Anda di halaman 1dari 2

Permasalahan Gula di Kalimantan Barat

Dalam beberapa pekan terakhir ini, masyarakat Kalimantan barat di landa krisis salah satu
kebutuhan pokok yaitu gula pasir. Gula pasir yang merupakan salah satu komoditi yang paling dibutuhkan
masyarakat mengalami lonjakan harga, berdasarkan keterangan para pedagang, sebelumnya lonjakan
harga gula yang terjadi di pasaran berkisar antara Rp12.000 hingga Rp13.000 perkilo, namun setelah
mengalami kelangkaan dalam satu minggu ini, harga gula mencapai Rp17.000 perkilonya . Kenaikan
harga gula pasir ini berimbas pada naiknya biaya produksi pedagang- pedagang yang bergerak di sektor
makanan dan minuman, selain itu juga berdampak pada pengeluaran rumah tangga masyarakat.
Pedagangpun dengan terpaksa menaikkan harga dagangannya demi menutupi biaya produksi. Normalnya
harga gula di Pontianak berkisar antara Rp 11.500- Rp 12.000 perkilo. kini dengan adanya kelangkaan
mengakibatkan harga gula mencapai angka Rp 18.000. Harga tersebut merupakan harga terendah di
Kalimantan Barat, Belum lagi didaerah- daerah di Kalbar lainnya Misalnya di daerah Melawi, Nanga
Pinoh, harga gula berkisar antara Rp 22.000 Rp 25.000, ataupun yang tertinggi adalah di Kabupaten
Kayong Utara yaitu mencapai Rp 35.000 perkilo. Kenaikan ini tentu meresahkan masyarakat, sebab
dengan harga yang melambung tinggi tersebut, Gula menjadi primadona yang sulit didapatkan di pasaran.
Gula seolah menghilang di Kalimantan Barat. Sejumlah warung sembako hingga supermarket kehilangan
salah satu bahan pangan utama masyarakat ini. Di Swalayan dan Departement Mitra Anda, Jalan
Hasanudin, Pontianak misalnya, gula pasir putih curahan sudah menghilang sejak sebulan yang lalu.
Kebutuhan gula bagi masyarakat Kalimantan Barat mencapai 6 ribu ton perbulan. Tentunya dengan
catatan gula legal hasil perdagangan antar pulau dan importir resmi yang ditunjuk pemerintah pusat.
Hanya sampai sekarang kebutuhan bagi warga 14 kabupaten/kota belum terpenuhi semua. Jumlah yang
tersedia baru mencapai 2 ribu ton saja, itu artinya terdapat kekurangan sekitar 4ribu ton. Dengan kata lain,
pemenuhan kebutuhan masyarakat akan gula masih jauh dari kata mencukupi. Wajar harganya di pasaran
sedikit tajam.
Kelangkaan gula pasir di Kalbar disebabkan atas dasar SK Gubernur Nomor 131 yang ketua tim
dipimpin Ketua Timsus Widodo untuk melakukan penangkapan gula ilegal di seluruh wilayah Kalbar.
Sebab selama ini, dalam kurun waktu 16 bulan disinyalir ada sekitar 88 juta kilo gram gula yang masuk
ke Kalbar adalah illegal. Gula tersebut ditransment dari beberapa Negara tetangga seperti Malaysia,
Thailand, China, India, Pakistan melalui Kuching masuk ke perbatasan Kalbar. Akibatnya Negara
dirugikan sebesar Rp 156 miliar yang mencakup pajak impor, PPN, dan Pph. Tercatat sudah sebanyak
122 kasus penangkapan gula pasir ilegal yang ditangani jajaran Polda Kalbar dan telah diamankan
sebanyak 132 tersangka dari jumlah kasus tersebut. Memang Kebutuhan akan gula pasir di Kalbar selama
ini memang dipenuhi oleh gula dari Malaysia yang illegal. Menurut Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Kalbar hanya ada 30 ton gula dari Jawa, yang dikirim ke Kalbar. Maklum saja banyak warga yang
mengkonsumsi gula impor, termasuk gula illegal, dengan alasan harganya jauh lebih ekonomis dan
kurangnya pasokan gula lokal.

Anda mungkin juga menyukai