Anda di halaman 1dari 19

Laporan Kasus

Hiperemesis Gravidarum

Pembimbing

dr. Fx. Widiarso, SpOG


disusun oleh
Dessy
11 2013 085

KEPANITERAN KLINIK
ILMU PENYAKIT OBSTETRI GINEKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
RS MARDI RAHAYU KUDUS
PERIODE 1 DESEMBER 2014 7 FEBRUARI 2014

LAPORAN KASUS
Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Penyakit Obstetri Ginekologi
Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus
________________________________________________________________________
Nama

: Dessy

Tanda tangan :

NIM

: 11.2013.085

Dr pembimbing / penguji

: Dr. Fx. Widiarso,Sp.OG

A. IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap : Ny. RP
Umur : 30 tahun
Status perkawinan : Kawin (GIIIPIAI)
Pekerjaan : Karyawan swasta
Alamat : Dersalam RT 02 RW 04, Bae,

Jenis kelamin : Perempuan


Suku bangsa : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Masuk Rumah Sakit : 15 Desember 2014

Kudus

Pukul 11.30 WIB

Nama suami

: Tn. HC

Umur

: 33 tahun

Pekerjaan

: Karyawan swasta

Alamat

: Dersalam RT 02 RW 04, Bae, Kudus

Anamnesis
Dilakukan autoanamnesis tanggal 17 Desember 2014 pukul 13.00 WIB
Keluhan utama
Mual dan muntah berlebihan
Riwayat Penyakit Sekarang
Wanita berusia 30 tahun, hamil 8 minggu, datang dengan keluhan mual dan muntah terusmenerus sejak 1 minggu SMRS. Mual dirasakan apabila pasien sehabis makan, ulu hati terasa
nyeri, lalu muntah. Bila minum air putih pasien tidak mual muntah. Tetapi apabila minum susu
ataupun jus, pasien mual muntah juga. Muntah tersebut berisi makanan atau minuman yang
2

pasien baru konsumsi. Terkadang ada darah gelap sedikit, disertai rasa asam. Dalam sehari
pasien muntah 5 kali. Pasien jadi sering merasa lemas, mengantuk, dan sulit tidur. Berat badan
diakui turun 2 kg dalam seminggu terakhir.
Riwayat BAB dan BAK lancar. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit kronis. Pasien
mengaku tidak mual dan muntah pada kehamilan sebelumnya. Ini merupakan kehamilan ketiga.
Hamil pertama pasien tahun 2010 keguguran dan di kuret oleh dokter spesialis kandungan.
Hamil kedua pasien tahun 2011, melahirkan secara normal lewat jalan lahir dibantu oleh bidan.
Pasien memiliki riwayat menstruasi teratur. Pasien memiliki HPHT 23 September 2014, saat ini
pasien hamil 8 minggu.
Riwayat Kehamilan
ANC rutin di bidan, pasien tidak memiliki riwayat KB.
Riwayat Haid
Menarche

: 13 tahun

Siklus

: 28 hari

Lama

: 7 hari

Dismenorrhea

: (-)

Leukorrhea

: (-)

Menopause

: (-)

HPHT

: 23 September 2014

HPL

: 30 Juni 2015

- Perkawinan 1 kali
- Menikah usia

: 25 tahun

- Lama menikah

: 5 tahun

- Riwayat KB

:-

Riwayat Kehamilan Riwayat Kehamilan dan Kelahiran


Hamil

Usia

Jenis

Penyulit

Penolong

Jenis

BB/TB

Umur
3

ke
1
2
3

kehamilan
3 bulan
9 bulan
Hamil ini

persalinan
Abortus
Normal

Dokter
Bidan

kelamin

lahir

sekarang

Laki-laki

3100 gr

3 tahun

Riwayat Penyakit Dahulu

Os tidak memiliki riwayat maag

Tidak pernah menderita tekanan darah tinggi, penyakit jantung, kencing manis.

Os mempunyai riwayat kuret pada kehamilan pertama

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit jantung, darah tinggi, kencing manis, asma
dan alergi.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum

: Tampak Pucat

Kesadaran

: Compos mentis

Tekanan darah

: 110/70 mmHg

Nadi

: 84 x/menit

Pernafasan

: 24 x/menit

Suhu

: 36,5oC

Mata

: Konjungtiva anemis -/- , Sklera ikterik -/- , mata cekung -/-

Telinga

: Tidak tampak kelainan

Hidung

: Tidak tampak kelainan

Mulut/gigi

: Tidak tampak kelainan

Leher

: Tidak tampak pembesaran KGB dan tiroid

Jantung

: BJ I-II reguler murni, gallop (-), murmur (-)

Thorak

: Suara napas dasar vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-

Abdomen

: Datar, supel, nyeri tekan epigastrium (+), BU (+)

Ekstremitas

: Edema -/- , turgor kulit menurun

Status Ginekologi
Pemeriksaan Luar
Wajah

: Chloasma gravidarum (-)


4

Payudara
Abdomen

: Pembesaran payudara (+), hiperpigmentasi areola mammae (+), puting


susu menonjol (+), pengeluaran ASI (-)
:Linea nigra (-), striae gravidarum(-), sikatrik (-), bekas operasi laparotomi (-),
TFU 2 jari di atas simfisis pubis

Periksa Dalam

Flx (-), fl (-)


V/U/V : tak ada kelainan
Portio : sebesar jempol tangan, kenyal
OUE tertutup
Corpus uteri sebesar telur bebek
Adnexa : tak ada kelainan
Cavum Douglas : tak ada kelainan

Pemeriksaan Penunjang
Hematologi

Hemoglobin
Leukosit
Hematokrit
Trombosit
GDS
HbsAg
Waktu Perdarahan/BT
Waktu Pembekuan/CT
HIV Stik

12,3 gram/dL
15 ribu (H)
35,90 % (L)
310 ribu
127 mg/dL
Negatif
1,30 menit
6,0 menit
Negatif

Ringkasan/Resume
Pasien 30 tahun, hamil 8 minggu, datang dengan keluhan mual dan muntah terus-menerus
sejak 1 minggu SMRS. Mual dirasakan apabila pasien sehabis makan,minum susu ataupun
jus, ulu hati terasa nyeri, lalu muntah. Muntah tersebut berisi makanan atau minuman yang
pasien baru konsumsi. Terkadang ada darah gelap sedikit, disertai rasa asam. Dalam sehari
pasien muntah 5 kali. Pasien jadi sering merasa lemas, mengantuk, dan sulit tidur. Berat
badan diakui turun 2 kg dalam seminggu terakhir.
Ini merupakan kehamilan ketiga. Hamil pertama pasien tahun 2010 keguguran dan di kuret
oleh dokter spesialis kandungan. Hamil kedua pasien tahun 2011, melahirkan secara normal
lewat jalan lahir dibantu oleh bidan. Pasien memiliki riwayat menstruasi teratur. Pasien
memiliki HPHT 23 September 2014, saat ini pasien hamil 8 minggu.
5

Pada pemeriksaan fisik umum didapatkan keadaan umum tampak pucat, nyeri tekan
epigastrium dan turgor kulit menurun. TFU 2 jari di atas simfisis pubis
Pada pemeriksaan fisik ginekologi didapatkan Flx (-), Fl (-), V/U/V tak ada kelainan, portio
sesuai jempol tangan, kenyal, OUE tertutup, corpus uteri sebesar telur bebek, adnexa dan
cavum douglas tak ada kelainan.
Pemeriksaan laboratorium hematologi didapatkan leukosit 15 ribu, hematokrit 35,90 %
Riwayat Haid
Menarche

: 13 tahun

Siklus

: 28 hari

Lama

: 7 hari

Dismenorrhea

: (-)

Leukorrhea

: (-)

Menopause

: (-)

HPHT

: 23 September 2014

HPL

: 30 Juni 2015

- Perkawinan 1 kali
- Menikah usia

: 25 tahun

- Lama menikah

: 5 tahun

- Riwayat KB

:-

Pemeriksaan Luar
Wajah
Payudara
Abdomen

: Chloasma gravidarum (-)


: Pembesaran payudara (+), hiperpigmentasi areola mammae (+), puting
susu menonjol (+), pengeluaran ASI (-)
:Linea nigra (-), striae gravidarum(-), sikatrik (-), bekas operasi laparotomi (-),
TFU 2 jari di atas simfisis pubis

Diagnosis Kerja
GIIIPI AI , usia 30 tahun, hamil 8 minggu dengan hiperemesis gravidarum tingkat I

Pengelolaan

D5 / RL 20 TPM + invomit 1 amp

Fetavita 1x1

Invomit 2x1

Inpepsa 3x1 cd

Prognosa

Ad vitam

: dubia ad bonam

Ad fungsionam

: dubia ad bonam

Ad sanationam

: dubia ad bonam

Follow Up
16 Desember 2014, pukul 07.10 WIB
S : Kepala terasa pusing, mual dan muntah sudah tidak dirasakan.
O : Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis
TD
: 100/60 mmHg
Nadi
: 80x/menit
RR
: 19 x/menit
Suhu
: 36,7C
Mata
: sclera ikterik (-/-), konjungtiva anemis (-/-)
Jantung
: BJ I-II regular murni, gallop (-), murmur (-)
Thorax
: SN (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen
: Datar, supel, Nyeri tekan epigastrium (-), BU (+), TFU 2 jari di atas
simfisis pubis
PPV
: (-)
A : GIIIPI AI , usia 30 tahun, hamil 8 minggu dengan hiperemesis gravidarum
P :
Boleh pulang
Bed rest
Diet Nasi
Fetavita 1x1
Invomit 2x1
Inpepsa 3x1

TINJAUAN PUSTAKA
A. PENDAHULUAN
Sekitar 50-90% perempuan hamil mengalami keluhan mual dan muntah. Keluhan ini
biasanya disertai dengan hipersalivasi, sakit kepala, perut kembung, dan rasa lemah pada badan.
Keluhan-keluhan ini secara umum dikenal sebagai morning sickness. Istilah ini sebenarnya
kurang tepat karena 80% perempuan hamil mengalami mual dan muntah sepanjang hari. 1
Apabila mual dan muntah yang dialami mengganggu aktivitas sehari-hari atau
menimbulkan komplikasi, keadaan ini disebut hiperemesis gravidarum. Komplikasi yang dapat
terjadi adalah ketonuria, dehidrasi, hipokalemia dan penurunan berat badan lebih dari 3 kg atau
5% berat badan. 1
Mual dan muntah pada kehamilan biasanya dimulai pada kehamilan minggu ke-9 sampai
ke-10, memberat pada minggu ke-11 sampai ke-13 dan berakhir pada minggu ke-12 sampai ke-

14. Hanya pada 1-10% kehamilan gejala berlanjut melewati minggu ke-20 sampai ke-22. Pada
0,3-2% kehamilan terjadi hiperemesis gravidarum yang menyebabkan ibu harus ditatalaksana
dengan rawat inap. 1
Hiperemesis gravidarum jarang menyebabkan kematian, tetapi angka kejadiannya masih
cukup tinggi. Hampir 25% pasien hiperemesis gravidarum dirawat inap lebih dari sekali.
Terkadang, kondisi hiperemesis yang terjadi terus-menerus dan sulit sembuh membuat pasien
depresi. Pada kasus-kasusekstrim, ibu hamil bahkan dapat merasa ingin melakukan terminasi
kehamilan. 1
Beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan hiperemesis gravidarum antara lain
hiperemesis gravidarum pada kehamilan sebelumnya, berat badan berlebih, kehamilan multipel,
penyakit trofoblastik, nuliparitas dan merokok. 1
B. DEFINISI
Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi pada awal kehamilan sampai umur
kehamilan 20 minggu. Keluhan muntah kadang-kadang begitu hebat dimana segala apa yang
dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga dapat mempengaruhi keadaan umum dan
menganggu pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi, dan terdapat aseton dalam
urin bahkan seperti gejala penyakit apendisitis, pielititis, dan sebagainya. 2
Mual dan muntah mempengaruhi hingga >50 % kehamilan. Kebanyakan perempuan
mampu mempertahankan kebutuhan cairan dan nutrisi dengan diet, dan simptom akan teratasi
hingga akhir trimester pertama. Penyebab penyakit ini masih belum diketahui secara pasti, tetapi
diperkirakan erat hubungannya dengan endokrin, biokimiawi, dan psikologis. 2
Tabel 1. Definisi-definisi Mual dan Muntah dalam Kehamilan 1

C. KLASIFIKASI
Secara klinis, hiperemesis gravidarum dibedakan atas 3 tingkatan, yaitu:
Tingkat I
Muntah yang terus-menerus, timbul intoleransi terhadap makanan dan minuman, berat-badan
menurun, nyeri epigastrium, muntah pertama keluar makanan, lendir dan cairan empedu, dan
yang terakhir keluar darah. Nadi meningkat sampai 100 kali per menit dan tekanan darah
sistolik menurun. Mata cekung dan lidah kering, turgor kulit berkurang, dan urin sedikit
tetapi masih normal.2
Tingkat II
Gejala lebih berat, segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan, haus hebat, subfebril,
nadi cepat dan lebih dari 100 - 140 kali per menit, tekanan darah sistolik kurang dari 80
mmHg, apatis, kulit pucat, lidah kotor, kadang ikterus, aseton, bilirubin dalam urin, dan berat
badan cepat menurun.2
Tingkat III
Walaupun kondisi tingkat III sangat jarang, yang mulai terjadi adalah gangguan kesadaran
(delirium-koma), muntah berkurang atau berhenti, tetapi dapat terjadi ikterus, sianosis,
nistagmus, gangguan jantung, bilirubin, dan proteinuria dalam urin. 2
D. ETIOPATOGENESIS EMESIS DAN HIPEREMIS GRAVIDARUM
Etiologi dan patogenesis emesis dan hiperemesis gravidarum berkaitan erat dengan
etiologi dan pathogenesis mual dan muntah pada kehamilan. Penyebab pasti mual dan muntah
yang dirasakan ibu hamil belum diketahui, tetapi terdapat beberapa teori yang mengajukan
keterlibatan faktor-faktor biologis, sosial dan psikologis. Faktor biologis yang paling berperan
adalah perubahan kadar hormon selama kehamilan. Menurut teori terbaru, peningkatan kadar
Human Chorionic Gonadotropin (hCG) akan menginduksi ovarium untuk memproduksi
estrogen, yang dapat merangsang mualdan muntah. Perempuan dengan kehamilan ganda atau
molahidatidosa yang diketahui memiliki kadar hCG lebih tinggi daripada perempuan hamil lain
mengalami keluhan mual dan muntah yang lebih berat. Progesteron juga diduga menyebabkan
mual dan muntah dengan cara menghambat motilitas lambung dan irama kontraksi otot-otot
polos lambung. Penurunan kadar thyrotropin-stimulating hormone (TSH) pada awal kehamilan
juga berhubungan dengan hiperemesis gravidarum meskipun mekanismenya belum jelas.
10

Hiperemesis gravidarum merefleksikan perubahan hormonal yang lebih drastis dibandingkan


kehamilan biasa.1
Beberapa faktor predisposisi dan faktor lain yang telah ditemukan oleh beberapa sebagai
berikut:
1. Faktor predisposisi yang sering dikemukakan adalah primigravida, mola hidatidosa dan
kehamilan ganda. Frekuensi yang tinggi pada mola hidatidosa dan kehamilan ganda
menimbulkan dugaan bahwa faktor hormon memegang peranan karena pada kedua keadaan
tersebut hormon khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan. Ditemukan peninggian yang
bermakna dari kadar serum korionik gonadotropin total maupun -subunit bebasnya pada ibu
dengan hiperemesis dibandingkan dengan yang hamil normal.3
2. Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akibat hamil serta
resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan ini merupakan faktor organik. 3
3. Alergi, sebagai salah satu respon dari jaringan ibu terhadap anak, juga disebut sebagai salah
satu faktor organik. 3
4. Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini, rumah tangga yang
retak, kehilangan pekerjaan, takut akan kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung
jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan
muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai
pelarian kesukaran hidup. 3,4,5
5. Faktor endokrin lainnya: hipertiroid, diabetes, dan lain-lain. Gejala mual-muntah dapat juga
disebabkan oleh gangguan traktus digestivus seperti pada penderita diabetes melitus
(gastroparesis diabeticorum). Hal ini disebabkan oleh gangguan motilitas usus pada
penderita.4,5
E. DIAGNOSIS
Amenore yang disertai muntah hebat, pekerjaan sehari-hari terganggu.
Fungsi vital : nadi meningkat 100 kali per menit, tekanan darah menurun pada keadaan berat,
subfebril dan gangguan kesadaran (apatis-koma).
Fisik : dehidrasi, kulit pucat, ikterus, sianosis, berat badan menurun, pada vaginal toucher
uterus besar sesuai besarnya kehamilan, konsistensi lunak, pada pemeriksaan inspekulo
serviks berwarna biru (livide).
Pemeriksaan USG : untuk mengetahui kondisi kesehatan kehamilan juga untuk mengetahui
kemungkinan adanya kehamilan kembar ataupun kehamilan molahidatidosa.
Laboratorium : kenaikan relatif hemoglobin dan hematokrit, shift to the left, benda keton, dan
proteinuria.
11

Pada keluhan hiperemesis yang berat dan berulang perlu dipikirkan untuk konsultasi
psikologi. 2,5
F. GEJALA KLINIK
Mulai terjadi pada trimester pertama. Gejala klinik yang sering dijumpai adalah nausea,
muntah, penurunan berat badan, ptialism (salivasi yang berlebihan), tanda-tanda dehidrasi
termasuk hipotensi postural dan takikardi. Pemeriksaan laboratorium dapat dijumpai
hiponatremi, hipokalemia, dan peningkatan hematokrit. Hipertiroid dan LFT yang abnormal juga
dapat dijumpai. 2,4
G. RISIKO
Maternal
Akibat defisiensi tiamin (B1) akan menyebabkan terjadinya diplopia, palsi nervus ke-6,
nistagmus, ataksia, dan kejang. Jika hal ini tidak segera ditangani, akan terjadi psikosis
Korsakoff (amnesia, menurunnya kemampuan untuk beraktivitas), ataupun kematian. Oleh
karena itu, untuk hiperemesis tingkat III perlu dipertimbangkan terminasi kehamilan.
Fetal
Penurunan berat badan yang kronis akan meningkatkan kejadian gangguan pertumbuhan
janin dalam rahim (IUGR) 2
H. MANAJEMEN
Untuk keluhan hiperemesis yang berat, pasien dianjurkan untuk dirawat di rumah sakit dan
membatasi pengunjung.
Stop makanan per oral 24 48 jam.
Infus glukosa 10% atau 5% : RL = 2 : 1, 40 tetes per menit. 1
Obat 1
Vitamin B1, B2, dan B6 masing-masing 50-100 mg/hari/infus.
Vitamin B12 200 g/hari/infus, vitamin C 200 mg/hari/infus.
Fenobarbital 30 mg I.M. 2 - 3 kali per hari atau klorpromazin 25 - 50 mg/hari I.M. atau
kalau diperlukan diazepam 5 mg 2- 3 kali per hari I.M.
Antiemetik: prometazin (avopreg) 2 - 3 kali 25 mg per hari per oral atau proklorperazin
(stemetil) 3 kali 3 mg per hari per oral atau mediamer B6 3 kali 1 per hari per oral.
Antasida : asidrin 3 x 1 tablet per hari per oral atau milanta 3 x 1 tablet per hari per oral
atau magnam 3 x 1 tablet per hari per oral. 2
12

Diet sebaiknya meminta advis ahli gizi


Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III. Makanan hanya berupa roti
kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1-2 jam
sesudahnya. Makanan ini kurang mengandung zat gizi, kecuali vitamin C sehingga hanya
diberikan selama beberapa hari. 2
Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang. Secara berangsur
mulai diberikan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman tidak diberikan
bersama makanan. Makanan ini rendah dalam semua zat gizi, kecuali vitamin A dan D. 2
Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis ringan. Menurut
kesanggupan penderita minuman boleh diberikan bersama makanan. Makanan ini cukup
dalam semua zat gizi, kecuali kalsium.2
Rehidrasi dan suplemen vitamin
Pilihan cairan adalah normal salin (NaCl 0,9 %). Cairan dekstrose tidak boleh diberikan
karena tidak mengandung sodium yang cukup untuk mengoreksi hiponatremia. Suplemen
potasium boleh diberikan secara intravena sebagai tambahan. Suplemen tiamin diberikan
secara oral 50 atau 150 mg atau 100 mg dilarutkan ke dalam 100 cc NaCl. Urin output juga
harus dimonitor dan perlu dilakukan pemeriksaan dipstick untuk mengetahui terjadinya
ketonuria. 2
Antiemesis
Tidak dijumpai

adanya

teratogenitas

dengan

menggunakan

dopamin

antagonis

(metoklopramid, domperidon) fenotiazin (klorpromazin, proklorperazin), antikolinergik


(disiklomin) atau antihistamin H1-reseptor antagonis (prometazin, siklizin). Namun, bila
masih tetap tidak memberikan respons, dapat juga digunakan kombinasi kortikosteroid
dengan reseptor antagonis 5-Hidrokstriptamin (5-HT3) (ondansetron, sisaprid). 2

13

Tabel 2. Obat-obatan untuk Tata Laksana Mual dan Muntah dalam Kehamilan1

Isolasi.
Dilakukan dalam kamar yang tenang cerah dan peradaran udara yang baik hanya dokter dan
perawat yang boleh keluar masuk kamar sampai muntah berhenti dan pasien mau makan.
Catat cairan yang masuk dan keluar dan tidak diberikan makan dan minum dan selama 24
jam. Kadang-kadang dengan isolasi saja gejala-gejala akan berkurang atau hilang tanpa
pengobatan.4,6
Terapi psikologik
Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa takut
oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik, yang
kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini. 4,6
Penghentian kehamilan.
14

Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur. Usahakan
mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatrik jika memburuk. Delirium, kebutaan, takikardi,
ikterus, anuria dan perdarahan merupakan manifestasi komplikasi organik. Dalam keadaan
demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan
abortus terapuetik sering sulit diambil, oleh karena disatu pihak tidak boleh dilakukan terlalu
cepat, tetapi dilain pihak tidak boleh menunggu sampai terjadi gejala irreversibel pada organ
vital. Gejala-gejala untuk mempertimbangkan abortus terapeutikus, ialah:5,6
a.

Ikterus

b.

Delirium atau koma

c.

Nadi yang naik berangsur-angsur sampai di atas 130 kali/menit

d.

Suhu meningkat di atas 38oC

e.

Perdarahan dalam retina

f.

Uremi, proteinuri, silinder yang merupakan tanda-tanda intoksikasi. 5,6

Evaluasi Keberhasilan Terapi


Tujuan terapi emesis atau hiperemesis gravidarum adalah untuk mencegah komplikasi
seperti ketonuria, dehidrasi, hipokalemia dan penurunan berat badan lebih dari 3 kg atau 5%
berat badan. Jika sudah terjadi komplikasi, perlu dilakukan tata laksana terhadap komplikasi
tersebut. Penilaian keberhasilan terapi dilakukan secara klinis dan laboratoris. Secara klinis,
keberhasilan terapi dapat dinilai dari penurunan frekuensi mual dan muntah, frekuensi dan
intensitas mual, serta perbaikan tanda-tanda vital dan dehidrasi. Parameter laboratorium yang
perlu dinilai adalah perbaikan keseimbangan asam-basa dan elektrolit.
I. KOMPLIKASI
Muntah yang terus-menerus disertai dengan kurang minum yang berkepanjangan dapat
menyebabkan dehidrasi. Jika terus berlanjut, pasien dapat mengalami syok. Dehidrasi yang
berkepanjangan juga menghambat tumbuh kembang janin. Oleh karena itu, pada pemeriksaan
fisik harus dicari apakah terdapat abnormalitas tanda-tanda vital, seperti peningkatan frekuensi
nadi (>100 kali per menit), penurunan tekanan darah, kondisi subfebris, dan penurunan
kesadaran.1

15

Selanjutnya dalam pemeriksaan fisis lengkap dapat dicari tanda-tanda dehidrasi, kulit
tampak pucat dan sianosis, serta penurunan berat badan. Selain dehidrasi, akibat lain muntah
yang persisten adalah gangguan keseimbangan elektrolit seperti penurunan kadar natrium, klor
dan kalium, sehingga terjadi keadaan alkalosis metabolik hipokloremik disertai hiponatremia dan
hipokalemia. Hiperemesis gravidarum yang berat juga dapat membuat pasien tidak dapat makan
atau minum sama sekali, sehingga cadangan karbohidrat dalam tubuh ibu akan habis terpakai
untuk pemenuhan kebutuhan energi jaringan. Akibatnya, lemak akan dioksidasi. Namun, lemak
tidak dapat dioksidasi dengan sempurna dan terjadi penumpukan asam aseton-asetik, asam
hidroksibutirik, dan aseton, sehingga menyebabkan ketosis. Salah satu gejalanya adalah bau
aseton (buah-buahan) pada napas. Pada pemeriksaan laboratorium pasien dengan hiperemesis
gravidarum dapat diperoleh peningkatan relatif hemoglobin dan hematokrit, hiponatremia dan
hipokalemia, badan keton dalam darah dan proteinuria. 1
Robekan pada selaput jaringan esofagus dan lambung dapat terjadi bila muntah terlalu
sering. Pada umumnya robekan yang terjadi kecil dan ringan, dan perdarahan yang muncul dapat
berhenti sendiri. Tindakan operatif atau transfusi darah biasanya tidak diperlukan. Perempuan
hamil dengan hiperemesis gravidarum dan kenaikan berat badan dalam kehamilan yang kurang
(<7 kg) memiliki risiko yang lebih tinggi untuk melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah,
kecil untuk masa kehamilan, prematur, dan nilai APGAR lima menit kurang dari tujuh.1
J. PENCEGAHAN
Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan jalan
memberikan informasi dan edukasi tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang
fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan gejala
yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan, menganjurkan
mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil, tetapi lebih sering. Waktu
bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk makan roti kering atau
biskuit dengan teh hangat. Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan.
Makanan dan minuman disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin. Defekasi yang teratur
hendaknya dapat dijamin, menghindarkan kekurangan karbohidrat merupakan faktor yang
penting, oleh karenanya dianjurkan makanan yang banyak mengandung gula.6

16

K. DIAGNOSIS BANDING
Keluhan muntah yang berat dan persisten tidak selalu menandakan hiperemesis
gravidarum. Penyebab-penyebab lain seperti penyakit gastrointestinal, pielonefritis dan penyakit
metabolik perlu dieksklusi. Satu indikator sederhana yang berguna adalah awitan mual dan
muntah pada hiperemesis gravidarum biasanya dimulai dalam delapan minggu setelah hari
pertama haid terakhir. Karena itu, awitan pada trimester kedua atau ketiga menurunkan
kemungkinan hiperemesis gravidarum. Demam, nyeri perut atau sakit kepala juga bukan
merupakan gejala khas hiperemesis gravidarum. Pemeriksaan ultrasonografi perlu dilakukan
untuk mendeteksi kehamilan ganda atau mola hidatidosa.1
Diagnosis banding hiperemesis gravidarum antara lain ulkus peptikum, kolestasis
obstetrik, perlemakan hati akut, apendisitis akut, diare akut, hipertiroidisme dan infeksi
Helicobacter pylori. Ulkus peptikum pada ibu hamil biasanya adalah penyakit ulkus peptikum
kronik yang mengalami eksaserbasi sehingga dalam anamnesis dapat ditemukan riwayat
sebelumnya. Gejala khas ulkus peptikum adalah nyeri epigastrium yang berkurang dengan
makanan atau antacid dan memberat dengan alkohol, kopi atau obat antiinflamasi nonsteroid
(OAINS). Nyeri tekan epigastrium, hematemesis dan melena dapat ditemukan pada ulkus
peptikum. 1
Pada kolestasis dapat ditemukan pruritus pada seluruh tubuh tanpa adanya ruam. ikterus,
warna urin gelap dan tinja berwarna pucat disertai peningkatan kadar enzim hati dan bilirubin.
Pada perlemakan hati akut ditemukan gejala kegagalan fungsi hati seperti hipoglikemia,
gangguan pembekuan darah, dan perubahan kesadaran sekunder akibat ensefalopati hepatik. 1
Keracunan parasetamol dan hepatitis virus akut juga dapat menyebabkan gambaran klinis
gagal hati. Pasien dengan apendisitis akut biasanya mengalami demam dan nyeri perut kanan
bawah. Nyeri dapat berupa nyeri tekan maupun nyeri lepas dan lokasi nyeri dapat berpindah ke
atas sesuai usia kehamilan karena uterus yang semakin membesar. Apendisitis akut pada
kehamilan memiliki tanda-tanda yang khas, yaitu tanda Bryan (timbul nyeri bila uterus digeser
ke kanan) dan tanda Alder (apabila pasien berbaring miring ke kiri, letak nyeri tidak berubah).
Meskipun jarang, penyakit Graves juga dapat menyebabkan hiperemesis. Oleh karena itu, perlu
dicari apakah terdapat peningkatan FT4 atau penurunan TSH. Kadar FT4 dan TSH pada pasien
hiperemesis gravidarum dapat sama dengan pasien penyakit Graves, tetapi pasien hiperemesis
tidak memiliki antibodi tiroid atau temuan klinis penyakit Graves, seperti proptosis dan
17

pembesaran kelenjar tiroid. Jika kadar FT4 meningkat tanpa didapatkan bukti penyakit Graves,
pemeriksaan tersebut perlu diulang pada usia gestasi yang lebih lanjut, yaitu sekitar 20 minggu
usia gestasi, saat kadar FT4 dapat menjadi normal pada pasien tanpa hipertiroidisme. Pemberian
propiltiourasil pada pasien hipertiroidisme dapat meredakan gejala-gejala hipertiroidisme, tetapi
tidak meredakan mual dan muntah. Sebuah studi lain yang menarik menemukan adanya
hubungan antara infeksi kronik Helicobacter pylori dengan terjadinya hiperemesis gravidarum. 1
Pada studi tersebut, sebanyak 61,8% perempuan hamil dengan hiperemesis gravidarum
menunjukkan hasil tes deteksi genom H. pylori yang positif, namun studi tersebut masih
kontroversial. Sebuah studi lain di Amerika Serikat mendapatkan tidak terdapat hubungan antara
hiperemesis gravidarum dengan infeksi H. pylori.1
L. PROGNOSIS
Dengan penanganan yang baik prognosis hiperemesis gravidarum sangat memuaskan.
Penyakit ini biasanya dapat membatasi diri, namun demikian pada tingkatan yang berat, penyakit
ini dapat mengancam jiwa ibu dan janin. Literatur lain menyebutkan, prognosis hiperemesi
gravidarum umumnya baik, namun dapat menjadi fatal bila terjadi deplesi elektrolit dan
ketoasidosis yang tidak dikoreksi dengan tepat dan cepat.6
PENUTUP
Diagnosis dan penatalaksanaan mual dan muntah dalam kehamilan yang tepat dapat
mencegah komplikasi hiperemesis gravidarum yang membahayakan ibu dan janin. Ketepatan
diagnosis sangat penting, karena terdapat sejumlah kondisi lain yang dapat menyebabkan mual
dan muntah dalam kehamilan. Tata laksana komprehensif dimulai dari istirahat, modifikasi diet
dan menjaga asupan cairan. Jika terjadi komplikasi hiperemesis gravidarum, penata-laksanaan
utama adalah pemberian rehidrasi dan perbaikan elektrolit. Terapi farmakologi dapat diberikan
jika dibutuhkan, seperti piridoksin, doxylamine, prometazin, dan meto-klopramin dengan
memperhatikan kontraindikasi dan efek sampingnya. Beberapa terapi alternatif sudah mulai
diteliti untuk penatalaksanaan hiperemesis gravidarum, seperti ekstrak jahe dan akupuntur,
dengan hasil yang bervariasi.

18

DAFTAR PUSTAKA
1. Gunawan K, Manengkei PSK, Ocviyanti D. Diagnosis dan tatalaksana hiperemesis
gravidarum. Vol.61. Jakarta: J Indon Med Assoc; 2011.h.459-65
2. Wibowo B, Soejono A. Hiperemesis gravidarum dalam ilmu kebidanan. Edisi ketiga cetakan
ketujuh. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo; 2005.h.275-280.
3. Mochtar R. Hiperemesis gravidarum dalam sinopsis obstetri. Edisi 2 cetakan pertama.
Jakarta: EGC; 1998.h.195-197
4. Hiperemesis Gravidarum, 26 Juli 2007. Di unduh dari : www.medicastore.com , tanggal 20
Desember 2014
5. Hartanto H. Penyakit saluran cerna. Dalam: Cunningham FG. Obstetric Williams. Edisi ke21. Jakarta: EGC; 2005.h.1424-1425
6. Moeloek FA. Hiperemesis gravidarum. Dalam : Standar Pelayanan Medik: Obstetri dan
Ginekologi. Jakarta: Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia;2006.h.21-22

19

Anda mungkin juga menyukai