OLEH :
Oleh :
Hamdanah
I1B112004
Oleh:
HAMDANAH
(I1B112004)
Program Studi Ilmu Keperawatan
Telah diperiksa & disetujui keseluruhan isinya sebagai salah satu syarat untuk memenuhi
tugas.
Dosen,
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ada dua aspek yang perlu dipertimbangkan oleh manajemen perusahaan
dalam pengambilan keputusan keuangan, yaitu tingkat pengembalian (return) dan
risiko (risk) keputusan keuangan tersebut. Tingkat pengembalian adalah imbalan
yang diharapkan diperoleh di masa mendatang, sedangkan risiko diartikan sebagai
ketidakpastian dari imbalan yang diharapkan. Risiko adalah kemungkinan terjadinya
penyimpangan dari rata-rata dari tingkat pengembalian yang diharapkan yang dapat
diukur dari standar deviasi dengan menggunakan statistika.
Suatu keputusan keuangan yang lebih berisiko tentu diharapkan memberikan
imbalan yang lebih besar, yang dalam keuangan dikenal dengan istilah High Risk
High Return. Ada trade off antara risk dan return, sehingga dalam pemilihan
berbagai alternatif keputusan keuangan yang mempunyai risiko dan tingkat
pengembalian yang berbeda-beda, pengambilan keputusan keuangan perlu
memperhtungkan risiko relatif keputusannya. Untuk mengukur risiko relatif digunakan
koefisien variasi, yang menggambarkan risiko per unit imbalan yang diharapkan yang
ditunjukkan oleh besarnya standar deviasi dibagi tingkat pengenbalian yang
diharapkan.
Risiko keuangan terjadi karena adanya penggunaan hutang dalam struktur
keuangan perusahaan, yang mengakibatkan perusahaan harus menanggung beban
tetap secara periodik berupa beban bunga. Hal ini akan mengurangi kepastian
besarnya imbalan bagi pemegang saham, karena perusahaan harus membayar
bunga sebelum memutuskan pembagian laba bagi pemegang saham. Dengan
demikian, risiko keuangan menyebabkan variabilitas laba bersih (net income) lebih
besar.
Jika manajemen perusahaan dapat memanfaatkan dana yang berasal dari
hutang untuk memperoleh laba operasi yang lebih besar dari beban bunga, maka
penggunaan hutang dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan dan akan
meningkatkan return bagi pemegang saham. Sebaliknya, jika manajemen tidak dapat
memanfaatkan dana secara baik, perusahaan mengalami kerugian.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Risiko Keuangan dan Manajemen Risiko
Risiko keuangan (financial risk) adalah sejauh mana perusahaan bergantung
pada pembiayaan external (termasuk pasar modal dan bank) untuk mendukung
operasi yang sedang berlangsung. Risiko keuangan tercermin dalam faktor-faktor
seperti leverage neraca, transaksi off-balance sheet, kewajiban kontrak, jatuh tempo
pembayaran utang, likuiditas, dan hal lainnya yang mengurangi fleksibilitas
keuangan.
Perusahaan
yang
mengandalkan
pada
pihak
eksternal
untuk pembiayaan berisiko lebih besar daripada yang menggunakan dana sendiri
yang dihasilkan secara internal.
Manajemen risiko adalah suatu pendekatan terstruktur/metodologi dalam
mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman, suatu rangkaian aktivitas
manusia termasuk: Penilaian risiko, pengembangan strategi untuk mengelolanya
dan mitigasi risiko dengan menggunakan pemberdayaan/pengelolaan sumberdaya.
Strategi yang dapat diambil antara lain adalah memindahkan risiko kepada pihak
lain, menghindari risiko, mengurangi efek negatif risiko, dan menampung sebagian
atau semua konsekuensi risiko tertentu.untuk mengelolanya dan mitigasi risiko
dengan menggunakan pemberdayaan/pengelolaan sumberdaya. Strategi yang dapat
diambil antara lain adalah memindahkan risiko kepada pihak lain, menghindari risiko,
mengurangi efek negatif risiko, dan menampung sebagian atau semua konsekuensi
risiko tertentu.
2. Tujuan Manajemen Risiko Keuangan
Tujuan utama manajemen resiko keuangan adalah untuk meminimalkan
potensi kerugian yang timbul dari perubahan tak terduga dalam harga mata uang,
kredit, komoditas dan equitas. Resiko volatilitas harga yang dihadapi ini dikenal
sebagai resiko pasar. Resiko pasar terdapat dalam berbagai bentuk. Meskipun fokus
terhadap
volatilitas
harga
atau
tingkat,
akuntan
manajemen
perlu
3)
4)
pasar
tidak selalu
5)
Resiko pajak merupakan resiko bahwa transaksi lindung nilai tertentu tidak dapat
6)
risiko
yang
dihadapi
perusahaan
dengan
akuntansi untuk transaksi derivative dan lindung nilai. Provisi dasar standar ini
adalah:
a. seluruh instrument derivative dicatat pada neraca sebagai aktiva dan kewajiban,
b. keuntungan dan kerugian dari perubahan dalam nilai wajar instrument derivative
bukankan aktiva atau kewajiban,
c. lindung nilai haruslah sangat efektif agar layak mendapatkan perlakuan akuntansi
khusus, yaitu keuntungan atau kerugian atas instrument lindung niai secara tepat
harus mengimbangi keuntungan dan kerugian sesuatu yang dilindungi nilai
d. hubungan lindung nilai haruslah terdokumentasi secara lengkap demi manfaat
pembaca laporan
e. keuntungan atau keruhian dari investasi bersih dalam mata uang asing pada
f.
Perdagangan internasional
Licensing
Franchising
Usaha patungan
Akuisisi perusahaan
Pembentukan anak perusahaan baru di luar negeri
Metode-metode bisnis internasional meminta investasi langsung dalam
operasi operasinya di luar negeri atau lebih dikenal dengan sebutan Direct Foreign
Invesment. Perdagangan internasional dan pemberian lisensi biasanya tidak
dianggap sebagai DFI karena keduanya tidak melibatkan investasi langsung dalam
operasi di luar negeri. Franchising dan usaha patungan cenderung meminta
investasi langsung, tetapi dalam jumlah relatif kecil. Akuisisi dan pendirian anak
perusahaan
baru
merupakan
elemen
DFI
yang
paling
besar.
Berbagai peluang serta keuntungan sebuah MNC tidak lepas dari risiko yang akan
muncul. Walaupun bisnis internasional dapat mengurangi exposure sebuah MNC
terhadap kondisi-kondisi ekonomi negara asalnya, bisnis internasional biasanya juga
meningkatkan exposure MNC terhadap pergerakan nilai tukar, kondisi ekonomi luar
negeri, dan risiko politik. Sebagian besar bisnis internasional meminta pertukaran
satu valuta dengan valuta yang lain untuk melakukan pembayaran. Karena nilai
tukar terus berfluktuasi, jumlah kas yang dibutuhkan untuk melakukan pembayaran
juga tidak pasti. Konsekuensinya, jumlah unit valuta negara asal yang dibutuhkan
untuk membayar bisa berubah walaupun pemasoknya tidak mengubah harga.
Selain itu, ketika perusahaan multinasional memasuki pasar asing untuk menjual
produk, permintaan atas produk tersebut tergantung pada kondisi-kondisi ekonomi
dalam pasar tersebut. Jadi, arus kas perusahaan multinasional dipengaruhi oleh
kondisi-kondisi ekonomi luar negeri. Risiko potik sendiri muncul pada saat
perusahaan multinasional membentuk anak perusahaan di Negara lain, mereka
terbuka terhadap risiko politik, yaitu tindakan-tindakan politik yang diambil oleh
pemerintah yang dapat mempengaruhi arus kas perusahaan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Penerapan proses manajemen resiko dapat dilakukan pada seluruh aktivitas
bisnis maupun instansi atau secara khusus lebih menekankan pada aktivitas
manajemen terhadap asset perusahaan. Walaupun penerapan manajemen resiko
pada perusahaan-perusahaan dan instansi-instansi di Indonesia
khususnya
DAFTAR PUSTAKA
1. Masyhud. 2006. Manajemen Resiko. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
2. Basyaib, F. 2007. Manajemen Risiko. Jakarta: PT Grasindo. Bawynda
3. Hardanto, S.S. 2006. Manajemen Risiko bagi Bank Umum. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
4. Munawir. 2001. Analisa Laporan Keuangan. Liberty : Yogyakarta.
5. Tampubolon, R. (2004). Risk Management. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
6. Kountur, R. 2008. Mudah Memahami Manajemen Risiko Perusahaan. Jakarta : PPM.