PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Praktik Kerja Lapangan yang akan dilkasankan di CV. Tani Organik Merapi,
Sleman Yogyakarta diharapkan akan memberikan beberapa manfaat yaitu:
1. Menambah pengetahuan dan pengalaman tentang berbagai kegiatan pasca
panen dan pemasaran sayuran organik caisim di CV. Tani Organik Merapi,
Sleman Yogyakarta
2. Memperoleh informasi tentang sistem pemasaran sayuran organik caisim di
CV. Tani Organik Merapi, Sleman Yogyakarta
3. Memperoleh informasi tentang wilayah pemasaran dan permasalahan serta
solusi dalam melakukan kegiatan pasca panen dan pemasaran di CV. Tani
Organik Merapi, Sleman Yogyakarta
4. Hasil Praktik Kerja Lapangan diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
pihak yang berkepentingan.
5.
: Spermatophyta
Sub divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
varietas
unggul
(F1
Hibrida)
dan
menguntungkan
untuk
dibudidayakan, antara lain varietas Fun Jen, San Feng, Speedy, Brisk Green,
Gracious, White Light, Ching Chiang, Fun Lee, Shown Jean, Ky-Late, Yu-TsaiSum, Tender, Ky-Early dan Tosakan (Cahyono, 2003).
Benih varietas Tosakan diproduksi oleh PT. East west Seed Indonesia.
Varietas ini dikenal sebagai sawi bakso (caisim) Bangkok. Varietas ini memiliki
ciri-ciri: tanaman besar, bentuk semi buka dan tegak, batang tumbuh memanjang
dan memiliki banyak tunas; tangkai daun panjang, langsing, berwarna hijau tua
dan halus; daun lebar, panjang, tipis, permukaan daun dan pinggir daun rata,
berwarna hijau, rasanya renyah dan tidak berserat (Cahyono, 2003). Varietas
Tosakan direkomendasikan ditanam di daerah dataran rendah. Bentuk daunnya
yaitu elips atau lonjong dengan waktu panen antara 25 sampai dengan 30 hari
setelah tanam. Potensi hasil panen yaitu sebesar 20 sampai dengan 25 ton per
hektar dengan berat per tanaman sebesar 250 gram (East West Seed Indonesia,
2014).
Caisim termasuk jenis tanaman sayuran dan merupakan tanaman semusim
berumur pendek. Berikut morfologi tanaman caisim :
1. Akar
Sistem perakaran caisim memiliki akar tunggang (radix primaria) dan
cabang-cabang akar yang bentuknya bulat panjang (silindris) menyebar ke semua
arah pada kedalaman antara 30 - 50 cm. Akar ini berfungsi antara lain menyerap
air dan zat makanan dari dalam tanah, serta menguatkan berdirinya batang
tanaman (Haryanto dkk, 2003).
2. Batang
Tanaman caisim memiliki batang (caulis) yang pendek dan beruas, sehingga
hampir tidak kelihatan. Batang berfungsi sebagai alat pembentuk dan penopang
berdirinya daun. Caisim umumnya berdaun dengan struktur daun halus, tidak
berbulu. Daun caisim membentuk seperti sayap dan bertangkai panjang yang
membentuk pipih (Rahmat, 2007).
3. Daun
Daun tanaman caisim berbentuk bulat dan lonjong, lebar dan sempit, ada
yang berkerut-kerut (keriting), tidak berbulu, berwarna hijau muda, hijau keputihputihan sampai hijau tua. Daun memiliki tangkai daun panjang dan pendek,
sempit atau lebar berwarna putih sampai hijau, bersifat kuat dan halus. Pelepah
daun tersusun saling membungkus dengan pelepah-pelepah daun yang lebih muda
tetapi tetap membuka. Daun memiliki tulang-tulang daun yang menyirip dan
bercabang-cabang.
4. Bunga
Struktur bunga caisim tersusun dalam tangkai bunga (inflorescentia) yang
tumbuh memanjang (tinggi) dan bercabang banyak. Tiap kuntum bunga terdiri
atas empat helai kelopak daun, empat helai daun mahkota bunga berwarna
kuning-cerah, empat helai benang sari, dan satu buah putik yang berongga dua.
5. Buah dan Biji
Buah caisim termasuk tipe buah polong, yaitu bentuknya memanjang dan
berongga. Tiap buah (polong) berisi 2 8 butir biji. Biji caisim berbentuk bulat
kecil berwarna coklat atau coklat kehitam-hitaman. Biji caisim berbentuk bulat,
berukuran kecil, permukaannya licin mengkilap, agak keras, dan berwarna coklat
kehitaman.
Menurut Cahyono (2003), lokasi usahatani caisim harus memiliki kondisi
lingkungan yang sesuai seperti yang dikehendaki tanaman. Sebab, kecocokan
keadaan lingkungan (iklim dan tanah) sangat meunjang produktivitas tanaman.
Hingga dewasa ini masih banyak dijumpai petani mengalami kegagalan panen
atau memperoleh keuntungan yang rendah karena kurang memperhatikan keadaan
lingkungan lokasi penanaman. Adapun keadaan lingkungan yang cocok untuk
membudidayakan tanaman caisim adalah sebagai berikut:
1. Keadaan Iklim
Pertumbuhan tanaman caisim yang baik memerlukan suhu udara
berkisar 19C sampai dengan 21C. Daerah yang memiliki suhu udara 19C
sampai dengan 21C adalah daerah yang ketinggiannya 1000 sampai dengan
1.200 meter di atas permukaan laut (dpl). Kelembapan udara yang sesuai
untuk pertumbuhan tanaman sawi hijua yang optimal berkisar antara 80
persen sampai dengan 90 persen. Kelembapan udara yang lebih dari 90
persen berpengaruh buruk terhadap pertumbuhan tanaman. Tanaman caisim
dapat ditanam sepanjang tahun (sepanjang musim). Curah hujan yang sesuai
untuk membudidayakan tanaman caisim adalah 1.000 sampai dengan 5.000
mm per tahun. Caisim juga memerlukan cahaya matahari tinggi.
2. Keadaan Tanah
Sifat fisik tanah yang cocok untuk membudidayakan caisim adalah
tanah gembur, kedalaman tanah (solum tanah) cukup dalam dan tanah mudah
mengikat air. Kondisi kima tanah yang baik untuk tanaman caisim adalah
tanah yang memiliki derajat keasaman tanah (pH tanah) berkisar 6 sampai
dengan 7. Sifat biologis tanah yang baik adalah tanah banyak mengandung
bahan organik (humus) dan bermacam-macam unsur hara yang berguna untuk
pertumbuhan tanaman. Ketinggian tempat atau letak geografis tanah sangat
berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan dan produksi caisim. Daerah
dataran tinggi (pegunungan) dengan ketinggian berkisar antara 1.000 meter
dpl sampai dengan 1.200 meter dpl sangat cocok (ideal) untuk penanaman
caisim.
B. Budidaya Caisim
Cara bertanam caisim sesungguhnya tak berbeda jauh dengan budidaya
sayuran pada umumnya. Budidaya konvensional meliputi proses pengolahan
tanah, penyiapan benih yang bermutu, teknik penanaman, penyediaan pupuk dan
pestisida, serta pemeliharaan tanaman yang intensif. Dengan teknik penanaman
dan pemeliharaan yang benar akan didapat hasil yang memuaskan, baik kualitas
maupun kuantitasnya (Haryanto et al., 2003).
1. Penyiapan Lahan
Hal-hal yang perlu mendapat perhatian dalam mempersiapkan lahan
untuk penanaman caisim adalah penyiapan lahan untuk persemaian benih dan
penyiapan lahan untuk penanaman bibit. Penyiapan lahan untuk persemaian
meliputi penentuan jadwal pengolahan tanah, menentukan tipe atau tempat
persemaian, proses pengolahan tanah dan pemberian naungan, sedangkan
penyiapan lahan untuk penanaman bibit meliputi pengolahan tanah,
pengapuran, pemupukan dasar dan pemasangan mulsa (Cahyono, 2003).
2. Pembibitan
Tanaman caisim berkembang biak secara generatif, yaitu melalui biji.
Dengan demikian untuk pembudidayaannya diperbanyak dengan biji. Agar
benih (biji) dapat tumbuh menjadi bibit yang baik perlu disemaikan terlebih
dahulu pada media semai, walaupun secara langsung dapat ditanam di kebun.
Akan tetapi, benih yang langsung ditanam di kebun akan memberikan hasil
yang kurang baik. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembibitan caisim
adalah mempersiapkan tempat persemaian, pengadaan benih, penyemaian
benih, pemeliharaan bibit di persemaian, penyapihan dan seleksi bibit
(Cahyono, 2003).
Kebutuhan benih caisim untuk setiap hektar lahan adalah 750 gram.
Benih sawi berbentuk bulat dan berukuran kecil. Permukaannya licin
mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih cokelat kehitaman (Haryanto et
al., 2003).
3. Penanaman Bibit
Cahyono (2003) menyatakan bahwa di dalam penanaman caisim di
kebun meliputi pekerjaan-pekerjaan sebagai berikut: pemindahan bibit dan
seleksi bibit, pengaturan jarak tanam, cara menanam dan waktu menanam.
Bibit-bibit yang telah siap dipindahkan ke kebun diseleksi dengan mengambil
atau memilih bibit yang yang pertumbuhannya baik, penampakannya segar,
daun-daunnya tidak rusak, berwarna hijau segar, mengkilap, kuat atau tegak
pertumbuhannya, bibit tidak terserang hama penyakit. Pada umumnya jarak
tanam yang digunakan adalah 30 cm x 40 cm. Dalam kegiatan berkebun,
waktu penanaman yang baik adalah pada pagi hari atau sore hari.
4. Pemeliharaan
Pemeliharaan adalah tahapan kerja yang penting dalam pembudidayaan
tanaman.
Tindakan
pemeliharaan
meliputi
penyiraman,
penjarangan,
10
5. Panen
Panen adalah kegiatan memetik hasil yang dilakukan setelah tanaman
cukup umur. Produksi utama caisim adalah daun-daunnya. Untuk
mendapatkan daun caisim yang berkualitas baik, yakni tidak keras atau kasar,
segar, daun tidak rusak, maka dalam penanganan panen hendaknya
memperhatiakan: umur tanaman, cara memanen dan waktu memanen
(Cahyono,2003).
Menurut Cahyono (2003), tanaman caisim memiliki umur panen
bervariasi antara 30 sampai dengan 70 hari setelah pindah tanam. Pemanenan
caisim dapat juga dilakukan berdasarkan kondisi fisik tanaman, yakni dengan
melihat warna daun, besarnya daun, besarnya tanaman, dan ukuran daun.
Secara fisik, tanaman caisim yang sudah dapat dipanen memiliki cirri-ciri
sebagai berikut:
a. Daun paling bawah sudah menguning
b. Tanaman belum berbunga
c. Besarnya tanaman sudah maksimal.
6. Pasca Panen
Kerusakan pada komoditas caisim bisa disebabkan karena faktor
mekanis, fisiologis, parasiter dan non parasiter. Kerusakan daun caisim yang
telah dipanen akibat faktor mekanis, fisiologis, penyakin non parasit dan
penyakit parasit dapat dicegah atau dihambat hingga beberapa lama dengan
melakukan penanganan pasca panen yang baik dan benar. Kegiatan-kegiatan
pasca panen untuk komoditas caisim meliputi pembersihan dan pengeringan,
sortasi dan grading, penyimpanan, pengemasan dan pengangkutan, pemasaran
(Cahyono, 2003).
C. Penanganan Pasca Panen
Penanganan sayur dilakukan untuk tujuan penyimpanan, transportasi dan
kemudian pemasaran. Seperti halnya pada buah, langkah yang harus dilakukan
11
12
13
F. Sortasi
Pemisahan komoditas yang layak pasar (marketable) dengan yang
tidak layak pasar, terutama yang cacat dan terkena hama atau penyakit
agar tidak menular pada yang sehat.
untuk
mempertahankan
hidup
dan
untuk
mendapatkan
14
Menurut Kotler dan Keller (2008:5), pemasaran adalah suatu proses sosial
dan manajerial dimana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka
butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas
mempertukarkan produk dan jasa bernilai dengan pihak lain.
Setelah memutuskan target pasarnya, perusahaan memnutuskan rencana
detail untuk bauran pemasaran. Menurut Kotler (2008,p48), bauran pemasaran
adalah seperangkat taktik pemasaran yang dapat dikontrol meliputi produk, harga,
tempat, dan promosi yang dipadukan perusahaan untuk menciptakan respon dari
target marketnya. Bauran pemasaran juga dikenal dengan 4P. menurut Kotler &
Amstrong (2008), 4P didefinisikan:
1. Produk (product)
Produk adalah kombinasi benda atau jasa dari perusahaan yang ditawarkan
ke target pasar untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan. Produk secara luas
meliputi desain, merk, hak paten, positioning, dan pengembangan produk baru.
2. Harga (price)
Harga adalah sejumlah uang yang harus dikeluarkan konsumen untuk
mendapatkan suatu produk atau jasa. Harga juga merupakan pesan yang
menunjukan bagaimana suatu brand memposisikan dirinya di pasar.
3. Distribusi (place)
Distibusi meliputi aktivitas perusahaan dalam membuat produknya
tersedia di target pasar. Strategi pemilihan tempat meliputi transportasi,
pergudangan, pengaturan persediaan, dan cara pemesanan bagi konsumen.
4. Promosi (promotion)
15
cara
pembeli
mengambil
sendiri
barang-barang
yang
dikehendaki.
d. Pasar khusus
Pasar khusus merupakan pasar yang menyerap komoditi tertentu dalam
partai besar dan secara kontninu serta dengan kualitas tertentu. Untuk
16
17
yang
terjadi
untuk
melaksanakan
kegiatan
semua
biaya
yang
dikeluarkan
untuk
18
Total biaya (TC) adalah jumlah dari biaya tetap dan biaya variabel,
yang dinyatakan dalam rumus:
Biaya Total (TC) = Biaya Tetap (FC) + Biaya Variabel (VC)
b. Penerimaan Total (Total Revenue)
Penerimaan Total adalah total penerimaan produsen dari
hasil penjualan output.
Penerimaan Total (TR) = Volume Produksi (Q) x Harga jual/unit (P)
c. Keuntungan
Keuntungan atau laba diperoleh apabila penerimaan total
lebih
besar
dari
pada
biaya-biaya
produksi
lainnya.
19
ROI=
x 100
TC
Keterangan:
= Keuntungan
20
21
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari sumber tertulis yang
meliputi dokumen perusahaan atau data tertulis lainnya serta data hasil studi
pustaka dari berbagai referensi.
Kegiatan
3
4
22
Minggu Ke3 4 5 6
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono, B. 2003. Teknik dan Strategi Budi Daya Sawi Hijau (Pai-Tsai). Pustaka
Nusantara. Yogyakarta.
East West Seed Indonesia. 2014. Products Variety Tosakan. (On-line).
http://www.eastwestindo.com diakses 23 April 2014.
Haryanto, et al. 2003. Sawi dan Selada. Penebar Swadaya. Depok.
Herawati, W.D. 2007. Budidaya Sayuran. Javalitera. Yogyakarta.
Kotler, Philip; Armstrong, Garry, 2008. Prinsip-prinsip Pemasaran, Jilid 1,
Erlangga, Jakarta.
Kuderi, S. 2014. Budidaya dan Cara Menanam Baby Caisim. (On-line).
http://www.nahjoy.com diakses 30 April 2014.
Mulyadi. 2001. Akuntansi Manajemen: Konsep, Manfaat dan Rekayasa. Edisi ke3. Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN. Yogyakarta.
Mursid. 2003. Manajemen Pemasaran. Bumi Aksara, Jakarta.
Purbawati, W. 2011. Pengusahaan Sayuran Pakchoy Baby dan Tomat Cherry di
PT. Saung Mirwan, Megamendung, Bogor. Skripsi. Departemen Agronomi
dan Hortikultura. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Rahman, et al. 2008. Bercocok Tanam Sayuran. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Soekartawi, 2002, Prinsip Dasar Manajemen Pemasaran Hasil Hasil Pertanian
Teori dan Aplikasinya, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Sudiyono, Armand. 2004. Pemasaran Pertanian. UMM, Malang.
23