Anda di halaman 1dari 28

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

Nomor 5

Tahun 2001

Seri B

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG


NOMOR 7 TAHUN 2001
TENTANG

IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB)


DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA TANGERANG
Menimbang
: a. bahwa Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) telah
diatur dengan Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Tangerang
Nomor 22 Tahun 1995 tentang Ijin Mendirikan Bangunan;

Mengingat

b.

bahwa dengan ditetapkannya Undang-undang Nomor 22 Tahun


1999 tentang Pemerintahan Daerah serta Peraturan Daerah Kota
Tangerang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Susunan Organisasi
Perangkat Daerah dan Sekretariat DPRD Kota Tangerang, maka
Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Tangerang Nomor
22 Tahun 1995 tentang Ijin Mendirikan Bangunan perlu disesuaikan
dan diganti;

c.

bahwa untuk maksud sebagaimana pada huruf b tersebut di


atas, perlu ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

:
1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang
Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara
Tahun 1981 Nomor 76,TLN Nomor 3209);
2. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang
(Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 115, TLN Nomor 5301);
3. Undang-undang Nomor 2 Tahun 1993 tentang Pembentukan
Kotamadya Daerah Tingkat II Tangerang (Lembaran Negara Tahun
1993 Nomor 18,TLN Nomor 3518);
4. Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 41, TLN
Nomor 3685) yang telah dirubah dengan Undang-undang Nomor

34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 18


Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
(Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 246, TLN Nomor 4048);
5. Undang-undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi
(Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 54, TLN Nomor 3833);
6. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, TLN Nomor
3839);
7. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Tahun
1999 Nomor 72, TLN Nomor 3848);
8. Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak-hak Asasi
Manusia (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 165, TLN Nomor
3886);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan
Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara
Tahun 1983 Nomor 36, TLN Nomor 3258);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan
Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom
(Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, TLN Nomor 3952);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2000 tentang Pembinaan
Jasa Konstruksi;
12. Keputusan Presiden Nomor 34 Tahun 1992 tentang Pemanfaatan
Tanah Hak Guna Bangunan Untuk Usaha Patungan Dalam Rangka
Penanaman Modal Asing;
13. Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1999 tentang Teknik
Penyusunan
Peraturan
Perundang-undangan,
Rancangan
Peraturan Pemerintah, dan Rancangan Keputusan Presiden
(Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 70);
14. Peraturan Daerah Nomor 23 Tahun 2000 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah (Lembaran Daerah Tahun 2000 Nomor 23 Seri D).
Dengan Persetujuan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Tangerang

MEMUTUSKAN
Menetapkan

:
PERATURAN
DAERAH
KOTA
TENTANG IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB).
BAB I
KETENTUAN UMUM

TANGERANG

Pasal 1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan :
1.
2.
3.
4.
5.

Daerah adalah Kota Tangerang;


Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Tangerang;
Walikota adalah Walikota Tangerang;
Dinas adalah Dinas Pertanahan Kota Tangerang;
Pejabat yang ditunjuk adalah pegawai yang diberi tugas tertentu dibidang retribusi
daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

6. Pemohon adalah Pemohon Ijin Mendirikan bangunan;


7. Ijin Mendirikan Bangunan atau disingkat IMB adalah Ijin yang diberikan dalam
rangka mendirikan bangunan secara fisik;
8. Pemutihan Mendirikan Bangunan adalah Ijin yang diberikan oleh Walikota atau
pejabat yang ditunjuk untuk bangunan yang telah berdiri 5 (lima) tahun sebelum
berlakunya Peraturan Daerah ini tetapi belum mempunyai Ijin Mendirikan Bangunan;
9. Ijin Lokasi adalah Ijin yang diberikan kepada penanam modal yang berbadan hukum
atas rencana penggunaan lahan dalam suatu wilayah tertentu dengan maksud untuk
pembebasan hak atas tanah sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah;
10. Ijin berjangka adalah Ijin mendirikan bangunan yang berlaku dalam suatu jangka
waktu tertentu di mana setelah habis masa berlakunya surat ijin tersebut, si
pemilik/si pemegang ijin wajib menyesuaikan atau merubah atau membongkar
bangunannya untuk disesuaikan dengan rencana kota yang telah ditetapkan;
11. Bangunan Industri adalah Bangunan perusahaan yang bergerak dalam bidang
industri yang berada dalam kawasan industri dan di luar kawasan industri tetapi di
dalam RTRW yang PMDN/PMA maupun yang non PMDN/PMA;
12. Bangunan rumah tinggal adalah baik yang bertingkat maupun yang tidak bertingkat
yang diperuntukan untuk hunian/tempat tinggal secara tetap dan terus menerus;
13. Bangunan Real Estate/Perumahan adalah bangunan perumahan yang dibangunan
oleh perusahaan pembangunan perumahan guna diperjual belikan kepada yang
membutuhkannya;
14. Bangunan Perumahan Dinas adalah bangunan perumahan yang dibangun oleh
pemerintah sebagai Rumah Dinas / Instansi;
15. Bangunan Sosial adalah bangunan yang direncanakan dan dipergunakan untuk
kepentingan masyarakat banyak seperti sekolah/perguruan tinggi, Gedung
Pertemuan Umum, Rumah Sakit, Poliklinik, Kantor Pemerintah dan lain-lain jenis;
16. Bangunan Peribadatan adalah bangunan khusus yang dipergunakan untuk kegiatan
peribadatan;
17. Bangunan Perusahaan/Usaha adalah bangunan yang direncanakan dan
dipergunakan untuk usaha yang bersifat komersil seperti Toko /Pertokoan, Bioskop,
Gedung Pertunjukan, Bengkel, Gudang, Rumah Sewa/Kontrak dan lain-lain yang
sejenis;
18. Penanaman Modal adalah Penanaman Modal Asing (PMA) sebagaimana dimaksud
dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1967 Jo Undang-undang Nomor 11 Tahun
1970 dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebagaimana dimaksud dalam
Undang-undang Nomor 12 Tahun 1970;
19. Garis Sempadan (Rooiljn) adalah garis batas untuk mendirikam bangunan dari jalur
jalan, sungai dan tegangan tinggi kawat listrik serta pasang surut air laut sepanjang
jalur pantai;
20. Kooefisien Dasar Bangunan atau disingkat KDB adalah perbandingan luas lantai
dasar bangunan terhadap luas lahan;
21. Mendirikan Bangunan adalah pelaksanaan pekerjaan yang meliputi :
a.
b.

Mendirikan bangunan baru, baik sebagian maupun seluruhnya;


Merombak bangunan lama, baik sebagian maupun seluruhnya;

c.
d.
e.
f.
g.
h.

i.

Menambah bangunan lama;


Memasang pagar dengan menggunakan bahan bangunan;
Membangun pelataran parkir, sarana olah raga/rekreasi dan lain-lain yang
sejenis;
Membangun pondasi mesin dan lain-lain yang sejenis;
Membangun dinding penahan tanah, tempat mencuci kendaraan dan lainlain yang sejenis;
Melaksanakan untuk pemasangan pipa/kabel/saluran air di bawah tanah/
penanaman tangki bawah tanah, penanaman tiang listrik/tiang telpon dan
sejenisnya;
Membangun fasilitas olah raga baik komersial/non komersial.

22. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya di singkat SKRD adalah Surat
Keputusan yang menetukan besarnya jumlah retribusi yang terutang;
23. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Tambahan yang selanjutnya disingkat SKRDT
adalah Surat Keputusan yang menentukan besarnya jumlah retribusi tambahan
yang terutang apabila berdasarkan hasil pemeriksaan ditemukan data baru atau
data yang semula belum lengkap;
24. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar yang selanjutnya disingkat
SKRDKB adalah Surat Keputusan yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang
terutang, jumlah kredit retribusi, jumlah kekurangan pembayaran pokok retribusi,
besarnya sanksi administrasi dan jumlah yang masih harus dibayar;
25. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat STRD adalah surat
untuk melakukan tagihan retribusi dan atau sanksi administrasi berupa bunga atau
denda;
26. Kas Daerah adalah Kas Daerah Kota Tangerang.
BAB II
PERIJINAN
Pasal 2
(1) Setiap orang pribadi atau badan yang akan mendirikan bangunan harus
mendapatkan ijin dari Walikota;
(2) Tata cara pengajuan ijin sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini ditetapkan oleh
Walikota;
Pasal 3
(1) Setiap rencana pembangunan yang menimbulkan bangkitan dan tarikan lalu-lintas
harus dilengkapi dengan fasilitas lalu-lintas dan angkutan;
(2) Fasilitas dan angkutan sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini meliputi parkir,
shelter, trotoar, jembatan penyembarangan, median dan sebagainya;
BAB III
PENANGGUHAN DAN PENOLAKAN PERMOHONAN IJIN
Pasal 4
Permohonan ijin dapat ditangguhkan atau ditunda berdasarkan alasan :

Pemerintah Daerah masih memerlukan waktu tambahan untuk penelitian khusus


persyaratan konstruksi, instalasi atau kelengkapan bangunan nilai lingkungan
yang direncanakan dalam permohonan;
Pemerintah Daerah nyata-nyata sedang merencanakan revisi rencana induk kota.
Pemberian kesempatan tambahan kepada pemohon untuk melengkapi permohonan
yang diajukan.
Penangguhan/penundaan dimaksud ayat (1) pasal ini, ditetapkan dalam Keputusan
Walikota dengan menyebutkan alasan penangguhan/penundaan.
Pasal 5
Permohonan ijin ditolak apabila pekerjaan mendirikan bangunan yang direncanakan
dalam permohonan ijin bertentangan dengan :
Peraturan perundang-undangan yang berlaku;
Kepentingan umum;
Ketertiban Umum;
Hak Pihak Ketiga;
Rencana Induk Kota.
Penolakan permohonan ijin dimaksud ayat (1) pasal ini, ditetapkan dalam Keputusan
Walikota dengan menyebutkan alasan penolakan.
Pasal 6
Pelaksanaan mendirikan bangunan secara fisik baru dapat dilakukan setelah surat ijin
diterima oleh pemohon, kecuali untuk perusahaan kawasan industri atau
perusahaan industri setelah pemohon melunasi retribusi;
Pelaksanaan mendirikan bangunan sebagaimana tersebut ayat (1) pasal ini harus
selalu mengikuti persyaratan teknis umum dan persyaratan lainnya sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
Untuk memudahkan pengendalian dan pengawasan, setiap proyek yang dibangun agar
dilengkapi dengan papan nama proyek yang mencantumkan:
Nama Proyek.
Nomor Ijin Mendirikan Bangunan/Nomor daftar permohonan (untuk perusahaan
kawasan industri atau perusahaan industri).
Pelaksanaan pembangunan.
Lokasi.

BAB IV
PENCABUTAN, PERALIHAN DAN BATALNYA IJIN
Pasal 7
Ijin Mendirikan Bangunan yang telah diberikan kepada pemohon dapat dicabut apabila :
Pelaksanaan pekerjaan belum dimulai dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan
sejak ijin terbit, kecuali ada alasan yan dapat dipertanggung jawabkan;

Pemohon memberikan keterangan yang tidak benar/palsu pada waktu mengajukan


permohonan ijin;
Dikemudian hari ternyata bahwa Pemohon tidak berhak atas tanah tersebut;
Pelaksanaan pekerjaan pembangunan menyimpang dari isi dan persyaratan yang
telah diberikan.
Lokasi yang telah diberikan ijin ternyata diperlukan oleh Pemerintah Daerah untuk
kepentingan umum.
Pencabutan ijin sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini, ditetapkan oleh Walikota
setelah mendengar pertimbangan dari pejabat yang ditunjuk.
Pasal 8
Ijin Mendirikan Bangunan hanya berlaku bagi orang atau badan hukum pemegang ijin
yang namanya tercantum dalam ijin;
Bila karena suatu hal orang atau badan hukum pemegang ijin tidak lagi menjadi pihak
yang berhak mendirikan bangunan dan/atau memiliki hak atas bangunan dalam ijin
tersebut, maka ijin itu harus dimohonkan balik nama kepada Walikota atau pejabat
yang ditunjuk;
Pasal 9
Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) batal dengan sendirinya apabila ternyata menyangkut
sengketa.
Pasal 10
Ijin yang telah dicabut, ditolak dan yang batal dengan sendirinya, dapat diajukan
kembali setelah semua persyaratan-persyaratan yang telah ditentukan dipenuhi oleh
pemohon.

BAB V
MEROBOHKAN BANGUNAN
Pasal 11
Dengan memperhatikan kondisi bangunan, Walikota memerintahkan kepada pemilik
bangunan untuk merobohkan bangunannya yang dinyatakan :
Rapuh (tidak layak huni);
Tidak sesuai dengan rencana tata kota;
Ketentuan lain.
Pasal 12
Walikota menyatakan suatu bangunan seluruhnya atau sebagian adalah rapuh (tidak
layak huni) bila bangunan tersebut seluruhnya atau sebagian dalam keadaan rusak
hingga membahayakan umum, penghuninya atau pihak ketiga ataupun
mengganggu keindahan lingkungan;
Walikota menyatakan suatu bangunan adalah rapuh (tidak layak huni) atau tidak sesuai
dengan rencana tata Kota atau mengganggu keindahan lingkungan berdasarkan
pemeriksaan dan penilaian.
Pasal 13

Pejabat yang ditunjuk melakukan pemeriksaan dan penilaian bangunan tersebut pada
Pasal 12 ayat (2) Peraturan Daerah ini dengan memberi tahu terlebih dahulu
kepada pemilik bangunan;
Walikota setelah mendengar pertimbangan dari pejabat yang ditunjuk memerintahkan
kepada pemilik bangunan untuk merobohkan bangunan miliknya;
Dalam hal pemilik ijin bangunan menolak atau melalaikan mengerjakan perintah
merobohkan sebagaimana pasal 14 Peraturan Daerah ini, Walikota atau pejabat
yang ditunjuk dapat melaksanakan sendiri pekerjaan yang diperintahkan itu atas
biaya atau resiko pemilik ijin/ bangunan;
Walikota atau pejabat yang ditunjuk dapat melaksanakan pekerjaan tersebut ayat (3)
pasal ini setelah memberi peringatan tertulis terlebih dahulu kepada pemilik ijin
bangunan sekurang-kurangnya 2 x 24 jam sebelumnya.
Pasal 14
Setiap bangunan yang didirikan tanpa dilengkapi ijin setelah berlakunya Peraturan
Daerah ini harus dibongkar;
Bangunan perusahaan kawasan industri atau perusahaan industri yang didirikan
sebelum melunasi retribusi harus dibongkar;
Walikota berwenang melakukan pembongkaran bangunan yang dimaksud ayat (1) dan
(2) pasal ini.
BAB VI
PEMUTIHAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN
Pasal 15
Setiap bangunan yang sudah didirikan sebelum berlakunya Peraturan Daerah ini dan
tidak memiliki Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) dan secara teknis memenuhi
persyaratan ketentuan-ketentuan bangunan, wajib melaksanakan pemutihan IMB;
Pemutihan Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini,
diberikan setelah bangunan dimaksud dihitung secara teknis dan minimal telah
berusia 5 (Lima) tahun pada saat permohonannya diajukan. Sedangkan bangunan
yang usianya kurang dari 5 (Lima) tahun, ijinnya disamakan dengan permohonan Ijin
Mendirikan Bangunan biasa.
Pasal 16
Permohonan pemutihan Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) dapat ditolak apabila :
Bertentangan dengan kepentingan umum dan atau ketentuan perundang-undangan
yang berlaku;
Melanggar hak orang lain;
Tidak sesuai dengan rencana tata kota;
Bentuk bangunan bertentangan dengan norma etika, keagamaan maupun norma
sosial lainnya.
Sebagai konsekuensi ditolaknya permohonan pemutihan Ijin Mendirikan Bangunan
sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini, bangunan tersebut harus dibongkar.

BAB VII
NAMA, OBYEK DAN SUBYEK RETRIBUSI
Pasal 17
(1) Dengan nama retribusi Ijin Mendirikan Bangunan dipungut retribusi Ijin Mendirikan
Bangunan sebagai pembayaran atas pemberian Ijin Mendirikan Bangunan;

(2) Obyek retribusi adalah pemberian Ijin Mendirikan Bangunan;


(3) Subyek retribusi adalah setiap orang atau badan hukum yang memperoleh/
mendapatkan Ijin Mendirikan Bangunan.

BAB VIII
GOLONGAN RETRIBUSI
Pasal 18
Retribusi Ijin Mendirikan Bangunan termasuk golongan retribusi perijinan tertentu.

BAB IX
CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA
Pasal 19
Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan jenis bangunan, klasifikasi dan volume.

BAB X
PRINSIP DAN SASARAN PENETAPAN BESARNYA RETRIBUSI
Pasal 20
Prinsip dan sasaran penetapan besarnya terif retribusi adalah untuk penggantian biaya
administrasi yang meliputi perencanaan koefisien dasar bangunan (KDB), koefisien
lantai bangunan (KLB) dan koefisien ketinggian bangunan, survey lapangan, penelitian
teknis pengendalian pembangunan pengawasan serta pembinaan.

BAB XI
STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF
Pasal 21
Struktur dan besarnya tarif retribusi diukur berdasarkan jenis bangunan, jenis konstruksi
bangunan, luas bangunan dan harga dasar bangunan atau rencana anggaran biaya
(RAB).

Pasal 22
Besarnya tarif retribusi sebagaimana dimaksud pasal 21 Peraturan Daerah ini,
ditetapkan sebagai berikut :
Biaya Sempadan
a.1. Bangunan rumah/perumahan/rumah dinas 1 % x luas bangunan x standar
harga bangunan.

a.2. Bangunan perusahaan / industri = 2 % x luas bangunan x standar harga


bangunan.
a.3. Bangunan Sosial = % luas bangunan x standar harga bangunan
Bangunan Bertingkat.
b.1. Lantai II = 1.090 x luas bangunan x standar harga lantai dasar.
b.2. Lantai III = 1.120 x luas bangunan x standar harga lantai dasar.
b.3. Setiap penambahan lantai dikenakan tambahan kofisien nilai sebesar 0.030
dari kofisien nilai lantai sebelumnya.
Pengukuran, pengawasan dan pemeriksaan gambar bestek bangunan.
c.1. Pengukuran 2 % x biaya sempadan.
c.2. Pengawasan 4 % x biaya sempadan.
c.3. Pemeriksaan gambar bestek bangunan 1 % x biaya sempadan.
Renovasi bangunan ditetapkan 50 % dari biaya sempadan ditambah 50 % dari
biaya pemeriksaan, pengawasan dan pengukuran.
Pengukuran, pengawasan dan pemeriksaan gambar bestek bangunan yang
dirombak/ditambah
e.1. Pengukuran 2 % x biaya sempadan.
e.2. Pengawasan 4 % x biaya sempadan.
e.3. Pemeriksaan gambar bestek bangunan 1 % x biaya sempadan.
Papan Proyek.
f.1. Untuk bangunan rumah perorangan/rumah dinas = Rp. 25.000,f.2. Untuk bangunan perusahaan /industri/real estate = Rp. 50.000,Standar harga bangunan dan klasifikasi bangunan tercantum dalam lampiran I dan II
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini;
Untuk bangunan yang didirikan oleh Pemerintah Daerah dan bangunan peribadatan
dibebaskan dari biaya retribusi;
Biaya balik nama ijin ditetapkan 25 % dari biaya sempadan ditambah 50 % dari biaya
pemeriksaan, pengawasan dan pengukuran;
Pasal 23
Setiap permohonan ijin mendirikan bangunan pada waktu diajukannya permohonan
tersebut ternyata bangunan dimaksud telah berdiri atau telah mulai dilakukan,

10

sepanjang memenuhi syarat teknis dan planologis, dikenakan tambahan biaya


legelisasi dari jumlah uang retribusi sebagaimana dimaksud dalam pasal 22 Peraturan
Daerah ini, yang besarnya sebagai berikut :
Untuk bangunan yang telah selesai dibangun atau pekerjaannya telah sampai
pemasangan atap, dikenakan biaya legelisasi sebesar 100 % (seratus persen);
Untuk bangunan yang sedang dilaksanakan yang prosentasinya dibawah butir a pasal
ini, dikenakan biaya legelisasi sebesar 50 % (lima puluh persen).
Pasal 24
Besarnya biaya pemutihan Ijin Mendirikan Bangunan sebagaimana dimaksud Pasal 17
Peraturan Daerah ini dikurangi dengan penyusutan;
Penyusutan sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini adalah dihitung 2 % per tahun;

BAB XII
WILAYAH PEMUNGUTAN
Pasal 25
Retribusi dipungut di wilayah daerah.

BAB XIII
MASA RETRIBUSI DAN SAAT RETRIBUSI TERUTANG
Pasal 26
Retribusi terutang dalam masa retribusi terjadi pada saat ditetapkan SKRD atau
dokumen lain yang dipersamakan.

BAB XIV
TATA CARA PEMUNGUTAN RETRIBUSI
Pasal 27
(1) Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan;
(2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang
dipersamakan.

BAB XV
TATA CARA PEMBAYARAN

11

Pasal 28
Pembayaran retribusi dilakukan di kas daerah atau di tempat lain yang ditunjuk sesuai
dengan waktu yang ditentukan dalam SKRD;
Dalam hal pembayaran dilakukan di tempat lain yang ditunjuk, maka hasil pembayaran
retribusi tersebut harus disetorkan ke kas daerah selambat-lambatnya 1 x 24 jam.
Pasal 29
(1) Pembayaran retribusi harus dilakukan secara tunai/lunas;
(2) Walikota dapat memberikan ijin kepada subyek retribusi untuk mengangsur retribusi
yang terutang dalam kurun waktubtertentu dengan alasan yang dapat dipertanggung
jawabkan;
(3) Bentuk, isi, ukuran dan tanda bukti pembayaran penerimaan retribusi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan (2) pasal ini, ditetapkan oleh Walikota.

BAB XVI
SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 30
Dalam hal wajib retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar,
dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan dari
besarnya retribusi yang terutang yang tidak atau kurang bayar dan ditagih dengan
menggunakan STRD.

BAB XVII
PENGURANGAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI
Pasal 31
Walikota atau pejabat yang ditunjuk dapat memberikan pengurangan atau pembebasan
besarnya retribusi;
Tata cara pemberian pengurangan atau pembebasan retribusi sebagaimana dimaksud
ayat (1) pasal ini ditetapkan oleh Walikota.

BAB XVIII
KETENTUAN PIDANA DAN PENYIDIKAN
Pasal 32
Barang siapa melanggar ketentuan pasal 2 ayat (1) dan pasal 15 Peraturan Daerah ini
diancam dengan pidana kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau denda
sebanyak-banyaknya Rp.5.000.000,- (Lima juta rupiah);
Tindak pidana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini adalah pelanggaran.

12

Pasal 32
Penyidikan terhadap pelanggaran sebagaimana dimaksud pada Pasal 31 ayat (2)
Peraturan Daerah ini dilaksanakan oleh Penyidik Umum dan/atau Penyidik Pegawai
Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Daerah yang pengangkatannya menurut
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

Pasal 33
Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada pasal 32 Peraturan
Daerah ini mempunyai wewenang dan kewajiban melaksanakan penyidikan
sebagai berikut :
Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana;
Melakukan tindakan pertama pada saat itu di tempat kejadian serta melakukan
pemeriksaan;
Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri
tersangka;
Melakukan penyitaan benda dan atau surat;
Mengambil sidik jari dan memotret seseorang;
Memanggil seseorang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan
pemeriksaan perkara;
Menghentikan penyidikan setelah mendapat petunjuk dari Penyidik Umum bahwa
tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak
pidana dan selanjutnya melalui Penyidik Umum memberitahukan hal tersebut
kepada Penuntut Umum, tersangka atau keluarganya;
Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggung-jawabkan.
Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, menyampaikan hasil
penyidikannya kepada Penuntut Umum, sesuai dengan ketentuan yang diatur
dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

BAB XIX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 34
Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) yang telah dikeluarkan sebelum Peraturan Daerah ini
sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan yang berlaku tetap masih berlaku.

BAB XX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 35
Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai
pelaksanaannya diatur lebih lanjut oleh Walikota.

13

Pasal 36
Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Kotamadya Daerah
Tingkat II Tangerang Nomor 22 Tahun 1995 tentang Ijin Mendirikan Bangunan (IMB)
(Lembaran Daerah Tahun 1995 Nomor 1) dinyatakan tidak berlaku lagi.
Pasal 37
Peraturan Daerah ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan.
Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota
Tangerang.

Ditetapkan di T a n g e r a n g.
Pada tanggal 13 J u l i 2001.
WALIKOTA TANGERANG

Cap/Ttd

Drs. H. MOCHAMAD THAMRIN

14

LAMPIRAN I : PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG


NOMOR : 7
TANGGAL : 13 JULI 2001
TENTANG : IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB)
BANGUNAN UMUM
NO

JENIS BANGUNAN

KELAS I
Rp. /M2
3

KELAS II
Rp. /M2
4

KELAS III
Rp. /M2
5

1.

Bangunan Rumah Tinggal Mewah

821.000,-

790.200,-

767.100,-

2.

Bangunan
Permanen

Tinggal

740.000,-

716.900,-

694.900,-

3.

Bangunan Rumah
Permanen

Semi

718.000,-

710.300,-

690.500,-

4.

Bangunan Rumah Tinggal Bertingkat


Mewah

1.355.000,-

1.210.000,-

907.000,-

5.

Bangunan Rumah Tinggal Bertingkat


Permanen

1.178.000,-

1.052.000,-

789.000,-

6.

Bangunan Umum / Kantor /Toko


Mewah

610.225,-

544.775,-

408.100,-

7.

Bangunan Umum / Kantor /Toko


Permanen

550.550,-

494.725,-

365.750,-

8.

Bangunan Umum / Kantor /Toko


Bertingkat Mewah

687.225,-

619.850,-

465.850,-

9.

Bangunan Umum / Kantor /Toko


Bertingkat Permanen

610.050,-

569.800,-

421.575,-

10.

Bangunan Pabrik

519.900,-

448.800,-

425.700,-

11.

Bangunan Los/Gudang Permanen

353.100,-

333.300,-

316.800,-

12.

Bangunan
Permanen

303.600,-

287.100,-

273.900,-

13.

Bangunan Kandang

171.600,-

162.800,-

156.200,-

Rumah
Tinggal

Los/Gudang

Semi

KET.

BANGUNAN KHUSUS
1. Septictank

Rp.
250.000,-/bh

2. Pagar/Relief
a.

b.

c.

d.

Pagar Besi .
75.000,-/M2
Pagar Tembok ..
50.000,-/M2
Pagar Kawat ..
25.000,-/M2
Relief/Taman .
100.000,-/M2

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

15

3. Saluran Air Pasang Batu/Bata


a.

b.

c.

4.

Lebar 0.25 s/d 0.75 M .


50.000,-/M2
Lebar 0.75 s/d 1.25 M .
Lebar 1,75 s/d M ke atas ...

Turap (Dinding Penahan Tanah)


75.000,-/M2

Rp.
Rp.
100.000,-/M2
Rp.
150.000,-/M2
Rp.

5. Jalan/Tempat Parkir/Landasan.
a.

b.

c.

d.

e.

f.

Jalan/Tempat Parkir/Landasan Hotmix ..


35.000,-/M2
Jalan/Tempat Parkir/Landasan Penetrasi ..
25.000,-/M2
Jalan/Tempat Parkir/Landasan Sirtu ..
20.000,-/M2
Jalan/Tempat Parkir/Landasan Beton
46.500,-/M2
Jalan/Tempat Parkir/Landasan Floor dan Tegel ...
15.000,-/M2
Jalan/Tempat Parkir/Landasan Conblok
30.000,-/M2

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

6. Sumur.
a.

Sumur Pompa Tangan/Pompa Dangkal .

b.

Sumur Artesis ..
20.750.000,-/M2
Sumur Gali Tanah/Limbah

c.

7.

Water Treatment/Air Limbah ..

Rp.
250.000,-/M2
Rp.
Rp.
125.000,-/M2
Rp.
250.000,-/M2

8. Kolam.
Kolam Renang Mewah ..
350.000,-/M2
Kolam Renang Permanen
245.000,-/M2
Kolam Renang Sederhana
200.000,-/M2
Kolam Ikan Mewah
50.500,-/M2
Kolam Ikan Permanen ..
30.000,-/M2
Kolam Ikan Sederhana .
15.000,-/M2
9. Tangki.

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

16

Bangunan Tangki Terbuka


400.000,-/M2
Bangunan Tangki Dalam Tanah ...
650.000,-/M2

Rp.
Rp.

10. Jembatan / Gorong-gorong.


a.

Gorong-gorong

b.

Jembatan Plat Beton ..

c. Jembatan Kerangka Baja ..


15.000.000,-/M2
d.
Jembatan Gelagar Besi .

Rp.
200.000,-/M2
Rp.
850.000,-/M2
Rp.
Rp.
400.000,-/M2

11. Lapangan Olah Raga.


Lapangan Olah Raga Beton dan Sejenisnya
51.000,-/M2
Lapangan Olah Raga Rumput dan Sejenisnya
10.000,-/M2

Rp.
Rp.

12. Pemasangan Pipa/Kabel/Tiang.


a.

Pemasangan Pipa Air/Gas ..


35.000,-/M2
b. Pemasangan Tiang Telepon/Listrik Tegangan
Rendah
40.000,-/bh
c. Pemasangan Tower/Tiang Listrik Tegangan Tinggi ..
25.500.000,-/bh
d.
Pemasangan Kabel Listrik/Telepon di atas Tanah .
e.

Pemasangan Kabel Listrik/Telepon di bawah Tanah .

f. Pemasangan Gardu Gantung


75.000,-/bh
g. Pemasangan Gardu Non Gantung ...

Rp.

Rp.
Rp.
Rp.
150.000,-/M2
Rp.
100.000,-/M2
Rp.
Rp.
225.000,-/bh

13. Pekerjaan Galian/Urugan Tanah.


a.

b.

Galian Tanah ...


40.000,-/M2
Urugan Tanah .
40.000,-/M2

Rp.
Rp.

14. Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) .


Rp.100.000.000,
-/
Kanopi (Unit
Pompa)

17

15. Bangunan yang belum termasuk dalam lampiran Peraturan Daerah ini, harga
standar bangunannya sesuai dengan bangunan sejenisnya.
16. Teras bangunan dihitungdengan harga standar setengah dari harga standar
bangunan intinya.

WALIKOTA TANGERANG
Cap/Ttd

Drs. H. MOCHAMAD THAMRIN

Diundangkan di T a n g e r a n g.
Pada tanggal 23 Juli 2001
SEKRETARIS DAERAH KOTA TANGERANG
Cap / Ttd

Drs. H. ACHMAD SUDJAI, M.Si


Pembina Utama Madya
NIP. 010 047 670
LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG TAHUN 2001 NOMOR 5 SERI B

LAMPIRAN II : PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG


NOMOR : 7
TANGGAL : 13 JULI 2001
TENTANG : IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB)
KLASIFIKASI BANGUNAN
BANGUNAN RUMAH TINGGAL MEWAH
A. BANGUNAN RUMAH TINGGAL MEWAH KELAS I
Bahan yang dipergunakan :
Pondasi
kali.
Dinding .
Rangkap Kap ..
Atap ...
Kusen
Lantai

Pasangan Beton bertulang/Batu


Bata Press Mesin.
Jati, Baja.
Togala, Genteng Keramik.
Jati Kelas I, Alumunium.
Kayu Jati, Marmer.

18

B. BANGUNAN RUMAH TINGGAL MEWAH KELAS II


Bahan yang dipergunakan :
1. Pondasi
kali.
2. Dinding .
3. Rangkap Kap ..
4. Atap ...
5. Kusen
6. Lantai

Bangunan Beton bertulang/Batu


Bata Press Mesin.
Kamper diawetkan.
Sirap.
Jati.
Ubin Keramik Kelas I.

C. BANGUNAN RUMAH TINGGAL MEWAH KELAS III


Bahan yang dipergunakan :
Pondasi
Dinding .
Rangkap Kap ..
Atap ...
Kusen
Lantai

Pasangan Batu Kali.


Bata Press Mesin.
Kamper Kelas I.
Genteng Semen Press.
Jati Kelas II.
Ubin Keramik Kelas II.

BANGUNAN RUMAH TINGGAL PERMANEN


BANGUNAN RUMAH TINGGAL PERMANEN KELAS I
Bahan yang dipergunakan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pondasi
Dinding .
Rangkap Kap ..
Atap ...
Kusen
Lantai

Pasangan Batu Kali.


Bata Merah.
Kamper Kelas II, Kruing.
Genteng Semen Press Kelas II.
Kamper Kelas II.
Teraso Cor Ditempat/Keramik.

BANGUNAN RUMAH TINGGAL PERMANEN KELAS II


Bahan yang dipergunakan :
Pondasi
Dinding .
Rangkap Kap ..
Atap ...
Kusen
Lantai

Pasangan Batu Kali.


Bata Merah.
Borneo Kelas I.
Genteng Plentong Press Mesin.
Borneo.
Teraso Putih, Ubin Pc.Warna.

BANGUNAN RUMAH TINGGAL PERMANEN KELAS III


Bahan yang dipergunakan :
1. Pondasi
2. Dinding .
3. Rangkap Kap ..

Pasangan Batu Kali.


Bata Merah, Bataco diplester.
Borneo Kelas I.

19

4. Atap ...
5. Kusen
6. Lantai

Genteng Plentong Press Mesin.


Borneo.
Teraso Putih, Ubin Pc.Warna.

BANGUNAN RUMAH TINGGAL SEMI PERMANEN


A. BANGUNAN RUMAH TINGGAL SEMI PERMANEN KELAS I
Bahan yang dipergunakan :
1.
2.
3.
4.

Pondasi
Dinding .
Rangkap Kap ..
Atap ...
Tangan.
5. Kusen
6. Lantai

Pasangan Batu Kali.


Bataco.
Borneo.
Genteng Plentong Press
Borneo.
Ubin Pc.Abu-abu Kepala Basah.

B. BANGUNAN RUMAH TINGGAL SEMI PERMANEN KELAS II


Bahan yang dipergunakan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pondasi
Dinding .
Rangkap Kap ..
Atap ...
Kusen
Lantai

Pasangan Batu Kali.


Bataco, Papan.
Borneo.
Genteng Plentong, Asbes.
Borneo.
Flour.

C. BANGUNAN RUMAH TINGGAL SEMI PERMANEN KELAS III


Bahan yang dipergunakan :
1. Pondasi
2. Dinding .
3. Rangkap Kap ..

Pasangan Batu Kali.


Bilik, Gedeg/Kajang.
Borneo.

4. Atap ...
5. Kusen
6. Lantai

Kirai.
Borneo.
Tanah, Flour.

BANGUNAN RUMAH TINGGAL BERTINGKAT MEWAH


A. BANGUNAN RUMAH TINGGAL BERTINGKAT MEWAH KELAS I
Bahan yang dipergunakan :
Pondasi
bertulang/Batu kali.
Dinding .
Rangkap Kap ..
Atap ...
Kusen
Lantai

Pasangan Batu Beton


Bata Press Mesin.
Jati, Baja.
Togala, Genteng Keramik.
Jati Kelas I, Alumunium.
Kayu Jati, Marmer. Pc.Warna.

20

B. BANGUNAN RUMAH TINGGAL BERTINGKAT MEWAH KELAS II


Bahan yang dipergunakan :
Pondasi
kali.
Dinding .
Rangkap Kap ..
Atap ...
Kusen
Lantai

Bangunan Beton bertulang/Batu


Bata Press Mesin.
Kamper Kamper Kelas I.
Sirap.
Jati.
Ubin Keramik Kelas I.

C. BANGUNAN RUMAH TINGGAL BERTINGKAT MEWAH KELAS III


Bahan yang dipergunakan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pondasi
Dinding .
Rangkap Kap ..
Atap ...
Kusen
Lantai

Pasangan Batu Kali.


Bata Press Mesin.
Kamper Kelas I.
Genteng Semen Press.
Jati Kelas II.
Ubin Keramik Kelas II.

BANGUNAN RUMAH TINGGAL BERTINGKAT PERMANEN

BANGUNAN RUMAH TINGGAL BERTINGKAT PERMANEN KELAS I


Bahan yang dipergunakan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pondasi
Dinding .
Rangkap Kap ..
Atap ...
Kusen
Lantai

Pasangan Batu Kali.


Batu Merah.
Kamper Kelas II, Kruing.
Genteng Semen Press Kelas II.
Kamper Kelas II.
Teraso Cor.

BANGUNAN RUMAH TINGGAL BERTINGKAT PERMANEN KELAS II


Bahan yang dipergunakan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pondasi
Dinding .
Rangkap Kap ..
Atap ...
Kusen
Lantai

Pasangan Batu Kali.


Batu Merah.
Kamper Kelas II, Kruing.
Genteng Semen Press Kelas II.
Kamper Kelas II.
Teraso Cor.

BANGUNAN RUMAH TINGGAL BERTINGKAT PERMANEN KELAS III


Bahan yang dipergunakan :
Pondasi
Dinding .

Pasangan Batu Kali.


Batu Merah.

21

Rangkap Kap ..
Atap ...
Kusen
Lantai

Borneo.
Genteng Plentong Press Mesin.
Borneo.
Teraso Putih, Ubin Press Warna.

BANGUNAN UMUM/KANTOR MEWAH


A. BANGUNAN UMUM/KANTOR MEWAH KELAS I
Bahan yang dipergunakan :
1. Pondasi
Kali.
2. Dinding .
3. Rangkap Kap ..
4. Atap ...
5. Kusen
6. Lantai

Pasangan Beton Bertulang/Batu


Bata Press Mesin.
Jati, Baja.
Tegola, Genteng Keramik.
Jati Kelas I, Aluminium.
Kayu jati, Marmer.

B. BANGUNAN UMUM/KANTOR MEWAH KELAS II


Bahan yang dipergunakan :
1. Pondasi
Kali.
2. Dinding .
3. Rangkap Kap ..
4. Atap ...
5. Kusen
6. Lantai

Pasangan Beton Bertulang/Batu


Bata Press Mesin.
Kamper diawetkan.
Sirap.
Jati.
Ubin Keramik Kelas I.

C. BANGUNAN UMUM/KANTOR MEWAH KELAS III


Bahan yang dipergunakan :
Pondasi
Kali.
Dinding .
Rangkap Kap ..
Atap ...
Kusen
Lantai

Pasangan Beton Bertulang/Batu


Bata Press Mesin.
Kamper Kelas I.
Genteng Semen Press.
Jati Kelas II.
Ubin Keramik Kelas II.

BANGUNAN UMUM/KANTOR PERMANEN


BANGUNAN UMUM/KANTOR PERMANEN KELAS I
Bahan yang dipergunakan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pondasi
Dinding .
Rangkap Kap ..
Atap ...
Kusen
Lantai

Pasangan Batu Kali.


Bata Merah.
Kamper Kelas II, Kruing.
Genteng Semen Kelas II.
Kamper Kelas II.
Teraso Cor ditempat.

BANGUNAN UMUM/KANTOR PERMANEN KELAS II

22

Bahan yang dipergunakan :


Pondasi
Dinding .
Rangkap Kap ..
Atap ...
Kusen
Lantai

Pasangan Batu Kali.


Bata Merah.
Kruing, Borneo Kelas II.
Genteng Asbes.
Borneo Kelas II.
Teraso Kerang Lux Berwarna.

BANGUNAN UMUM/KANTOR PERMANEN KELAS III


Bahan yang dipergunakan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pondasi
Dinding .
Rangkap Kap ..
Atap ...
Kusen
Lantai

Pasangan Batu Kali.


Bata Merah, Bataco Diplester.
Borneo Kelas I.
Genteng Plentong Press Mesin.
Borneo.
Teraso Putih, Ubin Pc. Warna.

BANGUNAN UMUM/KANTOR BERTINGKAT MEWAH


A. BANGUNAN UMUM/KANTOR BERTINGKAT MEWAH KELAS I
Bahan yang dipergunakan :
1. Pondasi
Kali.
2. Dinding .
3. Rangkap Kap ..
4. Atap ...
5. Kusen
6. Lantai

Pasangan Beton Bertulang/Batu


Bata Press Mesin.
Jati, Baja.
Tegola, Genteng Keramik.
Jati Kelas I, Aluminium.
Kayu Jati, MArmer.

B. BANGUNAN UMUM/KANTOR BERTINGKAT MEWAH KELAS II


Bahan yang dipergunakan :
1. Pondasi
Kali.
2. Dinding .
3. Rangkap Kap ..
4. Atap ...
5. Kusen
6. Lantai

Pasangan Beton Bertulang/Batu


Bata Press Mesin.
Kamper diawetkan.
Sirap.
Jati.
Ubin Keramik Kelas I.

C. BANGUNAN UMUM/KANTOR BERTINGKAT MEWAH KELAS III


Bahan yang dipergunakan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pondasi
Dinding .
Rangkap Kap ..
Atap ...
Kusen
Lantai

Pasangan Batu Kali.


Bata Press Mesin.
Kamper Kelas I.
Genteng Semen Press.
Jati Kelas II.
Ubin Keramik Kelas II.

BANGUNAN UMUM/KANTOR BERTINGKAT PERMANEN

23

A. BANGUNAN UMUM/KANTOR BERTINGKAT PERMANEN KELAS I


Bahan yang dipergunakan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pondasi
Dinding .
Rangkap Kap ..
Atap ...
Kusen
Lantai

Pasangan Batu Kali.


Bata Merah.
Kamper Kelas II, Kruing.
Genteng Semen Press Kelas II.
Kamper Kelas II.
Teraso Cor Ditempat.

B. BANGUNAN UMUM/KANTOR BERTINGKAT PERMANEN KELAS II


Bahan yang dipergunakan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pondasi
Dinding .
Rangkap Kap ..
Atap ...
Kusen
Lantai

Pasangan Batu Kali.


Bata Merah.
Kruing, Borneo Kelas II.
Genteng Asbes.
Borneo Kelas II.
Teraso Kerang Lux Berwarna.

C. BANGUNAN UMUM/KANTOR BERTINGKAT PERMANEN KELAS III


Bahan yang dipergunakan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pondasi
Dinding .
Rangkap Kap ..
Atap ...
Kusen
Lantai

Pasangan Batu Kali.


Bata Merah, Bataco diplester.
Borneo Kelas I.
Genteng Plentong Press Mesin.
Borneo.
Teraso Putih, Ubin Pc. Warna.

BANGUNAN TOKO MEWAH


A. BANGUNAN TOKO MEWAH KELAS I
Bahan yang dipergunakan :
1. Pondasi
Kali.
2. Dinding .
3. Rangkap Kap ..
4. Atap ...
5. Kusen
6. Lantai
B. BANGUNAN TOKO MEWAH KELAS II

Pasangan Beton Bertulang/Batu


Bata Press Mesin.
Jati, Baja.
Tegola, Genteng Keramik.
Jati Kelas I, Aluminium.
Kayu Jati, Marmer.

Bahan yang dipergunakan :


1. Pondasi
Kali.
2. Dinding .
3. Rangkap Kap ..
4. Atap ...
5. Kusen
6. Lantai

Pasangan Beton Bertulang/Batu


Bata Press Mesin.
Kamper Diawetkan.
Sirap.
Jati.
Ubin Keramik Kelas I.

24

C. BANGUNAN TOKO MEWAH KELAS III


Bahan yang dipergunakan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pondasi
Dinding .
Rangkap Kap ..
Atap ...
Kusen
Lantai

Pasangan Batu Kali.


Bata Press Mesin.
Kamper Kelas I.
Genteng Semen Press.
Jati Kelas II.
Ubin Keramik Kelas II.

BANGUNAN TOKO PERMANEN


A. BANGUNAN TOKO PERMANEN KELAS I
Bahan yang dipergunakan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pondasi
Dinding .
Rangkap Kap ..
Atap ...
Kusen
Lantai

Pasangan Batu Kali.


Bata Merah.
Kamper Kelas II, Kruing.
Genteng Semen Press Kelas II.
Kamper Kelas II.
Teraso Cor ditempat.

B. BANGUNAN TOKO PERMANEN KELAS II


Bahan yang dipergunakan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pondasi
Dinding .
Rangkap Kap ..
Atap ...
Kusen
Lantai

Pasangan Batu Kali.


Bata Merah.
Kruing, Borneo Kelas I.
Genteng Asbes.
Borneo Kelas I.
Teraso Kerang Lux Berwarna.

C. BANGUNAN TOKO PERMANEN KELAS III


Bahan yang dipergunakan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pondasi
Dinding .
Rangkap Kap ..
Atap ...
Kusen
Lantai

Pasangan Batu Kali.


Bata Merah.
Borneo Kelas I.
Genteng Plentong Press Mesin.
Borneo.
Teraso Putih, Ubin Pc. Warna.

BANGUNAN TOKO BERTINGKAT MEWAH


A. BANGUNAN TOKO BERTINGKAT MEWAH KELAS I
Bahan yang dipergunakan :
1. Pondasi
Kali.
2. Dinding .
3. Rangkap Kap ..
4. Atap ...
5. Kusen

Pasangan Beton Bertulang/Batu


Bata Press Mesin.
Jati, Baja.
Tegola, Genteng Keramik.
Jati Kelas I, Aluminium.

25

6. Lantai

Kayu Jati, Marmer.

B. BANGUNAN TOKO BERTINGKAT MEWAH KELAS II


Bahan yang dipergunakan :
1. Pondasi
Kali.
2. Dinding .
3. Rangkap Kap ..
4. Atap ...
5. Kusen
6. Lantai

Pasangan Beton Bertulang/Batu


Bata Press Mesin.
Kamper diawetkan.
Sirap.
Jati.
Keramik Kelas I.

C. BANGUNAN TOKO BERTINGKAT MEWAH KELAS III


Bahan yang dipergunakan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pondasi
Dinding .
Rangkap Kap ..
Atap ...
Kusen
Lantai

Pasangan Batu Kali.


Bata Press Mesin.
Kamper Kelas I.
Genteng Semen Press.
Jati Kelas II.
Ubin Keramik Kelas II.

BANGUNAN TOKO BERTINGKAT PERMANEN


A. BANGUNAN TOKO BERTINGKAT PERMANEN KELAS I
Bahan yang dipergunakan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pondasi
Dinding .
Rangkap Kap ..
Atap ...
Kusen
Lantai

Pasangan Batu Kali.


Bata Press Mesin.
Kamper Kelas I.
Genteng Semen Press.
Kamper Kelas II.
Teraso Cor Ditempat.

B. BANGUNAN TOKO BERTINGKAT PERMANEN KELAS II


Bahan yang dipergunakan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pondasi
Dinding .
Rangkap Kap ..
Atap ...
Kusen
Lantai

Pasangan Batu Kali.


Bata Merah.
Kruing, Borneo Kelas II.
Genteng Asbes.
Borneo Kelas I.
Teraso Kerang Lux Berwarna.

C. BANGUNAN TOKO BERTINGKAT PERMANEN KELAS III


Bahan yang dipergunakan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pondasi
Dinding .
Rangkap Kap ..
Atap ...
Kusen
Lantai

Pasangan Batu Kali.


Bata Merah, Bataco Diplester.
Borneo Kelas I.
Genteng Plentong Press Mesin.
Borneo.
Teraso Putih, Ubin Pc. Warna.

26

BANGUNAN PABRIK
A. BANGUNAN PABRIK KELAS I
Bahan yang dipergunakan :
1. Pondasi
Kali.
2. Dinding .
3. Rangkap Kap ..
4. Atap ...
5. Lantai

Pasangan Beton Bertulang/Batu


Bata Press Mesin.
Besi Baja.
Aluminium.
Beton Tumbuk.

B. BANGUNAN PABRIK KELAS II


Bahan yang dipergunakan :
1.
2.
3.
4.
5.

Pondasi
Dinding .
Rangkap Kap ..
Atap ...
Lantai

Pasangan Batu Kali.


Batu Bata.
Besi Baja.
Seng, Asbes.
Beton Tumbuk.

C. BANGUNAN PABRIK KELAS III


Bahan yang dipergunakan :
1.
2.
3.
4.
5.

Pondasi
Dinding .
Rangkap Kap ..
Atap ...
Lantai

Pasangan Batu Kali, Beton.


Bataco.
Kayu.
Seng.
Flour.

BANGUNAN LOS/GUDANG PERMANEN


A. BANGUNAN LOS/GUDANG PERMANEN KELAS I
Bahan yang dipergunakan :
1. Pondasi
Kali.
2. Dinding .
3. Rangkap Kap ..
4. Atap ...
5. Lantai

Pasangan Beton Bertulang/Batu


Bata Press Mesin.
Besi Baja.
Aluminium.
Beton Tumbuk.

B. BANGUNAN LOS/GUDANG PERMANEN KELAS II


Bahan yang dipergunakan :
1. Pondasi
2. Dinding .
3. Rangkap Kap ..

Pasangan Batu Kali.


Batu Bata.
Besi Baja.

27

4. Atap ...
5. Lantai

Asbes.
Beton Tumbuk.

C. BANGUNAN LOS/GUDANG PERMANEN KELAS III


Bahan yang dipergunakan :
1.
2.
3.
4.
5.

Pondasi
Dinding .
Rangkap Kap ..
Atap ...
Lantai

Pasangan Batu Kali.


Bataco.
Besi Beton.
Seng.
Beton Tumbuk.

BANGUNAN LOS/GUDANG SEMI PERMANEN


A. BANGUNAN LOS/GUDANG SEMI PERMANEN KELAS I
Bahan yang dipergunakan :
1.
2.
3.
4.
5.

Pondasi
Dinding .
Rangkap Kap ..
Atap ...
Lantai

Pasangan Batu Kali.


Bataco, Kawat Harmonika.
Kayu.
Seng.
Beton Tumbuk.

B. BANGUNAN LOS/GUDANG SEMI PERMANEN KELAS II


Bahan yang dipergunakan :
1.
2.
3.
4.
5.

Pondasi
Dinding .
Rangkap Kap ..
Atap ...
Lantai

Pasangan Batu Kali.


Bataco.
Kayu.
Seng.
Beton Tumbuk, Flour.

C. BANGUNAN LOS/GUDANG SEMI PERMANEN KELAS III


Bahan yang dipergunakan :
1.
2.
3.
4.
5.

Pondasi
Dinding .
Rangkap Kap ..
Atap ...
Lantai

BANGUNAN KANDANG
A. BANGUNAN KANDANG KELAS I
Bahan yang dipergunakan :

Pasangan Batu Kali.


Papan, Triplek, Seng.
Kayu.
Seng.
Flour.

28

1. Pondasi
Kali.
2. Dinding .
3. Tiang .
4. Rangkap Kap ..
5. Atap ...
6. Lantai

Pasangan Beton Bertulang/Batu


Seng, Kawat Harmonika.
Besi Baja
Besi Baja.
Seng, Asbes.
Beton Tumbuk.

B. BANGUNAN KANDANG KELAS II


Bahan yang dipergunakan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pondasi
Dinding .
Tiang
Rangkap Kap ..
Atap ...
Lantai

Pasangan Batu Kali, Umpak.


Kawat Harmonika.
Kayu, Dolken.
Dolken.
Seng.
Flour.

C. BANGUNAN KANDANG KELAS III


Bahan yang dipergunakan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pondasi
Dinding .
Tiang
Rangkap Kap ..
Atap ...
Lantai

Pasangan Umpak.
Kawat Harmonika.
Bambu.
Bambu.
Kirai.
Tanah.
WALIKOTA TANGERANG
Cap/Ttd

Drs. H. MOCHAMAD THAMRIN

Anda mungkin juga menyukai