Anda di halaman 1dari 20

PENGEMBANGAN DAN PEMERTAHANAN BAHASA DAERAH

DARI SERANGAN BUDAYA GLOBAL


MELALUI PEMBELAJARAN BAHASA/BUDAYA DAERAH

A. Syukur Ghazali
Universitas Negeri Malang
April 2014

Bab XV, Pasal 36


Bahasa negara adalah bahasa
Indonesia, dan penjelasannya yang
berbunyi, di daerah-daerah yang
mempunyai bahasa sendiri, yang
dipelihara oleh rakyatnya dengan baikbaik (misalnya bahasa Jawa, Sunda, dan
Madura) bahasa-bahasa itu dan
dipelihara juga oleh negara. Bahasabahasa itu pun merupakan sebagian dari
kebudayaan Indonesia yang hidup.

Dengan pedoman yuridis formal


itu, pembinaan & pengembangan
bahasa Daerah, mempunyai
pegangan yang kokoh sebagai:
1.entitas etnis Madura/Jawa
2.bahasa pengantar dalam dunia
pendidikan,

Dalam pertumbuhan dan


perkembangannya, bahasabahasa daerah yang ada di
Indonesia pada umumnya
mengalami tekanan, baik
secara internal maupun
secara eksternal.

Kebanggaan ORANG MADURA/Jawa


kepada bahasa Daerah (BD) tidak lagi
sekuat dahulu.
Beberapa alasan pragmatis: tidak
prestisius, tidak punya nilai ekonomis,
sehingga sebagian dari penutur
bahasa Daerah tidak ingin
mempelajari lebih jauh bahasa ibunya.

Akan terjadi proses pengeroposan

bahasa dari dalam (language attrition)


pada kemampuan menggunakan BM

Sejalan dengan Renstra Pendidikan


Nasional, khususnya kebijakan dasar dan
Program Nasional Bagi Anak lndonesia
(PNBAI) oleh Menteri Pendidikan
Nasional, pendidikan di daerah, harus
menyesuaikan dengan Renstra tersebut,
yaitu memikirkan secara serius
bagaimana membina dan
mengembangkan bahasa daerah sebagai
bahasa dalam pendidikan bagi orang
Jawa/Madura.

MASUKAN

PENGETAHUAN LAIN

PAJANAN BAHASA

PENGETAHUAN BAHASA
EKSPLISIT

PRAKTEK
FORMAL

INFERENSI

PRAKTEK
PENGGUNAAN

PENGETAHUAN BAHASA
IMPLISIT

TI
PE
I
R
KELUARAN
PROSES

TI
PE
II

STRATEGI
TEORI BELAJAR BAHASA BIALYSTOK

Vygotsky menyarankan bahwa


pembelajaran kemampuan
berbahasa akan menjadi mudah
dan menarik jika :
Siswa dibawa ke dunia bermain
yang tanpa mereka sadari telah
mendorong mereka untuk
menggunakan bahasa yang
mereka pelajari secara alamiah.
Ketika bermain dan berbahasa
itulah telah terjadi proses
belajar bahasa yang sebenarnya.

1.Menugasi masing-masing kabupaten


untuk mendirikan divisi khusus untuk
mengurusi pembinaan dan
pengembangan bahasa Madura/Jawa.
2. Divisi ini di antaranya menghasilkan
istilah-istilah, jargon, dan idiom-idiom
pembangunan dalam bahasa
Madura/Jawa, agar bahasa Madura
/Jawa menjadi bahasa yang berdayaguna (powerful).

3. Mendirikan surat kabar tempel/ surat


kabar tematik (koran Ibu, koran petani
garam, koranna tokang kerrab, dsb.)
berbahasa Jawa/Madura yang dapat
dibaca oleh penduduk desa tanpa
mengeluarkan dana; sebagian isinya
dikembangkan dan ditulis tangan oleh
masyarakat setempat, termasuk
guru/siswa di daerah itu;

4.

.,

MELAKSANAKAN Siaran radio/TV


BERBAHASA JAWA/MADURA YANG
BAKU/BERTERIMA, SEHINGGA
TIDAK ADA OLOK-OLOK BAHASA
MADURA/JAWA JTV
(SUDAH WAKTUNYA ADA TV SUMENEP,
PAMEKASAN, SAMPANG, BANGKALAN,
BANYUWANGI, MADIUN, JEMBER, DLL.)

5. BEKERJA SAMA DENGAN GURU BAHASA


INDONESIA, AGAR ANAK-ANAK DI DAERAH
DIPERBOLEHKAN MENGGUNAKAN BAHASA
DAERAH (JAWA/MADURA) UNTUK
PEMBELAJARAN KETRAMPILAN BERBICARA
DAN MENULIS.
ALASAN PSIKOLOGI PENDIDIKANNYA ADALAH
KARENA BAHASA DAERAH SUDAH MENJADI
BAHASA BERPIKIR DAN BERKOMUNIKASI
SEJAK KECIL, SEHINGGA MEREKA LEBIH
MUDAH MENGUNGKAPKAN PIKIRANNYA
DALAM BAHASA DAERAH.

6. Membangun Sistem Pangkalan Data

Pengelolaan Budaya Jawa/Madura di


tingkat Kabupaten
7. Membangun Pusat Data Kegiatan
kebudayaan Jawa/Madura yang berisikan
calendar of event yang tidak saja
memberikan sumbangan bagi upaya
menghidupkan budaya, tetapi juga
memberikan dampak ekonomi.
8. Membangun jaringan pariwisata yang
dikelola secara profesional dengan
penekanan pada upaya memberdayakan
bahasa dan kebudayaan Jawa/Madura

9. Pemerintah mendorong untuk


menggunakan bahasa Madura
sebagai salah satu media
komunikasi antara pejabat,
misalnya pada minggu
berbahasa Jawa/Madura.
10.Membuka program/jurusan
bahasa Madura/bahasa Osing

10. Pemerintah bekerja sama


dengan badan legislatif
untuk menghasilkan
peraturan-peraturan yang
menunjang pemberdayaan
bahasa Madura/Jawa
SUDAH ADA PERGUB

11. Pemerintah/ WAKIL RAKYAT


dan pihak tertentu yang
peduli (SAID ABDULLAH
INSTITUTE) terhadap
pemberdayaan BM, harus
selalu berdaya-upaya agar
masyarakat berkesempatan
meningkatkan kemampuan
berbahasa Madura/Jawa.

12. Pemerintah daerah Kabupaten boleh


menyarankan/mendorong pihakpihak yang berkepentingan untuk
berbuat sesuatu demi pemberdayaan
bahasadaerah, melainkan melakukan
tindakan nyata untuk menyebarkan
propaganda-propaganda untuk
MEMBERDAYAKAN BAHASA MADURA/
JAWA

13. Mendirikan sekolah yang khusus


melatih calon guru bahasa Madura/
Jawa yang kemudian diangkat dan
ditempatkan di daerah-daerah yang
memerlukannya.
14 . Guru diberi materi BM/BJ yang
dikembangkan secara khusus
15. Memperoleh metode mengajar
untuk anak-anak/ dewasa, serta
metode pembelajaran bahasa ibu.

Sekolah diberi wewenang mengembangkan


kurikulum, silabus, materi pelajaran,
perangkat pembelajaran bahasa
Madura/Jawa (MUATAN LOKAL)
17.Kepala sekolah (KS) dan guru-guru BM/BJ
harus berdaya-upaya menghidup-hidupkan
bahasa daerah di sekolah, sehingga
kondisi positif itu akan menjadi input
yang terus-menerus & berkelanjutan, dan
positif (comprehensible input), yang pada
gilirannya akan menghasilkan keluaran
yang dipahami (comprehensible output):
16.

lomba mengetik dengan laptop/HP, menyusun


naskah pidato, surat pribadi, naskah lakon dalam
bahasa Madura/Jawa, menerjemahkan cerpen BI
ke BM/BJ

Mator sakalangkong
Matur nuwun

Anda mungkin juga menyukai