Pengertian DHF
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh
penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (Nursalam, dkk. 2008).
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan
orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang
disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus dan
masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (betina)
(Hidayatalimulaziz. 2006).
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah suatu penyakit akut yang disebabkan
oleh virus yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegypty (Suriadi. 2010).
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dengue
haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita
melalui gigitan nyamuk aedes aegypty yang terdapat pada anak dan orang
dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai
ruam atau tanpa ruam.
B.
1.
Klasifikasi
Derajat I :
Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket positi,
trombositopeni dan hemokonsentrasi.
2.
Derajat II :
Derajat III :
Kegagalan sirkulasi : nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit dingin lembab,
gelisah.
4.
Derajat IV :
Renjatan berat, denyut nadi dan tekanan darah tidak dapat di ukur.
C.
Etiologi DHF
Virus dengue sejenis arbovirus yang di tularkan melalui gigitan nyamuk aedes
aegypti. Nyamuk aedes aegypti berbentuk batang, stabil pada suhu 37 0C.
Adapun ciri-ciri nyamuk penyebar demam berdarah adalah :
1.
2.
3.
4.
Bersarang dan bertelur digenangan air jernih didalam dan sekitar rumah seperti
bak mandi, tempayan vas bunga.
D.
Patofisiologi
Berdasarkan klasifikasi derajat ringan dan beratnya penyakit DHF dibagi menjadi
empat derajat yaitu : Derajat 1 demam disertai gejala klinis lainnya pendarahan
ringan, uji tourniquet positif, trambositopenia hemokonsentrasi, Derajat II seperti
derajat I disertai pendarahan spontan dikulit dan pendarahan lain, Derajat III
ditemukan kegagalan sirkulasi dengan adanya nadi cepat dan lemah, tekanan
nadi menurun (kurang dari 20 mmhg) atau hipotensi disertai kulit yang dingin
dan lembab, dan tekanan darah yang tak dapat diukur.
Penyebab DHF yaitu virus dengue terdiri dari 4 serotipe 1,2,3,4 yang ditularkan
melalui vector nyamuk aedes aegypthy. Infeksi dengan salah satu serotif akan
menimbulkan antibody seumur hidup terhadap serotip lain.
Virus Dengue dianggap sebagai antigen sehingga akan merangsang tubuh untuk
mengeluarkan antibody humoral dan sekuler. Dalam virus tidak langsung
menimbulkan gejala tetapi mengalami masa inkubasi kurang lebih 2 minggu. Hal
ini tergantung dari banyaknya virus yang masuk, virulensi atau keganasan dan
daya tahan tubuh. Setelah terjadi masa inkubasi maka akan terjadi viremia yaitu
adalah virus dalam darah. Viremia ini berjalan singkat mulai dua hari sebelum
panas dan mencapai puncaknya setelah mencapai 6-7 hari bersamaan dengan
timbulnya antibody yang memiliki aktivitas netralisasi atau aktivitas komplemen
akhirnya banyak virus di hilangkan dan penderita mengalami penyembuhan
selanjutnya terjadilah seumur hidup terhadap serotip virus yang sama, tetapi
tidak melindungi terhadap serotip yang lain (proses infeksi primer). Infeksi
sekunder terjadi jika tubuh mendapatkan infeksi berulang dengan tipe virus
dengue yang berbeda dan lebih vurulen. Terdapatnya kompleks virus dalam
sirkulasi darah menyebabkan suatu aktivitas sistem komplemen yang
mengakibatkan dilepaskannya anafilaktosin C3a dan C5a yang berdaya untuk
melepaskan histamin dan serotonin yang berdampak meningginya permeabilitis
pembuluh darah dan pada sistem koagulasi mengakibatkan menghilangnya
plasma melalui dinding endotel pembuluh darah sehingga terjadi perembesan
plasma dari ruang intravaskuler keruang ekstavaskuler, kedua agresi trombosit
menurun, apa bila kelainan ini berlanjut akan menyebabkan kelainan fungsi
trambosit, sebagai akibat mobilisasi sel trambosit muda dari sumsum tulang,
Pada keadaan agregasi akan melepaskan amin vaso aktif (histamin dan
serotonin) yang bersifat meninggikan permaebilitis kapiler dan melepaskan
trambosit faktor 3 yang merangsang reaksi intravaskuler. Ketiga terjadinya
aktivitas factor hagemen (faktor XII) akibat terjadinya pembekuan intravaskuler
yang berperan dalam pembentukkan anafilaktosin dan penghancuran fibrin
E.
Manifestasiklinis
1.
2.
3.
4.
Nyeri otot
5.
Sakit kepala.
6.
Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah
menurun, gelisah, capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah).
F.
Komplikasi
F.
Pemeriksaan Penunjang
1.
Darah lengkap : hemokonsentrasi (hematokrit meningkat 20 % atau
lebih), trombositopenia (100.000/mm3 atau kurang)
2.
3.
G.
Penatalaksanaan medis
2.
Antipiretik
Antikonvulsan
Diazepam
Fenobarbital
4.
Pemberian cairan melalui infus, di lakukan jika pasien mengalami
kesulitan minum dan nilai hematokrit cenderung meningkat.
H.
1.
Motorik kasar
Loncat tali, Badminton, Memukul dan Motorik kasar di bawah kendali kognitif dan
berdasarkan secara bertahap meningkatkan irama dan kehalusan.
2.
Motorik halus
Kognitif
Dapat berfokus pada lebih dan satu aspek dan situasi, Dapat
mempertimbangkan sejumlah alternatif dalam pemecahan masalah, Dapat
membelikan cara kerja dan melacak urutan kejadian kembali sejak awal dan
Dapat memahami konsep dahulu, sekarang dan yang akan datang
4.
Bahasa
Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang berencana
atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi
Perasaan tersebut muncul pada saat orang tua melihat anak mendapat prosedur
menyakitkan, seperti pengambilan darah, injeksi, infus, di lakukan fungsi lumbal
dan prosedur infasiv lainnya.Perilaku yang sering di tujukan orang tua berkaitan
dengan adanya perasaan cemas dan takut ini adalah sering bertanya atau
bertanya tentang hal yang sama secara berulang pada orang yang berbeda,
gelisah, ekspresi wajah tegang, dan bahkan merah.
2.
Perasaan sedih
Perasaan ini muncul terutama pada saat anak dalam kondisi terminal dan orang
tua mengetahui bahwa tidak ada lagi harapan anaknya untuk sembuh. Pada
kondisi ini, orang tua menunjukan perilaku isolasi atau tidak mau di dekati orang
lain. Bahwa tidak bisa kooperatif terhadap petugas kesehatan.
3.
Perasaan frustrasi
Pada kondisi anak yang telah di rawat cukup lama dan di rasakan tidak
mengalami perubahan serta tidak adekuatnya dukungan psikologis yang di
terima orang tua baik dari keluarga maupun kerabat lainnya maka orang tua
akan merasa putus asa, bahkan frustrasi. Oleh karena itu, sering kali orang tua
menunjukan perilaku tidak koomperatif, putus asa, menolak tindakan, bahkan
menginginkan pulang paksa.
K.
kannya. Anak usia sekolah sudah mampu mengontrol perilakunya jika merasa
nyeri, yaitu dengan menggigit bibir dan atau memegang sesuatu dengan erat.
1.
Reaksi anak saat dirawat di Rumah sakit usia sekolah (6-12 tahun)
Merasa khawatir akan perpisahan dengan sekolah dan teman sebayanya, Dapat
mengekspresikan perasaan dan mampu bertoleransi terhadap rasa nyeri, Selalu
ingin tahu alasan tindakan dan Berusaha independen dan produktif.
2.
L.
Pengkajian keperawatan
a.
Kondisi lingkungan
Sering terjadi didaerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang
bersih ( seperti air yang mengenang dan gantungan baju dikamar ).
b.
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai mengigil dan saat
demam kesadaran kompos menthis. Turunya panas terjadi antara hari ke -3 dan
ke-7 dan anak smakin lemah. Kadang-kadang disertai keluhan batuk, pilek, mual,
muntah, anareksia, diare/konstipati, sakit keepala, nyeri otot dan persedian,
nyeri ulu hati dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manipestasi
pendarahan pada kulit, gusi, (grade III, IV) melena atau hemastemesis.
c.
Pemeriksaan Fisik
1)
Inpeksi
: Epitaksis.
2)
Palpasi :Nyeri tekan pada ulu hati dan otot, hepatomegali, demam tinggi,
perifer dingin, dan dispneu.
3)
d.
Test diaknostik
1)
2)
Rontgent thorax.
3)
Diagnosa keperawatan
1.
Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit (virus dalam
darah/viremia).
2.
Gangguan pemenuhan kubutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia.
3.
Resiko tinggi terjadinya perdarahan berhubungan dengan
trombositopenia.
4.
Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh yang
lemah.
5.
Resiko tinggi syok hipovolemik berhubungan dengan kurangnya volume
cairan tubuh akibat perdarahan.
6.
Kurang pengetahuan tenang proses penyakit, diet, perawatan, dan obatobatan pasien berhubungan dengan kurangnya informasi.
N.
Intervensi keperawatan
1.
DX 1 : Hipertemia (suhu naik) berhubungan dengan proses penyakit
(viremia/virus).
Tujuan
Kriteria Hasil
:
Kaji saat timbulnya demam
Rasional
2)
Observasi tanda-tanda vital: suhu, nadi, tensi, pernafasan setiap 3 jam
atau lebih sering.
Rasional : Tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan
umum klien.
3)
Anjurkan klien untuk banyak minum 2,5 liter/24 jam dan jelaskan
manfaatnya bagi klien.
Rasional
: Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh
meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak.
4)
Rasional
: Tepid Water Sponge dapat menurunkan penguapan dan
penurunan suhu tubuh.
5)
Rasional: Pakaian yang tipis akan membantu mengurangi panas dalam tubuh.
Kolabirasi :
6)
Rasional : Pemberian cairan dan obat antipiretik sangat penting bagi klien
dengan suhu tinggi yaitu untuk menurunkan suhu tubuhnya.
2.
DX 2 : Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungandengan anoreksia.
Tujuan
Kriteria Hasil
:
Kaji mual, sakit menelan, dan muntah yang dialami oleh pasien.
5)
Berikan umpan balik positif pada saat klien mau berusaha menghabiskan
makanan.
Rasional : Motivasi dan meningkatklan semangat pasien.
6)
Rasional
8)
Rasional
Kolaborasi
9)
Bererikan obat-obatan antasida (anti emetik) sesuai program/instruksi
dokter.
Rasional: Dengan pembarian obat tersebut diharapkan intake nutrisi klien
meningkat karena mengurangi rasa mual dan muntah.
10)
Rasional
3.
DX 3 : Resiko tinggi terjadinya perdarahan berhubungan dengan
trombositopenia.
Tujuan
Kriteria Hasil
1)
Monitor tanda-tanda perdarahan dan trombosit yang disertai dengan
tanda-tanda klinis.
Rasonal: Penurunan jumlah trombosit merupakan tanda-tanda adanya perforasi
pembuluh darah yang pada tahap tertentu dapat menimbulkan tanda-tanda
klinis berupa perdarahan (petekie, epistaksis, dan melena).
2)
4)
Antisipasi terjadinya perdarahan dengan menggunakan sikat gigi lunak,
memberikan tekanan pada area tubuh setiap kali selesai pengambilan darah.
Rasional
4.
DX 4 : Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh
yang lemah.
Tujuan
Kriteria Hasil
:
Kaji kebutuhan klien.
Rasional
2)
Kaji hal-hal yang mampu dilakukan klien berhubungan dengan
kelemahan fisiknya.
Rasional: Mengetahui tindakan keperawtan yang akan diberikan sesuai dengan
masalah klien.
3)
Bantu klien memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari klien sesuai
tingkat keterbatasan klien seperti mandi, makan, dan eliminasi.
Rasional : Pemberian bantuan sangat diperlukan oleh klien pada saat kondisinya
lemah dan perawat mempunyai tanggung jawab dalam pemenuhan kebutuhan
sehari-hari tanpa membuat klien ketergantungan terhadap perawat.
5.
DX 5 : Resiko tinggi syok hipovolemik berhibungan dengan kurangnya
volume cairan tubuh akibat perdarahan.
Tujuan
Kriteria Hasil
:
Monitor keadaan umum kilen.
: Untuk mengetahui jika terjadi tanda-tanda syok.
Observasi tanda-tanda vital tiap 2-4 jam.
: Untuk memastikan tidak terjadi per syok.
Monitor tanda-tanda perdarahan.
: Perdarahan yang cepat diketahui dapat segera teratasi.
4)
Anjurkan keluarga/klien untuk segera melapor jika ada tanda-tanda
perdarahan.
Rasional
: Untuk membantu tim perawat untuk segara menentukan tindakan
yang tepat.
5)
Rasional
Kolaborasi :
7)
Rasional: Untuk mengetahui kehilangan cairan tubuh yang hebat yaitu untuk
mengatasi syok hipovolemik.
8)
6.
DX 6 : Kurang pengetahuan tentang proses penyakit, diit, perawatan, dan
obat-obatan pasien berhubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan
Kriteria Hasil
:Pengetahuan klien/Keliarga tentang proses penyakit,
diit,perawatan dan obat penderita DHF meningkat dan klien/keluarga mampu
menjelasakan kembali.
Intervensi
Mandiri
1)
4)
Berikan kesempatan pada klien/keluarga untuk bertanya sesuai dengan
penyakit yang dialami.
Rasional: Mengurangi kecemasan dan motivasi klien untuk kooperatif selama
masa perawatan/penyembuhan
5)
Rasional
: Dapat membantu mengingat penjelasan yang telah diberikan
karena dapat dilihat atau dibaca berulang kali.