi aorta karena
distorsi anulus valvula aortikus dapat terjadi dengan aneurisma aorta ascenden.
Pemeriksaan Penunjang
- Ultrasound (gb. 14adalah pemeriksaan skrining pilihan dan bernilai juga untuk mengikuti perkembangan
aneurisma pada pasien dengan aneurisma yang kecil (<5 cm). Biasanya aneurisma membesar 10% diameter per
tahunnya; sehingga USG abdomen direkomendasikan untuk aneurisma yang lebih besar 3,5 cm.

Gambar 14: USG abdomen pada aneurisma aorta


- CT scan (gb. 15)tidak hanya tepat dalam menentukan ukuran aneurisma tetrapi juga menentukan hubungan
terhadap arteria renalis.

Gambar 15: CT scan abdomen pada aneurisma aorta


- Angiography aorta (aortography) (gb. 16)diindikasikan sebelum repair aneurisma arterial oclusive disease pada
viseral dan ekstremitas bawah atau saat repair endograft akan dilakukan.

Gambar 16: Aortography aorta abdominalis pada aneurisma aorta


Terapi
Aneurisma aorta abdominalis
Terapi aneurisma secara tradisional adalah intervensi bedah atau observasi (watchful waiting) dengan kombinasi
pengawasan tekanan darah. Sekarang, endovascular atau teknik invasif minimal telah dikembangkan untuk berbagai
tipe aneurisma.
Jika aneurisma berukuran kecil dan tidak ada gejala (misalnya aneurisma yang ditemukan saat pemeriksan
kesehatan rutin), maka direkomendasikan pemeriksaan kesehatan periodik saja, meliputi pemeriksaan ultrasonik tiap
tahunnya, untuk memantau apakah aneurisma menjadi besar.
Aneurisma yang menyebabkan gejala membutuhkan tindakan bedah untuk mencegah komplikasi. Operasi
direkomendasikan untuk pasien dengan aneurisma yang lebih dari 5 cm diameternya dan aneurisma yan meningkat
ukurannya secara cepat. Tujuan tindakan bedah adalah melaksanakan operasi sebelum komplikasi terjadi.
Ada dua pendekatan tindakan bedah. Secara tradisional adalah membuka abdomen (gb. 18). Pembuluh darah yang
abnormal digantikan oleh graft yang dibuat dari material sintetis, seperti Dacron (gb. 17). Pendekatan lain disebut
endovascular repair (gb. 19). Tube tipis disebut catheters dimasukkan lewat arteri ke inguinal. Tube ini
memungkingkan graft diletakkan tanpa membuat potongan besar di abdomen dan penyembuhan dapat lebih cepat.
Aneurisma aorta thoracica
Indikasi untuk pembedahan meliputi adanya gejala, ekspansi cepat, atau ukuran yang lebih besar dari 5 cm. Risiko
operasi dari kondisi komorbid harus dipertimbangkan jika merekomendasikan repair aneurisma yang asimtomatik.
Morbiditas dan mortalitas tinggi dibandingkan dengan aneurisma aorta abdominal. Insisi aneurisma
thoracoabdominal berasosiasi dengan risiko tinggi komplikasi pulmonal dan manajemen nyeri postoperatif yang lebih
ekstensif. Adanya nervus laryngeus recurrent, nervus phrenicus, dan arteria subklavia membuat trauma terhadap
bangunan tersebut menjadi mungkin. Arteria radicularis major (artery of Adamkiewicz) muncul dari arteri intercostalis
antara T8 dan L1 dan sebagai arteri medulla spinalis yang dominan pada 80% pasien, menunjukkan adanya risiko
paraplegi selama repair aneurisma thoracica. Repair endovascular dari aneurisma aorta thoracica mengurangi risiko
kardiopulmonal, tetapi lokasi aneurisma yang sulit dapat menggantikan repair endovascular dengan metode terkini.
Penelitian terbaru mengembangkan branched stent graft untuk perbaikan dari aneurisma arkus dan
thorakoabdominal.

Gambar 17: Graft sintetis

Gambar 18: Open surgical repair pada aneurisma aorta abdominalis

Gambar 19: Endovascular graft pada aneurisma aorta abdominalis


Aneurisma perifer
Untuk aneurisma aorta dan aneurisma yang terjadi pada pembuluh darah yang mensuplai darah ke lengan, kaki, dan
kepala (peripheral vessels), pembedahan meliputi penempatan bagian yang melebar dengan tube artifisial (graft).
Kini, metallic stents atau coated metallic stent grafts telah dikembangkan dan dapat dimasukkan lewat arteri di kaki.
Komplikasi
- Aortic rupture
- Hypovolemic shock
- Arterial embolism

- Kidney failure
- Heart attack
- Stroke
- Aortic dissection
Diagnosis Banding
Aneurisma aorta thoracica
Keadaan penyebab nyeri dada dapat dijadikan diagnosis banding, antara lain:

Penyebab

Penyakit
Esophagitis
Perikarditis
Penyakit Paru Obstruktif Kronis
Infark miokard akut
Diseksi aorta
Hemothorak masif
Pneumothorak
Fraktur costae

Inflamasi
Obstruksi
Iskemia
Hemoragi
Trauma

Aneurisma aorta abdominalis


Keadaan penyebab akut abdomen dapat dijadikan diagnosis banding, antara lain:

Penyebab

Inflamasi

Obstruksi
Iskemia
Hemoragi
Trauma

Penyakit
Perforasi ulkus peptik
Perforasi usus tifus
Pankreatitis akut
Kolesistitis akut
Peritonitis
Hernia inkarserata
Volvulus
Nephrolitiasis, Ureterolitiasis (kolik ureter)
Kholelitiasis (kolik bilier)
Hernia strangulata
Volvulus
Kehamilan ektopik
Ruptur organ (perdarahan gunjal, limpa atau hati)
Perforasi organ berongga

Prognosis
outcome biasanya baik jika perbaikan dilakukan oleh ahli bedah yang berpengalaman sebelum ruptur. Kurang dari
50% dari pasien bertahan dari ruptur aneurisma abdominal. Mortalitas setelah open elective atau endovascular repair
adalah 1-5%. Pada umumnya pasien dengan aneurisma aorta yang lebih besar dari 5 cm mempunyai kemungkinan
tiga kali lebih besar untuk meninggal sebagai konsekuensi dari ruptur dibandingkan dari reseksi bedah. Survival rate
5 tahun setelah tindakan bedah adalah 60-80%. 5-10% pasien akan mengalami pembentukan aneurisma lainnya
berdekatan dengan graft.
Prevensi
Aktivitas fisik yang cukup, konsumsi yang baik dan cukup, hindari merokok.
KESIMPULAN
- Aorta adalah pembuluh darah besar dari segenap pembuluh darah cabangnya yang berfungsi membawa darah
teroksigenasi ke berbagai jaringan untuk kebutuhan nutrisinya.
- Kata aneurisma berasal dari bahasa yunani aneurysma berarti pelebaran. Aneurisma adalah keadaan dimana
pembuluh darah menjadi membesar secara abnormal
- Aneurisma aorta adalah aneurisma yang melibatkan aorta.

- Aorta dipisahkan menjadi: aorta ascenden, arcus aorta, dan aorta descenden yang dibagi lagi menjadi aorta
thoracica dan aorta abdominalis.
- Aneurisma dapat digolongkan berdasarkan bentuknya: sakular atau fusiform. Dapat juga digolongkan kedalam dua
kelompok true aneurysms dan false aneurysms.
- Aneurisma dapat terjadi sebagai kelainan kongenital atau akuisita. Penyebab pastinya belum diketahui.
- Faktor risiko meliputi tekanan darah tinggi, kadar kolesterol tinggi, diabetes, perokok
tembakau, alkoholism, insomnia, dan obesitas.
- Aneurisma dapat terjadi dimana terdapat pembuluh darah, paling sering terjadi pada arteri tetapi dapat juga pada
vena. Beberapa lokasi antara lain pada: aorta, otak, tungkai bawah, usus, spleen.
- Patogenesis aneurisma belum diketahui pasti tetapi telah diidentifikasi 4 mekanisme: 1) degradasi proteolitik dari
dinding jaringan ikat aorta, 2) inflamasi dan respon imun, 3) stress biokimia pada dinding, dan 4) molecular genetik.
- Aneurisma yang terbentuk perlahan dalam beberapa tahun sering tanpa gejala. Jika aneurisma mengembang
cepat, maka terjadi ruptur aneurisma, atau aortic dissection.
- Gejala aneurisma aorta abdominal: nyeri midabdominal atau punggung bawah atau keduanya dan adanya pulsasi
aorta prominen.
- Gejala aneurisma aota thoracica: nyeri substernal, punggung, atau leher, dispneu, stridor, batuk, disphagia,
hoarseness, atau edema leher dan lengan.
- Pemeriksaan penunjang: abdominal ultrasound, CT scan abdomen, angiography aorta.
- Terapi aneurisma adalah intervensi bedah atau observasi.
- Aneurisma kecil dan tidak bergejala direkomendasikan pemeriksaan kesehatan periodik.
- Aneurisma bergejala perlu tindakan bedah. Direkomendasikan untuk aneurisma > 5 cm diameter dan aneurisma
yang meningkat ukurannya secara cepat. Tujuan tindakan bedah adalah mencegah terjadinya komplikasi.
- Komplikasi: aortic rupture, hypovolemic shock, arterial embolism, kidney failure, heart attack, stroke, aortic
dissection.
- Penyebab nyeri dada dapat dijadikan diagnosis banding, antara lain: esophagitis, perikarditis, Penyakit Paru
Obstruktif Kronis, infark miokard akut, diseksi aorta, hemothorak masif, pneumothorak, fraktur costae.
- Penyebab akut abdomen dapat dijadikan diagnosis banding, antara lain: perforasi ulkus peptik, perforasi usus tifus,
pankreatitis akut, kolesistitis akut, peritonitis hernia inkarserata, volvulus, nephrolitiasis, ureterolitiasis (kolik ureter),
kholelitiasis (kolik bilier) dll.
- Prognosis biasanya baik jika perbaikan dilakukan oleh ahli bedah yang berpengalaman sebelum ruptur.
- Aktivitas fisik yang cukup, konsumsi yang baik dan cukup, hindari merokok dapat mencegah timbulnya aneurisma

Anda mungkin juga menyukai