Anda di halaman 1dari 3

Kewajiban muslim thd al quran menurut para ulama ada 6 dimana ini merupakan

satu kesatuan yg tidak terpisahkan.


1. Belajar dan mengajarkannya. Proses ini mulai dari belajar membaca, belajar
memahami, dan belajar mengamalkan
2. Membacanya dengan baik benar sesuai kaidah tajwid disertai dg tadabbur
3. Mengamalkan semua isinya
4. Berusaha menegakkan nilai-nilai2nya dalam kehidupan masyarakat
5. Mewariskannya pada generasi selanjutnya
6. Menghafalnya
Ini merupakan satu kesatuan yg tidak terpisahkan. Artinya bukan jadi lebih baik
ketika orang mengamalkannya tetapi satu sisi gak pernah membacanya, demikian
juga sebaliknya

Nah di situlah masalahnya bu Dewi Martaningtyas. Menurut para ahli


pengkaji Al Quran dari ICMI, kita tidak akan menemukan 1 pun ayah Al
Qur'an yg memerintahkan kita untuk MENGHAPALKANNYA. yang banyak
adalah PAHAMILAH, Pikirkanlah, Tidakkah kami perhatikan.... karena Al
Qur'an adalah untuk orang2 yg berpikir. Jika tidak salah ada lebih dari 32
ayat yg menyatakan itu. Apa akibat jika kita menghapalkan Al Qur'an tapi
tidak memahami maknanya: Baca berita di koran tentang KORUPSI
PENGADAAN AL QUR'AN di Departemen Agama Republik Indonesia. <<
memang betul dalam al Quran tidak ditemukan perintah menghafal al
Quran, tetapi harus di ingat, dasr Islam tidak hanya al Quran tapi juga
sunnah rasul. Dan rasul ketika terima wahyu selalui mendiktekan kepada
para sahabat sehingga ada di antara mereka ada yng hafal, kemudian
menjelaskan lwat hadistnya, dan mengajak mrk mengamalkan. Dan para
sahabat masa abu bakar sangat khawatr ketika penghafal2 al quran ini
gugur. Ini menunjukkan peran penghafal al Quran sangt vital, dan Allah juga
menjaga keutuhn Al Quran lewt para penghafal2 Al Quran.

Jika seorang anak Paham Asal-usul turunnya ayat, kejadiannya, kasus2 yg di


pecahkan oleh ayat tersebut, paham bagaimana aplikasi dilapangannya
maka secara otomatis ia akan hapal di luar kepala ayat2nya. Itulah yg dulu
dilakukan oleh para Ilmuan Islam Ibnu Al Qindi, Ibnu Sina, Ibnu Abdul Jabbar.
Mengkaji dan menemukan kandungan makna setiap ayat Al Qur'an di
hubungkan dengan Sains Matematika, Perbintangan (ilmu Falaq),
Kedokteran, Biologi (ilmu Hayyat) dsb....
Pahami dulu ayatnya, lakukan uji coba lapangan, buktikan secara ilmiah dan

akhirnya akan hapal dengan sendirinya, karena seringnya kita mengulangi


menguji ayat tersebut berkali-kali. Persis seperti ibu pergi ke sekolah anak,
awalnya akan sulit tapi karena seringnya mengantar lama2 akan hapal
jalannya tanpa perlu usaha untuk melatih cingatan kita.
Demikian hasil kajian yg pernah di sampaikan dalam forum Kajian Al Qur'an
oleh teman2 di ICMI. Sungguh aneh jika kita bilang anak kita pergi MENGAJI
yg kata dasarnya adalah KAJI tapi yg diajarkan malah MENGHAPAL dan
bukannya MENG KAJI sebagaimana para Ilmuan Muslim jaman dahulu......,
jadi wajarlah jika kita tidak lagi bisa menghasilkan para ilmuan muslim
sehebat Ibnu Sina melainkan hanya penghapal2 yg tidak memahami isinya.
Wallahualam Bissawaf (bukan bissawaf, tapi bisshawab) <<< saya rasa ini
hanya metode, bukan berarti yg menerapkan cara menghafal lebih dulu
salah. Spt sudah saya tuliskan di atas, nabi mendiktekan terus mengajak
menghafal, memahamkan, dan mengamalkan.
Itulah yg dulu dilakukan oleh para Ilmuan Islam Ibnu Al Qindi, Ibnu Sina, Ibnu
Abdul Jabbar. Mengkaji dan menemukan kandungan makna setiap ayat Al
Qur'an di hubungkan dengan Sains Matematika, Perbintangan (ilmu Falaq),
Kedokteran, Biologi (ilmu Hayyatu) dsb.... <<< saya rasa sebaik2 ilmuan
Islam adalah masa nabi dan sahabat sebagaimana dikatakan sebaik2 kurun
adalah masa itu karena mereka paling memahami Islam dan paling sungguh
mengamalkannya. Dan jangan lupa bahwa masa2 perkembangan ilmu
pengetahuan disana juga ada Syafii yang ahli hukum, Bukhari ahli hadits,
Ghazali ahli pendidikan, tasawuf, dsb. Dan ternyata mereka hafal Al Quran
sejak masa anak-anak.
Jika bangsa kita adalah bangsa yg suka membaca buku maka niscaya kita
akan paham setelah membaca buku yg berjudul 60 Sahabat Rasul yg di tulis
oleh Muhammad Khalid, penerbit CV Diponegoro, Bandung, Isinya bercerita
tentang 60 Kehebatan dan Kecerdasan dari para Sahabat Rasul. Di buku itu
di gambarkan betapa Rasul memberikan gelar2 mulia bagi para sahabat
berdasarkan kelebihan mereka masing2 dan bukan memerintahkan semua
sahabat untuk menghapalkan Al Qur'an.
Karena zaman itu belum ada percetakan buku apa lagi komputer maka
memang ada Sahabat Rasul yg mendapat tugas untuk menghapalkan Al
Qur'an dengan tujuan agar ayat2 Al Qur'at tidak hilang karena lupa dan
bukan karena yg lainnya.
Yang menarik dari buku tersebut adalah ternyata Rasull SAW pada zamannya
telah menyadari KERCERDASAN BERAGAM dari para Sahabanya dan Rasul
mendorong para Sahabat untuk berfokus pada kehebatannya masing2 yakni
dengan meberikan gelar2 seperti Abu Hurairah (Bapak Naturalis penyayang

Binatang). Hamzah bin Abdul Muttthalib, Singa Padang Pasir, Shuhaib Bin
Sinan Pebisnis yg Ulung, Qeis Bin Sa'ad sang Negosiator yg ulung, Abbas Bin
Abdul Mutthalib sang Ahli Pengairan, Abu Hurairah ingatannya setajam
pedang, Habib bin Zaid yg penuh kasih dan pengorbanan dsb.... <<< itu
memang betul. Tapi harus di ingat bahwa kecerdasarn para sahabat lain
yang tidak hafal al Quran yg disebutkan, tetap saja merupakan kecerdasan
di bingkai oleh keimanan yg bersumber dari al Quran yg mereka baca,
fahami, dan amalkan. Jadi tidak ada yg split.
Ini menunjukkan Al Quran tetap perlu dibaca dan dihafal (sesuai dengan
kemampuan, tidak harus 30 juz), dengan ini pling tidak ini bisa menjadi
penerang hati anak2. Dan dengan demikian kalau mereka punya
kecenderungan lain thd ilmu pengetahuan, kecerdasan mereka tsb tetap
dibingkai oleh nilai2 Al Quran sehingga tidak kemudian menjerumuskan
mereka menjadi mulhid/atehis, pengagung logika, salah dalam berfikir dsb.

Anda mungkin juga menyukai