Anda di halaman 1dari 23

I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Masyarakat mulai menyadari pentingnya hidup sehat dengan menjaga pola


konsumsi terhadap makanan. Banyak gangguan kesehatan yang disebabkan
karena pola makan yang tidak seimbang dalam hal pemenuhan gizi. Hal tersebut
menyebabkan masyarakat lebih arif dan bijaksana dalam memilih makanan.
Menurut Herawati (2007), sayuran merupakan salah satu komponen dalam menu
makanan yang tidak dapat ditinggalkan. Peningkatan kesadaran masyarakat akan
manfaat sayuran dan pertambahan jumlah penduduk, menyebabkan permintaan
akan sayuran terus meningkat.
Menurut Rakhmawati et al. (2011), kebutuhan masyarakat terhadap caisim
akan terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan daya
belinya. Caisim tidak dapat dilepaskan dari berbagai hidangan kuliner yang ada di
Indonesia. Hampir semuanya menggunakan caisim sebagai bahan bakunya,
seperti salad, mi jawa, mi ayam, dan lainnya. Dengan semakin berkembangnya
industri makanan jadi maka akan terkait pula peningkatan kebutuhan terhadap
caisim yang berperan sebagai salah satu bahan pembantunya.
Tanaman caisim bila ditinjau dari aspek ekonomis dan bisnisnya layak untuk
dikembangkan atau diusahakan untuk memenuhi permintaan konsumen serta
adanya peluang pasar. Kelayakan pengembangan budidaya caisim antara lain
ditunjukkan oleh adanya keunggulan komparatif kondisi wilayah tropis Indonesia
yang sangat cocok untuk komoditas tersebut, disamping itu umur panen caisim
relatif pendek yakni 40 sampai dengan 50 hari setelah tanam dan hasilnya

memberikan keuntungan yang memadai (Rahman et al., 2008). Menurut Haryanto


et al. (2003), dari aspek agroklimat, Indonesia sangat potensial untuk
pembudidayaan sayur-sayuran. Selain itu, aspek teknis, ekonomi dan sosial juga
sangat mendukung pengusahaan sayuran. Ditinjau dari aspek teknis, budidaya
caisim tidak terlalu sulit.
Dalam pertanian, panen adalah kegiatan mengumpulkan hasil usaha tani dari
lahan budidaya. Istilah ini paling umum dipakai dalam kegiatan bercocok tanam
dan menandai berakhirnya kegiatan di lahan. Namun demikian, istilah ini
memiliki arti yang lebih luas, karena dapat dipakai pula dalam budidaya ikan atau
berbagai jenis objek usaha tani lainnya, seperti jamur, udang, atau alga/gulma
laut.Secara kultural, panen dalam masyarakat agraris sering menjadi alasan untuk
mengadakan festival dan perayaan lain.
Penanganan pasca panen merupakan upaya sangat strategis dalam rangka
mendukung peningkatan produksi . Konstribusi penanganan pasca panen terhadap
peningkatan produksi dapat tercermin dari penurunan kehilangan hasil dan
tercapainya mutu sesuai persyaratan mutu.
CV. Tani Organik Merapi merupakan perusahaan yang bergerak di bidang
agribisnis sebagai penyedia sayuran organik di kota Yogyakarta dan sekitarnya.
Usaha ini telah berdiri sejak tahun 2008 dan mampu bertahan di sektor agribisnis.
Komoditas yang diusahakan oleh perusahaan ini, yaitu caisim, selada merah,
selada hijau, pakcoy, bayam hijau, bayam merah, bayam sekul, kangkung, tomat
cherry, tomat besar, terong, bit, kemangi, parsley, daun bawang, seledri, wortel,
cabe rawit. Produk sayuran tersebut dikemas dan dipasarkan ke berbagai

supermarket di kota Yogyakarta. Sayuran caisim merupakan salah satu komoditas


yang memiliki permintaan pasar cukup tinggi.
CV. Tani Organik Merapi sebagai salah satu pemasok sayuran organik di
kota Yogyakarta memenuhi permintaan pasar dengan memproduksi sayuran di
lahan sendiri dan melakukan kerja sama dalam bentuk kemitraan tani dengan
petani sekitar. Pengadaan caisim berasal dari produksi lahan sendiri dan membeli
dari mitra tani. Pelaksanaan penanganan pasca panen dan pemasaran di CV. Tani
Organik Merapi diatur dengan baik sehingga mereka dapat masuk ke
supermarket-supermarket besar di daerah Yogyakarta dan sekitarnya. Hal tersebut
yang membuat penulis tertarik untuk melaksanakan Praktik Kerja Lapangan di
CV. Tani Organik dengan bahan kajian penanganan pasca panen dan pemasaran
sayuran caisim organik.
B. Tujuan Praktik Kerja Lapangan (revis)
Tujuan Praktik Kerja Lapangan yang akan dilaksankan di CV. Tani Organik
Merapi, Sleman Yogyakrata adalah sebagai berikut :
1. Mempelajari dan ikut aktif dalam penanganan pasca panen sayuran caisim
organik di CV. Tani Organik Merapi, Sleman, Yogyakarta.
2. Mengetahui dan mengikuti pemasaran sayuran caisim organik di CV. Tani
Organik Merapi, Sleman, Yogyakarta.
3. Mengetahui dan mempelajari kendala yang dihadapi dalam penanganan pasca
panen dan pemasaran caisim organik di CV. Tani Organik Merapi, Sleman,
Yogyakarta.
C. Manfaat Praktik Kerja Lapangan (revis)

Praktik Kerja Lapangan yang akan dilkasankan di CV. Tani Organik Merapi,
Sleman Yogyakarta diharapkan akan memberikan beberapa manfaat yaitu:
1. Menambah pengetahuan dan pengalaman tentang berbagai kegiatan pasca
panen dan pemasaran sayuran organik caisim di CV. Tani Organik Merapi,
Sleman Yogyakarta
2. Memperoleh informasi tentang sistem pemasaran sayuran organik caisim di
CV. Tani Organik Merapi, Sleman Yogyakarta
3. Memperoleh informasi tentang wilayah pemasaran dan permasalahan serta
solusi dalam melakukan kegiatan pasca panen dan pemasaran di CV. Tani
Organik Merapi, Sleman Yogyakarta
4. Hasil Praktik Kerja Lapangan diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
pihak yang berkepentingan.
5.

II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Klasifikasi dan Syarat Tumbuh Tanaman Caisim
Menurut Haryanto et al. (2003), secara umum sawi biasanya mempunyai
daun lonjong, halus, tidak berbulu, dan tidak berkrop. Petani Indonesia di masa
lalu hanya mengenal tiga macam jenis sawi yang biasanya dibudidayakan yaitu
sawi putih, sawi hijau dan sawi huma. Saat ini, konsumen lebih mengenal caisim
alias sawi bakso.
Menurut Cahyono (2003), dalam ilmu tumbuhan, tanaman caisim
diklasifikasikan sebagai berikut:
Divisi

: Spermatophyta

Sub divisi

: Angiospermae

Kelas

: Dicotyledonae

Ordo (bangsa) : Rhoeadales (Brassicales)


Family (suku) : Cruciferae (Brassicaceae)
Genus (marga) : Brassica
Spesies (jenis) : Brassica campestris
Sawi hijau memiliki banyak varietas yang jumlahnya tidak terhitung lagi,
baik varietas lokal maupun varietas yang berasal dari luar negeri (varietas
introduksi). Pada umumnya varietas yang baru dan banyak dibudidayakan oleh
masyarakat adalah varietas hibrida. Adapun varietas-varietas sawi hijau yang
merupakan

varietas

unggul

(F1

Hibrida)

dan

menguntungkan

untuk

dibudidayakan, antara lain varietas Fun Jen, San Feng, Speedy, Brisk Green,

Gracious, White Light, Ching Chiang, Fun Lee, Shown Jean, Ky-Late, Yu-TsaiSum, Tender, Ky-Early dan Tosakan (Cahyono, 2003).
Benih varietas Tosakan diproduksi oleh PT. East west Seed Indonesia.
Varietas ini dikenal sebagai sawi bakso (caisim) Bangkok. Varietas ini memiliki
ciri-ciri: tanaman besar, bentuk semi buka dan tegak, batang tumbuh memanjang
dan memiliki banyak tunas; tangkai daun panjang, langsing, berwarna hijau tua
dan halus; daun lebar, panjang, tipis, permukaan daun dan pinggir daun rata,
berwarna hijau, rasanya renyah dan tidak berserat (Cahyono, 2003). Varietas
Tosakan direkomendasikan ditanam di daerah dataran rendah. Bentuk daunnya
yaitu elips atau lonjong dengan waktu panen antara 25 sampai dengan 30 hari
setelah tanam. Potensi hasil panen yaitu sebesar 20 sampai dengan 25 ton per
hektar dengan berat per tanaman sebesar 250 gram (East West Seed Indonesia,
2014).
Caisim termasuk jenis tanaman sayuran dan merupakan tanaman semusim
berumur pendek. Berikut morfologi tanaman caisim :
1. Akar
Sistem perakaran caisim memiliki akar tunggang (radix primaria) dan
cabang-cabang akar yang bentuknya bulat panjang (silindris) menyebar ke semua
arah pada kedalaman antara 30 - 50 cm. Akar ini berfungsi antara lain menyerap
air dan zat makanan dari dalam tanah, serta menguatkan berdirinya batang
tanaman (Haryanto dkk, 2003).

2. Batang
Tanaman caisim memiliki batang (caulis) yang pendek dan beruas, sehingga
hampir tidak kelihatan. Batang berfungsi sebagai alat pembentuk dan penopang
berdirinya daun. Caisim umumnya berdaun dengan struktur daun halus, tidak
berbulu. Daun caisim membentuk seperti sayap dan bertangkai panjang yang
membentuk pipih (Rahmat, 2007).
3. Daun
Daun tanaman caisim berbentuk bulat dan lonjong, lebar dan sempit, ada
yang berkerut-kerut (keriting), tidak berbulu, berwarna hijau muda, hijau keputihputihan sampai hijau tua. Daun memiliki tangkai daun panjang dan pendek,
sempit atau lebar berwarna putih sampai hijau, bersifat kuat dan halus. Pelepah
daun tersusun saling membungkus dengan pelepah-pelepah daun yang lebih muda
tetapi tetap membuka. Daun memiliki tulang-tulang daun yang menyirip dan
bercabang-cabang.
4. Bunga
Struktur bunga caisim tersusun dalam tangkai bunga (inflorescentia) yang
tumbuh memanjang (tinggi) dan bercabang banyak. Tiap kuntum bunga terdiri
atas empat helai kelopak daun, empat helai daun mahkota bunga berwarna
kuning-cerah, empat helai benang sari, dan satu buah putik yang berongga dua.
5. Buah dan Biji
Buah caisim termasuk tipe buah polong, yaitu bentuknya memanjang dan
berongga. Tiap buah (polong) berisi 2 8 butir biji. Biji caisim berbentuk bulat
kecil berwarna coklat atau coklat kehitam-hitaman. Biji caisim berbentuk bulat,

berukuran kecil, permukaannya licin mengkilap, agak keras, dan berwarna coklat
kehitaman.
Menurut Cahyono (2003), lokasi usahatani caisim harus memiliki kondisi
lingkungan yang sesuai seperti yang dikehendaki tanaman. Sebab, kecocokan
keadaan lingkungan (iklim dan tanah) sangat meunjang produktivitas tanaman.
Hingga dewasa ini masih banyak dijumpai petani mengalami kegagalan panen
atau memperoleh keuntungan yang rendah karena kurang memperhatikan keadaan
lingkungan lokasi penanaman. Adapun keadaan lingkungan yang cocok untuk
membudidayakan tanaman caisim adalah sebagai berikut:
1. Keadaan Iklim
Pertumbuhan tanaman caisim yang baik memerlukan suhu udara
berkisar 19C sampai dengan 21C. Daerah yang memiliki suhu udara 19C
sampai dengan 21C adalah daerah yang ketinggiannya 1000 sampai dengan
1.200 meter di atas permukaan laut (dpl). Kelembapan udara yang sesuai
untuk pertumbuhan tanaman sawi hijua yang optimal berkisar antara 80
persen sampai dengan 90 persen. Kelembapan udara yang lebih dari 90
persen berpengaruh buruk terhadap pertumbuhan tanaman. Tanaman caisim
dapat ditanam sepanjang tahun (sepanjang musim). Curah hujan yang sesuai
untuk membudidayakan tanaman caisim adalah 1.000 sampai dengan 5.000
mm per tahun. Caisim juga memerlukan cahaya matahari tinggi.
2. Keadaan Tanah
Sifat fisik tanah yang cocok untuk membudidayakan caisim adalah
tanah gembur, kedalaman tanah (solum tanah) cukup dalam dan tanah mudah
mengikat air. Kondisi kima tanah yang baik untuk tanaman caisim adalah
tanah yang memiliki derajat keasaman tanah (pH tanah) berkisar 6 sampai

dengan 7. Sifat biologis tanah yang baik adalah tanah banyak mengandung
bahan organik (humus) dan bermacam-macam unsur hara yang berguna untuk
pertumbuhan tanaman. Ketinggian tempat atau letak geografis tanah sangat
berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan dan produksi caisim. Daerah
dataran tinggi (pegunungan) dengan ketinggian berkisar antara 1.000 meter
dpl sampai dengan 1.200 meter dpl sangat cocok (ideal) untuk penanaman
caisim.
B. Budidaya Caisim
Cara bertanam caisim sesungguhnya tak berbeda jauh dengan budidaya
sayuran pada umumnya. Budidaya konvensional meliputi proses pengolahan
tanah, penyiapan benih yang bermutu, teknik penanaman, penyediaan pupuk dan
pestisida, serta pemeliharaan tanaman yang intensif. Dengan teknik penanaman
dan pemeliharaan yang benar akan didapat hasil yang memuaskan, baik kualitas
maupun kuantitasnya (Haryanto et al., 2003).
1. Penyiapan Lahan
Hal-hal yang perlu mendapat perhatian dalam mempersiapkan lahan
untuk penanaman caisim adalah penyiapan lahan untuk persemaian benih dan
penyiapan lahan untuk penanaman bibit. Penyiapan lahan untuk persemaian
meliputi penentuan jadwal pengolahan tanah, menentukan tipe atau tempat
persemaian, proses pengolahan tanah dan pemberian naungan, sedangkan
penyiapan lahan untuk penanaman bibit meliputi pengolahan tanah,
pengapuran, pemupukan dasar dan pemasangan mulsa (Cahyono, 2003).
2. Pembibitan
Tanaman caisim berkembang biak secara generatif, yaitu melalui biji.
Dengan demikian untuk pembudidayaannya diperbanyak dengan biji. Agar

benih (biji) dapat tumbuh menjadi bibit yang baik perlu disemaikan terlebih
dahulu pada media semai, walaupun secara langsung dapat ditanam di kebun.
Akan tetapi, benih yang langsung ditanam di kebun akan memberikan hasil
yang kurang baik. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembibitan caisim
adalah mempersiapkan tempat persemaian, pengadaan benih, penyemaian
benih, pemeliharaan bibit di persemaian, penyapihan dan seleksi bibit
(Cahyono, 2003).
Kebutuhan benih caisim untuk setiap hektar lahan adalah 750 gram.
Benih sawi berbentuk bulat dan berukuran kecil. Permukaannya licin
mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih cokelat kehitaman (Haryanto et
al., 2003).
3. Penanaman Bibit
Cahyono (2003) menyatakan bahwa di dalam penanaman caisim di
kebun meliputi pekerjaan-pekerjaan sebagai berikut: pemindahan bibit dan
seleksi bibit, pengaturan jarak tanam, cara menanam dan waktu menanam.
Bibit-bibit yang telah siap dipindahkan ke kebun diseleksi dengan mengambil
atau memilih bibit yang yang pertumbuhannya baik, penampakannya segar,
daun-daunnya tidak rusak, berwarna hijau segar, mengkilap, kuat atau tegak
pertumbuhannya, bibit tidak terserang hama penyakit. Pada umumnya jarak
tanam yang digunakan adalah 30 cm x 40 cm. Dalam kegiatan berkebun,
waktu penanaman yang baik adalah pada pagi hari atau sore hari.
4. Pemeliharaan
Pemeliharaan adalah tahapan kerja yang penting dalam pembudidayaan
tanaman.

Tindakan

pemeliharaan

meliputi

penyiraman,

penjarangan,

penyulaman, penyiangan dan penggemburan, pemupukan tambahan, serta


pengendalian hama dan penyakit (Haryanto et al., 2003).

10

5. Panen
Panen adalah kegiatan memetik hasil yang dilakukan setelah tanaman
cukup umur. Produksi utama caisim adalah daun-daunnya. Untuk
mendapatkan daun caisim yang berkualitas baik, yakni tidak keras atau kasar,
segar, daun tidak rusak, maka dalam penanganan panen hendaknya
memperhatiakan: umur tanaman, cara memanen dan waktu memanen
(Cahyono,2003).
Menurut Cahyono (2003), tanaman caisim memiliki umur panen
bervariasi antara 30 sampai dengan 70 hari setelah pindah tanam. Pemanenan
caisim dapat juga dilakukan berdasarkan kondisi fisik tanaman, yakni dengan
melihat warna daun, besarnya daun, besarnya tanaman, dan ukuran daun.
Secara fisik, tanaman caisim yang sudah dapat dipanen memiliki cirri-ciri
sebagai berikut:
a. Daun paling bawah sudah menguning
b. Tanaman belum berbunga
c. Besarnya tanaman sudah maksimal.
6. Pasca Panen
Kerusakan pada komoditas caisim bisa disebabkan karena faktor
mekanis, fisiologis, parasiter dan non parasiter. Kerusakan daun caisim yang
telah dipanen akibat faktor mekanis, fisiologis, penyakin non parasit dan
penyakit parasit dapat dicegah atau dihambat hingga beberapa lama dengan
melakukan penanganan pasca panen yang baik dan benar. Kegiatan-kegiatan
pasca panen untuk komoditas caisim meliputi pembersihan dan pengeringan,
sortasi dan grading, penyimpanan, pengemasan dan pengangkutan, pemasaran
(Cahyono, 2003).
C. Penanganan Pasca Panen
Penanganan sayur dilakukan untuk tujuan penyimpanan, transportasi dan
kemudian pemasaran. Seperti halnya pada buah, langkah yang harus dilakukan

11

dalam penanganan sayur setelah dipanen meliputi pemilihan (sorting), pemisahan


berdasarkan umuran (sizing), pemilihan berdasarkan mutu (grading), dan
pengepakan (packing). Namun demikian, untuk beberapa komoditi atau jenis
sayur tertentu memerlukan tambahan penanganan seperti pencucian penggunaan
bahan kimia, pelapisan (coating-waxing), dan pendinginan awal (pre-cooling),
serta pengikatan (bunching), pemotongan bagian-bagian yang tidak penting
(trimmimg) (Winarno, 2001)
Caisim adalah jenis sayuran daun yang gampang rusak, tanpa penanganan
yang baik berupa pengemasan, proses pendinginan serta transportasi yang
memadai maka sayuran ini akan cepat mengalami kemunduran mutu dan akhimya
rusak. Modified Atmosfer Packaging merupakan prosedur tambahan yang
diberikan pada produk untuk mengoptimalkan perlakuan suhu. Dalam
pengendalian dan modifikasi gas dalam atmosfer yang memadi obyek perubahan
adalah penurunan gas oksigen dan peningkatan gas karbondioksida dan kondisi
normal. Kondisi ini bertujuan untuk menurunkan laju respirasi yang tentunya juga
berpengaruh terhadap proses pemasakan dan pelayuan. Perlakuan Pengemasan
(modified atmosfer packaging) berpengaruh nyata terhadap kadar air, susut bobot,
tingkat kekeringan, tekstur, dan mutu visual keseluruhan, tetapi tidak berpehgaruh
terhadap warna caisim selama penyimpanan. Perlakuan pengemasan dengan
plastik polyethilene tanpa lubang dapat mempertahankart mutu fisik (warna,
tingkat kekeringan, tekstur, dan mutu visual keseluruhan) caisim lebih dari 4 hari
(Nocianitri et.al 2008).
Pada penanganan hasil tanaman, ada beberapa tindakan yang harus
dilakukan segera setelah panen, tindakan tersebut bila tidak dilakukan segera,

12

akan menurunkan kualitas dan mempercepat kerusakan sehingga komoditas tidak


tahan lama disimpan. Perlakuan tersebut antara lain:
A. Pengeringan (drying)
Bertujuan mengurangi kadar air dari komoditas.
B. Pendinginan pendahuluan (precooling)
Sawi setelah dipanen segera disimpan di tempat yang dingin/sejuk,
tidak terkena sinar matahari, agar panas yang terbawa dari kebun dapat
segera didinginkan dan mengurangi penguapan, sehingga kesegaran buah
dapat bertahan lebih lama. Bila fasilitas tersedia, precooling ini sebaiknya
dilakukan pada temperatur rendah (sekitar 10C) dalam waktu 1 2 jam.
C. Pengikatan (bunching)
Dilakukan pada sayuran daun. Pengikatan dilakukan untuk
memudahkan penanganan dan mengurangi kerusakan.
D. Pencucian (washing)
Dilakukan pada sayuran daun yang tumbuh dekat tanah untuk
membersihkan kotoran yang menempel dan memberi kesegaran. Selain itu
dengan pencucian juga dapat mengurangi residu pestisida dan hama
penyakit yang terbawa. Pencucian disarankan menggunakan air yang
bersih, penggunaan desinfektan pada air pencuci sangat dianjurkan.
E. Pembersihan ( cleaning, trimming)
Membersihkan dari kotoran atau benda asing lain, mengambil
bagian-bagian yang tidak dikehendaki seperti daun, tangkai atau akar yang
tidak dikehendaki.

13

F. Sortasi
Pemisahan komoditas yang layak pasar (marketable) dengan yang
tidak layak pasar, terutama yang cacat dan terkena hama atau penyakit
agar tidak menular pada yang sehat.

D. Pemasaran dan Lembaga Pemasaran


Setiap perusahaan memiliki tujuan yang hendak dicapai dengan sukses.
Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan suatu upaya dan pemasaran
merupakan salah satu solusi untuk mencapai tujuan tersebut. Hal ini dikarenakan
pemasaran merupakan strategi yang berupaya untuk mendapatkan keuntungan
atau mencapai tujuan perusahaan melalui penyediaan pemenuhan kebutuhan
konsumen.
Pemasaran adalah salah satu kegiatan-kegiatan pokok dalam suatu
perusahaan

untuk

mempertahankan

hidup

dan

untuk

mendapatkan

laba/keuntungan. Kegiatan pemasaran dalam perusahaan harus dapat memberikan


kepuasan kepada konsumen agar perusahaan tetap bisa berkembang, atau
konsumen mempunyai pandangan baik terhadap perusahaan tersebut. Pengertian
pemasaran menurut Kotler dan Armstrong (2008:6), merupakan proses di mana
perusahaan menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan yang
kuat dengan pelanggan dengan tujuan untuk menangkap nilai dari pelanggan
sebagai imbalannya

14

Menurut Kotler dan Keller (2008:5), pemasaran adalah suatu proses sosial
dan manajerial dimana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka
butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas
mempertukarkan produk dan jasa bernilai dengan pihak lain.
Setelah memutuskan target pasarnya, perusahaan memnutuskan rencana
detail untuk bauran pemasaran. Menurut Kotler (2008,p48), bauran pemasaran
adalah seperangkat taktik pemasaran yang dapat dikontrol meliputi produk, harga,
tempat, dan promosi yang dipadukan perusahaan untuk menciptakan respon dari
target marketnya. Bauran pemasaran juga dikenal dengan 4P. menurut Kotler &
Amstrong (2008), 4P didefinisikan:
1. Produk (product)
Produk adalah kombinasi benda atau jasa dari perusahaan yang ditawarkan
ke target pasar untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan. Produk secara luas
meliputi desain, merk, hak paten, positioning, dan pengembangan produk baru.
2. Harga (price)
Harga adalah sejumlah uang yang harus dikeluarkan konsumen untuk
mendapatkan suatu produk atau jasa. Harga juga merupakan pesan yang
menunjukan bagaimana suatu brand memposisikan dirinya di pasar.
3. Distribusi (place)
Distibusi meliputi aktivitas perusahaan dalam membuat produknya
tersedia di target pasar. Strategi pemilihan tempat meliputi transportasi,
pergudangan, pengaturan persediaan, dan cara pemesanan bagi konsumen.
4. Promosi (promotion)

15

Promosi adalah aktivitas perusahaan untuk mengkomunikasikan produk


dan jasanya dan mempengaruhi target konsumen untuk membeli. Kegiatan
promosi antara lain, iklan, personal selling, promosi penjualan dan public
relation.
Pengertian pasar secara luas adalah suatu kondisi dimana pembeli dan
penjual dapat berhubungan. Dengan demikian pasar dapat berati secara fisik dan
non-fisik. Pengertian pasar secara fisik adalah suatu tempat dimana penjual dan
pembeli dapat saling bertemu dan berinteraksi. Dewasa ini hasi produksi sayursayuran dapat dipasarkan dalam negeri maupun untuk diekspor. Sayur-sayuran
yang dipasarkan didalam negeri dapat disalurkan ke berbagai pasar, seperti pasar
umum, pasar induk, pasar swalayan, dan pasar khusus.
a. Pasar umum
Pasar umum merupakan pasar yang menyediakan semua keperluan
(termasuk sandang, pangan dan papan) dalam bentuk eceran dan dalam
skala besar.
b. Pasar induk
Pasar induk merupakan pusat penampungan dan pemusatan golongan
komoditi tertentu dalam berbagai jenis, biasanya dijual dalam skala
tertentu. Di pasar ini pembeli umumnya adalah pedagang pengecer atau
khusus.
c. Pasar swalayan
Pasar swalayan merupakan pasar yang menyediakan berbagai kebutuhan
dengan

cara

pembeli

mengambil

sendiri

barang-barang

yang

dikehendaki.
d. Pasar khusus
Pasar khusus merupakan pasar yang menyerap komoditi tertentu dalam
partai besar dan secara kontninu serta dengan kualitas tertentu. Untuk

16

bahan-bahan selanjutnya dolah dan dikonsumsi dalam bentuk segar


termasuk pasar khusus disini adalah rumah sakit, hotel, industri, katering
dan restaurant.
Proses pemasaran produk pertanian membutuhkan pelaku-pelaku ekonomi,
baik yang terlibat langsung, maupun tidak langsung. Menurut Sudiyono (2004),
lembaga pemasaran adalah badan usaha atau individu yang menyelenggarakan
pemasaran, menyalurkan jasa atau komoditi dari produsen kepada konsumen akhir
serta mempunyai hubungan usaha dengan badan usaha atau individu lainnya.
Lembaga pemasaran timbul karena adanya keinginan konsumen untuk
mendapatkan produk tepat waktu, tepat tempat, tepat bentuk dan sesuai keinginan.
Menurut Soekartawi (2002), peranan lembaga pemasaran sangat tergantung dari
sistem pasar yang berlaku dan karakteristik aliran barang yang dipasarkan. Oleh
karena itu dikenal istilah saluran pemasaran atau marketing channel. Menurut
Kotler (1998), saluran pemasaran adalah serangkaian organisasi yang saling
tergantung yang terlibat dalam proses untuk menjadikan suatu produk atau jasa
siap untuk digunakan atau dikonsumsi. Fungsi saluran pemasaran sangat penting
khususnya dalam melihat tingkat harga di masing-masing lembaga pemasaran
(Soekartawi, 2002).
Tugas lembaga pemasaran adalah menjalankan fungsi pemasaran serta
memenuhi keinginan konsumen semaksimal mungkin. Lembaga pemasaran
sangat beragam tergantung jenis produk yang dipasarkan. Beberapa contoh
lembaga pemasaran adalah sebagai berikut: produsen, tengkulak,

17

pedagang pengumpul, pedagang besar, agen penjualan, pengecer, broker, eksportir


serta importir. Pola-pola pemasaran yang terbentuk selama pergerakan arus
komoditi pertanian dari petani produsen ke konsumen akhir disebut sistem
pemasaran (Sudiyono, 2004).
E. Biaya Pemasaran
Menurut Mulyadi dalam Ibrahim (2011), biaya pemasaran adalah
biaya-biaya

yang

terjadi

untuk

melaksanakan

kegiatan

pemasaran produk. Secara garis besar biaya pemasaran dapat


dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
1. Biaya untuk Mendapatkan Pesanan (Order Getting Costs)
Merupakan semua biaya yang dikeluarkan dalam usaha
untuk memperoleh pesanan. Contoh biaya yang termasuk
dalam golongan ini adalah biaya gaji wiraniaga (sales person),
komisi penjualan, advertensi dan biaya promosi.
2. Biaya untuk Memenuhi Pesanan (Order Filling Costs)
Merupakan

semua

biaya

yang

dikeluarkan

untuk

mengusahakan agar produk sampai ke tangan pembeli dan


biaya-biaya untuk mengumpulkan uang dari pembeli. Contoh
biaya yang termasuk dalam golongan ini adalah biaya
penagihan.Adapun analisis biaya pemasaran yang di gunakan
adalah:
a. Biaya Produksi (Total Cost)

18

Total biaya (TC) adalah jumlah dari biaya tetap dan biaya variabel,
yang dinyatakan dalam rumus:
Biaya Total (TC) = Biaya Tetap (FC) + Biaya Variabel (VC)
b. Penerimaan Total (Total Revenue)
Penerimaan Total adalah total penerimaan produsen dari
hasil penjualan output.
Penerimaan Total (TR) = Volume Produksi (Q) x Harga jual/unit (P)

c. Keuntungan
Keuntungan atau laba diperoleh apabila penerimaan total
lebih

besar

dari

pada

biaya-biaya

produksi

lainnya.

Keuntungan dapat dirumuskan:


Keuntungan ( ) = Penerimaan Total (TR) Biaya Total (TC)
d. Analisis Nisbah Penerimaan dan Biaya (R/C Ratio)
R/C Ratio digunakan dalam analisis bersifat menyeluruh, bila nilai R/C
Ratio lebih dari 1, berarti usahatani tersebut layak untuk diusahakan. Analisis
R/C Ratio, dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
R
TR
Ratio=
C
TC
Keterangan:
R = Total dari proses produksi
C = Total biaya yang dikeluarkan
TR = Total Revenue(Total Penerimaan)

19

TC = Total Cost(Total Biaya)


e. Return of Investmen (ROI)
Return of Investment (ROI) diperoleh dari perbandingan presentase
keuntungan dengan modal yang digunakan. ROI digunakan untuk mengetahui
sampai berapa besar kemampuan dalam mengembalikan modal yang ditanam.
ROI dapat dirumuskan sebagai berikut:

ROI=

x 100
TC

Keterangan:

= Keuntungan

TC = Total Cost(Total Biaya)


III.
METODE PRAKTIK KERJA LAPANGAN
A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan
1. Tempat Praktik Kerja Lapangan
Praktik Kerja Lapngan ini akan dilaksanakan di CV. Tani Organik Merapi,
Sleman Yogyakarta.
2. Waktu Praktik Kerja Lapangan
Praktik Kerja Lapangan ini akan dilaksanakan selama dua bulan yaitu pada
bulan Maret 2015 sampai dengan Mei 2015.

B. Materi Praktik Kerja Lapangan


Materi yang akan dikaji dalam Praktik Kerja Lapangan ini adalah mengenai
kegiatan pasca panen, pemasaran sayuran caisim organik yang diterapkan di CV.
Tani Organik Merapi.

20

C. Metode Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan


Metode pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan yang akan dilaksanakan adalah
observasi partisipasi aktif. Metode observasi partisipasi dilaksanakan dengan
melibatkan diri secara aktif dalam kegiatan pasca panen sampai pemasaran yang
dilaksanakan oleh CV. Tani Organik Merapi.

Metode pengumpulan data yaitu:


1. Observasi
Metode observasi dilaksanakan dengan mengamati dan mencatat secara
langsung kegiatan yang dilaksanakan oleh CV. Tani Organik Merapi untuk
mendapatkan data yang diperlukan untuk Laporan Praktik Kerja Lapangan.
2. Wawancara
Wawancara dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab dengan pimpinan
dan karyawan CV. Tani Organik Merapi untuk mendapatkan informasi secara
langsung.

D. Jenis dan Sumber Data


a. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber primer yaitu
objek Praktik Kerja Lapangan yang meliputi hasil observasi di perusahaan
secara langsung dan hasil wawancara dengan karyawan perusahaan.
b. Data Sekunder

21

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari sumber tertulis yang
meliputi dokumen perusahaan atau data tertulis lainnya serta data hasil studi
pustaka dari berbagai referensi.

E. Jadwal Pelaksanaan Praktik Kerja Lapang


Jadwal pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan yang akan dilaksanakan selama
dua blan disusun sebagai berikut :
Tabel 3.1. Tabel jadwal pelaksanaan praktik kerja lapangan
N
o

Kegiatan

Pengenalan lokasi dengan pembimbing


lapang dan karyawan di CV. Tani
Organik Merapi

Melakukan observasi dan berpartisipasi


aktif dalam kegiatan produksi di CV.
Tani Organik Merapi

3
4

Pengambilan data primer maupun


sekunder
Melengkapi data yang diperlukan untuk
penyusunan laporan Praktik Kerja
Lapangan

22

Minggu Ke3 4 5 6

DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, B. 2003. Teknik dan Strategi Budi Daya Sawi Hijau (Pai-Tsai). Pustaka
Nusantara. Yogyakarta.
East West Seed Indonesia. 2014. Products Variety Tosakan. (On-line).
http://www.eastwestindo.com diakses 23 April 2014.
Haryanto, et al. 2003. Sawi dan Selada. Penebar Swadaya. Depok.
Herawati, W.D. 2007. Budidaya Sayuran. Javalitera. Yogyakarta.
Kotler, Philip; Armstrong, Garry, 2008. Prinsip-prinsip Pemasaran, Jilid 1,
Erlangga, Jakarta.
Kuderi, S. 2014. Budidaya dan Cara Menanam Baby Caisim. (On-line).
http://www.nahjoy.com diakses 30 April 2014.
Mulyadi. 2001. Akuntansi Manajemen: Konsep, Manfaat dan Rekayasa. Edisi ke3. Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN. Yogyakarta.
Mursid. 2003. Manajemen Pemasaran. Bumi Aksara, Jakarta.
Purbawati, W. 2011. Pengusahaan Sayuran Pakchoy Baby dan Tomat Cherry di
PT. Saung Mirwan, Megamendung, Bogor. Skripsi. Departemen Agronomi
dan Hortikultura. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Rahman, et al. 2008. Bercocok Tanam Sayuran. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Soekartawi, 2002, Prinsip Dasar Manajemen Pemasaran Hasil Hasil Pertanian
Teori dan Aplikasinya, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Sudiyono, Armand. 2004. Pemasaran Pertanian. UMM, Malang.

23

Anda mungkin juga menyukai