Anda di halaman 1dari 19

PERENCANAAN PONDASI TIANG PANCANG PIPA BAJA

PADA PEMBANGUNAN DERMAGA MELAK


ABSTRAK
Pembangunan dermaga ini mempunyai struktur atas berupa beton bertulang, dan bagian
bawah pondasi tiang pancang pipa baja. Kekokohan dan kestabilan sebuah struktur tidak hanya
ditentukan oleh kemampuan struktur atas (upper structure) dan menahan gaya-gaya yang bekerja.
Selain kemampuan struktur atas, kekuatan struktur bawah (sub structure) juga harus
diperhitungkan agar mampu mendukung seluruh beban yang ada baik karena gaya luar maupun
karena berat struktur itu sendiri.
Sebuah konstruksi akan mengalami kehancuran atau kegagalan apabila beban yang ada
tidak mampu diterima oleh struktur penahannnya, dalam hal ini sangat diperlukan perhitungan
pondasi yang benar dan pemilihan pondasi yang tepat untuk menahan konstruksi tersebut.
Pondasi adalah komponen struktur yang berfungsi sebagai penopang bangunan dan
meneruskan beban bangunan atas (upper structure) ke lapisan tanah yang cukup kuat daya
dukungnya. Pada kondisi tertentu pondasi tidak hanya menerima gaya vertikal dan gaya
horizontal, tetapi juga gaya tarik. Dalam hal ini pondasi merupakan suatu bangunan yang
memegang peranan penting. Tanpa pondasi yang kuat akan membahayakan bangunan di atasnya,
karena akan mengalami keruntuhan atau bahaya-bahaya yang lainnya, sehingga pondasi perlu
direncanakan dengan teliti, dengan pemilihan jenis pondasi yang tepat.
Kata Kunci : Pondasi

147

PENDAHULUAN
Seiring lajunya perkembangan jaman sekarang yang modern, pertumbuhan penduduk
yang meningkat sehingga pemerintah banyak melakukan pembangunan yang merata.
Transportasi merupakan sarana dan prasarana yang sangat berperan penting dikehidupan
sekarang, baik transportasi darat, sungai, udara dan laut. Oleh karena itu pula pemerintah sering
melakukan perbaikan-perbaikan berbagai infrastruktur yang sudah lama dan rusak yang bisa
membahayakan dan selain itu juga bisa memberi kenyamanan kepada masyarakat.
Kota Samarinda sebagai ibukota Provinsi Kalimantan Timur mempunyai peranan penting
dalam pembangunan wilayah, terutama sekali untuk pengembangan Provinsi Kalimantan Timur
itu sendiri. Dalam hal ini pemerintah kota Samarinda khususnya Dinas Perhubungan melakukan
Pembangunan Dermaga Sungai yang berada di Kecamatan Melak, Kabupaten Kutai Barat
merupakan salah satu pembangunan sarana transportasi angkutan sungai yang bertujuan sebagai
tempat pangkalan angkutan barang dan penumpang di daerah tersebut sehingga bisa berperan
penting untuk pelayanan masyarakat.
Pembangunan dermaga ini mempunyai struktur atas berupa beton bertulang, dan bagian
bawah pondasi tiang pancang pipa baja. Kekokohan dan kestabilan sebuah struktur tidak hanya
ditentukan oleh kemampuan struktur atas (upper structure) dan menahan gaya-gaya yang bekerja.
Selain kemampuan struktur atas, kekuatan struktur bawah (sub structure) juga harus
diperhitungkan agar mampu mendukung seluruh beban yang ada baik karena gaya luar maupun
karena berat struktur itu sendiri.
Sehingga dalam penulisan tugas ini penulis berupaya dapat melakukan perancangan
pondasi tiang pancang pipa baja dengan baik pada Pembangunan Dermaga di Kecamatan Melak,
Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur tersebut.
TINJAUN PUSTAKA
Tiang Pancang Baja (Steel pile)
Jenis tiang pancang baja yang digunakan dapat berupa pipa baja dengan ujung terbuka
atau tertutup, pipa baja terisi beton, profil H, profil WF, profil I. Pada umumnya penggunaan
tiang baja dengan ujung terbuka, akan menghasilkan perpindahan yang besar pada tanah sekitar
148

tiang yang diakibatkan oleh desakkan tiang pada waktu pemancangan (small displacement pile)
dibandingkan dengan penggunaan tiang beton yang menghasilkan perpindahan yang kecil pada
tanah sekitar tiang yang diakibatkan oleh desakkan tiang pada waktu pemancangan (large
displacement pile). Sistem sambungan yang digunakan dalam proses penyambungan dapat
berupa sambungan las, paku keling dan sambungan baut, hanya saja dalam proses pemancangan
pada kondisi tanah dengan lapisan bantuan memerlukan perkuatan pada ujung tiang. Selain itu,
hal yang sangat penting adalah pencegahan terhadap korosi, dimana baja sangat rentan terhadap
korosi sehingga sangat perlu diperhatikan perlindungan terhadap baja dari serangan korosi
apabila lokasi pemancangan pada tanah asli korosi yang dihasilkan lebih sedikit dibandingkan
dengan lokasi pemancangan pada tanah urugan sehingga perlu melapisi tiang dengan cat,
dibungkus beton, dilapisi dengan zat-zat kimia pencegah korosi atau menggunakan baja yang
terbuat dari campuran khusus anti korosi.
Kapasitas tiang baja dapat dihitung berdasarkan :
Q a = Ap . f s
(2.0)
Dimana :
Qa = kapasitas tiang baja.
Ap = luas total tiang.
fs = tegangan ijin baja.
Karena terbuat dari baja maka kekuatan dari tiang ini sendiri adalah sangat besar
sehingga dalam transport dan pemancangan tidak menibulkan bahaya patah seperti halnya pada
tiang pancang beton precast. Jadi pemakaian tiang pancang baja ini akan sangat berfaedah
apabila kita memerlukan tiang pancang yang panjang dengan tahanan ujung yang besar.
Kelemahan tiang pancang baja ini adalah terhadap karat (korosi). Tingkat karat pada tiang
pancang baja ini sangat berbeda-beda terhadap texture (susunan butir) dari komposisi tanah,
panjang tiang yang berada dalam tanah dan keadaan kelembaban tanah (moisture content). Pada
tanah yang mempunyai texture yang kasar/kesap, maka karat yang terjadi karena adanya
149

sirkulasi air dalam tanah tersebut hamper mendekati keadaan karat yang terjadi pada udara
terbuka (atmosphere). Pada tanah liat (clay) yang mana kurang mengandung oxygen maka akan
menghasilkan tingkat karat yang mendekati keadaan seperti karat yang terjadi karena terendam
air.
Tanah-tanah yang mengandung korosive
Menurut penyelidikan para ahli tanah-tanah yang dapat menyebabkan karat antara
lain ialah :
-

Tanah-tanah rawa.
Tanah-tanah paya dan tanah-tanah yang mengandung alkali.
Bahan-bahan yang terdapat di dalam tanah yang dapat menyebabkan karat antara lain

ialah :
Timbunan arang
Asam
Bekas-bekas terak, abu api.
Alkali yang terdapat pada tanah.
Bahan-bahan buangan dari industri-industri dan tambang-tambang.

Macam-Macam Tiang Pancang Baja


a. Menurut cara pemindahan beban tiang pancang dibagi 2 yaitu :
- Point bearing pile (End bearing pile)
Tiang pancang dengan tahanan ujung. Tiang ini meneruskan beban melalui tahanan
-

ujung ke lapisan tanah keras.


Friction pile
Tiang pancang dengan tahan kulit. Tiang pancang ini meneruskan beban ke tanah
melalui geseran kulit.

b. Menurut bahan dibagi menjadi antara lain yaitu :


- Tiang pancang baja profil H
- Tiang pancang baja profil lingkaran.
(Sumber : Pondasi Tiang Pancang, Ir. Sardjono HS, 1996)

150

Gambar 2.1 penampang pipa dan profil H


2.3.1 Spesifikasi pondasi tiang pancang.
2.3.1.1 Kedalaman tiang (meter)
Kedalaman tiang didasarkan atas hasil analisis terhadap data tanah. Berdasarkan hasil
penyelidikan tanah dapat ditentukan pada lapisan mana ujung tiang pancang sebaiknya
diletakkan. Umumnya ujung tiang pancang dimasukkan sedalam 23 kali diameter tiang kedalam
lapisan penahan ujung.

Program/software ini mengasumsikan bahwa pada lapisan dimana

ujung tiang pancang diletakkan, lapisan tersebut hanya akan memberikan tahanan ujung
( kontribusi dari gesekan diabaikan)
2.3.1.2 Tipe pondasi tiang
Secara umum dibagi menjadi 2 macam yaitu Tiang Pancang untuk pondasi tiang yang
tidak membutuhkan pengeboran terlebih dahulu dan Tiang Bor untuk pondasi tiang dimana tanah
dibor terlebih dahulu.
2.3.1.3 Diamater tiang (m)
Diameter tiang didasarkan atas rencana diameter pondasi yang akan digunakan. Untuk
kasus tiang dengan bentuk tidak bundar, dapat digunakan luasan ekivalen untuk menentukan
diameter tiang
2.3.1.4 Luas dasar efektif tiang (m)
Luas dasar tiang akan berguna untuka menentukan tahanan ujung dari tiang. Untuk tipe pondasi
tertentu, ujung tiang dibuat lebih besar untuk mendapatkan permukaan yang lebih luas. Tabel 5.3
dapat digunakan sebagai referensi untuk menentukan Luas Efektif Tiang

Perhitungan Tiang Pancang


2.8.1 End Bearing Pile

151

Tiang pancang yang tertahan pada ujungnya. Tiang pancang yang dihitung berdasarkan
pada tahanan ujung (end bearing pile) ini dipancang sampai pada lapisan tanah keras, yang
mampu memikul beban yang diterima oleh tiang pancang tersebut.
Lapisan tanah keras ini dapat merupakan lempung keras sampai pada batu-batuan tetap
yang sangat keras.
a. Bila lapisan tanah keras tersbut terdiri dari batuan keras maka penentuan daya dukung
tidak menjadi soal. Dalam hal ini daya dukung tiang akan tergantung pada kekuatan
bahan tiang itu sendiri.
b. Bila lapisan tanah keras tersebut akan terdiri dari lapisan pasir maka daya dukung tiang
tersebut akan sangat tergantung pada sifat-sifat lapisan pasir tersebut terutama mengenai
-

kepadatan lapisan pasir ini.


Kemampuan tiang terhadap kekuatan bahan
Ptiang = bahan x
Atiang

(2.3)

Dimana :

Ptiang

= kekuatan yang dizinkan pada tiang pancang (kg)

bahan

= tegangan tekan izin bahan tiang (kg/cm2)

Atiang

= luas penampang tiang pancang (cm2)

Terhadap kekuatan tanah berdasarkan konus


Atiang x p
Qtiang = --------------3

(2.4)

Dimana :
Qtiang

= daya dukung tiang (kg)

P = nilai konus dari hasil sondir (kg/cm2)


3

= faktor keamanan

Dengan perumusan Terzhagi


152

Atiang x q
Qtiang = --------------3

(2.5)

Dimana :
Qtiang

= daya dukung tiang (kg)

= daya dukung tanah (kg/cm2)

= faktor keamanan

2.8.2 Friction Pile


Bila lapisan tanah keras letaknya sangat dalam sehingga pembuatan dan pemancangan
tiang sampai lapisan tanah keras sangat sukar dilaksanakan, maka dalam hal ini kita pergunakan
tiang pancang yang daya dukungnya berdasarkan pelekatan antara tiang dengan tanah (cleef).
Hal ini sering terjadi bila kita memancangkan tiang dalam lapisan lempung, maka
perlawanan pada ujung tiang akan jauh kecil daripada perlawanan akibat pelekatan antara tiang
dan tanah (cleef), karena itu untuk menghitung daya dukung tiang yang kita pancangkan dalam
lempung kita harus dapat menentukan besarnya gaya pelekatan antara tiang dengan tanah.
-

Kemampuan tiang berdasarkan hasil sondir


O xLxc
Qtiang = --------------5

(2.6)

Dimana :
Qtiang

= daya dukung tiang (kg)

L = panjang tiang yang masuk dalam tanah (cm)


O = keliling tiang pancang (cm)
C = harga cleef rata-rata (kg/cm2)
5

= angka keamanan
153

2.8.3 End Bearing pile And Friction Pile


Jika kita dapat memancang tiang sampai ke tanah keras melalui lapisan tanah lempung,
maka untuk menghitung daya dukung tiang disini kita perhitungkan baik berdasarkan pada
tahanan ujung (end bearing) maupun tahanan pelekatan kulit tiang dengan tanah ( friction pile).
-

Kemampuan tiang terhadap kekuatan tanah :

Atiang x p
O xLxc
Qtiang = --------------- + --------------3
5

(2.7)

Dimana :
Qtiang

= daya dukung tiang (kg)

L = panjang tiang yang masuk dalam tanah (cm)


O = keliling tiang pancang (cm)
C = harga cleef rata-rata (kg/cm2)
5

= angka keamanan

= angka keamanan

2.8.4 Tiang pancang dalam kelompok (pile goup)


2.8.4.1 Jarak antara tiang dalam kelompok.
Berdasarkan pada perhitungan. Daya dukung tanah oleh Dirjen Bina Marga Departemen
P.U.T.L disyaratkan :
S

2,5 D

3D

Dimana :

154

S = jarak masing-masing tiang dalam kelompok.


D = diameter tiang
Biasanya disini disyaratkan pula jarak antara 2 tiang dalam kelompok tiang (Ir. Sardjono
HS) :
- Minimum 0,6 m
- Maksimum 2 m
Daya dukung kelompok tiang (pile group)
Dalam menentukan daya dukung kelompok tiang tidak cukup hanya dengan meninjau
daya dukung satu tiang yang berdiri sendiri (single pile) dikalikan dengan banyaknya tiang
dalam kelompok tiang tersebut, sebab daya dukung kelompok tiang ( pile group) belum tentu
sama daya dukung satu tiang ( single pile) dikalikan dengan jumlah tiang.

Kelompok tiang yang terdiri dari point bearing pile


Tiang-tiang pancang dalam kelompok ini dipancang sampai mencapai tanah keras

sehingga perhitungan daya dukung tiang ini berdasarkan pada tahanan ujung (end bearing).
Dalam hal seperti ini maka, kemampuan tiang dalam kelompok tiang adalah sama dengan
kemampuan tiang yang berdiri sendiri dikalikan dengan banyaknya tiang.

Qpg = n x Qs

(2.8)

Dimana ;
Qpg = daya dukung kelompok tiang (pile group).
Qs = daya dukung tiang yang berdiri sendiri (single group).
n

= banyaknya tiang pancang.

Kelompok tiang yang terdiri dari friction pile

155

Tiang-tiang pancang dalam kelompok ini tidak dipancang sampai mencapai tanah keras
oleh karena lapisan tanah keras letaknya terlalu dalam sehingga pemancangan tiang sampai
lapisan tanah keras tersebut tidak mungkin atau sangat sukar pelaksanaannya. Daya dukung
kelompok tiang dapat dihitung berdasarkan beban yang diizinkan di atas satu tiang :

Qpg

= n x Qa

(2.9)
Dimana :
Qpg

= daya dukung yang diizinkan pada kelompok tiang pancang.

= banyaknya tiang pancang.

Qa

= beban yang diizinkan di atas satu tiang pancang tersendiri.

Effisiensi kelompok tiang pancang (pile group)


Perumusan dari Uniform Building Code dari AASTHO
Disini disyaratkan :
1,57 x d x m x n
< --------------------(M + n) - 2

(3.0)

Dimana :

= jarak antara tiang (as-as)

= diamter tiang pancang

= banyaknya baris

= banyaknya tiang pancang per-baris

Effisiensi satu tiang dalam kelompok :

Eff . = ----90

( n 1) m +( m 1 ) n
----------------------------m.n

156

(3.1)
Dimana :
m

= jumlah baris

= jumlah tiang dalam satu baris

= Arc tan d/s (derajat)

= jarak antar tiang (as ke as)

PEMBAHASAN
4.1 Perancangan Tiang
Diketahui :
Beban Total P :
Beban pos

= 115325 kg

Beban dak + balok

= 74311 kg

= 189636 kg

qc

= 166,87 kg/cm2

= 45 cm

= 21 m

4.1.1 Peracangan Pondasi Tiang Pancang Pipa Baja


Diketahui :
Luas penampang tiang (A) = x x d2
= x 3.14 x (45) 2
= 1589,525 cm2
157

Tegangan ijin baja ()


-

= 240 Mpa

Berdasarkan kekuatan bahan


Qb

= bahan x A
= 240 x 1589,625
= 374310 kg

- Berdasarkan tahan ujung (end bearing)


Qu

= Luas penampang

qc

= Nilai konus

= Angka keamanan

Qu

= 88240, 24 kg
- Berdasarkan tahanan kulit (friction)
Keliling tiang

= 3,14 x 45 = 141,3 cm

Nilai friction di dapat pada tabel data sondir sampai pada kedalaman 21 m.
Nilai lekatan tanah (clef) rata-rata dibagi 4 bagian yaitu :

1. 0 - 5 m
= 0,120
2. 5 - 10 m
158

= 0,559
3. 10 - 15 m
= 0,609
4. 15 - 20 m
= 0,805
Jumlah cleef (c) = 2,135 kg/cm2

Qf

= keliling tiang

= Panjang tiang masuk dalam tanah

= Angka keamanan

Qf

= 1267,037 kg
Jadi,
Qu

= Qt + Qf
= 88.240, 24 kg + 1267,037 kg
= 89507,277 kg

4.1.2

Jumlah Tiang
P dengan diameter 45 cm

= 2,118 4
Di coba dengan menggunakan 4 Tiang
Dicoba dengan menggunakan pile cap ukuran :
159

B
L
H

= 2700 mm 2,7 m
= 2700 mm 2,7 m
= 1200 mm 1,2 m
2.70

2.70

Gambar 4.1 Rencana Pile Cap dan Jumlah Tiang


Volume pile cap

= 2,7 x 2,7 x 1,2

= 8,748 m3
Beban pile cap = 8,748 x 2,4 t/m
= 20,995 Ton
Kembali dicoba dengan beban P setelah ditambah dengan berat pile cap :
Beban total P :
Beban pos

= 115325 kg

Beban dak + balok

= 74311 kg

Beban pile cap

= 20995 kg

= 210631 kg

P dengan diameter 45 cm

= 2,335 4
Dicoba dengan mengguanakan 4 Tiang
Kontrol dimensi pile cap Ok
4.1.3

Jarak Tiang
160

S > 2,5 D D > (2,5 x 45) = 112,5 diambil 120 cm


S < 2 m S < 200 cm Ok
2.70

1.20

2.70

1.20

0.75

Gambar 4.2 Jarak Tiang


4.1.4

Perhitungan Efisiensi Tiang atau Kelompok Tiang


Menurut rumusan Converse Labare
E=1
Dimana ;
m = jumlah baris
n = jumlah tiang dalam baris
d = diameter tiang
s = jarak antar tiang (as-as)
= arc tan d/s
= 45/200
= 0,4 arc tan 0,4 = 21,8
E = 1 21,8

4.1.5

E = 1 (21,8 x 0,0111)
E = 0,758
Jadi,
Qtotal = E x Jumlah Tiang x Qu
= 0,758 x 4 x 89507,277
= 271386,064 kg
Kontrol
Qtotal
>
Ptotal
271386,064 kg > 210631 kg
Perhitungan Penulangan Isian Tiang

Aman

Diketahui ;
fc

= 22,5

161

fy

= 400

= 1589,625

158962,5 mm

Pu = Qu = 89507,277
h

= 300 cm 3000 mm
Nilai reduksi = 0,65 (untuk menerima beban aksial), transpormasi tiang menjadi

persegi delapan ekivalen sehingga h menjadi 0,8 x 3000 = 2400 mm.

b =

= 662,344 mm
d
= 0,5 (h + (2d)/3)
= 0,5 (2400 + (2x3000)/3)
= 0,5 x 4400
= 2200 mm
Tulangan tiang direncankan simetris saling berhadapan sehingga :
Ast = 0,01 x b x d
Ast = 0,01 x 662,344 x 2200
= 14571,563 mm
Pn = 0,85 x fc x (A-Ast) + (fy x Ast)
= 0,85 x 22,5 x (158962,5-14571,563) + (400 x 14571,563)
= 2761476,67 + 5828625,2
= 8590101,87
Pn = 859010,187 N
Kontrol :
x Pn >
Pu
0,65 x 859010,187 > 89507,277
558365,6216 kg
> 89507,277 kg Ok
Dicoba dengan memasang masing-masing 8 D 19 berhadapan pada dua sisi, sehingga
untuk masing-masing luas penampang batang adalah :
8 D 19 = 0,25 x 3,14 x d2 x jumlah batang
= 0,25 x 3,14 x (190 mm)2 x 8
= 226708 mm > 14571,563 mm Ok
162

Gambar 4.3 Penulangan Isian Tiang (Spiral)


4.1.6

Perhitungan Tiang Miring

2.70

1.20
0.50

Gambar 4.4 Pile Cap dan Pormasi Tiang


Gaya vertikal yang didukung oleh tiang miring, dengan kemiringan terhadap garis
horizontal pile cap (ctg = m) adalah :
Ctg 95 = 0,978

Qn

= Qv x

Qn

= 210631 x

Qn

= 210631 x 1,4144

Qn

= 297916,4864 kg

<

558365,6216 kg Ok
163

Gaya horizontal (transversal) yang bekerja pada tiang dengan kemiringan m, adalah :

Qh

= Qn x

Qh

= 297916,4864 x

Qh

= 297916,4864 x 1,4144

Qn

= 421373,0784 kg

<

558365,6216 kg Ok

PENUTUP
Kesimpulan
Dari perhitungan yang telah dilakukan bahwa perancangan tiang dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Kekuatan tanah terhadap tahanan ujung (end bearing) = 88240, 24 kg
2. Kekuatan tanah terhadap tahanan kulit (friction) = 1267,037 kg
3. Qultimit = 88240, 24 kg + 1267,037 kg = 89507,277 kg
4. Jumlah tiang direncanakan dalam kelompok digunakan 4 tiang
164

5. Jarak antar tiang dalam kelompok dipakai 120 cm


6. Efisiensi tiang atau kelompok Tiang = 271386,064 kg
7. Tulangan isian tiang atau spiral digunakan besi diameter 19 dengan jumlah 8 bh (8 D
19) dalam satu tiang.
8. Tiang miring
-

Gaya vertikal sebesar = 297916,4864 kg

Gaya horizontal sebesar = 421373,0784 kg

Saran
1. Dari hasil perhitungan di atas sebaiknya diperlukan data tanah yang memadai agar tidak
terjadi kesalahan dalam pembangunan struktur.
2. Dalam mendesain pondasi sebaiknya diperhatikan kekuatan pondasi tersebut agar
pondasi bangunan kuat dan kokoh.

DAFTAR PUSTAKA
1. Hary Christady Hardiyatmo, Mekanika Tanah 2. Penerbit GAdjah Mada University Press,
Yogyakarta,2007.
2. Hary Christady Hardiyatmo, Teknik Fondasi I. Beta Offset, Yogyakarta, 2006.
3. Ir.Sardjono HS, Pondasi Tiang Pancang. Penerbit Sinar Wijaya, Surabaya, 1996.
4. Josephe E. Bowles, Foundation Analysis and Design. Penerbit Erlangga, Jakarta, 1988.

165

Anda mungkin juga menyukai