Seminar Icu Tidar
Seminar Icu Tidar
22020114210076
ESTHIDARMASTUTI
22020114210085
22020114210099
MIFTAHUL FIRZANUDDIN
22020114210001
NUNUN PRATIWI
22020114210086
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Syok merupakan suatu keadaan kegawat daruratan yang ditandai
dengan kegagalan perfusi darah ke jaringan, sehingga mengakibatkan
gangguan metabolisme sel. Dalam keadaan berat terjadi kerusakan sel yang
tak dapat dipulihkan kembali (syok ireversibel), oleh karena itu penting untuk
mengenali keadaan-keadaan tertentu yang dapat mengakibatkan syok, gejala
dini yang berguna untuk penegakan diagnosis yang cepat dan tepat untuk
selanjutnya dilakukan suatu penatalaksanaan yang sesuai.1
Salah satu bentuk syok yang amat berbahaya dan mengancam
jiwa penderitanya adalah syok kardiogenik. Syok kardiogenik adalah
gangguan yang disebabkan oleh penurunan curah jantung sistemik pada
keadaan volume intravaskular yang cukup, dan dapat mengakibatkan hipoksia
jaringan. Syok dapat terjadi karena disfungsi ventrikel kiri yang berat, tapi
dapat pula terjadi pada keadaan dimana fungsi ventrikel kiri cukup baik.
Hipotensi sistemik umumnya menjadi dasar diagnosis. Nilai cut off untuk
tekanan darah sistolik yang sering dipakai adalah <90 mmHg. Dengan
menurunnya tekanan darah sistololik akan meningkatkan kadar katekolamin
yang mengakibatkan konstriksi arteri dan vena sistemik. Manifestasi klinik
dapat dittemukan tandatanda hipoperfusi sistemik mencakup perubahan
status mental, kulit dingin, dan oliguria.2
Penyebab syok kardiogenik yang terbanyak adalah infark miokard akut,
dimana terjadi kehilangan sejumlah besar miokardium akibat terjadinya
nekrosis. Insidens syok kardiogenik sebagai komplikasi sindrom koroner akut
bervariasi. Hal ini berhubungan dengan definisi syok kardiogenik dan kriteria
sindrom koroner akut yang dipakai sanat beragam pada berbagai penelitian.
Syok kardiogenik terjadi pada 2,9% pasien angina pectoris tak stabil dan 2,1%
pasien IMA non elevasi ST. Median waktu perkembangan menjadi syok pada
pasien ini adalah 76 jam dan 94 jam, dimana yang tersering setelah 48 jam.
Syok lebih sering dijumpai sebagai komplikasi IMA dengan elevasi ST
daripada tipe lain dari sindrom koroner akut. Pada studi besar di negara maju,
pasien IMA yang mendapat terapi trombolitik tetap ditemukan kejadian syok
kardiogenik yang berkisar antara 4,2% sampai 7,2%. Tingkat mortalitas masih
tetap tinggi sampai saat ini berkisar antara 70-100%. 2
Hal ini merupakan suatu keadaan gawat yang membutuhkan penanganan
yang cepat dan tepat, bahkan dengan penanganan yang agresif pun angka
kematiannya tetap tinggi yaitu antara 80-90%.1 Oleh karena itu penanganan
yang cepat dan tepat pada penderita syok kardiogenik ini mengambil peranan
penting di dalam pengelolaan/penatalaksanaan pasien guna menyelamatkan
jiwanya dari ancaman kematian.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan
syok kardiogenik.
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian primer dan sekunder pada
klien dengan syok kardiogenik.
b. Mahasiswa mampu merencanakan tindakan kegawatdaruratan pada
klien dengan syok kardiogenik.
c. Mahasiswa mampu melakukan implementasi pada klien dengan syok
kardiogenik.
d. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi pada klien dengan syok
kardiogenik.
e. Mahasiswa mampu melakukan dikumentasi pada klien dengan syok
kardiogenik.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Syok kardiogenik adalah syok yang berasal dari jantung. Penyebab
utamanya adalah IM, tetap juga dapat disebabkan oleh disfungsi berat katup
jantung (disfungsi katup), disritmia yang tidak dapat ditangani, rupture
aneurisma aorta, kegagalan jantung kongestif berat, dan tamponade jantung.
Syok kardiogenik adalah keadaan darurat medis yang memerlukan tindakan
cepat dan tepat untuk menghindari kerusakan sel-sel yang ireversibel dan
kematian1.
Syok kardiogenik biasanya ditandai dengan penurunan tekanan darah
(sistolik kurang dari 90 mmHg, atau berkurangnya tekanan arteri rata-rata
lebih dari 30 mmHg) dan atau penurunan pengeluaran urin (kurang dari 0,5
ml/kg/jam) dengan laju nadi lebih dari 60 kali per menit dengan atau tanpa
adanya kongesti organ. Tidak ada batas yang jelas antara sindrom curah
jantung rendah dengan syok kerdiogenik2.
Syok kardiogenik merupakan stadium akhir disfungsi ventrikel kiri atau
gagal jantung kongestif, terjadi bila ventrikel kiri mengalami kerusakan yang
luas. Otot jantung kehilangan kekuatan kontraktilitasnya,menimbulkan
penurunan curah jantung dengan perfusi jaringan yang tidak adekuat ke organ
vital (jantung, otak, ginjal). Derajat syok sebanding dengan disfungsi ventrikel
kiri2.
Syok kardiogenik adalah syok yang disebabkan karena fungsi jantung
yang tidak adekuat, seperti pada infark miokard atau obstruksi mekanik
jantung, manifestasinya meliputi hipovolemia, hipotensi, kulit dingin, nadi
yang lemah, kekacauan mental, dan kegelisahan.
B. Etiologi
Etiologi dari shock kardiogenik yaitu:2
1. Gangguan kontraktilitas miokardium
2. Disfungsi ventrikel kiri yang berat yang memicu terjadinya kongesti paru
dan/atau hipoperfusi iskemik
3. Infark miokard akut ( AMI)
4. Komplikasi dari infark miokard akut, seperti: ruptur otot papillary, ruptur
septum,
atau
infark
ventrikel
kanan,
dapat
mempresipitasi
perspirasi)
10. Distensi vena jugularis
11. Indeks jantung kurang dari 2,2 L/menit/m2.
12. Tekanan pulmonary artery wedge lebih dari 18 mmHg.
13. Suara nafas dapat terdengar jelas dari edem paru akut
E. Masalah yang mungkin muncul
Menurut Mubin (2008), diagnosis syok kardiogenik adalah berdasarkan 3:
1. Keluhan Pokok
a.Oliguri (urin < 20 mL/jam).
b. Mungkin ada hubungan dengan IMA (infark miokard akut).
c.Nyeri substernal seperti IMA.
2. Tanda Penting
a.Tensi turun < 80-90 mmHg
b. Takipneu dan dalam
c.Takikardi
d. Nadi cepat
e.Tanda-tanda bendungan paru: ronki basah di kedua basal paru
f. Bunyi jantung sangat lemah, bunyi jantung III sering terdengar
g. Sianosis
h. Diaforesis (mandi keringat)
i. Ekstremitas dingin
j. Perubahan mental
3. Kriteria
Adanya disfungsi miokard disertai :
a. Tekanan darah sistolis arteri < 80 mmHg.
b. Produksi urin < 20 mL/jam.
c. Tekanan vena sentral > 10 mmH2O
d. Ada tanda-tanda: gelisah, keringat dingin, akral dingin, takikardi
F. Pemeriksaan penunjang
1. EKG; mengetahui hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpanan aksis,
iskemia dan kerusakan pola.
2. ECG; mengetahui adanya sinus takikardi, iskemi, infark/fibrilasi atrium,
ventrikel hipertrofi, disfungsi penyakit katub jantung.
3. Rontgen dada; Menunjukkan pembesaran jantung.
Bayangan
H. Pengkajian sekunder
Pengkajian sekunder
meliputi
anamnesis
dan
pemeriksaan
fisik.
I. Penatalaksanaan Medis
Menurut Dean AJ, Beaver KM (2007):4
1. Emergent therapy Terapi ini bertujuan untuk menstabilkan hemodinamik
pasien dengan oksigen, pengaturan jalan nafas (airway control), dan akses
intravena. Diperlukan usaha untuk memaksimalkan fungsi ventrikel kiri.
2. Volume expansion Jika tidak ada tanda volume overload atau edema paru,
volume expansion dengan 100mL bolus dari normal saline setiap 3 menit
sebaiknya dicoba; hingga, baik perfusi yang cukup maupun terjadi
kongesti paru. Pasien dengan infark ventrikel kanan memerlukan
peningkatan tekanan untuk mempertahankan atau menjaga kardiak output.
3. Inotropic support
a. Pasien dengan hipotensi ringan (tekanan darah sistolik 80-90 mmHg)
dan kongesti pulmoner, untuk hasil terbaik dirawat dengan
dobutamine (2,5 mikrogram/kg berat badan/menit, pada interval 10
menit). Dobutamine menyediakan dukungan inotropik saat permintaan
oksigen miokardium meningkat secara minimal.
b. Pasien dengan hipotensi berat (tekanan darah sistolik kurang dari 7580 mmHg) sebaiknya dirawat dengan dopamine.
c. Pada dosis lebih besar dari 5,0 mikrogram/kg berat badan/menit,
stimulasi alfa-adrenergik secara bertahap meningkat, menyebabkan
vasokonstriksi perifer. Pada dosis lebih besar dari 20 mikrogram/kg
berat badan/menit, dopamine meningkatkan ventricular irritability
tanpa keuntungan tambahan.
d. Kombinasi dopamine dan dobutamine merupakan strategi terapeutik
yang efektif untuk syok kardiogenik, meminimalkan berbagai efek
1.
b.
dengan
terapi
farmakologis.
Pertama,
kecepatan
ventrikular
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
Tanggal masuk ICU: 9 Januari 2015/ 17.00
Tanggal pengkajian : 9 Januari 2015/18.00
1. Identitas
Nama
: Ny. S
Jenis kelamin
: Perempuan
Usia
: 70 Th
Alamat
: Canguk
Agama
: Islam
No RM
: 233680
Diagnosa medis
: syok kardiogenik
Penanggung jawab
Nama
: Ny. H
Alamat
: Canguk
Hubungan dengn klien
: Anak
2. Pengkajian primer
a. Airways
Tidak ada sumbatan jalan napas
b. Breathing
RR= 22 x/menit, napas dalam, irama napas reguler, tidak terdengar
bunyi napas tambahan
c. Circulation
TD= 140/90 mmHg, N= 108 x/menit, tanda-tanda sianosis (-), CRT<3
detik, tidak ada tanda-tanda perdarahan, akral hangat
d. Dissability
Kesadaran composmentis, GCS= 15(E4V5M6), pupil isokor
e. Exposure
Tidak ada tanda-tanda rauma, S=36,3oC
3. Pengkajian sekunder
a. Keluhan utama
Klien mengatakan nyeri dada sejak dua hari yang lalu
O : kien merasa nyeri saat istirahat
P : nyeri bertambah ketika beraktifitas
Q : nyeri seperti tertindih beban berat
R : dada kiri
S : skala nyeri 8
T : hilang timbul
b. Riwayat penyakit sekarang
Klien mengatakan nyeri dada sejak dua hari yang lalu, klien telah
berobat ke puskesmas dan sudah berkurang. Namun nyeri mulai terasa
lagi sejak tadi malam (8 Januari 2015) kemudian oleh keluarga klien
dibawa ke IGD RSUD Tidar
c. Riwayat penyakit dahulu
Keluarga mengatakan jika dulu (>5 tahun yang lalu) klien memiliki
riwayat penyakit hipertensi.
d. Riwayat penyakit keluarga
Keluarga mengatakan jika anggota keluarga tidak ada yang
memilikiriwayat penyakit yang sama seperti klien.
e. AMPLE
1) Alergy
Klien mengatakan jika ia tidak memiliki riwayat alergi baik
terhadap makanan, minuman, obat, maupun lainnya.
2) Medication
Keluarga mengtakan jika kien sedang menjalani pengobatan terkait
nyeri dada, dan sedang mengkonsumsi obat dari puskesmas, namun
keluarga lupa obat apa saja yang dikonsumsi.
3) Past illness
Keluarga mengatakan jika klien memiliki riwayat hipertensi, da
sejak dua hari yang lalu mengalami nyeri dada
4) Last meal
Keluarga mengatakan jika klien sebelumnya hanya makan
makanan biasa seperti nasi, sayur dan lauk
5) Event
Nyeri dada dirasakan oleh klien seja dua hari yang lalu. Nyeri
dirasakan saat beristirahat, berkurang dan kemudian nyeri
bertambah kembali
f. Pengkajian fisik
1) Kepala
Bentuk kepala mesocepal, persebaran rambut merata, rambut
rontok, rambut berwarna putih, berminyak, lesi di kulit kepala (-),
perdarahan (-), massa (-). Tidak ada jejas, lesi, ataupun massa di
bagian muka.
2) Mata
Simetris , bola mata bergerak normal, lesi (-), perdarahan (-), bulu
mata dan alis tersebar merata, sklera anikterik, konjungiva tidak
anemis, kornea keruh, massa (-), nyeri tekan (-), pupil isokor,
reflek pupil baik, diameter 3 mm, pandangan tidak terlalu baik
(kabur), jarak pandang klien 1 meter, alat bantu penglihat (-)
3) Hidung
Lesi (-), perdarahan (-), massa (-), tampak bulu hidung, terlihat
kotoran, nyeri tekan (-), sekret (-), penciuman baik, terpasang
kanul oksigen dengan aliran sebanyak 3 liter/menit.
4) Mulut dan gigi
Bibir berwarna merah muda, tidak tampak tanda sianosis, kering,
massa (-), mulut dan gigi kotor, gigi palsu (-), jumlah gigi tidak
lengkap, uvula simetris, radang (-), tonsil tidak mengalami radang
ataupun pembesaran.
5) Telinga
Telingan simetris, tidak ada keluaran dari telinga, lesi (-),
perdarahan (-), massa (-), nyeri tekan (-), pendengaran tidak terlalu
baik, alat bantu dengar (-)
6) Leher
Lesi (-), perdarahan (-), simetris, pembesaran Kelenjar tiroid (-),
massa abnormal (-), bising pada kelenjar tiroid (-), letak trakea
simetris di tengah, bising arteri karotis (-)
7) Dada
a) Inspeksi
Simetris, lesi (-), perdarahan (-), pengembangan dada simetris
22x/menit, otot bantu napas (-), retraksi dada (-)
b) Palpasi
Nyeri tekan (-), massa (-), pengembangan paru simetris, taktil
fremits teraba
c) Perkusi
Sonor disemua lapang paru, dan redup di bagian jantung
d) Auskultasi
Vesikular di ssemua lapang paru
8) Jantung
a) Inspeksi
tidak tampak ictus cordis, jejas (-)
b) Palpasi
Ictus cordis teraba di ICS 5, pulsasi kuat, teraba denyutan di
epigastrik
c) Perkusi
Batas jantung
Atas: ICS
Bawah
Kanan
kiri
d) Auskultasi
S1-S2 reguler, tidak ada bunyi jantung tambahan
9) Abdomen
a) Inspeksi
Datar, , lesi (-), perdarahan (-), simetris, tidak ada peradangan
pada umbilicus
b) Auskultasi
Bising usus= 7x/menit, bising aorta (-)
c) Perkusi
Timpani pada organ berongga, redup pada organ yang solid,
tidak ada pembesaran hati
d) Palpasi
Nyeri tekan (-), massa (-), hati tidak teraba, lien sulit teraba
10) Genitalia
Bersih, lesi (-), perdarahan (-), nyeri tekan (-), massa (-), keluaran
(-), terpasang kateter urin
11) Ekstremitas
(a) Atas
Tidak terdapat lesi, kulit kering, CRT<3detik, turgor kulit
elastis, tidak terdapat edema, akral dingin, kekuatan otot (5/5)
(b) Bawah
Tidak terdapat lesi, kulit kering, CRT<3detik, turgor kulit
elastis, tidak terdapat edema, akral dingin, kekuatan otot (5/5),
terdapat abnormalitas bentuk tulang di kaki kanan dan kiri.
g. Pengkajian fungsional
1) Oksigenasi
Saat di ICU RR= 22x/menit, terpasang nasal kanul dengan aliran
O2 3 liter/menit, terkadang masih telihat sesak napas
Sebelum di rawat
3 kali sehari
Selama di rawat
3 kali makan 2 kali
snack
Jenis
Porsi
1 porsi (1000 ml )
Kebiasaan
Menggunakan
Volume
Keluhan
sendok
3000 ml
Tidak Ada
atau perawat
500 ml
Mual
b) Minum
Keterangan
Frekuensi
Jenis
Porsi
Kebiasaan
Volume
Sebelum di rawat
Selama di rawat
8-10 kali sehari
4 kali sehari
Air putih, air teh
Air putih, air teh, susu
botol aqua besar, 3 2 gelas air putih(200 ml),
gelas teh (450 ml)
Tidak Ada
1450 ml
Hasil
Hematologi
11.8 g/dL
Nilai Normal
14.0-18.0
Hematokrit
36,6 %
42-52
Kimia Klinik
70-115
Sewaktu *cito
(3) Klinis
Ny.S tampak lemah, mual,
(4) Diet
Diet lunak (bubur), diet jantung
3) Kebutuhan Eliminasi
a) Eliminasi Urin (BAK)
Keterangan
Frekuensi
Sebelum sakit
6-8 kali sehari
Pancaran
Kuat
Bau
Khas (amoniak)
Khas (amoniak)
Warna
Kuning jernih
Kuning jernih
Selama sakit
BAK
Kebiasaan
Di
tempat
tidur
menggunakan kateter
Jumlah
1000 ml
1600 ml
Sebelum dirawat
1x/hari
Selama dirawat
Belum BAB
Bau
Khas
Warna
Cokelat kekuningan
Konsistensi
Solid, berbentuk
Waktu
Pagi/sore
c) intake
(1) Cairan Infus
Asering 20 tpm 500 ml
RL 20 tpm 500 ml x 2 = 1000 ml
Vascon 4 mg diencerkan 50 cc =50 ml + 40 ml = 90 ml
Total infus : 1590 ml
(2) Injeksi
Levonox:
0,6 ml x 2 = 1,2 ml
Ceftriaxone: 5 ml
Total injeksi: 6,2 ml
(3) Total intake cairan dalam 24 jam
Makan : 500 ml
Minum: 325 ml
Infus : 1590 ml
Injeksi :
6,2 ml
Air metabolisme:
5cc/kgBB/hari
5cc x 50 kg = 250 ml
TOTAL
INPUT : 2671,2 ml
d) Output
BAK
: 1600 ml
IWL
: 15 cc/kg BB/ hari
: 15 cc/50 kg/hari = 750 ml
TOTAL OUTPUT: 2600 ml
e) Keseimbangan cairan pada Ny.S : total intake total output
cairan
: 2671,2 2600 ml
: +71,2 ml
4) Kebutuhan Termoregulasi
Sebelum dan selama dirawat
a) Ny.S tidak mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan
termoregulasi
b) Suhu klien dalam rentang normal yaitu 36.3oC saat awal masuk
dan 36,5 oC saat pengkajian
c) Apabila kedinginan pasien biasa menggunakan selimut
5) Kebutuhan Aktivitas dan Latihan
Aktivitas
Sebelum Sakit
1
2
3
Makan
Mandi
Berpakaian
Toileting
Tingkat mobilitas di
tempat tidur
Berpindah
Kemampuan ROM
Berjalan
Bermain
Aktivitas
Selama Sakit
1
2
3
Makan
Mandi
Berpakaian
Toileting
Tingkat mobilitas di
tempat tidur
Berpindah
Kemampuan ROM
Berjalan
Bermain/rekreasi
Keterangan :
0 : Mandiri
1 : Menggunakan alat bantu
2 : Di bantu orang lain
3 : Di bantu orang lain dan alat
4 : Ketergantungan atau tidak mampu
- Ny. S mengatakan lemas dan tidak kuat duduk lama-lama,
-
x/menit
- Klien mengatakan sesak setelah duduk lama
6) Tingkat ketergantungan klien total Kebutuhan Seksualitas
Ny.S sudah mengalami menopause. Ny.S saat ini sudah tidak
melakukan hubungan seksual. Ny.S memiliki anak sebanyak 3
orang. Ny.S masih mendapatkan kasih sayang dari suami, anak,dan
cucu.
7) Kebutuhan Psikososial
a) Stres dan Koping
Sebelum Sakit
Selama Sakit
Ny.S merupakan tipe orang yang tidak Ny.S sering merasa kesepian karena
sabaran, terutama apabila kehadiran tidak ditemani oleh keluarga dan
orang
tersebut
kenyamanan dan membuat sakit yang karena merasa tidak ada teman.
dirasakan semakin parah
b) Konsep diri
(1) Gambaran diri
Ny.S tidak merasa malu dengan penampilan fisik alaupun
bentuk kaki memiliki kelainan.
(2) Ideal diri
Ny.S mengatakan seharusnya dirinya bisa beraktifitas
sehari-hari
Sebelum Dirawat
Tidak ada
Shalat 5 waktu, puasa
Selama Dirawat
Tidak ada
Sholat di tempat tidur
sambil tiduran
tentang Mengetahu cara sholat Dengan tayamum karena
tayamum
diperbolehkan
Sebelum Dirawat
2x/ hari (pagi dan sore)
Selama Dirawat
Disibin atau diseka 2x/
hari (pagi hari dan sore
Keramas
Setiap
hari
hari)
sekali Tidak pernah
menggunakan shampoo di
Ganti Pakaian
pagi hari
2x/ hari (pagi dan sore/ 2x/ hari (pagi hari dan
Sikat gigi
Memotong Kuku
setiap mandi)
Saat kuku panjang
Sebelum di rawat
3-4 Jam
8-9 Jam
Tidak Ada
Tidak ada
Selama di rawat
Jarang, 30 menit-1 Jam
5-6Jam
Tidak Ada
Dada terasa nyeri,posisi
tidur
yang
nyaman,
belum
beradaptasi
Perasaan waktu bangun
Segar
kurang
tempat baru.
kurang begitu
dengan
segar,
Sebelum Dirawat
Selama Dirawat
Berkumpul
bersama Mengobrol
dengan
keluarga,cucu, teman,
keluarga
ketika
jam
kunjungan
14) Kebutuhan Komunikasi Informasi
Sebelum Dirawat
Selama Dirawat
Ny.S berkomunikasi dengan suami, Ny.S hanya berkomunikasi dengan
anak, cucu dan tetangga lingkungan keluarga ketika jam berkunjung dan
rumah
perawat yang masuk ke kamar pasien.
Ny. S belum mengetahui tentang penyakit yang di deritanya, terbukti dengan
tindakan Ny.S yang selalu ingin pulang.
4. Data penunjang
a. EKG
EKG dari IGD
Ekg di ICU Perekaman tanggal 10 Januari 2015
Hasil: Sinus takikardi dengan infark di lateral, septal dan anterior
b. Laboratorium
Pemeriksaan
Nilai
Satuan
Nilai normal
analis
a
Darah lengkap
Hb
Leukosit
Eritrosit
Ht
Trombosit
Diff count
Eosinofi
Basofil
Profil segmen
Limfosit
Monosit
RDW-CV
RDW SD
PLCR
Calculated
MCV
MCH
MCHC
Elektrolit
Natrium
Kalium
Klorida
GDS Sewaktu
Fungsi ginjal
11,8
16,1
4,2
36,3
457
g/dl
103/ul
106/ul
%
103/ul
13,00-18,00
4,00-11,00
1,50-6,50
10,00-54,00
150-450
N
N
1
0
75
14
10
14,4
45,4
10,7
%
%
%
%
%
%
Fl
%
1-6
0-1
40-75
20-45
2-10
11,6-14,4
35,1-43,9
9,3-27,9
N
N
N
N
N
N
87,8
28,3
32,2
Fl
pg
g/dl
76-96
27,5-32
30,0-35,0
N
N
N
136
4,6
107
97
mEq/L
mEq/L
Mmol/L
mg/dl
135-146
3,50-5,1
98,0-106,0
70-140
N
N
Ureum
Kreatinin
Uric acid
profilLemak
Kolesterol
Trigliserid
CKMB
Fungsi Hati
SGOT
SGPT
Sero imunologi
Troponin
23,2
0,68
6.00
mg/dl
mg/dl
mg/dl
16,6-48,5
0,67-1,17
4,50-7,00
N
N
N
235
98
98
mg/dl
mg/dl
U/L
<200
<200
<24
102,9
23,1
U/L
U/L
<40
<41
positif
Negatif
negatif
c. Radiologi
Pemeriksaan tanggal 10 Januari 2015
Hasil: obs. Cardiomegali ringan dengan gambaran bronkhitis
B. Terapi Obat
Jenis Terapi
ISDN (Isosorbid
Tanggal
10-14 Januari
Dinitrat)
2015
Dosis
3x5mg
Rute
Oral
Indikasi
a. Untuk mencegah
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas terhadap
Efek Samping
Sakit kepala
berdenyut, muka
disebabkan oleh
hipovolemia, kardiopati
merah, pusing,
obstruktif hipertrofik,
hipotensi postural,
takikardi (dapat
jantung, perikarditis
terjadi bradikardi
paradoksikal). Efek
setelah injeksi
meliputi hipotensi
angina
b. Gagal jantung kiri
Jenis Terapi
Tanggal
Dosis
Rute
Indikasi
Kontra Indikasi
Efek Samping
panjang disertai
dengan
methemoglobinemi
Aspilet
10 Januari
1x80mg
Oral
2015
Pengobatan dan
a.
Gangguan saluran
pencegahan angina
cerna, peningkatan
waktu perdarahan,
miokard
hipoprotrombinemi
a, reaksi
hipersensitivitas,
pusing, tinitus,
Pamol
10-11 Januari
3x500m
2015
Oral
Sebagai
ulkus peptikum
Pada dosis yang
antipiretik/analgesik,
direkomendasikan,
parasetamol tidak
mengiritasi
asetosal. Sebagai
lambung,
analgesik, misalnya
memengaruhi
untuk mengurangi
koagulasi darah,
Jenis Terapi
Tanggal
Dosis
Rute
Indikasi
rasa nyeri pada sakit
Kontra Indikasi
Efek Samping
atau memengaruhi
fungsi ginjal.
menurunkan demam
dapat
setelah vaksinasi.
meningkatkan
risiko gangguan
pencernaan bagian
Diazepam
10-14 Januari
2x5 mg
Oral
2015
Untuk mengatasi
Hipersensitivitas, pasien
gelisah berlebihan,
mengurangi kejang
otot, sebagai
penenang
atas.
Pusing, mengantuk
10-14 Januari
1x 75
2015
mg
Oral
CPG diindikasikan
untuk menurunkan
a. Umum: lemah,
demam, hernia.
Jenis Terapi
Tanggal
Dosis
Rute
Indikasi
aterotrombosis yang
Kontra Indikasi
hipersensitif terhadap
menyertai:
Serangan infark
pembekuan
darah:
perdarahan
gastrointestinal,
perdarahanintra
perdarahan intrakranial.
Ibu menyusui (lihat
kranial,
miokard, serangan
stroke atau penyakit
pembuluh darah
perifer.
Non-ST segment
elevation acute
coronary syndrome
dengan pemakaian
bersama Asetosal.
Peringatan : Penggunaan
pada ibu hamil dan
menyusui).
Gangguan hati berat.
Efek Samping
b. Gangguan
hematoma,
penurunan
jumlah platelet,
hematuria,
hemoptisis,hem
artrosis,
perdarahan
retropenial,
perdarahan luka
operasi,
perdarahanokula
Jenis Terapi
Tanggal
Dosis
Rute
Indikasi
Kontra Indikasi
Efek Samping
r, perdarahan
paru, alergi
purpura.
c. Gangguan sel
darah: anemia,
netropenia
berat,
trombositopenia
.
d. Gangguan
saluran cerna:
mual, nyeri
abdomen,
dispepsia,
gastritis,
konstipasi,
diare, ulkus
peptikum, ulkus
gaster dan
Jenis Terapi
Tanggal
Dosis
Rute
Indikasi
Kontra Indikasi
Efek Samping
duodenum,
muntah,
perdarahan
gastritis.
e. Gangguan kulit
dan kelenjar:
eksema, ulcer
pada kulit,
erupsi bullous,
kemerahan pada
eritematous,
kemerahan pada
makulopapular,
urtikaria,
kemerahan pada
pruritus.
f. Gangguan
sistem saraf
otonom: sinkop,
Jenis Terapi
Tanggal
Dosis
Rute
Indikasi
Kontra Indikasi
Efek Samping
palpitasi.
g. Gangguan
kardiovaskuler:
gagal jantung,
edema umum.
h. Gangguan
sistem saraf
sentral dan
perifer: kram
tungkai,
hipestesia,
neuralgia,
parestesia,
vertigo, nyeri
kepala, pusing,
gangguan indra
perasa.
i. Gangguan
fungsi hati dan
Jenis Terapi
Tanggal
Dosis
Rute
Indikasi
Kontra Indikasi
Efek Samping
empedu:
peningkatan
kadar enzim
hati,
bilirubinemia,
infeksi hepatitis,
perlemakan hati.
j. Gangguan
muskuloskeletal
: artritis,
artrosis,
athralgia.
k. Gangguan
nutrisi dan
metabolik: gout,
hiperuremia,
peningkatan
kadar nonprotein nitrogen
Jenis Terapi
Tanggal
Dosis
Rute
Indikasi
Kontra Indikasi
Efek Samping
(NPN).
l. Gangguan
psikiatri:
ansietas,
insomnia,
bingung,
halusinasi.
m. Trombotic
thrombocytopen
ia purpura
(TTP).
n. Gangguan
denyut dan
ritme jantung:
fibrilasi atrium.
o. Gangguan
sistem
pernafasan:
pneumonia,
sinusitis,
Jenis Terapi
Tanggal
Dosis
Rute
Indikasi
Kontra Indikasi
Efek Samping
hemothorax,
bronkospasme.
p. Gangguan
vaskular:
vaskulitis,
hipotensi.
q. Gangguan
sistem urin:
sistitis,
glomerulonefriti
s.
r. Gangguan
penglihatan:
katarak,
konjungtivitis.
s. Gangguan
reproduksi:
menorraghia.
t. Gangguan sel
darah putih dan
Jenis Terapi
Tanggal
Dosis
Rute
Indikasi
Kontra Indikasi
Efek Samping
sel
retikuloendoteli
al: eosinofilia,
agranulositosis,
granulositopenia
, leukemia,
leukopenia,
penurunan
Laxadin
10 14
3x60 ml
Oral
Januari 2015
Diberikan pada
neutrofil.
Reaksi alergi kulit
keadaan konstipasi
dan gatal-gatal,
yang memerlukan
perasaan terbakar,
perbaikan peristaltik
kolik, kehilangan
diketahui penyebabnya.
cairan dan
elektrolit, diare,
Simvastatin
10-14 Januari
2015
1x 2
10 mg
Oral
a. Peningkatan resiko
artherosclerosis
vaskuler yang
Jenis Terapi
Tanggal
Dosis
Rute
Indikasi
disebabkan
Kontra Indikasi
peningkatan jumlah serum
hiperkolesterolemi
transaminase yang
a
b. Penyakit jantung
kororner
c. Hiperkolesterolemi
a
abnormal
f. Pecandu alkohol
g. Wanita hamil dan
menyusui
h. Hipersensitif terhadap
simvastatin
Efek Samping
flatulen, diare,
dispepsia, sakit
perut, fatigue,
nyeri dada dan
angina
j. Astenia,
miophaty,
ruam kulit,
rhabdomyolisis
,hepatitis,
angioneurotik
edema
Lovenox
10-13 Januari
2015
2x0,6ml
IM
Profilaksis gangguan
Riwayat trombositopenia
terisolasi
Gejala perdarahan,
abdomen
tromboembolik vena,
trombositopenia,
enoksaprin, kecenderungan,
hematoma dan
miokard
berdarah, endokarditis
tempat suntikan,
Jenis Terapi
Tanggal
Dosis
Rute
Ceftriaxone
10-14 Januari
1x1 g
IV
2015
Indikasi
Infeksi yang
Kontra Indikasi
GI akut.
Hipersensitif terhadap
disebabkan oleh
Efek Samping
a. Gangguan
pencernaan:
diare, mual,
terhadap ceftriaxone,
muntah,
stomatitis
b. Rekasi kulit:
dermatitis,
pruritus,
urtikaria, edema
eritemamultifor
me, reaksi
anafilatik
c. Hematologi:
eosinofil,
anemia
hemolitik,
trombositosis,
leukopenia,
Jenis Terapi
Tanggal
Dosis
Rute
Indikasi
Kontra Indikasi
Efek Samping
granulositopeni
a
d. Gangguan
sistem saraf
pusat: sakit
kepala
e. Efek samping
lokal: iritasi
akibat dari
peradangan dan
nyeri pada
tempat yang
diinjeksi
f. Gangguan
fungsi ginjal:
untuksementara
terjadi
peningkatan
BUN
g. Gangguan
Jenis Terapi
Tanggal
Dosis
Rute
Indikasi
Kontra Indikasi
Efek Samping
fungsi hati:
untuk sementara
terjadi
peningkatan
SGOT dan
Infus RL
10-14 Januari
2015
500 cc
Intravena a. Resusitasi
b. Suplai ion
bikarbonat
c. Asidosis metabolic
Hipernatremia, kelainan
SGPT
Reaksi-reaksi
yang mungkin
asidosis laktat
terjadi karena
larutannya atau
cara
pemberiannya
termasuk
timbulnya panas,
infeksi pada
tempat
penyuntikan,
trombosis vena
atau flebitis yang
Jenis Terapi
Tanggal
Dosis
Rute
Indikasi
Kontra Indikasi
Efek Samping
meluas dari
tempat
penyuntikan,
Infus Asering
10-14 Januari
500 cc
IV
2015
Vascon
IV
Pengobatan asidosis
ekstravasasi.
Demam, infeksi
yang berhubungan
tempat
penyuntikan,
natrium dan
trombosis vena
dari tubuh
hiperproteinemia,
hipernatremia, hiperkloremia,
tempat
hiperhidrasi
penyuntikan,
hipervolemia
a. Hipoksia
a. Mengendalikan
Syringe
tekanan darah
jaringan
pump
pada keadaan
kecuali sebagai
(pemakaian
hipotensi akut
penanganan emergency
lamacedera
tertentu
b. Terapi penunjang
pada gagal
untuk pemeliharaan
perfusi aliran darah ke
arteri koroner dan
iskemik)
b. Bradikardia
c. Aritmia
d. Ansietas
Jenis Terapi
Tanggal
Dosis
Rute
Indikasi
jantung dan
Kontra Indikasi
serebral, sampai proses
hipotensi berat
penggantian volume
darah diberikan
b. Tidak boleh diberikan
pada pasien dengan
trombosis vaskuler perifer
ataupun pembuluh darah
mesenterikum
c. Jangan diberikan selama
pemberian anestesi
siklopropan dan halotan
Efek Samping
e. Sakit kepala
f. Dispnea
g. Nekrosis pada
tempat injeksi
h. Depresi
volume
plasma pada
C. Analisa Data
D.
No
J.
1.
E.
Tangg
F.
Data fokus
G.
Masalah
al
K.
10
L.
DS:
T.
Nyeri akut
- Pengkajian nyeri
Januari 2015
M. O: klien merasa nyeri ketika
istirahat
N.
P: nyeri bertambah ketika
beraktifitas
O.
Q: nyeri seperti tertindih
beban berat
P.
R: dada kiri
Q.
S: skala nyeri 8
R.
T: hilang timbul
S.
DO:
- TD= 140/90 mmHg
- N= 108 x/menit
- RR= 22 x/menit
- Mimik wajah klien terlihat
menahan sakit
- Klien terlihat memegang dada
sebelah kiri
- Klien terlihat sering mengubah
posisi tidur untuk mengurangi
nyeri
- Klien sulit tidur saat merasa nyeri
Diagnosa
keperawatan
U.
Agens
V.
Nyeri
akut
cedera:
berhubungan dengan
Penyumbatan arteri agens cedera fisik
koroner
(00132)
H.
Etiologi
I.
W.
2.
X.
10
Januari 2015
AD. AE. 10
3.
Januari 2015
Y.
DS:
- Klien mengatakan lemas
Z.
DO:
- Hasil EKG: AF, ST elevasi di V1V4
- N=108 x/menit
- Klien terlihat lemah
AF.
DS:
- Klien mengataka lemas
- Klien mengatakan tidak kuat
duduk lama-lama
AG. DO:
- Terjadi kenaikan tekanan darah
dari tidur menjadi duduk sebesar
20 mmHg menjadi 130/80mmHg
- Terjadi kenaikan nadi dari tidur
menjadi duduk menjadi 110
x/menit
- Hasil EKG menunjukkan AF, ST
elevasi di V1-V4
- Klien mengatakan sesak setelah
duduk lama
- Tingkat ketergantungan klien
total
AK.
AL. Prioritas diagnosa keperawatan
AA. Resiko
Penurunan curah jantung
AB. Perubahan
kontraktilitas
jantung
AC. Resiko
Penurunan curah
jantung berhubungan
dengan perubahan
kontraktilitas
jantung(00029)
AH. Intoleransi
aktifitas berhubungan
dengan
AI.
Ketidakseim
bangan suplai dan
kebutuhan oksigen
AJ.
Intoleransi
aktifitas berhubungan
dengan suplai dan
kebutuhan oksigen
(00093)
AM.
AN.
No
AQ. AR.
1
AU. AV.
Diagnosa keperawatan
AO.
AP.
No.
diagnosa
AS.
High priority
Diagnosa
AT.
1
AW.
Low priority
AX.
Medium
BB.
2
(00029)
AY. AZ. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan suplai dan kebutuhan oksigen (00093)
BA.
3
BC.
BD.
BE.
BF.Intervensi
BG.
No
BM.
1
Prioritas
BH. Tangg
al
BN. 10
Januari 2015
Priority
BI.
No Dx
BO.
1
BJ.
BP.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 4x24jam nyeri berkurang dengan kriteria
hasil:
a. Klien mengatakan jika nyeri sudah berkurang
b. Lama nyeri berkurang
c. Ekspresi menahan sakit tidak tampak atau
berkurang
d. RR= 12-25 x/menit
e. TD= tidak menunjukkan peningatan tekanan
darah
f. N= <100 x/menit
BK.
Intervensi
BL.
TTD
BT.
BG. BH.
No al
Tangg
BU. BV. 10
2
Januari 2015
BI.
No Dx
BW.
3
BJ.
BK.
Intervensi
BL.
TTD
BG. BH.
No al
CI.
3
Tangg
CJ.
9
Januari 2015
BI.
No Dx
CK.
3
BJ.
BK.
Intervensi
BL.
TTD
BG. BH.
No al
Tangg
BI.
No Dx
BJ.
BK.
Intervensi
BL.
TTD
CV.
Tang
gal
DB. 10
Januari
2015
DC. 07.00
DD.
DE.
DF.
DG.
DH.
DI.
DJ.
DK.
DL.
DM.
DN.
DO.
DP.
CY.
Respon
ZM.
ZN.
ZO. S:
- Klien mengatakan nyeri sudah
berkurang
- Nyeri:
ZP. O: saat istirahat
ZQ.P: perpindahan posisi
ZR. Q: seperti tertimpa beban berat
ZS. R: dada kiri
ZT. S: skala 8
ZU.T: hilang timbul
- Klien merasa nyaman dengan posisi
semifowler
- Klien bersedia untuk dibantu dalam
melakukan personal higiene
ZV.O:
CZ.
Ttd
ABU.
CU.
No
CV.
Tang
gal
DQ.
DR.
DS.
DT.
DU.
DV.
DW.
DX.
DY.
DZ. 08.00
EA.
EB.
EC.
ED.
EE.
EF.
EG.
EH.
EI.
09.00
EJ.
EK.
EL.
EM.
EN.
EO.
EP.
10.00
CY.
-
Respon
CZ.
Ttd
CU.
No
CV.
Tang
gal
EQ.
ER.
ES.
ET.
EU.
EV.
EW.
EX. 11.00
EY.
EZ.
FA.
FB.
FC.
FD. 12.00
FE.
FF.
FG.
FH.
FI.
FJ.
FK.
FL.
FM.
FN.
FO.
FP.
13.00
CW.
o Dx
MN.
MO.
,2,3
MP.
MQ.
MR.
MS.
MT.
MU.
MV.
MW.
,2,3
MX.
MY.
MZ.
NA.
NB.
NC.
,2,3
ND.
NE.
NF.
NG.
NH.
NI.
NJ.
N CX.
Implementasi
UO.
1 UP.
9. Memonitor vital sign
10. Melatih mobilisasi
UQ.
UR.
US.
UT.
UU.
1 UV.
11. Memonitor vital sign
UW.
UX.
UY.
UZ.
1 VA.
12. Memberikan diit
13. Memonitor vital sign
14. Memberikan terapi obat
15. Mengganti terapi cairan
VB.
VC.
VD.
CY.
-
Respon
CZ.
Ttd
CU.
No
CV.
Tang
gal
FQ.
FR.
FS.
FT.
FU.
FV.
FW. 14.00
FX.
FY.
FZ.
GA.
GB.
GC.
GD.
GE.
GF.
GG.
GH.
GI.
GJ.
GK.
GL. 15.00
GM.
GN.
GO.
GP.
CY.
Respon
CZ.
Ttd
CU.
No
CV.
Tang
gal
GQ.
GR.
GS.
GT.
GU.
GV.
GW. 16.00
GX.
GY.
GZ.
HA.
HB.
HC. 17.00
HD.
HE.
HF.
HG.
HH.
HI.
HJ.
HK.
HL.
HM.
HN. 18.00
HO.
HP.
CW.
o Dx
OI.
OJ.
OK.
,2,3
OL.
OM.
ON.
OO.
OP.
OQ.
OR.
OS.
OT.
OU.
OV.
,2,3
OW.
OX.
OY.
OZ.
PA.
PB.
,2,3
PC.
PD.
PE.
N CX.
Implementasi
VX.
VY.
1 VZ.
WA.
20. Memonitor vital sign
21. Membantu personal higiene
22. Memberikan diit (snack)
WB.
WC.
WD.
WE.
WF.
WG.
1 WH.
WI.
23. Memonitor vital sign
WJ.
WK.
WL.
WM.
1
WN.
24. Memonitor vital sign
25. Memberikan diit
26. Memberikan terapi obat (ekstra antipire
CY.
-
Respon
CZ.
Ttd
CU.
No
CV.
Tang
gal
HQ.
HR.
HS.
HT.
HU.
HV. 19.00
HW.
HX.
HY.
HZ.
IA.
IB.
20.00
IC.
ID.
IE.
IF.
IG.
IH.
II.
21.00
IJ.
IK.
IL.
IM.
IN.
IO.
IP.
CW.
o Dx
PF.
PG.
PH.
PI.
PJ.
PK.
PL.
PM.
,2,3
PN.
PO.
PP.
PQ.
PR.
PS.
PT.
PU.
,2,3
PV.
PW.
PX.
PY.
PZ.
QA.
,2,3
QB.
N CX.
Implementasi
WO.
WP.
WQ.
WR.
WS.
WT.
1 WU.
WV.
27. Memonitor vital sign
28. Mengganti terapi cairan
WW.
WX.
WY.
WZ.
1 XA.
XB.
29. Memonitor vital sign
XC.
XD.
XE.
XF.
1
XG.
30. Memonitor vital sign
CY.
-
Respon
CZ.
Ttd
CU.
No
CV.
Tang
gal
IQ.
IR.
IS.
IT.
IU.
IV.
IW.
IX.
22.00
IY.
IZ.
JA.
JB.
JC.
JD.
JE.
23.00
JF.
JG.
JH.
JI.
JJ.
JK.
JL.
24.00
JM.
JN.
JO.
JP.
CY.
Respon
AAW. S:
- Klien mengatakan nyeri berkurang
- O=saat istirahat
- P=mobilisasi terlalu lama
- Q=seperti tertimpa beban berat
- S=skala 6
- T= hilang timbul
AAX. O:
- TD= 120/70 mmHg
- N=104 x/menit
- RR=20 x/menit
- S=36,2oC
- Wajah klien tampak tenang, tidak
ada kerutan didahi karna menahan
nyeri
AAY. S:AAZ. O:
- TD=110/70 mmHg
- N=99x/menit
- RR=19 x/menit
- S=36,5oC
- Posisi klien semi fowler
ABA. S:ABB. O:
CZ.
Ttd
CU.
No
CV.
Tang
gal
JQ.
JR.
JS.
JT.
01.00
JU.
JV.
02.00
JW.
JX.
JY.
JZ.
KA.
KB. 03.00
KC.
KD.
KE.
KF.
KG.
KH. 04.00
KI.
KJ.
KK.
KL.
KM.
KN.
KO.
KP.
CW.
o Dx
RA.
RB.
RC.
RD.
,2,3
RE.
RF.
RG.
RH.
RI.
RJ.
RK.
,2,3
RL.
RM.
RN.
RO.
RP.
RQ.
RR.
RS.
,2,3
RT.
RU.
,2,3
N CX.
Implementasi
XY.
XZ.
YA.
YB.
YC.
37. Memonitor vital sign
38. Memberikan terapi obat
YD.
YE.
YF.
YG.
YH.
39. Memonitor vital sign
40. Mengganti terapi cairan
YI.
YJ.
YK.
YL.
YM.
YN.
41. Memonitor vital sign
YO.
42. Memonitor vital sign
CY.
Respon
CZ.
Ttd
CU.
No
CV.
Tang
gal
KQ. 05.00
KR.
KS.
KT.
KU.
KV.
KW.
KX.
KY. 06.00
CW.
o Dx
RV.
RW.
RX.
RY.
RZ.
SA.
,2,3
SB.
SC.
SD.
SE.
SF.
SG.
,2,3
SH.
SI.
SJ.
SK.
SL.
SM.
SN.
SO.
SP.
,2,3
SQ.
SR.
N CX.
Implementasi
YP.
YQ.
YR.
YS.
1 YT.
43. Memonitor vital sign
YU.
YV.
YW.
YX.
YY.
1
44. Memonitor vital sign
45. Melakukan perekaman EKG
YZ.
ZA.
ZB.
ZC.
ZD.
ZE.
ZF.
1
46. Memonitor vital sign
47. Membantu personal higiene
ZG.
CY.
Respon
- N=95 x/menit
- RR=20 x/menit
- S=36,8oC
ABK. S:
- Klien mengatakan dapat tidur
nyenyak
ABL. O:
- TD= 130/90 mmHg
- N=104 x/menit
- RR=22 x/menit
- S=36,6oC
- Hasil rekamana EKG:
ABM. S: ABN. O:
- TD= 120/80 mmHg
- N= 108 x/menit
- RR=20 x/menit
- S=36,5oC
- Klien mandi dan ganti pakaian
dibantu oleh perawat
ABO. S:
- Klien mengatakan tidak nafsu makan
ABP. O:
- TD= 110/80 mmHg
CZ.
Ttd
CU.
No
CV.
Tang
gal
CY.
-
Respon
CZ.
Ttd
N=98 x/menit
RR=22 x/menit
S=36,5oC
Klien makan hanya 2 sendok bubur
Obat masuk setelah makan
RL masuk 500 cc
Balance cairan :
ABQ.
Intake= 2500 cc
ABR.
Output= 1600 cc
ABS.
IWL=900
ABT.
Balance= 2500- 2500 = 0
cc
ABV.
ABW. Evaluasi
ABX. ABY. Tang
No
gal
ACC. ACD. 11
1
januari 2015
ACE. (06.0
ABZ. N
ACA. Evaluasi
o Dx
ACF. 1 ADL. S:
ACG.
- Klien mengatakan sudah berkurang
ACH.
- O: saat istirahat
ACB.
Ttd
AEA.
ABZ. N
ACA. Evaluasi
o Dx
ACI.
- P: melakukan mobilisasi trlalu lama
ACJ.
- Q: seperti tertimpa beban berat
ACK.
- R: dada kiri
ACL.
- S: skala 6
ACM. - T: hilang timbul
ACN.
ADM. O:
ACO.
- Klien masih menahan sakit dan memegangi dad kiri
ACP.
- RR= 22 x/menit
ACQ.
- TD= 120/70 mmHg
ACR.
- N= 101 x/menit
ACS. 2 ADN. A: masalah belum teratasi
ACT.
ADO. P: lanjutkan intervensi
ACU.
- Monitoring nyeri
ACV.
- Vital sign monitoring
ACW.
ADP.
ACX.
ADQ. S: ACY.
ADR. O:
ACZ.
- TD= 120/70 mmHg
ADA.
- Nadi teraba kuat
ADB.
- N= 101 x/menit
ADC.
- Irama jantung reguler
ADD.
- Balance cairan +440 ml
ADE.
- Tidak terdapat tanda-tanda sianosis
ADF.
- Akaral hangat
ADG.
- Nadi teraba kuat
ADH.
ACB.
Ttd
AEB. AEC. 12
2
Januari 2014
AED. (06.0
0)
ABZ. N
ACA. Evaluasi
o Dx
ADI.
- Bunyi jantung S1-S2
ADJ.
- Gambaran EKG tidak terdapat perubahan yang signifikan
ADK. 3 ADS. A: Masalah belum teratasi
ADT. P: lanjutkan intervensi
- Cardiac care
ADU.
Monitor intake, output dan balance cairan
- Vital sign monitoring
ADV.
ADW. S:ADX. O:
- Tidak terdapat perubahan yang signifikan pada hasil EKG
- Saturasi oksigen setelah beraktifitas (duduk) 97%
- Nadi saat aktifitas 110 x/menit
- RR saat aktifitas 26 x/menit
- TD saat aktifitas 130/70 mmHg
- Klien masih terlihat tidak kuat melakukan aktifitas berlebih
ADY. A: masalah belum teratasi
ADZ. P: lanjutkan intervensi
- Mobilisasi
- Vital sign monitoring
AEE. 1 AFP. S:
AEF.
- Klien mengatakan nyeri sudah berkurang
AEG.
- O: saat istirahat
AEH.
- P: melakukan mobilisasi trlalu lama
AEI.
- Q: seperti tertimpa beban berat
ACB.
Ttd
AGF.
ABZ. N
ACA. Evaluasi
o Dx
AEJ.
- R: dada kiri
AEK.
- S: skala 4
AEL.
- T: hilang timbul
AEM.
AFQ. O:
AEN.
- Klien sudah tidak terlihat menahan sakit
AEO.
- RR= 21 x/menit
AEP.
- TD= 120/70 mmHg
AEQ.
- N= 101 x/menit
AER. 2 AFR. A: masalah belum teratasi
AES.
AFS. P: lanjutkan intervensi
AET.
- Monitoring nyeri
AEU.
- Vital sign monitoring
AEV.
AFT.
AEW.
AFU. S: AEX.
AFV. O:
AEY.
- TD= 120/70 mmHg
AEZ.
- Nadi teraba kuat
AFA.
- N= 101 x/menit
AFB.
- Irama jantung reguler
AFC.
- Balance cairan +250 ml
AFD.
- Tidak terdapat tanda-tanda sianosis
AFE.
- Akaral hangat
AFF.
- Nadi teraba kuat
AFG.
- Bunyi jantung S1-S2
AFH.
- Gambaran EKG tidak terdapat perubahan yang signifikan
AFI.
ACB.
Ttd
AGG. AGH. 13
3
Januari 2014
AGI. (06.0
0)
ABZ. N
ACA. Evaluasi
o Dx
AFJ.
AFW. A: Masalah belum teratasi
AFK.
AFX. P: lanjutkan intervensi
AFL.
- Cardiac care
AFM.
AFY.
Monitor intake, output dan balance cairan
AFN.
- Vital sign monitoring
AFO. 3
AFZ.
AGA. S:
- Klien mengatakan masih lemas dan tidak kuat duduk lama
AGB. O:
- Tidak terdapat perubahan yang signifikan pada hasil EKG
- Saturasi oksigen setelah beraktifitas (duduk) 98%
- Nadi saat aktifitas 101 x/menit
- RR saat aktifitas 21 x/menit
- TD saat aktifitas 120/70 mmHg
AGC. A: masalah belum teratasi
AGD. P: lanjutkan intervensi
- mobilisasi
AGE. Vital sign monitoring
AGJ. 1 AHU. S:
AGK.
- Klien mengatakan sudah berkurang
AGL.
- O: saat istirahat
AGM. - P: melakukan mobilisasi trlalu lama
AGN.
- Q: seperti tertimpa beban berat
AGO.
- R: dada kiri
AGP.
- S: skala 2
ACB.
Ttd
AIJ.
ABZ. N
ACA. Evaluasi
o Dx
AGQ.
- T: hilang timbul
AGR.
AHV. O:
AGS.
- Klien sudah tidak terlihat menahan sakit
AGT.
- RR= 22 x/menit
AGU.
- TD= 110/70 mmHg
AGV.
- N= 90 x/menit
AGW. AHW. A: masalah teratasi
AGX.
AHX. P: lanjutkan intervensi
AGY.
- Monitoring nyeri
AGZ.
- Vital sign monitoring
AHA.
AHB. 2 AHY.
AHZ. S: AHC.
AIA. O:
AHD.
- TD= 110/70 mmHg
AHE.
- Nadi teraba kuat
AHF.
- N= 90 x/menit
AHG.
- Irama jantung reguler
AHH.
- Balance cairan +100 ml
AHI.
- Tidak terdapat tanda-tanda sianosis
AHJ.
- Akaral hangat
AHK.
- Nadi teraba kuat
AHL.
AHM. - Bunyi jantung S1-S2
- Gambaran EKG tidak terdapat perubahan yang signifikan
AHN.
AIB. A: Masalah belum teratasi
AHO.
AHP.
AIC. P: lanjutkan intervensi
ACB.
Ttd
AIK. AIL. 14
4
Januari 2014
AIM. (06.0
0)
ABZ. N
ACA. Evaluasi
o Dx
AHQ.
- Cardiac care
AHR.
AID.
Monitor intake, output dan balance cairan
AHS. 3 - Vital sign monitoring
AHT.
AIE. S:AIF. O:
- Tidak terdapat perubahan yang signifikan pada hasil EKG
- Saturasi oksigen setelah beraktifitas (duduk) 98%
- Nadi saat aktifitas 100 x/menit
- RR saat aktifitas 26 x/menit
- TD saat aktifitas 120/70 mmHg
AIG. A: masalah teratasi
AIH. P: lanjutkan intervensi
- mobilisasi
AII. Vital sign monitoring
AIN. 1 AJT. S:
AIO.
- Klien mengatakan sudah tidak merasakan nyeri di dada sebelah kiri
AIP.
- Skala nyeri 0
AIQ.
AJU. O:
AIR.
- Klien sudah tidak terlihat menahan sakit
AIS.
- RR= 21 x/menit
AIT.
- TD= 110/70 mmHg
AIU.
- N= 100 x/menit
AIV.
AJV. A: masalah teratasi
AIW.
AJW. P: lanjutkan intervensi
AIX.
- Monitoring nyeri
ACB.
Ttd
AKI.
ABZ. N
ACA. Evaluasi
o Dx
AIY.
- Vital sign monitoring
AIZ.
AJX.
AJA. 2 AJY. S: AJB.
AJZ. O:
AJC.
- TD= 110/70 mmHg
AJD.
- Nadi teraba kuat
AJE.
- N= 100 x/menit
AJF.
- Irama jantung reguler
AJG.
- Balance cairan +250 ml
AJH.
- Tidak terdapat tanda-tanda sianosis
AJI.
- Akaral hangat
AJJ.
- Nadi teraba kuat
AJK.
- Bunyi jantung S1-S2
AJL.
- Gambaran EKG tidak terdapat perubahan yang signifikan
AJM.
AKA. A: Masalah belum teratasi
AJN.
AKB. P: lanjutkan intervensi
AJO.
- Cardiac care
AJP.
AKC.
Monitor intake, output dan balance cairan
AJQ.
Vital
sign
monitoring
AJR.
AJS. 3 AKD.
AKE. S:AKF. O:
- Tidak terdapat perubahan yang signifikan pada hasil EKG
- Saturasi oksigen setelah beraktifitas (duduk) 98%
- Nadi saat aktifitas 100 x/menit
ACB.
Ttd
ABZ. N
o Dx
ACA. Evaluasi
- RR saat aktifitas 26 x/menit
- TD saat aktifitas 120/70 mmHg
- Klien sudah terlihat kuat untuk duduk
AKG. A: masalah teratasi
AKH. P: lanjutkan intervensi
- Mobilisasi
- Vital sign monitoring
- Klien pindah ke bangsal
AKJ.
AKK.
AKL.
ACB.
Ttd
AKM. BAB IV
AKN. PEMBAHASAN
AKO.
AKP. Syok kardiogenik merupakan stadium akhir disfungsi ventrikel kiri
atau gagal jantung kongestif, terjadi bila ventrikel kiri mengalami kerusakan
yang luas. Otot jantung kehilangan kekuatan kontraktilitasnya,menimbulkan
penurunan curah jantung dengan perfusi jaringan yang tidak adekuat ke organ
vital (jantung, otak, ginjal). Derajat syok sebanding dengan disfungsi ventrikel
kiri11.
AKQ. Pada kasus Ny. S 70 tahun mengatakan nyeri dada sejak dua hari
yang lalu, klien telah berobat ke puskesmas dan sudah berkurang. Namun
nyeri mulai terasa lagi sejak tadi malam (8 Januari 2015) kemudian oleh
keluarga klien dibawa ke IGD RSUD Tidar, Magelang setelah dilakukan
pemeriksaan klien diminta untuk dirawat diruang ICU RSUD. Tidar,
Magelang pada tanggal 09 januari 2015 hasil di dapatkan pada pemeriksaan
elektrokardiogram didapatkan Perekaman tanggal 10 Januari 2015 Hasil:
Sinus takikardi dengan infark di lateral, septal dan anterior.
AKR. Penyebab utamanya adalah penyakit pembuluh darah yang berat.
Pada syok kardiogenik ventrikel kiri tidak mampu memompa darah yang
cukup untuk kebutuhan jaringan. Sebagai kompensasi terjadi takikardia, tetapi
hipervolemia dapat menyebabkan edema paru dan edema menyeluruh.
Kekurangan oksigen dapat menyebabkan kerusakan sel, kegagalan multiorgan,
dan kematian.
AKS. Salah satu penatalaksaan yang diberikan pada pasien dengan
gangguan jantung adalah dengan mobilitas fisik Program latihan inpatient
dapat dilakukan sejak 48 jam setelah gangguan jantung sepanjang tidak
terdapat ada kontraindikasi. Latihan fisik yang dilakukan terbatas pada
aktivitas sehari-hari misalnya gerakan tangan dan kaki dan pengubahan postur.
Program latihan biasanya berupa terapi fisik ambnulatory yang diawasi. Pada
fase ini perlu dilakukan monitoring ECG untuk menilai respon terhadap
latihan. Latihan pada fase ini harus menuntut kesiapan tim yang dapat
mengatasi keadaan gawat darurat apabila pada saat latihan terjadi serangan
jantung. Manfaat dari latihan fisik pada fase ini adalah sebagai bahan
survailance tambahan, melatih pasien untuk dapat mejalankan aktivitas pada
aktivitas sehari-hari, dan untuk menghindari efek fisiologis dan psikologis
negatif pada bedrest. Tujuan dari latihan fsik fase pertama ini harus
disesuaikan dengan kebutuhan pasien. Pasien dengan aktivitas rendah
mungkin hanya memerlukan latihan fisik untuk menunjang kegiatan seharihari. Pasien dengan kapasitas fisik yang lebih baik dapat menjalankan
program latihan untuk pencegahan dan mengikuti program jangka panjang
untuk meningkatkan ketahanan kardiorespirasi, komposisi tubuh, fleksibilitas
dan ketahanan otot (Marchionniet al., 2003:2201).
AKT. Berdasarkan jurnal lainya disebutkan bahwa terapi fisik dapat
digunakan pada pasien dengan gangguan jantung, namun harus tetap
memperhatikan tanda-tanda vital klien saat latihan fisik dilakukan pada jurnal
Physical Therapy Management of Two Patients with Stage D Heart Failure
in the Cardiac Medical Intensive Care Unit menjelaskan pada pasien pria 40
tahun dengan Heart Failure pada beberapa inotropik menerima intervensi
terapi fisik sambil menunggu transplantasi jantung. Pasien kedua adalah 57
tahun Pria dengan kardiomiopati iskemik, diobati dengan terapi fisik saat
menerima inotropik dan intra-aorta dukungan pompa balon, menunggu ginjal
dan transplantasi jantung. Kegiatan fisik yang dilakukan adalah dengan
memulai dengan siku fleksi, ekstensi siku, jongkok kecil, Setelah menunggu
24 jam maka perlunya kita mengetahui respon, termasuk nyeri otot meningkat
atau tidak atau menurunnya konsumsi oksigen. Pada dasarnya, program
latihan
fisik
pada
penderita
gangguan
jantung
bertujuan
untuk
AKV.
AKW.
AKX.
AKY. BAB V
AKZ. KESIMPULAN
ALA.
ALB. Penderita
gangguan
jantung
memerlukan
program
yang
ALD.
ALE.
ALF.
DAFTAR PUSTAKA
ALG.
1. Bruner & Suddarth. Keperwatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta; 2001
2. Ari WS, dkk. Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 1, Edisi 4. Jakarta : FKUI; 2007
3. Mary Baradero. Klien gangguan kardiovaskuler: Seri asuhan
keperawatan. Jakarta: EGC; 2008
4. Arif M. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika; 2009
5. Mubin AH. Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam : Diagnosis dan Terapi.
Edisi 2. Jakarta : EGC; 2008
6. Dean AJ, Beaver KM. Cardiovascular Emergencies. In: Plantz SH,
Wipfler EJ (Ed.). Emergency Medicine. Second Edition. The National
Medical Series for Independent Study (NMS). Lippincott Williams &
Wilkins. USA; 2007
7. Lilly, L. Pathophysiology of Heart Disease : Mechanism of Cardiac
Aritmia. Philadelphia : Lippincot William; 2007
8. Herdman TH. Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 20122014. Jakarta: EGC; 2012
9. Doctherman JM & Bulecheck GN. Nursing Intervention Classification
(NIC). Fifth edition. United State of America: Mosby Elsevier; 2008
10. Doctherman, JM & Bulecheck,GN. 2008. Nursing Outcome
Classification (NOC). Fifth edition. United State of America: Mosby
Elsevier; 2008
11. Marchionni, N., F. Fattirolli, S. Fumagalli, N. Oldridge, F. Del Lungo, L.
Morosi, C. Burgisser and G. Masotti. "Improved exercise tolerance and
quality of life with cardiac rehabilitation of older patients after
myocardial infarction: results of a randomized, controlled trial."
Circulation ;2003. 107(17): 2201
12. Macauley Kelly. Physical Therapy Management of Two Patients with
Stage D Heart Failure in the Cardiac Medical Intensive Care Unit.
Cardiopulmonary Physical Therapy Journal;2012
ALH.