Anda di halaman 1dari 3

Jadi tebu ini memiliki keunggulan, di mana

produksinya 20-30 persen lebih tinggi daripada


tebu jenis lain saat ditanam di lahan kering.

Ketua APTRI, Arum Sabil, bersama calon wakil presiden Jusuf Kalla, saat akan melakukan
penanaman simbolik dua bibit tebu, Selasa (17/4/2014). (Ahmad Winarno/Kompas.com)
Varietas tebu tahan kering Produk Rekayasa Genetika (PRG) hasil penelitian Center for
Development of Advanced Science and Technology (CDAST) Universitas Jember (Unej),
Jawa Timur, menarik minat sejumlah perusahaan di dunia.
Beberapa waktu yang lalu perwakilan Inorganic Chemical Departement Mitsubishi
Corporation, Jepang, Tomoyuki Endo, dan Representatif in Indonesia untuk United
Molasses (UM) Trading, Inggris, Chong Wai Thong, berkunjung ke sini untuk mengetahui
lebih dalam mengenai varietas tebu PRG hasil penelitian kami, kata Bambang
Sugiharto, Ketua CDAST Universitas Jember, Kamis (24/7).
Kemudian, menurut informasi dari PTPN XI yang diterima Unej, ada perusahaan dari
Brazil, Argentina serta Philipina yang juga tertarik dengan varietas tebu tersebut. Ini
membuktikan hasil kerja keras kami kini sudah diakui oleh dunia internasional. Bagi
kami ini adalah hadiah ulang tahun Universitas Jember ke lima puluh, imbuh dia.
Tebu PRG, lanjut Bambang, juga dimuat dalam salah satu jurnal internasional Nature
Biotechnology yang bermarkas di Inggris. Dalam jurnal tersebut ditulis, jika varietas

tebu PRG N11-4T merupakan salah satu dari sepuluh produk tanaman rekayasa
genetika, yang saat ini sudah dikembangkan secara komersial di dunia.
Jadi tebu ini memiliki keunggulan, di mana produksinya 20-30 persen lebih tinggi
daripada tebu jenis lain saat ditanam di lahan kering. Atas keberhasilan ini kami
ditempatkan sejajar dengan pengembang produk rekayasa genetika dunia seperti
Monsato, Du Pont Pioneer, Arcadia Biosciences dan lainnya, ungkap dia.
Saat ini, CDAST Universitas Jember sedang mengurus sertifikasi bagi varietas tebu PRG
tersebut. Selain itu, kami saat ini juga sedang melakukan penelitian varietas tebu PRG
yang tahan terhadap virus Sugar Cane Mosaic Virus (SCMV), kata Bambang.
(Ahmad Winarno/Kompas.com)

Universitas Jember terus mengembangkan penelitian, khususnya dalam


bidang rekayasa genetika. Salah satu yang kini terus dikembangkan
adalah penelitian tebu transgenik yang dimotori oleh Prof. Dr. Bambang
Sugiharto dan kawan-kawan di Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Jember. Penelitian mengenai tebu
rendemen tinggi melalui rekayasa genetika telah saya mulai sejak tahun
1994 dan pada tahun 2003 lalu berhasil menemukan tebu transgenik yang

memiliki rendemen tinggi, kata Prof. Dr. Bambang Sugiharto saat ditemui
di ruang kerjanya beberapa waktu lalu.
Menurut Prof. Dr. Bambang Sugiharto, penelitiannya bermula dari
keprihatinan mendapati fakta rendemen tebu saat ini berkisar pada 6%
sampai dengan 8% saja. Untuk memenuhi kebutuhan gula nasional,
Indonesia masih harus mengimpor gula. Sementara untuk menghasilkan
varietas tebu unggul melalui persilangan banyak menemui kendala. Jadi
dengan memakai teknologi rekayasa genetika atau bio teknologi kita bisa
menghasilkan varietas tebu yang memiliki rendemen tinggi. Di Indonesia
baru kita di Universitas Jember yang mengembangkan, katanya lagi.
Dari analisa laboratorium, varietas tebu transgenik hasil penelitian Prof.
Dr. Bambang Sugiharto memiliki kadar sukrosa (kandungan gula) di
batang mencapai 15%. Jika didukung dengan langkah-langkah efisiensi
oleh pabrik gula yang ada di Indonesia, diharapkan tebu transgenik
mampu mencapai rendemen sampai 10%. Angka ini lebih tinggi dari
kadar rendemen tebu saat ini.
Kita tengah bekerjasama dengan PTPN XI untuk mengembangkan tebu
transgenik, jika semua pengurusan ijinnya telah selesai, maka saya

perkirakan tebu transgenik rendemen tinggi bisa mulai ditanam atau


dikomersialkan dua tahun lagi, jelasnya. Menurut Prof. Dr. Bambang
Sugiharto, sebelum dikomersialkan tanaman transgenik wajib
mendapatkan sertifikasi keamanan lingkungan, keamanan pangan dan
keamanan pakan dari Kementerian Lingkungan Hidup, Badan Pengawasan
Obat dan Makanan dan Kementerian Pertanian.
Selain penelitian tanaman tebu, para peneliti di kampus Tegalboto juga
tengah meneliti tanaman melinjo seperti yang tengah dikerjakan oleh Dr.
Tri Agus Siswoyo dari Fakultas Pertanian. Melinjo yang dikenal sebagai
camilan yang enak tetapi menjadi pantangan bagi penderita asam urat,
padahal dari penelitian melinjo memiliki zat antioksidan yang tinggi.
Melalui penelitian rekayasa genetika yang tengah dikerjakan oleh Dr. Tri
Agus Siswoyo, diharapkan menghasilkan penemuan melinjo yang aman
dikomsumsi termasuk bagi penderita asam urat.
Untuk mewadahi dan mengembangkan penelitian di bidang rekayasa
genetika, Universitas Jember tengah menyiapkan sebuah lembaga yakni
Center for Development of Advanced Science and Technology (C-DAST).
Universitas Jember memiliki pakar dalam bidang rekayasa genetika,
khususnya dalam bidang bioteknologi tanaman. Kita juga sudah menjalin
kerjasama dengan beberapa pihak di Korea Selatan dan Jepang dalam
bidang bio teknologi. Lembaga C-DAST diharapkan nantinya
menjadi center of exellence di bidang rekayasa genetika, tutur Prof. Dr.
Bambang Sugiharto. (iim)

Anda mungkin juga menyukai