Anda di halaman 1dari 72

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA NY. S DENGAN SYOK KARDIOGENIK


PERAWATAN HARI KE 2
DI RUANG ICU RSUD TIDAR MAGELANG
Untuk Memenuhi Tugas Praktik Stase Keperawatan Gawat Darurat
Koordinator: Ns. Ahmat Pujianto, M.Kep
Pembimbing: Dody Setyawan, S.Kep, M.Kep
Disusun Oleh:
Kelompok X
DIAH AYU LESTARI IRAWADHI

22020114210076

ESTHIDARMASTUTI

22020114210085

INTAN HERDINI DEVI

22020114210099

MIFTAHUL FIRZANUDDIN

22020114210001

NUNUN PRATIWI

22020114210086

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2015

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Syok merupakan suatu keadaan kegawat daruratan yang ditandai
dengan kegagalan perfusi darah ke jaringan, sehingga mengakibatkan
gangguan metabolisme sel. Dalam keadaan berat terjadi kerusakan sel yang
tak dapat dipulihkan kembali (syok ireversibel), oleh karena itu penting untuk
mengenali keadaan-keadaan tertentu yang dapat mengakibatkan syok, gejala
dini yang berguna untuk penegakan diagnosis yang cepat dan tepat untuk
selanjutnya dilakukan suatu penatalaksanaan yang sesuai.1
Salah satu bentuk syok yang amat berbahaya dan mengancam
jiwa penderitanya adalah syok kardiogenik. Syok kardiogenik adalah
gangguan yang disebabkan oleh penurunan curah jantung sistemik pada
keadaan volume intravaskular yang cukup, dan dapat mengakibatkan hipoksia
jaringan. Syok dapat terjadi karena disfungsi ventrikel kiri yang berat, tapi
dapat pula terjadi pada keadaan dimana fungsi ventrikel kiri cukup baik.
Hipotensi sistemik umumnya menjadi dasar diagnosis. Nilai cut off untuk
tekanan darah sistolik yang sering dipakai adalah <90 mmHg. Dengan
menurunnya tekanan darah sistololik akan meningkatkan kadar katekolamin
yang mengakibatkan konstriksi arteri dan vena sistemik. Manifestasi klinik
dapat dittemukan tandatanda hipoperfusi sistemik mencakup perubahan
status mental, kulit dingin, dan oliguria.2
Penyebab syok kardiogenik yang terbanyak adalah infark miokard akut,
dimana terjadi kehilangan sejumlah besar miokardium akibat terjadinya
nekrosis. Insidens syok kardiogenik sebagai komplikasi sindrom koroner akut
bervariasi. Hal ini berhubungan dengan definisi syok kardiogenik dan kriteria
sindrom koroner akut yang dipakai sanat beragam pada berbagai penelitian.
Syok kardiogenik terjadi pada 2,9% pasien angina pectoris tak stabil dan 2,1%
pasien IMA non elevasi ST. Median waktu perkembangan menjadi syok pada
pasien ini adalah 76 jam dan 94 jam, dimana yang tersering setelah 48 jam.
Syok lebih sering dijumpai sebagai komplikasi IMA dengan elevasi ST

daripada tipe lain dari sindrom koroner akut. Pada studi besar di negara maju,
pasien IMA yang mendapat terapi trombolitik tetap ditemukan kejadian syok
kardiogenik yang berkisar antara 4,2% sampai 7,2%. Tingkat mortalitas masih
tetap tinggi sampai saat ini berkisar antara 70-100%. 2
Hal ini merupakan suatu keadaan gawat yang membutuhkan penanganan
yang cepat dan tepat, bahkan dengan penanganan yang agresif pun angka
kematiannya tetap tinggi yaitu antara 80-90%.1 Oleh karena itu penanganan
yang cepat dan tepat pada penderita syok kardiogenik ini mengambil peranan
penting di dalam pengelolaan/penatalaksanaan pasien guna menyelamatkan
jiwanya dari ancaman kematian.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan
syok kardiogenik.
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian primer dan sekunder pada
klien dengan syok kardiogenik.
b. Mahasiswa mampu merencanakan tindakan kegawatdaruratan pada
klien dengan syok kardiogenik.
c. Mahasiswa mampu melakukan implementasi pada klien dengan syok
kardiogenik.
d. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi pada klien dengan syok
kardiogenik.
e. Mahasiswa mampu melakukan dikumentasi pada klien dengan syok
kardiogenik.

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Syok kardiogenik adalah syok yang berasal dari jantung. Penyebab
utamanya adalah IM, tetap juga dapat disebabkan oleh disfungsi berat katup
jantung (disfungsi katup), disritmia yang tidak dapat ditangani, rupture
aneurisma aorta, kegagalan jantung kongestif berat, dan tamponade jantung.
Syok kardiogenik adalah keadaan darurat medis yang memerlukan tindakan
cepat dan tepat untuk menghindari kerusakan sel-sel yang ireversibel dan
kematian1.
Syok kardiogenik biasanya ditandai dengan penurunan tekanan darah
(sistolik kurang dari 90 mmHg, atau berkurangnya tekanan arteri rata-rata
lebih dari 30 mmHg) dan atau penurunan pengeluaran urin (kurang dari 0,5
ml/kg/jam) dengan laju nadi lebih dari 60 kali per menit dengan atau tanpa
adanya kongesti organ. Tidak ada batas yang jelas antara sindrom curah
jantung rendah dengan syok kerdiogenik2.
Syok kardiogenik merupakan stadium akhir disfungsi ventrikel kiri atau
gagal jantung kongestif, terjadi bila ventrikel kiri mengalami kerusakan yang
luas. Otot jantung kehilangan kekuatan kontraktilitasnya,menimbulkan
penurunan curah jantung dengan perfusi jaringan yang tidak adekuat ke organ
vital (jantung, otak, ginjal). Derajat syok sebanding dengan disfungsi ventrikel
kiri2.
Syok kardiogenik adalah syok yang disebabkan karena fungsi jantung
yang tidak adekuat, seperti pada infark miokard atau obstruksi mekanik
jantung, manifestasinya meliputi hipovolemia, hipotensi, kulit dingin, nadi
yang lemah, kekacauan mental, dan kegelisahan.

B. Etiologi
Etiologi dari shock kardiogenik yaitu:2
1. Gangguan kontraktilitas miokardium
2. Disfungsi ventrikel kiri yang berat yang memicu terjadinya kongesti paru
dan/atau hipoperfusi iskemik
3. Infark miokard akut ( AMI)
4. Komplikasi dari infark miokard akut, seperti: ruptur otot papillary, ruptur
septum,

atau

infark

ventrikel

kanan,

dapat

mempresipitasi

(menimbulkan/mempercepat) syok kardiogenik pada pasien dengan


infark-infark yang lebih kecil
5. Valvular stenosis
6. Myocarditis ( inflamasi miokardium, peradangan otot jantung)
7. Cardiomyopathy (myocardiopathy, gangguan otot jantung yang tidak
diketahui penyebabnya)
8. Trauma jantung
9. Temponade jantung akut
10. Komplikasi bedah jantung
C. Patofisiologi/ pathways
Tanda dan gejala syok kardiogenik mencerminkan sifat sirkulasi
patofisiologi gagal jantung. Kerusakan jantung mengakibatkan penurunan
curah jantung, yang pada gilirannya menurunkan tekanan darah arteria ke
organ-organ vital. Aliran darah ke arteri koroner berkurang, sehingga asupan
oksigen ke jantung menurun, yang pada gilirannya meningkatkan iskemia dan
penurunan lebih lanjut kemampuan jantung untuk memompa, akhirnya
terjadilah lingkaran setan.
Tanda klasik syok kardiogenik adalah tekanan darah rendah, nadi cepat
dan lemah, hipoksia otak yang termanifestasi dengan adanya konfusi dan
agitasi, penurunan haluaran urin, serta kulit yang dingin dan lembab
Disritmia sering terjadi akibat penurunan oksigen ke jantung.seperti pada
gagal jantung, penggunaan kateter arteri pulmonal untuk mengukur tekanan
ventrikel kiri dan curah jantung sangat penting untuk mengkaji beratnya
masalah dan mengevaluasi penatalaksanaan yang telah dilakukan. Peningkatan
tekanan akhir diastolik ventrikel kiri yang berkelanjutan (LVEDP = Left

Ventrikel End Diastolik Pressure) menunjukkan bahwa jantung gagal untuk


berfungsi sebagai pompa yang efektif.
D. Tanda dan gejala (manifestasi klinis)
1. Nyeri dada yang berkelanjutan, dyspnea (sesak/sulit bernafas), tampak
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

pucat, dan apprehensive (anxious, discerning, gelisah, takut, cemas)


Hipoperfusi jaringan
Keadaan mental tertekan/depresi
Anggota gerak teraba dingin
Keluaran (output) urin kurang dari 30 mL/jam (oliguria).
takikardi (detak jantung yang cepat,yakni > 100x/menit)
Nadi teraba lemah dan cepat, berkisar antara 90110 kali/menit
Hipotensi : tekanan darah sistol kurang dari 80 mmHg
Diaphoresis (diaforesis, diaphoretic, berkeringat, mandi keringat, hidrosis,

perspirasi)
10. Distensi vena jugularis
11. Indeks jantung kurang dari 2,2 L/menit/m2.
12. Tekanan pulmonary artery wedge lebih dari 18 mmHg.
13. Suara nafas dapat terdengar jelas dari edem paru akut
E. Masalah yang mungkin muncul
Menurut Mubin (2008), diagnosis syok kardiogenik adalah berdasarkan 3:
1. Keluhan Pokok
a.Oliguri (urin < 20 mL/jam).
b. Mungkin ada hubungan dengan IMA (infark miokard akut).
c.Nyeri substernal seperti IMA.
2. Tanda Penting
a.Tensi turun < 80-90 mmHg
b. Takipneu dan dalam
c.Takikardi
d. Nadi cepat
e.Tanda-tanda bendungan paru: ronki basah di kedua basal paru
f. Bunyi jantung sangat lemah, bunyi jantung III sering terdengar
g. Sianosis
h. Diaforesis (mandi keringat)
i. Ekstremitas dingin
j. Perubahan mental
3. Kriteria
Adanya disfungsi miokard disertai :
a. Tekanan darah sistolis arteri < 80 mmHg.
b. Produksi urin < 20 mL/jam.
c. Tekanan vena sentral > 10 mmH2O
d. Ada tanda-tanda: gelisah, keringat dingin, akral dingin, takikardi

F. Pemeriksaan penunjang
1. EKG; mengetahui hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpanan aksis,
iskemia dan kerusakan pola.
2. ECG; mengetahui adanya sinus takikardi, iskemi, infark/fibrilasi atrium,
ventrikel hipertrofi, disfungsi penyakit katub jantung.
3. Rontgen dada; Menunjukkan pembesaran jantung.

Bayangan

mencerminkan dilatasi atau hipertrofi bilik atau perubahan dalam


pembuluh darah atau peningkatan tekanan pulmonal.
4. Scan Jantung; Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan gerakan
jantung.
5. Kateterisasi jantung; Tekanan abnormal menunjukkan indikasi dan
membantu membedakan gagal jantung sisi kanan dan kiri, stenosis katub
atau insufisiensi serta mengkaji potensi arteri koroner.
6. Elektrolit; mungkin berubah karena perpindahan cairan atau penurunan
fungsi ginjal, terapi diuretic.
7. Oksimetri nadi; Saturasi Oksigen mungkin rendah terutama jika CHF
memperburuk PPOM.
8. AGD; Gagal ventrikel kiri ditandai alkalosis respiratorik ringan atau
hipoksemia dengan peningkatan tekanan karbondioksida.
9. Enzim jantung; meningkat bila terjadi kerusakan jaringan-jaringan
jantung,misalnya infark miokard (Kreatinin fosfokinase/CPK, isoenzim
CPK dan Dehidrogenase Laktat/LDH, isoenzim LDH).
G. Pengkajian primer
1. Airway : penilaian akan kepatenan jalan napas, meliputi pemeriksaan
mengenai adanya obstruksi jalan napas, adanya benda asing. Pada klien
yang dapat berbicara dapat dianggap jalan napas bersih. Dilakukan pula
pengkajian adanya suara napas tambahan seperti snoring.
2. Breathing : frekuensi napas, apakah ada penggunaan otot bantu
pernapasan, retraksi dinding dada, adanya sesak napas. Palpasi
pengembangan paru, auskultasi suara napas, kaji adanya suara napas
tambahan seperti ronchi, wheezing, dan kaji adanya trauma pada dada.
3. Circulation : dilakukan pengkajian tentang volume darah dan cardiac
output serta adanya perdarahan. Pengkajian juga meliputi status
hemodinamik, warna kulit, nadi.
4. Disability : nilai tingkat kesadaran, serta ukuran dan reaksi pupil.

H. Pengkajian sekunder
Pengkajian sekunder

meliputi

anamnesis

dan

pemeriksaan

fisik.

Anamnesis dapat menggunakan format AMPLE (alergi, medikasi, past illness,


last meal, dan environment). Pemeriksaan fisik dimulai dari kepala hingga
kaki.

I. Penatalaksanaan Medis
Menurut Dean AJ, Beaver KM (2007):4
1. Emergent therapy Terapi ini bertujuan untuk menstabilkan hemodinamik
pasien dengan oksigen, pengaturan jalan nafas (airway control), dan akses
intravena. Diperlukan usaha untuk memaksimalkan fungsi ventrikel kiri.
2. Volume expansion Jika tidak ada tanda volume overload atau edema paru,
volume expansion dengan 100mL bolus dari normal saline setiap 3 menit
sebaiknya dicoba; hingga, baik perfusi yang cukup maupun terjadi
kongesti paru. Pasien dengan infark ventrikel kanan memerlukan
peningkatan tekanan untuk mempertahankan atau menjaga kardiak output.
3. Inotropic support
a. Pasien dengan hipotensi ringan (tekanan darah sistolik 80-90 mmHg)
dan kongesti pulmoner, untuk hasil terbaik dirawat dengan
dobutamine (2,5 mikrogram/kg berat badan/menit, pada interval 10
menit). Dobutamine menyediakan dukungan inotropik saat permintaan
oksigen miokardium meningkat secara minimal.
b. Pasien dengan hipotensi berat (tekanan darah sistolik kurang dari 7580 mmHg) sebaiknya dirawat dengan dopamine.
c. Pada dosis lebih besar dari 5,0 mikrogram/kg berat badan/menit,
stimulasi alfa-adrenergik secara bertahap meningkat, menyebabkan
vasokonstriksi perifer. Pada dosis lebih besar dari 20 mikrogram/kg
berat badan/menit, dopamine meningkatkan ventricular irritability
tanpa keuntungan tambahan.
d. Kombinasi dopamine dan dobutamine merupakan strategi terapeutik
yang efektif untuk syok kardiogenik, meminimalkan berbagai efek

samping dopamine dosis tinggi yang tidak diinginkan dan


menyediakan bantuan/dukungan inotropik.
e. Jika dukungan tambahan untuk tekanan darah diperlukan, maka dapat
dicoba norepinephrine, yang berefek alfa-adrenergik yang lebih kuat.
Dosis awal : 0,5-1 mikrogram/menit.
4. Terapi reperfusi
Reperfusi miokardium iskemik merupakan terapi yang efektif untuk pasien
dengan infark miokard akut dan syok kardiogenik.
Medikamentosa:
a. Morfin sulfat 4-8 mg IV, bila nyeri.
b. Anti ansietas, bila cemas.
c. Digitalis, bila takiaritmi dan atrium fibrilasi.
d. Sulfas atropin, bila frekuensi jantung < 50x/menit.
e. Dopamin dan dobutamin (inotropik dan kronotropik), bila perfusi
jantung tidak adekuat. Dosis dopamin 2-15 mikrogram/kg/m.
f. Dobutamin 2,5-10 mikrogram/kg/m: bila ada dapat juga diberikan
amrinon IV.
g. Norepinefrin 2-20 mikrogram/kg/m.
h. Diuretik/furosemid 40-80 mg untuk kongesti paru dan oksigenasi
jaringan
J.

Penatalaksanaan Syok Kardiogenik 5


Langkah 1. Tindakan resusitasi Segera
a. Tujuannya adalah untuk mencegah kerusakan organ, mempertahankan

1.

tekanan arteri rata-rata untuk mencegah sekuele neurologi dan ginjal.


b. Memberikan aliran oksigen, intubasi atau ventilasi harus dilakukan
segera jika ditemukan abnormalitas difusi oksigen.
c. Dopamin dan noradrenalin (norepinefrin) untuk meningkatkan tekanan
arteri rata-rata dengan hipotensi
d. Dobutamin dan dopamin dalam dosis sedang untuk keadaan low
output tanpa hipotensi yang nyata.
e. Intra-aortic ballon counterpulsation (IABP) dikerjakan jika tersedia
sebelum transportasi.
f. Memonitor gas darah dan memberi tekanan udara positif berkelanjutan
jika ada indikasi.
g. Memonitor EKG dan mempersiapkan alat defribilator, obat antiaritmia
seperti amiodaron dan lidokain

h. Terapi fibrinolitik harus dimulai pada pasien dengan elevasi ST jika


diantisipasi keterlambatan angiografi lebih dari 2 jam.
i. Pada infark miokard dengan elevasi non ST yang menunggu
kateterisasi, diberikan inhibitor glikoprotein IIb/IIIa
2. Langkah 2. Menentukan secara dini Anatomi Koroner
Hal ini merupakan langkah penting dalam tatalaksana syok
kardiogenik yang berasal dari kegagalan pompa (pump failure) iskemik
yang perdominan. Hipotensi diatasi segera dengan IABP. Syok
mempunyai ciri penyakit 2 pembuluh darah.
3. Langkah 3. Melakukan revaskularisasi
Trial SHOCK merekomendasikan CABG emergensi pada pasien
left main atau 3 pembuluh darah besar
Terapi Atrial Flutter :
a.Pada pasien simtomatis dengan atrial flutter yang baru, terapinya
kardioversi elektrik untuk mengembalikan irama sinus.
Flutter dapat diterminasi dengan stimulasi atrial

b.

dengan

menggunakan pacemaker sementara atau permanen. Prosedur ini


digunakan setelah pemasangan kabel pacemaker pada tindakan
operasi. Selain itu, beberapa jenis pacemaker dan implantasi
defibrilator dapat diprogram jika terjadi atrial flutter.
c.Pasien yang tidak memerlukan tindakan kardioversi segera dapat
memulai

terapi

farmakologis.

Pertama,

kecepatan

ventrikular

diperlambat dengan obat AV block (beta blocker, CCB, atau digoxin).


Setelah efektif diperlambat, dapat diberi obat yang memperlambat
atau memperpanjang periode refraktori (class IA, IC, III).
d. Untuk terapi kronik dapat ditangani dengan ablasi kateter. Pada
metode ini, elektroda kateter dimasukkan melalui vena femoralis,
melewati inferior vena cava, dan melakukan lokalisasi dan ablasi pada
bagian reentran untuk menghentikan secara permanen.
K. Komplikasi
1. Cardiopulmonary arrest
2. Disritmia
3. Gagal multisistem organ
4. Stroke
5. Tromboemboli

L. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul 8


1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan gangguan pertukaran gas
ditandai dengan sesak nafas, peningkatan frekuensi pernafasan, batukbatuk.
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan gangguan
aliran darah sekunder akibat gangguan vaskuler ditandai dengan nyeri,
cardiac out put menurun, sianosis, edema (vena).
3. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan
spasme reflek otot sekunder akibat gangguan viseral jantung ditandai
dengan nyeri dada, dispnea, gelisah, meringis.
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan supley
oksigen dan kebutuhan (penurunan / terbatasnya curah jantung) ditandai
dengan kelelahan, kelemahan, pucat.
M. Intervensi keperawatan9,10
1. pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pertukaran gas ditandai
dengan sesak nafas, gangguan frekwensi pernafasan, batuk-batuk
Tujuan : Setelah diberikan askep selama 3x 24 jam diharapkan pola nafas
efektif
Kriteria hasil :
a. Klien tidak sesak nafas
b. Frekwensi pernafasan normal
c. Tidak ada batuk-batuk
Intervensi :
1) Evaluasi frekwensi pernafasan dan kedalaman. Catat upaya pernafasan,
contoh adannya dispnea, penggunaan obat bantu nafas, pelebaran nasal
R/ Respon pasien berfariasi. Kecepatan dan upaya mungkin meningkat
karena nyeri, takut, demam, penurunan volume sikulasi (kehilangan
darah atau cairan), akumulasi secret, hipoksia atau distensi gaster.
Penekanan pernapasan (penurunan kecepatan) dapat terjadi dari
pengunaan analgesik berlebihan. Pengenalan disini dan pengobatan
ventilasi abnormal dapat mencegah komplikasi
2) Auskultasi bunyi nafas. Catat area yang menurun atau tidak adannya
bunyi nafas dan adannya bunyi nafas tambahan, contoh krekels atau
ronki
R/ Auskultasi bunyi napas ditujukan untuk mengetahui adanya bunyi
napas tambahan

3) Kolaborasi dengan beriakan tambahan oksigen dengan kanula atau


masker sesuai indikasi
R/ Meningkatkan pengiriman oksigen ke paru-paru untuk kebutuhan
sirkulasi, khususnya adanya penurunan/ gangguan ventilasi
2. Ketidakefektifan ferfusi jaringan perifer berhubungan dengan gangguan
aliran darah sekunder akibat gangguan vaskuler ditandai dengan nyeri,
cardiac out put menurun, sianosis, edema (vena)
Tujuan : Setelah diberikan askep 3x24 jam diharapkan perfusi jaringan
perifer efektif
Kriteria hasil :
a. Klien tidak nyeri
b. Cardiac out put normal
c. Tidak terdapat sianosi
d. Tidak ada edema (vena)
Intervensi :
a. Lihat pucat, sianosis, belang, kulit dingin, atau lembab. Catat kekuatan
nadi perifer.
R/ Vasokontriksi sistemik diakibatkan karena penurunan curah jantung
mungkin dibuktikan oleh penurunan perfusi kulit dan penurunan nadi.
b. Dorong latihan kaki aktif atau pasif, hindari latihan isometric
Menurunkan statis vena, meningkatkan aliran balik vena dan
menurunkan resiko tromboflebis.
Kalaborasi:
c. Pantau data laboratorium,contoh : GBA, BUN, creatinin, dan
elektrolit
R/ Indikator perfusi atau fungsi organ
d. Beri obat sesuai indikasi: heparin atau natrium warfarin (coumadin)
R/ Dosis rendah heparin mungkin diberika secara profilaksis pada
pasien resiko tinggi dapat untuk menurunkan resiko trombofleblitis
atau pembentukan trombusmural. Coumadin obat pilihan untuk terapi
anti koangulan jangka panjang/pasca pulang
3. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan
spasme refleks otot sekunder akibat gangguan viseral jantung ditandai
dengan nyeri dada, dispnea, gelisah, meringis
Tujuan : Setelah diberikan askep selama 3x24 jam, diharapkan pasien
merasa nyaman
kriteria hasil :
a. Tidak ada nyeri
b. Tidak ada dispnea

c. Klien tidak gelisah


d. Klien tidak meringis
Intervensi :
a. Pantau atau catat karekteristik nyeri, catat laporan verbal, petunjuk
non verbal dan repon hemodinamik ( contoh: meringis, menangis,
gelisah, berkeringat, mengcengkram dada, napas cepat, TD/frekwensi
jantung berubah)
R/ Mengetahui tingkat nyeri agar dapat mengetahui perencanaan
selanjutnya
b. Bantu melakukan teknik relaksasi, misalnya napas dalam perlahan,
perilaku diskraksi, visualisasi, bimbingan imajinasi
R/ Membantu dalam menurunan persepsi atau respon nyeri.
Memberikan kontrol situasi, meningkatkan perilaku positif.
Kolaborasi
c. Berikan obat sesuai indikasi, contoh: analgesik, misalnya morfin,
meperidin (demerol)
R/ meskipun morfin IV adalah pilihan, suntikan narkotik lain dapat
dipakai fase akut atau nyeri dada beulang yang tidak hilang dengan
nitrogliserin untuk menurunkan nyeri hebat, memberikan sedasi, dan
mengurangi kerja miokard. Hindari suntikan IM dapat menganggu
indikator diagnostik dan tidak diabsorsi baik oleh jaringan kurang
perfusi
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan suplay
oksigen dengan kebutuhan (penurunan atau terbatasnya curah jantung)
ditandai dengan kelelahan, kelemahan, pucat)
Tujuan : Setelah diberikan askep selama 3x24 jam, diharapkan pasien
dapat melakukan aktifitas dengan mandiri
Criteria hasil :
a. Klien tidak mudah lelah
b. Klien tidak lemas
c. Klien tidak pucat
Intervensi :
a. Periksa tanda vital sebelum dan segera setelah aktivitas, khususnya
bila pasien menggunakan vasolidator, diuretik, penyekat beta

R/ Hipertensi ortostatik dapat terjadi dengan aktivitas karena efek obat


(vasodilatasi), perpindahan cairan, (diuretik) atau pengaruh fungsi
jantung
b. Catat respon kardio pulmonal terhadap aktivitas, catat takikardi,
disritmia, dispnea, berkeringat, pucat
R/ Penurunan atau ketidakmampuan miokardium untuk meningkatkan
volume sekuncup selama aktivitas, dapat menyebabkan peningkatan
segera pada frekwensi jantung dan kebutuhan oksigen, juga
meningkatkan kelelahan dan kelemahan
c. Kaji presipitator atau penyebab kelemahan, contoh pengobatan, nyeri,
obat
R/ Kelemahan adalah efek samping dari beberapah obat (beta bloker,
Trakuiliser dan sedatif). Nyeri dan program penuh stress juga
memerlukan energi dan menyebabkan kelemahan
d. Evaluasi peningkatan intoleran aktivitas
R/ Dapat menunjukkan meningkatan dekompensasi jantung dari pada
kelebihan aktivitas
e. Berikan bantuan dalam aktivitas perawatan diri sesuai indikasi, selingi
periode aktivitas dengan periode istirahat
R/ Pemenuhan kebutuhan perawatan diri pasien tanpa mempengaruhi
stress miokard atau kebutuhan oksigen berlebihan
Kolaborasi
f. Impelementasikan program rehabilitasi jantung atau aktivitas
R/ Peningkatan bertahap pada aktivitas menghindari kerja jantung atau
komsumsi oksigen berlebihan. Penguatan dan perbaikan fungsi
jantung dibawah stress, bila disfusi jantung tidak dapat membaik
kembali

BAB III

TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
Tanggal masuk ICU: 9 Januari 2015/ 17.00
Tanggal pengkajian : 9 Januari 2015/18.00
1. Identitas
Nama
: Ny. S
Jenis kelamin
: Perempuan
Usia
: 70 Th
Alamat
: Canguk
Agama
: Islam
No RM
: 233680
Diagnosa medis
: syok kardiogenik
Penanggung jawab
Nama
: Ny. H
Alamat
: Canguk
Hubungan dengn klien
: Anak
2. Pengkajian primer
a. Airways
Tidak ada sumbatan jalan napas
b. Breathing
RR= 22 x/menit, napas dalam, irama napas reguler, tidak terdengar
bunyi napas tambahan
c. Circulation
TD= 140/90 mmHg, N= 108 x/menit, tanda-tanda sianosis (-), CRT<3
detik, tidak ada tanda-tanda perdarahan, akral hangat
d. Dissability
Kesadaran composmentis, GCS= 15(E4V5M6), pupil isokor
e. Exposure
Tidak ada tanda-tanda rauma, S=36,3oC
3. Pengkajian sekunder
a. Keluhan utama
Klien mengatakan nyeri dada sejak dua hari yang lalu
O : kien merasa nyeri saat istirahat
P : nyeri bertambah ketika beraktifitas
Q : nyeri seperti tertindih beban berat
R : dada kiri
S : skala nyeri 8
T : hilang timbul
b. Riwayat penyakit sekarang
Klien mengatakan nyeri dada sejak dua hari yang lalu, klien telah
berobat ke puskesmas dan sudah berkurang. Namun nyeri mulai terasa

lagi sejak tadi malam (8 Januari 2015) kemudian oleh keluarga klien
dibawa ke IGD RSUD Tidar
c. Riwayat penyakit dahulu
Keluarga mengatakan jika dulu (>5 tahun yang lalu) klien memiliki
riwayat penyakit hipertensi.
d. Riwayat penyakit keluarga
Keluarga mengatakan jika anggota keluarga tidak ada yang
memilikiriwayat penyakit yang sama seperti klien.
e. AMPLE
1) Alergy
Klien mengatakan jika ia tidak memiliki riwayat alergi baik
terhadap makanan, minuman, obat, maupun lainnya.
2) Medication
Keluarga mengtakan jika kien sedang menjalani pengobatan terkait
nyeri dada, dan sedang mengkonsumsi obat dari puskesmas, namun
keluarga lupa obat apa saja yang dikonsumsi.
3) Past illness
Keluarga mengatakan jika klien memiliki riwayat hipertensi, da
sejak dua hari yang lalu mengalami nyeri dada
4) Last meal
Keluarga mengatakan jika klien sebelumnya hanya makan
makanan biasa seperti nasi, sayur dan lauk
5) Event
Nyeri dada dirasakan oleh klien seja dua hari yang lalu. Nyeri
dirasakan saat beristirahat, berkurang dan kemudian nyeri
bertambah kembali
f. Pengkajian fisik
1) Kepala
Bentuk kepala mesocepal, persebaran rambut merata, rambut
rontok, rambut berwarna putih, berminyak, lesi di kulit kepala (-),
perdarahan (-), massa (-). Tidak ada jejas, lesi, ataupun massa di
bagian muka.
2) Mata
Simetris , bola mata bergerak normal, lesi (-), perdarahan (-), bulu
mata dan alis tersebar merata, sklera anikterik, konjungiva tidak
anemis, kornea keruh, massa (-), nyeri tekan (-), pupil isokor,
reflek pupil baik, diameter 3 mm, pandangan tidak terlalu baik
(kabur), jarak pandang klien 1 meter, alat bantu penglihat (-)

3) Hidung
Lesi (-), perdarahan (-), massa (-), tampak bulu hidung, terlihat
kotoran, nyeri tekan (-), sekret (-), penciuman baik, terpasang
kanul oksigen dengan aliran sebanyak 3 liter/menit.
4) Mulut dan gigi
Bibir berwarna merah muda, tidak tampak tanda sianosis, kering,
massa (-), mulut dan gigi kotor, gigi palsu (-), jumlah gigi tidak
lengkap, uvula simetris, radang (-), tonsil tidak mengalami radang
ataupun pembesaran.
5) Telinga
Telingan simetris, tidak ada keluaran dari telinga, lesi (-),
perdarahan (-), massa (-), nyeri tekan (-), pendengaran tidak terlalu
baik, alat bantu dengar (-)
6) Leher
Lesi (-), perdarahan (-), simetris, pembesaran Kelenjar tiroid (-),
massa abnormal (-), bising pada kelenjar tiroid (-), letak trakea
simetris di tengah, bising arteri karotis (-)
7) Dada
a) Inspeksi
Simetris, lesi (-), perdarahan (-), pengembangan dada simetris
22x/menit, otot bantu napas (-), retraksi dada (-)
b) Palpasi
Nyeri tekan (-), massa (-), pengembangan paru simetris, taktil
fremits teraba
c) Perkusi
Sonor disemua lapang paru, dan redup di bagian jantung
d) Auskultasi
Vesikular di ssemua lapang paru
8) Jantung
a) Inspeksi
tidak tampak ictus cordis, jejas (-)
b) Palpasi
Ictus cordis teraba di ICS 5, pulsasi kuat, teraba denyutan di
epigastrik
c) Perkusi
Batas jantung
Atas: ICS
Bawah

Kanan
kiri
d) Auskultasi
S1-S2 reguler, tidak ada bunyi jantung tambahan
9) Abdomen
a) Inspeksi
Datar, , lesi (-), perdarahan (-), simetris, tidak ada peradangan
pada umbilicus
b) Auskultasi
Bising usus= 7x/menit, bising aorta (-)
c) Perkusi
Timpani pada organ berongga, redup pada organ yang solid,
tidak ada pembesaran hati
d) Palpasi
Nyeri tekan (-), massa (-), hati tidak teraba, lien sulit teraba
10) Genitalia
Bersih, lesi (-), perdarahan (-), nyeri tekan (-), massa (-), keluaran
(-), terpasang kateter urin
11) Ekstremitas
(a) Atas
Tidak terdapat lesi, kulit kering, CRT<3detik, turgor kulit
elastis, tidak terdapat edema, akral dingin, kekuatan otot (5/5)
(b) Bawah
Tidak terdapat lesi, kulit kering, CRT<3detik, turgor kulit
elastis, tidak terdapat edema, akral dingin, kekuatan otot (5/5),
terdapat abnormalitas bentuk tulang di kaki kanan dan kiri.
g. Pengkajian fungsional
1) Oksigenasi
Saat di ICU RR= 22x/menit, terpasang nasal kanul dengan aliran
O2 3 liter/menit, terkadang masih telihat sesak napas

2) Kebutuhan Nutrisi dan Cairan


a) Intake
a) Makan
Keterangan
Frekuensi

Sebelum di rawat
3 kali sehari

Selama di rawat
3 kali makan 2 kali
snack

Jenis

Nasi, lauk pauk, sayur,

Makan: Bubur sumsum


Snack : agar-agar, susu
1 porsi makan (100 ml)
1 porsi snack (100 ml)
piring, Disuapi oleh keluarga

Porsi

1 porsi (1000 ml )

Kebiasaan

Menggunakan

Volume
Keluhan

sendok
3000 ml
Tidak Ada

atau perawat
500 ml
Mual

b) Minum
Keterangan
Frekuensi
Jenis
Porsi

Kebiasaan
Volume

Sebelum di rawat
Selama di rawat
8-10 kali sehari
4 kali sehari
Air putih, air teh
Air putih, air teh, susu
botol aqua besar, 3 2 gelas air putih(200 ml),
gelas teh (450 ml)

1 gelas the (100 ml),

Tidak Ada
1450 ml

susu (25 ml)


Tidak Ada
325ml

c) IMT (Indeks Massa Tubuh):


BB: 60 kg
TB: 155 CM
IMT
: BB/TB (m)2
:
60/(1,55)2
: 50/ 2.4
: 20,83
IMT Ny.S termasuk dalam kategori normal
Keterangan:
1) 2-20
: underweight
2) 20-25 : normal
3) 25-30 : overweight
4) >30
:obesitas
d) Pengkajian ABCD
(1) Antropometri
i.
BB= 50 kg
ii.
TB= 155 cm
iii.
IMT=20,83 (normal)
(2) Biokimia
Tanggal 06 Mei 2013, Jam 21.08
Pemeriksaan
Hemoglobin

Hasil
Hematologi
11.8 g/dL

Nilai Normal
14.0-18.0

Hematokrit

36,6 %

42-52
Kimia Klinik

Glukosa darah 97 mg/dl

70-115

Sewaktu *cito
(3) Klinis
Ny.S tampak lemah, mual,
(4) Diet
Diet lunak (bubur), diet jantung
3) Kebutuhan Eliminasi
a) Eliminasi Urin (BAK)
Keterangan
Frekuensi

Sebelum sakit
6-8 kali sehari

Pancaran

Kuat

Bau

Khas (amoniak)

Khas (amoniak)

Warna

Kuning jernih

Kuning jernih

Perasaan setelah Lega

Selama sakit

BAK
Kebiasaan

Di kamar mandi, sendiri

Di

tempat

tidur

menggunakan kateter
Jumlah

1000 ml

1600 ml

b) Eliminasi Fekal (BAB)


Keterangan
Frekuensi

Sebelum dirawat
1x/hari

Selama dirawat
Belum BAB

Bau

Khas

Warna

Cokelat kekuningan

Konsistensi

Solid, berbentuk

Waktu
Pagi/sore
c) intake
(1) Cairan Infus
Asering 20 tpm 500 ml
RL 20 tpm 500 ml x 2 = 1000 ml
Vascon 4 mg diencerkan 50 cc =50 ml + 40 ml = 90 ml
Total infus : 1590 ml
(2) Injeksi
Levonox:
0,6 ml x 2 = 1,2 ml

Ceftriaxone: 5 ml
Total injeksi: 6,2 ml
(3) Total intake cairan dalam 24 jam
Makan : 500 ml
Minum: 325 ml
Infus : 1590 ml
Injeksi :
6,2 ml
Air metabolisme:
5cc/kgBB/hari
5cc x 50 kg = 250 ml
TOTAL
INPUT : 2671,2 ml
d) Output
BAK
: 1600 ml
IWL
: 15 cc/kg BB/ hari
: 15 cc/50 kg/hari = 750 ml
TOTAL OUTPUT: 2600 ml
e) Keseimbangan cairan pada Ny.S : total intake total output
cairan
: 2671,2 2600 ml
: +71,2 ml
4) Kebutuhan Termoregulasi
Sebelum dan selama dirawat
a) Ny.S tidak mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan
termoregulasi
b) Suhu klien dalam rentang normal yaitu 36.3oC saat awal masuk
dan 36,5 oC saat pengkajian
c) Apabila kedinginan pasien biasa menggunakan selimut
5) Kebutuhan Aktivitas dan Latihan
Aktivitas

Sebelum Sakit
1
2
3

Makan

Mandi

Berpakaian

Toileting

Tingkat mobilitas di

tempat tidur
Berpindah

Kemampuan ROM

Berjalan

Bermain

Aktivitas

Selama Sakit
1
2
3

Makan
Mandi

Berpakaian

Toileting

Tingkat mobilitas di

tempat tidur
Berpindah

Kemampuan ROM

Berjalan
Bermain/rekreasi

Ny.S mengalami ketergantungan parsial dalam pemenuhan


aktivitas dan latihan selama sakit.

Keterangan :
0 : Mandiri
1 : Menggunakan alat bantu
2 : Di bantu orang lain
3 : Di bantu orang lain dan alat
4 : Ketergantungan atau tidak mampu
- Ny. S mengatakan lemas dan tidak kuat duduk lama-lama,
-

dan sesak setelah duduk lama


Terjadi kenaikan tekanan darah dari tidur menjadi duduk

sebesar 20 mmHg menjadi 130/80mmHg


Terjadi kenaikan nadi dari tidur menjadi duduk menjadi 110

x/menit
- Klien mengatakan sesak setelah duduk lama
6) Tingkat ketergantungan klien total Kebutuhan Seksualitas
Ny.S sudah mengalami menopause. Ny.S saat ini sudah tidak
melakukan hubungan seksual. Ny.S memiliki anak sebanyak 3
orang. Ny.S masih mendapatkan kasih sayang dari suami, anak,dan
cucu.
7) Kebutuhan Psikososial
a) Stres dan Koping
Sebelum Sakit
Selama Sakit
Ny.S merupakan tipe orang yang tidak Ny.S sering merasa kesepian karena
sabaran, terutama apabila kehadiran tidak ditemani oleh keluarga dan
orang

tersebut

mengganggu terasa sepi. Klien selalu ingin pulang

kenyamanan dan membuat sakit yang karena merasa tidak ada teman.
dirasakan semakin parah
b) Konsep diri
(1) Gambaran diri
Ny.S tidak merasa malu dengan penampilan fisik alaupun
bentuk kaki memiliki kelainan.
(2) Ideal diri
Ny.S mengatakan seharusnya dirinya bisa beraktifitas
sehari-hari

seperti biasa tanpa harus ketergantungan

bantuan oksigen apabila ia tidak selalu merasakan sesak


nafas setelah melakukan aktifitas

(3) Peran diri


Semenjak sakit Ny.S menjadi tidak bisa melakukan
aktivitas seperti biasanya akibat kelemahan fisik yang
diraskaan akibat nyeri dada.
(4) Harga Diri
Tidak ada masalah harga diri yang dirasakan Ny. S
(5) Identitas diri
Ny.S menyadari bahwa segala musibah dan keadaan
yang diterima/ dijalani saat ini adalah sebuah cobaan
yang harus dijalani dengan ikhlas dan tabah dan
membuat Ny. S lebih dekat kepada Allah.
8) Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman
Tn.S merasa kurang nyaman saat dirawat di rumah sakit karena
lingkungan kamar Tn.S terlalu banyak anak kecil di luar ruangan
yang bermain dan berteriak dan kurang privasi sehingga
mengganggu istirahat Tn.s. Tn.S merasa aman saat dirawat karena
selalu dijaga oleh istrinya serta banyaknya perawat ruangan yang
akan menolong jika Tn.S membutuhkan sesuatu bantuan
9) Kebutuhan Spiritual
Keterangan
Nilai Khusus
Praktek ibadah
Pengetahuan

Sebelum Dirawat
Tidak ada
Shalat 5 waktu, puasa

Selama Dirawat
Tidak ada
Sholat di tempat tidur

sambil tiduran
tentang Mengetahu cara sholat Dengan tayamum karena

praktek ibadah selama dengan tiduran, duduk, tidak


sakit

tayamum

diperbolehkan

turun dari tempat tidur.

10) Kebutuhan Hygiene Integritas Kulit


Keterangan
Mandi

Sebelum Dirawat
2x/ hari (pagi dan sore)

Selama Dirawat
Disibin atau diseka 2x/
hari (pagi hari dan sore

Keramas

Setiap

hari

hari)
sekali Tidak pernah

menggunakan shampoo di

Ganti Pakaian

pagi hari
2x/ hari (pagi dan sore/ 2x/ hari (pagi hari dan

Sikat gigi

setiap habis mandi)


sore hari setelah disibin)
2x/ hari (pagi dan sore/ 1x/hari (pagi)

Memotong Kuku

setiap mandi)
Saat kuku panjang

Tidak pernah memotong


kuku

11) Kebutuhan Istirahat dan Tidur


Keterangan
Jumlah tidur siang
Jumlah tidur malam
Pengantar tidur
Gangguan tidur

Sebelum di rawat
3-4 Jam
8-9 Jam
Tidak Ada
Tidak ada

Selama di rawat
Jarang, 30 menit-1 Jam
5-6Jam
Tidak Ada
Dada terasa nyeri,posisi
tidur

yang

nyaman,

belum

beradaptasi
Perasaan waktu bangun

Segar

kurang

tempat baru.
kurang begitu

dengan
segar,

sering terbangun kaget.


12) Kebutuhan Persepsi Sensori
a) Pengkajian nyeri
O : kien merasa nyeri saat istirahat
P : nyeri bertambah ketika beraktifitas
Q : nyeri seperti tertindih beban berat
R : dada kiri
S : skala nyeri 8
T : hilang timbul
b) Mimik wajah klien terlihat menahan sakit
c) Klien terlihat memegang dada sebelah kiri
d) Klien terlihat sering mengubah posisi tidur untuk mengurangi
nyeri
e) Klien sulit tidur saat merasa nyeri
13) Kebutuhan Rekreasi
Keterangan
Rekreasi

Sebelum Dirawat
Selama Dirawat
Berkumpul
bersama Mengobrol
dengan
keluarga,cucu, teman,

keluarga

ketika

jam

kunjungan
14) Kebutuhan Komunikasi Informasi
Sebelum Dirawat
Selama Dirawat
Ny.S berkomunikasi dengan suami, Ny.S hanya berkomunikasi dengan
anak, cucu dan tetangga lingkungan keluarga ketika jam berkunjung dan
rumah
perawat yang masuk ke kamar pasien.
Ny. S belum mengetahui tentang penyakit yang di deritanya, terbukti dengan
tindakan Ny.S yang selalu ingin pulang.
4. Data penunjang
a. EKG
EKG dari IGD
Ekg di ICU Perekaman tanggal 10 Januari 2015
Hasil: Sinus takikardi dengan infark di lateral, septal dan anterior
b. Laboratorium
Pemeriksaan

Nilai

Satuan

Nilai normal

analis
a

Darah lengkap
Hb
Leukosit
Eritrosit
Ht
Trombosit
Diff count
Eosinofi
Basofil
Profil segmen
Limfosit
Monosit
RDW-CV
RDW SD
PLCR
Calculated
MCV
MCH
MCHC
Elektrolit
Natrium
Kalium
Klorida
GDS Sewaktu
Fungsi ginjal

11,8
16,1
4,2
36,3
457

g/dl
103/ul
106/ul
%
103/ul

13,00-18,00
4,00-11,00
1,50-6,50
10,00-54,00
150-450

N
N

1
0
75
14
10
14,4
45,4
10,7

%
%
%
%
%
%
Fl
%

1-6
0-1
40-75
20-45
2-10
11,6-14,4
35,1-43,9
9,3-27,9

N
N
N
N
N
N

87,8
28,3
32,2

Fl
pg
g/dl

76-96
27,5-32
30,0-35,0

N
N
N

136
4,6
107
97

mEq/L
mEq/L
Mmol/L
mg/dl

135-146
3,50-5,1
98,0-106,0
70-140

N
N

Ureum
Kreatinin
Uric acid
profilLemak
Kolesterol
Trigliserid
CKMB
Fungsi Hati
SGOT
SGPT
Sero imunologi
Troponin

23,2
0,68
6.00

mg/dl
mg/dl
mg/dl

16,6-48,5
0,67-1,17
4,50-7,00

N
N
N

235
98
98

mg/dl
mg/dl
U/L

<200
<200
<24

102,9
23,1

U/L
U/L

<40
<41

positif

Negatif

negatif

c. Radiologi
Pemeriksaan tanggal 10 Januari 2015
Hasil: obs. Cardiomegali ringan dengan gambaran bronkhitis

B. Terapi Obat
Jenis Terapi
ISDN (Isosorbid

Tanggal
10-14 Januari

Dinitrat)

2015

Dosis
3x5mg

Rute
Oral

Indikasi
a. Untuk mencegah

Kontra Indikasi
Hipersensitivitas terhadap

Efek Samping
Sakit kepala

sakit di dada yang

nitrat, hipotensi dan

berdenyut, muka

disebabkan oleh

hipovolemia, kardiopati

merah, pusing,

obstruktif hipertrofik,

hipotensi postural,

stenosis aorta, tamponade

takikardi (dapat

jantung, perikarditis

terjadi bradikardi

konstriktif, stenosis mitral,

paradoksikal). Efek

anemia berat, trauma

samping yang khas

kepala, perdarahan otak,

setelah injeksi

glaukoma sudut sempit.

meliputi hipotensi

angina
b. Gagal jantung kiri

berat, mual dan


muntah, diaforesis,
kuatir, gelisah,
kedutan otot,
palpitasi, nyeri
perut, sinkop,
pemberian jangka

Jenis Terapi

Tanggal

Dosis

Rute

Indikasi

Kontra Indikasi

Efek Samping
panjang disertai
dengan
methemoglobinemi

Aspilet

10 Januari

1x80mg

Oral

2015

Pengobatan dan

Gangguan perdarahan, asma,

a.
Gangguan saluran

pencegahan angina

ulkus peptikum aktif

cerna, peningkatan

pektoris dan infark

waktu perdarahan,

miokard

hipoprotrombinemi
a, reaksi
hipersensitivitas,
pusing, tinitus,

Pamol

10-11 Januari

3x500m

2015

Oral

Sebagai

Gangguan fungsi hati berat

ulkus peptikum
Pada dosis yang

antipiretik/analgesik,

direkomendasikan,

termasuk bagi pasien

parasetamol tidak

yang tidak tahan

mengiritasi

asetosal. Sebagai

lambung,

analgesik, misalnya

memengaruhi

untuk mengurangi

koagulasi darah,

Jenis Terapi

Tanggal

Dosis

Rute

Indikasi
rasa nyeri pada sakit

Kontra Indikasi

Efek Samping
atau memengaruhi

kepala, sakit gigi,

fungsi ginjal.

sakit waktu haid dan

Namun, pada dosis

sakit pada otot. Serta

besar (lebih dari

menurunkan demam

2000 mg per hari)

pada influenza dan

dapat

setelah vaksinasi.

meningkatkan
risiko gangguan
pencernaan bagian

Diazepam

10-14 Januari

2x5 mg

Oral

2015

Untuk mengatasi

Hipersensitivitas, pasien

gelisah berlebihan,

koma,depresi SSP yang sudah

mengurangi kejang

ada sebelumnya, nyeri berat

otot, sebagai

tak terkendali, glaukoma

penenang

sudut sempit, kehamilan atau

atas.
Pusing, mengantuk

laktasi, sensitivitas silang


CPG

10-14 Januari

1x 75

2015

mg

Oral

CPG diindikasikan
untuk menurunkan

dengan benzodiazepin lain


CPG dikontraindikasikan
pada pasien yang

a. Umum: lemah,
demam, hernia.

Jenis Terapi

Tanggal

Dosis

Rute

Indikasi
aterotrombosis yang

Kontra Indikasi
hipersensitif terhadap

menyertai:
Serangan infark

komponen yang terkandung

pembekuan

di dalam CPG dan pada

darah:

pasien yang mengalami

perdarahan

perdarahan patologis seperti

gastrointestinal,

ulkus peptikum atau

perdarahanintra

perdarahan intrakranial.
Ibu menyusui (lihat

kranial,

miokard, serangan
stroke atau penyakit
pembuluh darah
perifer.
Non-ST segment
elevation acute
coronary syndrome
dengan pemakaian
bersama Asetosal.

Peringatan : Penggunaan
pada ibu hamil dan
menyusui).
Gangguan hati berat.

Efek Samping
b. Gangguan

hematoma,
penurunan
jumlah platelet,
hematuria,
hemoptisis,hem
artrosis,
perdarahan
retropenial,
perdarahan luka
operasi,
perdarahanokula

Jenis Terapi

Tanggal

Dosis

Rute

Indikasi

Kontra Indikasi

Efek Samping
r, perdarahan
paru, alergi
purpura.
c. Gangguan sel
darah: anemia,
netropenia
berat,
trombositopenia
.
d. Gangguan
saluran cerna:
mual, nyeri
abdomen,
dispepsia,
gastritis,
konstipasi,
diare, ulkus
peptikum, ulkus
gaster dan

Jenis Terapi

Tanggal

Dosis

Rute

Indikasi

Kontra Indikasi

Efek Samping
duodenum,
muntah,
perdarahan
gastritis.
e. Gangguan kulit
dan kelenjar:
eksema, ulcer
pada kulit,
erupsi bullous,
kemerahan pada
eritematous,
kemerahan pada
makulopapular,
urtikaria,
kemerahan pada
pruritus.
f. Gangguan
sistem saraf
otonom: sinkop,

Jenis Terapi

Tanggal

Dosis

Rute

Indikasi

Kontra Indikasi

Efek Samping
palpitasi.
g. Gangguan
kardiovaskuler:
gagal jantung,
edema umum.
h. Gangguan
sistem saraf
sentral dan
perifer: kram
tungkai,
hipestesia,
neuralgia,
parestesia,
vertigo, nyeri
kepala, pusing,
gangguan indra
perasa.
i. Gangguan
fungsi hati dan

Jenis Terapi

Tanggal

Dosis

Rute

Indikasi

Kontra Indikasi

Efek Samping
empedu:
peningkatan
kadar enzim
hati,
bilirubinemia,
infeksi hepatitis,
perlemakan hati.
j. Gangguan
muskuloskeletal
: artritis,
artrosis,
athralgia.
k. Gangguan
nutrisi dan
metabolik: gout,
hiperuremia,
peningkatan
kadar nonprotein nitrogen

Jenis Terapi

Tanggal

Dosis

Rute

Indikasi

Kontra Indikasi

Efek Samping
(NPN).
l. Gangguan
psikiatri:
ansietas,
insomnia,
bingung,
halusinasi.
m. Trombotic
thrombocytopen
ia purpura
(TTP).
n. Gangguan
denyut dan
ritme jantung:
fibrilasi atrium.
o. Gangguan
sistem
pernafasan:
pneumonia,
sinusitis,

Jenis Terapi

Tanggal

Dosis

Rute

Indikasi

Kontra Indikasi

Efek Samping
hemothorax,
bronkospasme.
p. Gangguan
vaskular:
vaskulitis,
hipotensi.
q. Gangguan
sistem urin:
sistitis,
glomerulonefriti
s.
r. Gangguan
penglihatan:
katarak,
konjungtivitis.
s. Gangguan
reproduksi:
menorraghia.
t. Gangguan sel
darah putih dan

Jenis Terapi

Tanggal

Dosis

Rute

Indikasi

Kontra Indikasi

Efek Samping
sel
retikuloendoteli
al: eosinofilia,
agranulositosis,
granulositopenia
, leukemia,
leukopenia,
penurunan

Laxadin

10 14

3x60 ml

Oral

Januari 2015

Diberikan pada

Hipersensitif terhadap zat

neutrofil.
Reaksi alergi kulit

keadaan konstipasi

aktif dalam axadine emulsi,

dan gatal-gatal,

yang memerlukan

ileus obstruksi, nyeri

perasaan terbakar,

perbaikan peristaltik

abdomen yang belum

kolik, kehilangan

diketahui penyebabnya.

cairan dan
elektrolit, diare,

Simvastatin

10-14 Januari
2015

1x 2
10 mg

Oral

a. Peningkatan resiko

d. Pasien yang mengalami

artherosclerosis

gagal fungsi hati


e. Pasien yang mengalami

vaskuler yang

mual dan muntah


i. Sakit kepala,
konstipasi,
nausea,

Jenis Terapi

Tanggal

Dosis

Rute

Indikasi
disebabkan

Kontra Indikasi
peningkatan jumlah serum

hiperkolesterolemi

transaminase yang

a
b. Penyakit jantung
kororner
c. Hiperkolesterolemi
a

abnormal
f. Pecandu alkohol
g. Wanita hamil dan
menyusui
h. Hipersensitif terhadap
simvastatin

Efek Samping
flatulen, diare,
dispepsia, sakit
perut, fatigue,
nyeri dada dan
angina
j. Astenia,
miophaty,
ruam kulit,
rhabdomyolisis
,hepatitis,
angioneurotik
edema

Lovenox

10-13 Januari
2015

2x0,6ml

IM

Profilaksis gangguan

Riwayat trombositopenia

terisolasi
Gejala perdarahan,

abdomen

tromboembolik vena,

selama terapi dengan 4

trombositopenia,

terapi angina tidak

enoksaprin, kecenderungan,

hematoma dan

stabil dan infark

lesi organik yang cenderung

nekrosis kulit pada

miokard

berdarah, endokarditis

tempat suntikan,

bakterial akut, stroke, ulkus

alergi pada kulit

Jenis Terapi

Tanggal

Dosis

Rute

Ceftriaxone

10-14 Januari

1x1 g

IV

2015

Indikasi
Infeksi yang

Kontra Indikasi
GI akut.
Hipersensitif terhadap

disebabkan oleh

ceftriaxone dan penicillin

Efek Samping
a. Gangguan
pencernaan:

patogen yang sensitif

diare, mual,

terhadap ceftriaxone,

muntah,

seperti infeksi saluran

stomatitis
b. Rekasi kulit:

kemih, infeksi saluran


nafas, infeksi THT,
sepsis, meningitis,
infeksi tulang, infeksi
sendi dan jaringan
lunak, infeksi intra
abdominal, infeksi
genital, profilaksis
perioperatif, infeksi
gangguan pertahanan
tubuh

dermatitis,
pruritus,
urtikaria, edema
eritemamultifor
me, reaksi
anafilatik
c. Hematologi:
eosinofil,
anemia
hemolitik,
trombositosis,
leukopenia,

Jenis Terapi

Tanggal

Dosis

Rute

Indikasi

Kontra Indikasi

Efek Samping
granulositopeni
a
d. Gangguan
sistem saraf
pusat: sakit
kepala
e. Efek samping
lokal: iritasi
akibat dari
peradangan dan
nyeri pada
tempat yang
diinjeksi
f. Gangguan
fungsi ginjal:
untuksementara
terjadi
peningkatan
BUN
g. Gangguan

Jenis Terapi

Tanggal

Dosis

Rute

Indikasi

Kontra Indikasi

Efek Samping
fungsi hati:
untuk sementara
terjadi
peningkatan
SGOT dan

Infus RL

10-14 Januari
2015

500 cc

Intravena a. Resusitasi
b. Suplai ion
bikarbonat
c. Asidosis metabolic

Hipernatremia, kelainan

SGPT
Reaksi-reaksi

ginjal, kerusakan sel hati,

yang mungkin

asidosis laktat

terjadi karena
larutannya atau
cara
pemberiannya
termasuk
timbulnya panas,
infeksi pada
tempat
penyuntikan,
trombosis vena
atau flebitis yang

Jenis Terapi

Tanggal

Dosis

Rute

Indikasi

Kontra Indikasi

Efek Samping
meluas dari
tempat
penyuntikan,

Infus Asering

10-14 Januari

500 cc

IV

2015

Vascon

10-13 Januari 0,05 mcg


1,875
2015
cc/jam

IV

Pengobatan asidosis

Gagal jantung kongestif,

ekstravasasi.
Demam, infeksi

yang berhubungan

kerusakan ginjal, edema paru

tempat

dengan dehidrasi dan

yang disebabkan oleh retensi

penyuntikan,

kehilangan ion alkali

natrium dan

trombosis vena

dari tubuh

hiperproteinemia,

atau flebitis pada

hipernatremia, hiperkloremia,

tempat

hiperhidrasi

penyuntikan,

a. Pada keadaan hipotensi

hipervolemia
a. Hipoksia

a. Mengendalikan

Syringe

tekanan darah

akibat kekurangan darah,

jaringan

pump

pada keadaan

kecuali sebagai

(pemakaian

hipotensi akut

penanganan emergency

lamacedera

tertentu
b. Terapi penunjang
pada gagal

untuk pemeliharaan
perfusi aliran darah ke
arteri koroner dan

iskemik)
b. Bradikardia
c. Aritmia
d. Ansietas

Jenis Terapi

Tanggal

Dosis

Rute

Indikasi
jantung dan

Kontra Indikasi
serebral, sampai proses

hipotensi berat

penggantian volume
darah diberikan
b. Tidak boleh diberikan
pada pasien dengan
trombosis vaskuler perifer
ataupun pembuluh darah
mesenterikum
c. Jangan diberikan selama
pemberian anestesi
siklopropan dan halotan

Efek Samping
e. Sakit kepala
f. Dispnea
g. Nekrosis pada
tempat injeksi
h. Depresi
volume
plasma pada

C. Analisa Data
D.
No
J.
1.

E.

Tangg
F.
Data fokus
G.
Masalah
al
K.
10
L.
DS:
T.
Nyeri akut
- Pengkajian nyeri
Januari 2015
M. O: klien merasa nyeri ketika
istirahat
N.
P: nyeri bertambah ketika
beraktifitas
O.
Q: nyeri seperti tertindih
beban berat
P.
R: dada kiri
Q.
S: skala nyeri 8
R.
T: hilang timbul
S.
DO:
- TD= 140/90 mmHg
- N= 108 x/menit
- RR= 22 x/menit
- Mimik wajah klien terlihat
menahan sakit
- Klien terlihat memegang dada
sebelah kiri
- Klien terlihat sering mengubah
posisi tidur untuk mengurangi
nyeri
- Klien sulit tidur saat merasa nyeri

Diagnosa
keperawatan
U.
Agens
V.
Nyeri
akut
cedera:
berhubungan dengan
Penyumbatan arteri agens cedera fisik
koroner
(00132)
H.

Etiologi

I.

W.
2.

X.
10
Januari 2015

AD. AE. 10
3.
Januari 2015

Y.
DS:
- Klien mengatakan lemas
Z.
DO:
- Hasil EKG: AF, ST elevasi di V1V4
- N=108 x/menit
- Klien terlihat lemah
AF.
DS:
- Klien mengataka lemas
- Klien mengatakan tidak kuat
duduk lama-lama
AG. DO:
- Terjadi kenaikan tekanan darah
dari tidur menjadi duduk sebesar
20 mmHg menjadi 130/80mmHg
- Terjadi kenaikan nadi dari tidur
menjadi duduk menjadi 110
x/menit
- Hasil EKG menunjukkan AF, ST
elevasi di V1-V4
- Klien mengatakan sesak setelah
duduk lama
- Tingkat ketergantungan klien
total

AK.
AL. Prioritas diagnosa keperawatan

AA. Resiko
Penurunan curah jantung

AB. Perubahan
kontraktilitas
jantung

AC. Resiko
Penurunan curah
jantung berhubungan
dengan perubahan
kontraktilitas
jantung(00029)

AH. Intoleransi
aktifitas berhubungan
dengan

AI.
Ketidakseim
bangan suplai dan
kebutuhan oksigen

AJ.
Intoleransi
aktifitas berhubungan
dengan suplai dan
kebutuhan oksigen
(00093)

AM.

AN.

No
AQ. AR.
1
AU. AV.

Diagnosa keperawatan

AO.

AP.

No.

Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisikn (00132)

diagnosa
AS.
High priority

Diagnosa
AT.
1

Resiko Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas

AW.

Low priority

AX.

Medium

BB.

2
(00029)
AY. AZ. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan suplai dan kebutuhan oksigen (00093)

BA.

3
BC.
BD.
BE.
BF.Intervensi
BG.
No
BM.
1

Prioritas

BH. Tangg
al
BN. 10
Januari 2015

Priority

BI.
No Dx
BO.
1

BJ.

Tujuan dan kriteria hasil

BP.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 4x24jam nyeri berkurang dengan kriteria
hasil:
a. Klien mengatakan jika nyeri sudah berkurang
b. Lama nyeri berkurang
c. Ekspresi menahan sakit tidak tampak atau
berkurang
d. RR= 12-25 x/menit
e. TD= tidak menunjukkan peningatan tekanan
darah
f. N= <100 x/menit

BK.

Intervensi

BQ. Pain management (1400)


a. Kaji nyeri secara komprehensif
b. Observasi respon nonverbal
c. Kaji dampak nyeri terhadap kualitas
tidur
d. Kontrol
faktor
yang
dapat
meningkatkan ketidaknyamanan
e. Ajarkan
manajemen
nyeri
nonfarmakologis
f. Kolaborasi pemberian analgetik
BR.

BL.
TTD
BT.

BG. BH.
No al

Tangg

BU. BV. 10
2
Januari 2015

BI.
No Dx

BW.
3

BJ.

Tujuan dan kriteria hasil

BK.

Intervensi

BL.
TTD

BS. Vital sign monitoring (6680)


a. Monitoring tanda-tanda vital (TD,
N, RR, S)
b. Monitoring adanya sianosis
BX. Setelah dilakukan tindakan keperawatan BY.
Oxygen therapy (3320)
CH.
selama 4x24jam tidak terjadi penurunancurah a. Kaji kepatenan jalan napas
b. Berikan O2 sesuai kebutuhan klien
jantung dengan kriteria hasil:
c. Kaji efektifitas pemberian O2
a. TD= tidak menunjukkan hipotensi/hipertensi
BZ.
b. Nadi teraba kuat
CA. Vital sign monitoring (660)
c. Irama jantung reguler
d. Balance intake dan output
a. Monitoring tanda-tanda vital (TD,
e. Sianosis (-)
N, RR, S)
f. Akral hangat
b. Monitoring adanya sianosis
g. Status pernapasan normal
CB.
h. CRT<2 detik
CC. Cardiac care (4040)
a. Kaji irama jantung
b. Monitor balance cairan
c. Monitor status pernapasan sebagai
indikasi gagal jantung
CD.
CE. Cardiac care acute (4044)
a. Monitor irama jantung
b. Kaji bunyi jantung
c. Monitor status neurologi
d. Lakukan rekam jantung

BG. BH.
No al

CI.
3

Tangg

CJ.
9
Januari 2015

BI.
No Dx

CK.
3

BJ.

Tujuan dan kriteria hasil

BK.

Intervensi

BL.
TTD

e. Lakukan Pemeriksaan elektrolit dan


enzim jantung
f. Kolaborasi pemberian obat-obatan
nitrat
CF.
CG. Cardiac care rehabilitative
(4046)
a. Membuat jadwal mobilisasi dan
membantu mobilisasi
CL. Setelah dilakukan tindakan keperawatan CM. Vital sign monitoring (6680)
CR.
selama 4x24jam aktifitas tertoleransi dengan a. Monitoring tanda-tanda vital (TD,
N, RR, S)
kriteria hasil:
b. Monitoring adanya sianosis
a. Perubahan pada hasil EKG
CN.
b. Saturasi oksigen saat toleransi >95%
CO. Cardiac care acute (4044)
c. Nadi saat aktifitas <100 x/menit
g. Monitor irama jantung
d. RR saat aktifitas <26 x/menit
e. TD saat aktifitas tidak menunjukkan h. Kaji bunyi jantung
i. Monitor status neurologi
peningkatan
j. Lakukan rekam jantung
k. Lakukan Pemeriksaan elektrolit dan
enzim jantung
l. Kolaborasi pemberian obat-obatan
CP.
CQ. Energy management (0180)

BG. BH.
No al

Tangg

BI.
No Dx

BJ.

Tujuan dan kriteria hasil

BK.

Intervensi

BL.
TTD

a. Monitor intake klien


b. Moniyor kardiorespiratori terhadap
aktifitas
c. Monitor tidur pasien
CS.
CT. Implementasi
CU.
No
DA.
1

CV.

Tang
gal
DB. 10
Januari
2015
DC. 07.00
DD.
DE.
DF.
DG.
DH.
DI.
DJ.
DK.
DL.
DM.
DN.
DO.
DP.

CW. N CX. Implementasi


o Dx
KZ.
TJ.
LA.
TK.
LB. 1 1. Mengkaji nyeri dan respon non verbal
2. Memonitor vital sign
,2,3
3. Membantu personal higiene
LC.
4. Memberikan posisi nyaman
LD.
LE.
TL.
LF.
TM.
LG.
TN.
LH.
TO.
LI.
TP.
LJ.
TQ.
LK.
TR.
LL.
LM.
TS.
LN.
TT.
LO.
TU.

CY.

Respon

ZM.
ZN.
ZO. S:
- Klien mengatakan nyeri sudah
berkurang
- Nyeri:
ZP. O: saat istirahat
ZQ.P: perpindahan posisi
ZR. Q: seperti tertimpa beban berat
ZS. R: dada kiri
ZT. S: skala 8
ZU.T: hilang timbul
- Klien merasa nyaman dengan posisi
semifowler
- Klien bersedia untuk dibantu dalam
melakukan personal higiene
ZV.O:

CZ.
Ttd
ABU.

CU.
No

CV.

Tang
gal
DQ.
DR.
DS.
DT.
DU.
DV.
DW.
DX.
DY.
DZ. 08.00
EA.
EB.
EC.
ED.
EE.
EF.
EG.
EH.
EI.
09.00
EJ.
EK.
EL.
EM.
EN.
EO.
EP.
10.00

CW. N CX. Implementasi


o Dx
LP.
TV.
LQ.
TW.
LR.
TX.
LS.
TY.
LT.
TZ.
LU.
UA.
LV.
UB.
LW.
LX.
UC.
LY.
1 UD.
,2,3
5. Memonitor vital sign
LZ.
6. Memberikan diit (snack)
MA.
UE.
MB.
UF.
MC.
UG.
MD.
UH.
ME.
UI.
MF.
MG.
UJ.
MH. 1 UK.
,2,3
7. Memonitor vital sign
MI.
8. Memberikan terapi obat
MJ.
UL.
MK.
UM.
ML.
UN.
MM.

CY.
-

Respon

TD= 140/90 mmHg


N= 110 x/menit
RR= 22 x/menit
Terlihat menahan sakit
Sudah dilakukan oral higiene, mulut
dan gigi bersih
- Vulva bersih
- Klien dalam posisi semifowler
ZW. S:
- Klien mengatakan mau memakan
snack, meski sedikit mual
ZX.
O:
- Habis 100 cc
- TD=80/70 mmHg
- N=104 x/menit
- RR=27x/menit
- S=365 0C
ZY.
S: ZZ.
O:
- Obat masuk
- TD=90/60 mmHg
- N=104 x/menit
- RR=24 x/menit
- S=38o C
AAA. S:

CZ.
Ttd

CU.
No

CV.

Tang
gal
EQ.
ER.
ES.
ET.
EU.
EV.
EW.
EX. 11.00
EY.
EZ.
FA.
FB.
FC.
FD. 12.00
FE.
FF.
FG.
FH.
FI.
FJ.
FK.
FL.
FM.
FN.
FO.
FP.
13.00

CW.
o Dx
MN.
MO.
,2,3
MP.
MQ.
MR.
MS.
MT.
MU.
MV.
MW.
,2,3
MX.
MY.
MZ.
NA.
NB.
NC.
,2,3
ND.
NE.
NF.
NG.
NH.
NI.
NJ.

N CX.

Implementasi

UO.
1 UP.
9. Memonitor vital sign
10. Melatih mobilisasi
UQ.
UR.
US.
UT.
UU.
1 UV.
11. Memonitor vital sign
UW.
UX.
UY.
UZ.
1 VA.
12. Memberikan diit
13. Memonitor vital sign
14. Memberikan terapi obat
15. Mengganti terapi cairan
VB.
VC.
VD.

CY.
-

Respon

Klien mengatakan ingin dibantu


untuk posisi miring
AAB. O:
- TD= 90/60 mmHg
- N= 108 x/menit
- RR= 20 x/menit
- S= 38o C
AAC. S:AAD. O:
- TD= 90/70 mmHg
- N= 109 x/menit
- RR= 24 x/menit
- S=38o C
AAE. S:
- Klien mengatakan ingin makan
namun disuap oleh keluarga
AAF. O:
- Makan siang klien habis 100 cc
dengan bubur halus,
- TD= 100/70 mmHg
- N= 112 x/menit
- RR= 17 x/menit
- S= 37o C
- Infus RL masuk 500 cc

CZ.
Ttd

CU.
No

CV.

Tang
gal
FQ.
FR.
FS.
FT.
FU.
FV.
FW. 14.00
FX.
FY.
FZ.
GA.
GB.
GC.
GD.
GE.
GF.
GG.
GH.
GI.
GJ.
GK.
GL. 15.00
GM.
GN.
GO.
GP.

CW. N CX. Implementasi


o Dx
NK.
VE.
NL.
VF.
NM.
VG.
NN.
VH.
NO. 1
VI.
,2,3
16. Memonitor vital sign
NP.
17. Menghitung balance cairan
NQ.
VJ.
NR.
VK.
NS.
NT.
VL.
NU.
VM.
NV. 1 VN.
,2,3
18. Memonitor vital sign
NW.
19. Mengkaji nyeri dan respon terhadap nyeri
NX.
VO.
NY.
VP.
NZ.
VQ.
OA.
VR.
OB.
OC.
VS.
OD.
VT.
OE.
VU.
OF.
VV.
OG.
VW.
OH.

CY.

Respon

- Obat oral masuk setelah makan


AAG. S:
AAH. O:
- TD= 120/90 mmHg
- N=115 x/menit
- RR=16 x/menit
- S= 36,5 o C
- Urine tampung: 600 cc
AAI. S:
- Klien mengatakan nyeri sudah mulai
berkurang
- O= saat istirahat
- P= melakukan mobilisasi terlalu
lama
- Q=seperti tertimpa beban berat
- R=dada kiri
- S=skala 6
- T=hilang timbul
AAJ. O:
- TD= 100/90 mmHg
- N= 83 x/menit
- RR=18 x/menit
- S= 36,7 o C
AAK. S:

CZ.
Ttd

CU.
No

CV.

Tang
gal
GQ.
GR.
GS.
GT.
GU.
GV.
GW. 16.00
GX.
GY.
GZ.
HA.
HB.
HC. 17.00
HD.
HE.
HF.
HG.
HH.
HI.
HJ.
HK.
HL.
HM.
HN. 18.00
HO.
HP.

CW.
o Dx
OI.
OJ.
OK.
,2,3
OL.
OM.
ON.
OO.
OP.
OQ.
OR.
OS.
OT.
OU.
OV.
,2,3
OW.
OX.
OY.
OZ.
PA.
PB.
,2,3
PC.
PD.
PE.

N CX.

Implementasi

VX.
VY.
1 VZ.
WA.
20. Memonitor vital sign
21. Membantu personal higiene
22. Memberikan diit (snack)
WB.
WC.
WD.
WE.
WF.
WG.
1 WH.
WI.
23. Memonitor vital sign
WJ.
WK.
WL.
WM.
1
WN.
24. Memonitor vital sign
25. Memberikan diit
26. Memberikan terapi obat (ekstra antipire

CY.
-

Respon

Klien mengatakan bersedia untuk


dimandikan perawat
AAL. O:
- TD= 120/100 mmHg
- N= 109 x/menit
- RR=15 x/menit
- S= 36,4o C
- Klien dimandikan dan diganti
pakaiannya
- Klien makan snack habis 100 cc
AAM. S:AAN. O:
- TD= 120/80 mmHg
- N= 123 x/menit
- RR=27 x/menit
- S=360C
AAO. S:
- Klien mengatakan ingin disuap oleh
keluarga saja
AAP. O:
- TD=110/70 mmHg
- N=120x/menit
- RR=29x/menit
- S=38oC

CZ.
Ttd

CU.
No

CV.

Tang
gal
HQ.
HR.
HS.
HT.
HU.
HV. 19.00
HW.
HX.
HY.
HZ.
IA.
IB.
20.00
IC.
ID.
IE.
IF.
IG.
IH.
II.
21.00
IJ.
IK.
IL.
IM.
IN.
IO.
IP.

CW.
o Dx
PF.
PG.
PH.
PI.
PJ.
PK.
PL.
PM.
,2,3
PN.
PO.
PP.
PQ.
PR.
PS.
PT.
PU.
,2,3
PV.
PW.
PX.
PY.
PZ.
QA.
,2,3
QB.

N CX.

Implementasi

WO.
WP.
WQ.
WR.
WS.
WT.
1 WU.
WV.
27. Memonitor vital sign
28. Mengganti terapi cairan
WW.
WX.
WY.
WZ.
1 XA.
XB.
29. Memonitor vital sign
XC.
XD.
XE.
XF.
1
XG.
30. Memonitor vital sign

CY.
-

Respon

Makan sore klien habis 150 cc


dengan bubur halus
- Obat oral masuk setelah makan
AAQ. S:AAR. O
- Infus RL habis 500 cc masuk lagi
500 cc
- TD=110/60 mmHg
- N= 124x/menit
- RR=28x/menit
- S= 38oC
AAS. S:AAT. O:
- TD= 120/70 mmHg
- N=123x/menit
- RR=23 x/menit
- S=37oC
AAU. S:AAV. O:
- TD=120/70 mmHg
- N=103 x/menit
- RR= 22 x/menit
- S=36oC
- Urine tampung : 500 cc

CZ.
Ttd

CU.
No

CV.

Tang
gal
IQ.
IR.
IS.
IT.
IU.
IV.
IW.
IX.
22.00
IY.
IZ.
JA.
JB.
JC.
JD.
JE.
23.00
JF.
JG.
JH.
JI.
JJ.
JK.
JL.
24.00
JM.
JN.
JO.
JP.

CW. N CX. Implementasi


o Dx
QC.
31. Menghitung balance cairan
QD.
XH.
QE.
XI.
QF.
XJ.
QG.
QH. 1 XK.
XL.
,2,3
32. Memonitor vital sign
QI.
33. Mengkaji nyeri dan respon nonverbal
QJ.
34. Mengajarkan teknik distraksi
QK.
XM.
QL.
QM.
XN.
QN.
XO.
QO.
XP.
QP.
XQ.
QQ.
XR.
QR.
XS.
QS.
XT.
QT.
QU.
XU.
QV.
XV.
QW. 1 XW.
,2,3
XX.
QX.
35. Memonitor vital sign
QY.
36. Memberikan posisi yang nyaman
QZ.

CY.

Respon

AAW. S:
- Klien mengatakan nyeri berkurang
- O=saat istirahat
- P=mobilisasi terlalu lama
- Q=seperti tertimpa beban berat
- S=skala 6
- T= hilang timbul
AAX. O:
- TD= 120/70 mmHg
- N=104 x/menit
- RR=20 x/menit
- S=36,2oC
- Wajah klien tampak tenang, tidak
ada kerutan didahi karna menahan
nyeri
AAY. S:AAZ. O:
- TD=110/70 mmHg
- N=99x/menit
- RR=19 x/menit
- S=36,5oC
- Posisi klien semi fowler
ABA. S:ABB. O:

CZ.
Ttd

CU.
No

CV.

Tang
gal
JQ.
JR.
JS.
JT.
01.00
JU.
JV.
02.00
JW.
JX.
JY.
JZ.
KA.
KB. 03.00
KC.
KD.
KE.
KF.
KG.
KH. 04.00
KI.
KJ.
KK.
KL.
KM.
KN.
KO.
KP.

CW.
o Dx
RA.
RB.
RC.
RD.
,2,3
RE.
RF.
RG.
RH.
RI.
RJ.
RK.
,2,3
RL.
RM.
RN.
RO.
RP.
RQ.
RR.
RS.
,2,3
RT.
RU.
,2,3

N CX.

Implementasi

XY.
XZ.
YA.
YB.
YC.
37. Memonitor vital sign
38. Memberikan terapi obat
YD.
YE.
YF.
YG.
YH.
39. Memonitor vital sign
40. Mengganti terapi cairan
YI.
YJ.
YK.
YL.
YM.
YN.
41. Memonitor vital sign
YO.
42. Memonitor vital sign

CY.

Respon

- TD= 120/90 mmHg


- N=100 x/menit
- RR= 24 x/menit
- S=36oC
- Obat masuk
ABC. S:ABD. O:
- TD= 130/90 mmHg
- N= 110 x/menit
- RR=24x/menit
- S=36oC
- Infuse RL habis 500 cc masuk 500
cc
ABE. S:ABF. O: tidak termonitor
ABG. S:ABH. O:
- TD= 110/70 mmHg
- N=87 x/menit
- RR=28 x/menit
- S= 36oC
ABI. S:
ABJ. O:
- TD= 100/60 mmHg

CZ.
Ttd

CU.
No

CV.

Tang
gal
KQ. 05.00
KR.
KS.
KT.
KU.
KV.
KW.
KX.
KY. 06.00

CW.
o Dx
RV.
RW.
RX.
RY.
RZ.
SA.
,2,3
SB.
SC.
SD.
SE.
SF.
SG.
,2,3
SH.
SI.
SJ.
SK.
SL.
SM.
SN.
SO.
SP.
,2,3
SQ.
SR.

N CX.

Implementasi

YP.
YQ.
YR.
YS.
1 YT.
43. Memonitor vital sign
YU.
YV.
YW.
YX.
YY.
1
44. Memonitor vital sign
45. Melakukan perekaman EKG
YZ.
ZA.
ZB.
ZC.
ZD.
ZE.
ZF.
1
46. Memonitor vital sign
47. Membantu personal higiene
ZG.

CY.

Respon

- N=95 x/menit
- RR=20 x/menit
- S=36,8oC
ABK. S:
- Klien mengatakan dapat tidur
nyenyak
ABL. O:
- TD= 130/90 mmHg
- N=104 x/menit
- RR=22 x/menit
- S=36,6oC
- Hasil rekamana EKG:
ABM. S: ABN. O:
- TD= 120/80 mmHg
- N= 108 x/menit
- RR=20 x/menit
- S=36,5oC
- Klien mandi dan ganti pakaian
dibantu oleh perawat
ABO. S:
- Klien mengatakan tidak nafsu makan
ABP. O:
- TD= 110/80 mmHg

CZ.
Ttd

CU.
No

CV.

Tang
gal

CW. N CX. Implementasi


o Dx
SS.
ZH.
ST.
ZI.
SU.
ZJ.
SV.
ZK.
SW.
SX. 1 ZL.
48. Memonitor vital sign
,2,3
49. Memberikan diit
SY.
50. Memberikan terapi obat
SZ.
51. Menghitung balance cairan
TA.
52. Mengganti terapi cairan
TB.
TC.
TD.
TE.
TF.
TG.
TH.
TI.

CY.
-

Respon

CZ.
Ttd

N=98 x/menit
RR=22 x/menit
S=36,5oC
Klien makan hanya 2 sendok bubur
Obat masuk setelah makan
RL masuk 500 cc
Balance cairan :
ABQ.
Intake= 2500 cc
ABR.
Output= 1600 cc
ABS.
IWL=900
ABT.
Balance= 2500- 2500 = 0
cc

ABV.
ABW. Evaluasi
ABX. ABY. Tang
No
gal
ACC. ACD. 11
1
januari 2015
ACE. (06.0

ABZ. N
ACA. Evaluasi
o Dx
ACF. 1 ADL. S:
ACG.
- Klien mengatakan sudah berkurang
ACH.
- O: saat istirahat

ACB.
Ttd
AEA.

ABX. ABY. Tang


No
gal
0)

ABZ. N
ACA. Evaluasi
o Dx
ACI.
- P: melakukan mobilisasi trlalu lama
ACJ.
- Q: seperti tertimpa beban berat
ACK.
- R: dada kiri
ACL.
- S: skala 6
ACM. - T: hilang timbul
ACN.
ADM. O:
ACO.
- Klien masih menahan sakit dan memegangi dad kiri
ACP.
- RR= 22 x/menit
ACQ.
- TD= 120/70 mmHg
ACR.
- N= 101 x/menit
ACS. 2 ADN. A: masalah belum teratasi
ACT.
ADO. P: lanjutkan intervensi
ACU.
- Monitoring nyeri
ACV.
- Vital sign monitoring
ACW.
ADP.
ACX.
ADQ. S: ACY.
ADR. O:
ACZ.
- TD= 120/70 mmHg
ADA.
- Nadi teraba kuat
ADB.
- N= 101 x/menit
ADC.
- Irama jantung reguler
ADD.
- Balance cairan +440 ml
ADE.
- Tidak terdapat tanda-tanda sianosis
ADF.
- Akaral hangat
ADG.
- Nadi teraba kuat
ADH.

ACB.
Ttd

ABX. ABY. Tang


No
gal

AEB. AEC. 12
2
Januari 2014
AED. (06.0
0)

ABZ. N
ACA. Evaluasi
o Dx
ADI.
- Bunyi jantung S1-S2
ADJ.
- Gambaran EKG tidak terdapat perubahan yang signifikan
ADK. 3 ADS. A: Masalah belum teratasi
ADT. P: lanjutkan intervensi
- Cardiac care
ADU.
Monitor intake, output dan balance cairan
- Vital sign monitoring
ADV.
ADW. S:ADX. O:
- Tidak terdapat perubahan yang signifikan pada hasil EKG
- Saturasi oksigen setelah beraktifitas (duduk) 97%
- Nadi saat aktifitas 110 x/menit
- RR saat aktifitas 26 x/menit
- TD saat aktifitas 130/70 mmHg
- Klien masih terlihat tidak kuat melakukan aktifitas berlebih
ADY. A: masalah belum teratasi
ADZ. P: lanjutkan intervensi
- Mobilisasi
- Vital sign monitoring
AEE. 1 AFP. S:
AEF.
- Klien mengatakan nyeri sudah berkurang
AEG.
- O: saat istirahat
AEH.
- P: melakukan mobilisasi trlalu lama
AEI.
- Q: seperti tertimpa beban berat

ACB.
Ttd

AGF.

ABX. ABY. Tang


No
gal

ABZ. N
ACA. Evaluasi
o Dx
AEJ.
- R: dada kiri
AEK.
- S: skala 4
AEL.
- T: hilang timbul
AEM.
AFQ. O:
AEN.
- Klien sudah tidak terlihat menahan sakit
AEO.
- RR= 21 x/menit
AEP.
- TD= 120/70 mmHg
AEQ.
- N= 101 x/menit
AER. 2 AFR. A: masalah belum teratasi
AES.
AFS. P: lanjutkan intervensi
AET.
- Monitoring nyeri
AEU.
- Vital sign monitoring
AEV.
AFT.
AEW.
AFU. S: AEX.
AFV. O:
AEY.
- TD= 120/70 mmHg
AEZ.
- Nadi teraba kuat
AFA.
- N= 101 x/menit
AFB.
- Irama jantung reguler
AFC.
- Balance cairan +250 ml
AFD.
- Tidak terdapat tanda-tanda sianosis
AFE.
- Akaral hangat
AFF.
- Nadi teraba kuat
AFG.
- Bunyi jantung S1-S2
AFH.
- Gambaran EKG tidak terdapat perubahan yang signifikan
AFI.

ACB.
Ttd

ABX. ABY. Tang


No
gal

AGG. AGH. 13
3
Januari 2014
AGI. (06.0
0)

ABZ. N
ACA. Evaluasi
o Dx
AFJ.
AFW. A: Masalah belum teratasi
AFK.
AFX. P: lanjutkan intervensi
AFL.
- Cardiac care
AFM.
AFY.
Monitor intake, output dan balance cairan
AFN.
- Vital sign monitoring
AFO. 3
AFZ.
AGA. S:
- Klien mengatakan masih lemas dan tidak kuat duduk lama
AGB. O:
- Tidak terdapat perubahan yang signifikan pada hasil EKG
- Saturasi oksigen setelah beraktifitas (duduk) 98%
- Nadi saat aktifitas 101 x/menit
- RR saat aktifitas 21 x/menit
- TD saat aktifitas 120/70 mmHg
AGC. A: masalah belum teratasi
AGD. P: lanjutkan intervensi
- mobilisasi
AGE. Vital sign monitoring
AGJ. 1 AHU. S:
AGK.
- Klien mengatakan sudah berkurang
AGL.
- O: saat istirahat
AGM. - P: melakukan mobilisasi trlalu lama
AGN.
- Q: seperti tertimpa beban berat
AGO.
- R: dada kiri
AGP.
- S: skala 2

ACB.
Ttd

AIJ.

ABX. ABY. Tang


No
gal

ABZ. N
ACA. Evaluasi
o Dx
AGQ.
- T: hilang timbul
AGR.
AHV. O:
AGS.
- Klien sudah tidak terlihat menahan sakit
AGT.
- RR= 22 x/menit
AGU.
- TD= 110/70 mmHg
AGV.
- N= 90 x/menit
AGW. AHW. A: masalah teratasi
AGX.
AHX. P: lanjutkan intervensi
AGY.
- Monitoring nyeri
AGZ.
- Vital sign monitoring
AHA.
AHB. 2 AHY.
AHZ. S: AHC.
AIA. O:
AHD.
- TD= 110/70 mmHg
AHE.
- Nadi teraba kuat
AHF.
- N= 90 x/menit
AHG.
- Irama jantung reguler
AHH.
- Balance cairan +100 ml
AHI.
- Tidak terdapat tanda-tanda sianosis
AHJ.
- Akaral hangat
AHK.
- Nadi teraba kuat
AHL.
AHM. - Bunyi jantung S1-S2
- Gambaran EKG tidak terdapat perubahan yang signifikan
AHN.
AIB. A: Masalah belum teratasi
AHO.
AHP.
AIC. P: lanjutkan intervensi

ACB.
Ttd

ABX. ABY. Tang


No
gal

AIK. AIL. 14
4
Januari 2014
AIM. (06.0
0)

ABZ. N
ACA. Evaluasi
o Dx
AHQ.
- Cardiac care
AHR.
AID.
Monitor intake, output dan balance cairan
AHS. 3 - Vital sign monitoring
AHT.
AIE. S:AIF. O:
- Tidak terdapat perubahan yang signifikan pada hasil EKG
- Saturasi oksigen setelah beraktifitas (duduk) 98%
- Nadi saat aktifitas 100 x/menit
- RR saat aktifitas 26 x/menit
- TD saat aktifitas 120/70 mmHg
AIG. A: masalah teratasi
AIH. P: lanjutkan intervensi
- mobilisasi
AII. Vital sign monitoring
AIN. 1 AJT. S:
AIO.
- Klien mengatakan sudah tidak merasakan nyeri di dada sebelah kiri
AIP.
- Skala nyeri 0
AIQ.
AJU. O:
AIR.
- Klien sudah tidak terlihat menahan sakit
AIS.
- RR= 21 x/menit
AIT.
- TD= 110/70 mmHg
AIU.
- N= 100 x/menit
AIV.
AJV. A: masalah teratasi
AIW.
AJW. P: lanjutkan intervensi
AIX.
- Monitoring nyeri

ACB.
Ttd

AKI.

ABX. ABY. Tang


No
gal

ABZ. N
ACA. Evaluasi
o Dx
AIY.
- Vital sign monitoring
AIZ.
AJX.
AJA. 2 AJY. S: AJB.
AJZ. O:
AJC.
- TD= 110/70 mmHg
AJD.
- Nadi teraba kuat
AJE.
- N= 100 x/menit
AJF.
- Irama jantung reguler
AJG.
- Balance cairan +250 ml
AJH.
- Tidak terdapat tanda-tanda sianosis
AJI.
- Akaral hangat
AJJ.
- Nadi teraba kuat
AJK.
- Bunyi jantung S1-S2
AJL.
- Gambaran EKG tidak terdapat perubahan yang signifikan
AJM.
AKA. A: Masalah belum teratasi
AJN.
AKB. P: lanjutkan intervensi
AJO.
- Cardiac care
AJP.
AKC.
Monitor intake, output dan balance cairan
AJQ.
Vital
sign
monitoring
AJR.
AJS. 3 AKD.
AKE. S:AKF. O:
- Tidak terdapat perubahan yang signifikan pada hasil EKG
- Saturasi oksigen setelah beraktifitas (duduk) 98%
- Nadi saat aktifitas 100 x/menit

ACB.
Ttd

ABX. ABY. Tang


No
gal

ABZ. N
o Dx

ACA. Evaluasi
- RR saat aktifitas 26 x/menit
- TD saat aktifitas 120/70 mmHg
- Klien sudah terlihat kuat untuk duduk
AKG. A: masalah teratasi
AKH. P: lanjutkan intervensi
- Mobilisasi
- Vital sign monitoring
- Klien pindah ke bangsal

AKJ.
AKK.
AKL.

ACB.
Ttd

AKM. BAB IV
AKN. PEMBAHASAN
AKO.
AKP. Syok kardiogenik merupakan stadium akhir disfungsi ventrikel kiri
atau gagal jantung kongestif, terjadi bila ventrikel kiri mengalami kerusakan
yang luas. Otot jantung kehilangan kekuatan kontraktilitasnya,menimbulkan
penurunan curah jantung dengan perfusi jaringan yang tidak adekuat ke organ
vital (jantung, otak, ginjal). Derajat syok sebanding dengan disfungsi ventrikel
kiri11.
AKQ. Pada kasus Ny. S 70 tahun mengatakan nyeri dada sejak dua hari
yang lalu, klien telah berobat ke puskesmas dan sudah berkurang. Namun
nyeri mulai terasa lagi sejak tadi malam (8 Januari 2015) kemudian oleh
keluarga klien dibawa ke IGD RSUD Tidar, Magelang setelah dilakukan
pemeriksaan klien diminta untuk dirawat diruang ICU RSUD. Tidar,
Magelang pada tanggal 09 januari 2015 hasil di dapatkan pada pemeriksaan
elektrokardiogram didapatkan Perekaman tanggal 10 Januari 2015 Hasil:
Sinus takikardi dengan infark di lateral, septal dan anterior.
AKR. Penyebab utamanya adalah penyakit pembuluh darah yang berat.
Pada syok kardiogenik ventrikel kiri tidak mampu memompa darah yang
cukup untuk kebutuhan jaringan. Sebagai kompensasi terjadi takikardia, tetapi
hipervolemia dapat menyebabkan edema paru dan edema menyeluruh.
Kekurangan oksigen dapat menyebabkan kerusakan sel, kegagalan multiorgan,
dan kematian.
AKS. Salah satu penatalaksaan yang diberikan pada pasien dengan
gangguan jantung adalah dengan mobilitas fisik Program latihan inpatient
dapat dilakukan sejak 48 jam setelah gangguan jantung sepanjang tidak
terdapat ada kontraindikasi. Latihan fisik yang dilakukan terbatas pada
aktivitas sehari-hari misalnya gerakan tangan dan kaki dan pengubahan postur.
Program latihan biasanya berupa terapi fisik ambnulatory yang diawasi. Pada
fase ini perlu dilakukan monitoring ECG untuk menilai respon terhadap
latihan. Latihan pada fase ini harus menuntut kesiapan tim yang dapat
mengatasi keadaan gawat darurat apabila pada saat latihan terjadi serangan

jantung. Manfaat dari latihan fisik pada fase ini adalah sebagai bahan
survailance tambahan, melatih pasien untuk dapat mejalankan aktivitas pada
aktivitas sehari-hari, dan untuk menghindari efek fisiologis dan psikologis
negatif pada bedrest. Tujuan dari latihan fsik fase pertama ini harus
disesuaikan dengan kebutuhan pasien. Pasien dengan aktivitas rendah
mungkin hanya memerlukan latihan fisik untuk menunjang kegiatan seharihari. Pasien dengan kapasitas fisik yang lebih baik dapat menjalankan
program latihan untuk pencegahan dan mengikuti program jangka panjang
untuk meningkatkan ketahanan kardiorespirasi, komposisi tubuh, fleksibilitas
dan ketahanan otot (Marchionniet al., 2003:2201).
AKT. Berdasarkan jurnal lainya disebutkan bahwa terapi fisik dapat
digunakan pada pasien dengan gangguan jantung, namun harus tetap
memperhatikan tanda-tanda vital klien saat latihan fisik dilakukan pada jurnal
Physical Therapy Management of Two Patients with Stage D Heart Failure
in the Cardiac Medical Intensive Care Unit menjelaskan pada pasien pria 40
tahun dengan Heart Failure pada beberapa inotropik menerima intervensi
terapi fisik sambil menunggu transplantasi jantung. Pasien kedua adalah 57
tahun Pria dengan kardiomiopati iskemik, diobati dengan terapi fisik saat
menerima inotropik dan intra-aorta dukungan pompa balon, menunggu ginjal
dan transplantasi jantung. Kegiatan fisik yang dilakukan adalah dengan
memulai dengan siku fleksi, ekstensi siku, jongkok kecil, Setelah menunggu
24 jam maka perlunya kita mengetahui respon, termasuk nyeri otot meningkat
atau tidak atau menurunnya konsumsi oksigen. Pada dasarnya, program
latihan

fisik

pada

penderita

gangguan

jantung

bertujuan

untuk

mengoptimalkan kapasitas fisik tubuh, memberi penyuluhan pada pasien dan


keluarga dalam mencegah perburukan dan membantu pasien untuk kembali
dapat beraktivitas fisik seperti sebelum mengalami gangguan jantung. Secara
tradisional, aktivitas fisik yang dilaksanakan meliputi ringan dan pemeliharaan
yang dilaksanakan dengan batas waktu tertentu, tahap latihan fisik
dilaksanakan berdasarkan respon individual terhadap latihan dan tingkat
resiko.
AKU.

AKV.

AKW.
AKX.

AKY. BAB V
AKZ. KESIMPULAN
ALA.
ALB. Penderita

gangguan

jantung

memerlukan

program

yang

komprehensif untuk mengembalikan kemampuan fisik pasca gangguan


jantung serta mencegah terjadinya serangan ulang. Program rehabilitasi
tersebut meliputi perubahan gaya hidup yang antara lain meliputi pengaturan
pola makan, manajemen stress, latihan fisik. Pada dasarnya, program pada
penderita gangguan jantung bertujuan untuk mengoptimalkan kapasitas fisik
tubuh, membantu pasien untuk kembali dapat beraktivitas fisik seperti
sebelum mengalami gangguan jantung. Program latihan fisik didasarkan pada
tingkat kesadaran pasien dan kebutuhan individual. Pada latihan fisik klien
yang sedang pengobatan hal yang penting untuk diperhatikan adalah bahwa
program latihan sebaiknya dimonitor berdasarkan target frekuensi denyut nadi,
tekanan darah, saturasi serta gambaran perkembangan elektrokardiogram.
Apabila terjadi gejala gangguan jantung, ortopedik maupun neuromuskular,
perlu dilakukan peninjauan ulang terhadap program latihan
ALC. Tindakan yang dilakukan pada Ny. S yaitu dengan mengajarkan
latihan fisik ringan sedikit demi sedikit membantu klien untuk menggerakan
pergelangan tangan, meminta klien untuk miring kiri ataupun kanan secara
mandiri, klien duduk secara perlahan pada tempat tidur, pada saat tindakan
yang dilakukan keadaan klien baik dan tidak mengalami penurunan dalam
tanda-tanda vital hal tersebut menjadikan klien lebih mandiri dalam
melakukan kegiatan tersebut ditempat tidur.

ALD.
ALE.

ALF.

DAFTAR PUSTAKA

ALG.
1. Bruner & Suddarth. Keperwatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta; 2001
2. Ari WS, dkk. Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 1, Edisi 4. Jakarta : FKUI; 2007
3. Mary Baradero. Klien gangguan kardiovaskuler: Seri asuhan
keperawatan. Jakarta: EGC; 2008
4. Arif M. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika; 2009
5. Mubin AH. Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam : Diagnosis dan Terapi.
Edisi 2. Jakarta : EGC; 2008
6. Dean AJ, Beaver KM. Cardiovascular Emergencies. In: Plantz SH,
Wipfler EJ (Ed.). Emergency Medicine. Second Edition. The National
Medical Series for Independent Study (NMS). Lippincott Williams &
Wilkins. USA; 2007
7. Lilly, L. Pathophysiology of Heart Disease : Mechanism of Cardiac
Aritmia. Philadelphia : Lippincot William; 2007
8. Herdman TH. Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 20122014. Jakarta: EGC; 2012
9. Doctherman JM & Bulecheck GN. Nursing Intervention Classification
(NIC). Fifth edition. United State of America: Mosby Elsevier; 2008
10. Doctherman, JM & Bulecheck,GN. 2008. Nursing Outcome
Classification (NOC). Fifth edition. United State of America: Mosby
Elsevier; 2008
11. Marchionni, N., F. Fattirolli, S. Fumagalli, N. Oldridge, F. Del Lungo, L.
Morosi, C. Burgisser and G. Masotti. "Improved exercise tolerance and
quality of life with cardiac rehabilitation of older patients after
myocardial infarction: results of a randomized, controlled trial."
Circulation ;2003. 107(17): 2201
12. Macauley Kelly. Physical Therapy Management of Two Patients with
Stage D Heart Failure in the Cardiac Medical Intensive Care Unit.
Cardiopulmonary Physical Therapy Journal;2012
ALH.

Anda mungkin juga menyukai