ABSTRAK
Indonesia sebagai Negara kepulauan yang berpenduduk beragam etnik, suku dan agama
yang memiliki seni dan budaya merupakan kekayaan intelektual sebagai potensi nasional bangsa
dan negara yang perlu dilindung oleh Undang Undang.
Kekayaan karya dibidang intelektual dibidang seni dan budaya mempunyai nilai
ekonomis yang bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan ekonomis tidak hanya bagi
pencipta tetapi juga bagi bangsa dan negara.
Kekayaan karya intelektual di bidang seni berupa karya cipta berbentuk tulisan dan
gambar seperti buku, lagu dan lukisan telah di lindungi secara hokum dalam Undang Undang
No 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta pada kenyataan sering terjadi pelanggaran yang
menimbulkan kerugian bagi Hak pencipta sehingga eksistensi Undang Undang ini menarik
untuk dikaji dan diteliti permasalahan bagaimana pengaturan perlindungan bagi pemegang Hak
Cipta dalam sengketa karya lukisan.
Hasil kajian ini merupakan hasil kajian deskriptif dengan pendekatan Perundang Undangan dan informasi dari beberapa artikel sebagai tambahan yang akan di analisis secara
kualitatif untuk menarik kesimpulan dalam menjawab permasalahan.
[Artikel Ilmiah]
1. PENDAHULUAN
Penegakan hukum atas karya cipta pada abad teknologi seperti sekarang ini sangatlah
sulit. Penjiplakan, pembajakan, dan plagiarisme dilakukan masyarakat dengan mudah,
murah, dan cepat. Revolusi teknologi telah menyebabkan mekanisasi dalam banyak hal.
Pekerjaan manusia semakin ringan. Dalam kehidupan sehari-hari peralatan teknologi telah
menggantikan kebutuhan tenaga manusia. Perubahan ini mengubah pola tingkah laku dan
perilaku manusia. Manusia mempunyai waktu lebih banyak untuk keperluan pribadi dan
manusia semakin bebas dengan kebebasannya dalam memenuhi kebutuhan hidup yang
semakin kompleks. Siang dapat diperpanjang, malam dapat diperpendek, dan sebaliknya.
Manusia dapat meraih atau melakukan apa pun seperti yang dikehendaki.
Hak cipta adalah hak pencipta. Hak pencipta yang diberikan negara secara langsung
setelah ide atau gagasan pencipta diberi bentuk/wujud (fiksasi). Hak ini diberikan tanpa harus
melalui permohonan kepada negara melalui pendaftaran. Ketika hak ini diberikan kepada
pencipta, segera timbul kewajiban pada masyarakat atau siapa saja untuk tidak
menggunakan hasil karya pencipta tanpa hak atau izin atau tanpa membayar royalti sebagai
kompensasi. Namun, hak ini tidak memberi hak monopoli, seperti hak paten kepada
pemegangnya. Misalnya, dalam novel bernuansa dunia sihir yang dikarang oleh J.K.
Rowling berjudul Harry Potter. Semua orang berhak membuat novel tentang dunia sihir.
Yang tidak boleh adalah menggunakan simbol-simbol atau karakter yang sama atau mirip
dengan novel Harry Potter. Novel Harry Potter karangan J.K. Rowling dilindungi oleh
undang-undang hak cipta, yaitu seumur hidup pencipta ditambah lima puluh tahun setelah ia
meninggal dunia.
Hak cipta dalam sistem hukum common law disebut copy right (right to copy), hak
untuk mengkopi. Hak mengkopi hanya diberikan kepada pencipta. Ini salah satu bukti bahwa
sistem ini membangun sifat individual yang kuat. Dalam sistem hukum Civil Law hak cipta
disebutauthors right (hak pengarang). Indonesia ada di dalam lingkungan sistem hukum civil
law. Hak pencipta dalam sistem civil law terdiri atas dua hak. Pertama, hak atas ciptaan
untuk memperbanyak dan mengumumkan atau memberi izin pada orang lain untuk
menggunakan hak tersebut.
[Artikel Ilmiah]
Hak ini dapat dialihkan kepada siapa saja melalui waris, wasiat, perjanjian, atau hak
lain. Kedua, hak moral. Hak pencipta ini melekat pada ciptaan, bersifat abadi dan tidak
dapat dialihkan, kecuali diatur lain. Bila sebuah ciptaan diperlukan atau berguna untuk
kepentingan orang banyak, wajib diserahkan kepada negara, yang biasanya dibarengi dengan
kompensasinya. Ini membuktikan bahwa dalam sistem ini sifat individual masih dibarengi
dengan sistem sosial/komunal. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa negara-negara maju
lebih mementingkan perlindungan ekonomis ketimbang kepentingan pencipta itu sendiri.
Sejarah
perkembangan
undang-undang
hak
cipta
di
Indonesia
diawali
dengan Auteurswet 1912 zaman Hindia Belanda. Pada tahun 1982 diberlakukan undangundang hak cipta nasional pertama. Kemudian terjadi beberapa kali perubahan pada 1987 dan
1997, hingga saat ini berlaku Undang-Undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta. Ini
berarti undang-undang hak cipta sudah mengalami beberapa kali perubahan.
Hak
kekayaan
intelektual
menurut Trade-Related
Aspects
of
Intellectual Property (TRIPs) hanya mempunyai dua bidang utama, yaitu bidang
perlindungan ciptaan dan hak terkait, dan bidang industri (hak paten, merek, rahasia dagang,
dan lain-lain). Objek perlindungan hak cipta adalah di bidang seni, sastra, dan ilmu
pengetahuan. Lukisan adalah satu dari sekian banyak bidang seni yang dilindungi oleh hak
cipta. Bagaimana undang-undang melindungi hasil karya seni lukis? Kapan sebenarnya telah
terjadi pelanggaran hak atas karya cipta seni lukis?.
2. PEMBAHASAN
a. Buku Sejarah Hak Cipta Lukisan (Komunitas Bambu, 2012) karya Inda C. Noerhadi
Menurut buku ini, pemberlakuan dan sosialisasi undang-undang HaKI sampai kini
rupanya tidak seimbang dengan maraknya pemalsuan lukisan. Banyaknya lukisan bodong
di pasar antik dan di kalangan elite hampir tak tersentuh oleh hukum. Agaknya pengawasan
atas pelanggaran hak cipta di Indonesia masih jauh dari angan.
Padahal pemalsuan yang terjadi di Indonesia tidaklah jauh berbeda pola kerjanya
dengan yang terjadi di negara lain. Jika dibandingkan dengan Prancis, Inggris, Jerman,
Italia dan Amerika yang berbeda hanya pada persoalan kuantitas dan jaringan. Pola
pemalsuan berjenis reproduksi utuh, pemalsuan tanda tangan, gaya & objek telah muncul
Suasa Mijil T ( 03101006042 ) | 3
[Artikel Ilmiah]
lama di Indonesia. Sialnya, kita tak punya banyak ahli dan direkomendasi oleh negara
untuk menentukan asli palsunya sebuah karya.
Perkara keahlian inilah yang belum terbahas pada buku dan pemangku industri
kreatif ini. Dengan banyaknya perupa yang hidup di Indonesia, negara ini seperti tidak
pernah mendorong adanya situasi kondusif. Di dalamnya termasuk munculnya gagasan
untuk mendirikan asosiasi atau dewan kurator nasional yang menangani pelanggaran hak
cipta. Di samping itu sosialisasi agar para perupa secara sadar mendaftar karyanya.
[Artikel Ilmiah]
[Artikel Ilmiah]
Contoh lain, seorang pelukis ahli (X) mereproduksi lukisan Basuki Abdullah.
Dengan keahliannya ia mampu membuat lukisan gadis desa itu sama dengan aslinya,
bahkan ia menandatangani dengan nama Basuki Abdullah. Ia dapat dituntut melakukan
tindak pidana penipuan sesuai isi Pasal 380 Ayat (1) dan (2) Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (KUHP). Apa yang dilakukan pelukis ini memenuhi unsur penipuan.
Lebih tepat merupakan pelanggaran yang dapat dikenakan
e. DESAIN
INDUSTRI
SEBAGAI
SENI
TERAPAN
DILINDUNGI
HAK
[Artikel Ilmiah]
konkrit, adalah hak untuk menggandakan. Ini berarti seorang pendesain juga mempunyai
eksklusif untuk membuat karyanya tersebut menjadi tiga dimensi. Karena hak yang
diberikan adalah hak menggandakan (memperbanyak) dan mengumumkan, maka suatu
hasil karya seni tidaklah mungkin diproduksi dalam bentuk masal. Karena hak ini
diberikan kepada pencipta secara otomatis, maka tidak diperlukan pendaftaran. Atau
seandainya didaftar tidak diperlukan pemeriksaan oleh Pemeriksa di Direktorat Jendral
HKI Departemen Hukum dan HAM.
3. Kesimpulan
Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta
untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya, yang timbul secara otomatis
setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Undang Undang No 19 Tahun 2002 pada dasarnya memberikan perlindungan
kepada pencipta yang atas inspirasi kreativitasnya menghasilkan setiap karya dalam
bentuk yang khas dan menunjukan keasliannya di bidang ilmu pengetahuan, seni dan
satra. Prinsip ini secara implinsit menyatakan bahwa untuk menghaslkan suatu karya
yang dapat dilindungi, maka pencipta harus mempunyai keahlian untuk itu. Hasil karya
tersebut akan menampilkan bentuk khas yang menunjukkan keasliannya sebagai suatu
ciptaan dari seseorang yang mempunyai daya kreativitas.
Kendala dalam pelaksanaan Undang Undang No 19 Tahun 2002 ini antara lain
1) Tingkat kesadaraan masyarakat, sebenarnya masyarakat kita belum siap
memberlakukan HKI.
2) Kemampuan Ditjen HKI yang bertugas memperjuangkan dan mensosialisasikan
HKI masih jauh dari memadai.
3) Penegak Hukum, belum terciptannya koordinasi yang baik antara Ditjen HKI
[Artikel Ilmiah]
4. Saran
1) Peran aktif instansi terkait dalam hal ini Ditjen HKI dalam mensosialisasikan hak
kekayaan intelektual sehingga masyarakat umum mengerti dan tidak melanggar
hak hak orang lain terkait dengan karya seseorang yang dilindungi dalam hak
kekayaan intelektual.
2) Peran aktif para penegak hokum dalam menyikapi kasus kasus hak kekayaan
intelektual.
DAFTAR PUSTAKA
Rukmini, Sumarni Mien, 2000, Parameter Pemalsuan Karya Seni Lukis di Indonesia
dihubungkan dengan Undang-undang Hak Cipta 1997 ITB, Bandung.
Noerhadi, Inda Citraninda. Sejarah Hak Cipta Lukisan. Jakarta: Komunitas Bambu. 2012
Suherman, Ilick, JURNAL UPAYA HUKUM PEMEGANG HAK CIPTA SENI LUKIS
TERHADAP
ADVERTISING DI SAMARINDA.
Sri Hadiarti, Venanitia, Jurnal KARYA SENI LUKIS DALAM RANAH PERLINDUNGAN HAK
CIPTA