OLEH :
KELOMPOK 6
HOLY EKKLESIA LADJAO
ANGELINE LOISYE W
G111 12 258
G111 12 259
KELAS : A
JURUSAN AGRONOMI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan penyertaanNya sehingga kelompok kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul ANALISIS RASIO AKTIVITAS DAN
RENTABILITAS ini dengan tepat pada waktunya.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu persyaratan kelulusan mata
kuliah Analisis kredit agribisnis. Ada pepatah yang mengatakan Tiada gading
yang tak retak, begitu juga dengan makalah ini untuk itu kami mohon saran dan
masukannya demi kesempurnaan makalah ini. Harapan kami makalah ini dapat
menambah pengetahuan pembaca khususnya mengenai analisis keuangan, rasio
aktivitas dan rasio rentabilitas.
Kelompok 6
DAFTAR ISI
ANALISIS RASIO
KATA PENGANTAR.......................................................................................... 1
DAFTAR ISI........................................................................................................ 2
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.......................................................................................... 3
1.2. Rumusan Masalah.................................................................................... 4
1.3. Tujuan Penulisan...................................................................................... 4
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1. Analisis Rasio Keuangan..........................................................................5
2.2. Rasio Aktivitas..........................................................................................6
2.3. Rasio Rentabilitas....................................................................................12
2.4. Aplikasi analisis rasio.............................................................................18
BAB 3 PENUTUP
3.1. Analisis Rasio Keuangan
21
BAB I
PENDAHULUAN
ANALISIS RASIO
perekonomian
indonesia
sedang
dilanda
krisis
yang
2.
ANALISIS RASIO
3.
4.
BAB II
PEMBAHASAN
ANALISIS RASIO
laporan
keuangan
merupakan
suatu
informasi
yang
Asset turnover =
penjualan bersih
x 1 kali
Total aktiva
= Rp17.559
= Rp12.271
Rp 17.559
X 1 kali
=
Rp 12.271
= 1,43 kali
Secara umum dapat dikatakan, semakin besar rasio ini semakin bagus,
karena merupakan pertanda bahwa manajemen dapat memanfaatkan setiap Rupiah
aktiva untuk menghasilkan penjualan.
Lebih jauh lagi, untuk memperoleh gambaran yang lebih rinci mengenai
perputaran aktiva, orang sering menghitung perputaran aktiva tetap (fixed asset
turnover) secara khusus. Tujuannya adalah untuk mengetahui optimalisasi
penggunaan aktiva tetap. Pertimbangannya, aktiva tetap adalah aktiva yang
dimanfaatkan untuk memroduksi barang-barang yang akan dijual.
Penjualan bersih
Total aktiva tetap
x 1 kali
Penjualan kredit
Piutang dagang
x 1 kali
= Rp17.559
= Rp4.586
Rp 17.559
Perputaran piutang dagang =
Rp 4.586
360
Perputaran putang dagang
Penjualan kredit
Piutang dagang
360
penjualan kredit / piutang dagang
Atau
piutang dagang
x 360 days
Penjualan kredit
ANALISIS RASIO
1. Jumlah dana yang terikat dalam bentuk piutang dagang sebelum akhirnya
berubah menjadi bentuk tunai. ini berhubungan dengan penyediaan dana
untuk membiayai piutang tersebut. Ingat, setiap aktiva harus dibiayai.
Semakin cepat perputaran piutang dagang, semakin sedikit pula dana yang
terikat di dalamnya.
2. Hingga pada tingkat tertentu, rasio ini merupakan indikator kualitas
kolektor (penagih piutang) perusahaan. Bila perputaran piutang berjalan
lamban, mungkmn saja kolektor perusahaan bekerja kurang bagus.
Misalnya, dalam satu han mereka hanya mengunjungi dua pelanggan dan
yang seharusnya tiga, atau mungkiu para penagih tersebut kurang
mendesak para pelanggan untuk membayar tagihan yang telah jatuh
tempo.
3. Perputaran piutang juga merupakan indikator kualitas piutang dagang yang
dimiliki. Bila perusahaan memiliki kebijakan penjualan kredit tiga bulan
dan
kolektor
telah
bekerja
maksimal
tetapi
perputaran
piutang
Rasio ketiga yang banyak dipakai dalam golongan ini adalah perputaran
persediaan (inventory turnover).
Perputaran persediaan =
Contoh :
ANALISIS RASIO
360
Perputaran persedi aan barang
Persediaan barang
Harga pokok penjualan
x 360 days
Contoh:
Harga pokok penjualan = Rp14.284
Persediaan barang
= Rp2.643
Rp 2.643
Perputaran persediaan =
Rp 14.284
ANALISIS RASIO
10
Pembelian kredit
Utang dagang
X 1 kali
Rasio ini menunjukkan jumlah perputaran utang dagang per tahun. Dalam
prakteknya, sering kali data mengenai jumlah pembelian kredit tidak dapat
diperoleh. Oleh karena itu, dalam perhitungan perputaran utang dagang, sering
(Iebih lazim) dipergunakan data Harga pokok Penjualan sebagai pengganti
pembelian kredit. Dengan demikian, rumus di atas berubah menjadi :
Perputaran utang dagang =
X 1 kali
Contoh:
Harga pokok penjualan = Rp14.284
Utang dagang
= Rp 1.939
Rp 14.284
Perputaran utang dagang =
Rp.1 .939
Utang dagang PT Suka Maju berputar 7,37 kali dalam setahun. Sama
dengan sebagian rasio aktivitas lainnya, rasio ini juga dapat dinyatakan dalam
bentuk jumlah hari.
360
Perputaran Utang dagang
ANALISIS RASIO
11
Contoh:
Harga pokok penjualan = Rp 14.284
Utang dagang
= Rp 1.939
Rp 1.939
Perputaran utang dagang =
X 360 hari = 49 hari
Rp 14.284
Rasio di atas menunjukkan bahwa perusahaan, secara rata-rata, membayar
utang dagangnya setiap 49 hari. Dalam menganalisis rasio ini perlu diperhatikan
hal-hal berikut:
1. Bila terjadi penurunan yang signifikan pada rasio ini, ada kemungkinan
perusahaan mengambil keuntungan potongan tunai (dengan melakukan
pembelian tunai) dan mengambil pinjaman bank. Tetapi, ada juga
kemungkinan bahwa para pemasok tidak lagi mempercayai pihak
perusahaan sehingga perusahaan harus melakukan pembelian secara tunai.
2. Bila terjadi peningkatan yang signifikan, ada kemungkinan para pemasok
memperpanjang credit term kepada perusahaan. Tetapi, ada juga
kemungkinan bahwa perusahaan sedang berada dalam kesulitan likuiditas
dan menunggak pembayaran kepada para pemasoknya.
2.3. Rasio Rentabilitas
Rasio rentabilitas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan
mencetak laba. Bagi para pemegang saham (pemilik perusahaan), Rasio ini
menunjukkan persentase keuntungan yang diperoleh dari penjualan dan juga
menunjukkan tingkat penghasilan mereka dalam investasi.
Sebagaimana yang telah diuraikan pada saat pembahasan laporan
keuangan, laba kotor merupakan indikasi atas tiga hal: efisiensi, harga jual, dan
pengendalian persediaan. Umumnya dalam menganalisis laporan rugi/laba, yang
pertama-tama dilihat selalu gross profit margin.
labakotor
x 100
penjualan
Contoh
Penjualan
= Rp17.559
ANALISIS RASIO
12
Laba kotor
= Rp3.275
Rp 3.275
x 100
Rp .17 .559
= 18,65%
13
3. Sedang terjadi perang harga yang luar biasa. Inilah keadaan yang
berbahaya. Bila berlangsung terus yang akan menang adalah perusahaan
yang"tahan rugi."Setiap perusahaan yang terlibat dalam perang ini berada
datam posisi kritis. Seorang account/ credit officer harus sangat berhatihati bila ada nasabah yang "terperangkap" dalam persaingan ini.
4. Yang paling berbahaya adalah bila perusahaan memang tidak mampu
menjual dengan harga yang lebih tinggi dari harga pokoknya. Apapun
alasannya, keadaan ini adalah keadaan yang harus dihindari. Tidak ada
perusahaan yang dapat hidup terus dengan gross profit margin negatif.
Rasio kedua adalah net profit margin (margin laba bersih), yaitu tingkat
keuntungan yang diperoleh dari bisnis setelah mengurangi penjualan dengan
segala biaya.
lababersih
x 100
penjualan
= Rp17. 559
=Rp 1.767
Rp1.767
x 100
Rp17.559
= 10,06%
ANALISIS RASIO
14
Angka net profit margin dari contoh di atas menunjukkan bahwa dari
setiap Rp1 penjualan bersih, perusahaan memperoleh laba sebesar 10,06% atau
Rp0, 1006.
Bila gross profit margin menunjukkan "apakah perusahaan mencetak laba
dengan membuat produk(menyelenggarakan jasa) utamanya", net profit margin
menunjukkan "efisiensi perusahaan dalam mengelola bisnisnya". Telah diuraikan
juga pada bab sebelumnya bahwa net profit menunjukkan dua indikasi:
pengendalian biaya dan volume bisnis.
Sama seperti gross profit margin, perusahaan yang sehat seharusnya
memiliki net profit margin positif. Bila tidak, seorang account credit officer harus
menyelidiki penyebabnya.
Ada beberapa kemungkinan penyebab (perusahaan memiliki gross profit
margin positif tetapi net profit margin-nya negatif):
1. Perusahaan masih baru dan produksi belum berjalan dengan tingkat
normal. Walaupun gross profit margin adalah positif, volume penjualan
(bisnis) belum cukup besar untuk menutupi biaya operasional. Dengan
makin meningkatnya volume, diharapkannet profit margin dapat
berubah positif.
2. Perusahaan baru dengan program harga khusus yang mengakibatkan
hal yang sama dengan situasi di atas.
3. Perang harga sedang berlangsung.
4. Bila ketiga hal di atas tidak terjadi, ada kemungkinan biaya
operasional perusahaan memang terlalu besar untuk bisnisnya.
Misalnya, pemakaian tenaga administrasi terlalu banyak, pemakaian
alat tulis kantor terlalu boros, mobil direksi terlalu mewah, dan
sebagainya. Inilah situasi yang tidak menyenangkan dan harus segera
diatasi. Bila tidak perusahaan tersebut pasti akan "habis".
5. Volume penjualan memang tidak cukup besar untuk menutup biaya
operasionalnya. Sampai tingkat tertentu biaya operasional adalah biaya
tetap (seperti gaji staf administrasi, biaya penyusutangedung kantor,
dan Iain-lain). Bila sisa Rupiah dari laba kotor tidak cukup, karena
ANALISIS RASIO
15
biaya
operasional
telah
mencapai
titik
maksimal).
Selanjutnya, walaupun net profit margin bisnis adalah positif, seorang
account(credit) officer harus tetap berhati-hati dan meneliti penyebabnya. Hal
tersebut perlu dilakukan karena beberapa alasan : Mungkin saja gross profit
margin itu negatif tetapi net profit margin-nya positif.Itu berarti ada pendapatan
yang berasal dari luar bisnis utamanya.
Perhatikan contoh berikut :
Penjualan bersih
12000
15.000
(-)
Rugi kotor
-3.000
Biaya operasional
500
(-)
Rugi operasional
-3.500
5.000
(+)
Laba bersih
1.500
Bila dihitung, gross profit margin bisnis di atas adalah 125% (sama
dengan gross profit margin negatif 25%), tetapi net profit margin adalah 8,33%.
Bila tidak berhati-hati, mudah sekali dikatakan bahwa bisnis ini laba 8,33% dan
itu bagus. Memang benar,tetapi jangan lupa bahwa laba tersebut berasal dari
keuntungan yang diperoleh akibat adanya penjualan aktiva, bukan dari bisnis
utamanya. Dengan demikian, laba tersebut ada karena adanya suatu kejadian
yang"kebetulan".
ANALISIS RASIO
16
6. Terjadi selisih yang besar antara gross profit margin dengari net
profit margin. Misalnya, gross profit margin adalah 30% tetapi net
profit margin adalah 0,5%.
Ada beberapa kemungkinan yang dapat terjadi.Pertama, sifat bisnisnya
memang demikian.Misalnya, untuk industri obat (farmasi), selisih tersebut cukup
lebar karena besarnya biaya pemasaran yang harus dikeluarkan. Kedua, bila sifat
bisnis itu tidak demikian, perlu diteliti pos per pos biaya guna mencari tahu
penyebabnya. Misalnya, biaya bunga, biaya gaji, atau biaya- biaya tainnya.
Rasio pengukur tingkat keuntungan Iainnya adalah Return on Investment
(ROI) atau yang biasa dikenal juga dengan istilah Return on Asset (ROA). Rasio
ini menunjukkan tingkat pengembalian dari bisnis atas seluruh investasi yang
telah dilakukan.Dengan bahasa yang lebih sederhana, ROI menunjukkan laba
yang diperoleh atas setiap Rp1 investasi yang dilakukan.
ROA=
lababersih
x 100
total aktiva
Contoh :
Laba bersih
Total aktiva
ROA=
: Rp 1.767
: Rp 12.271
Rp 1.767
x 100
Rp .12 .271
= 14,40%
ANALISIS RASIO
17
merupakan
indikator
yang
tepat
untuk
mengukur
keberhasilan
bisnis
ROE=
lababersih
x 100
total ekuitas
Contoh :
Laba bersih = Rp 1.767
Total ekuitas = Rp 7.323
ROE=
Rp 1.767
x 100
Rp 7.323
= 24,13%
telah
dibahas
rumus-rumus
perhitungan
rasio
ANALISIS RASIO
18
kategori
aktiva.Dengan
demikian,
seluruh
perhitungan
selalu
ANALISIS RASIO
19
ANALISIS RASIO
20
ANALISIS RASIO
21
Jusuf Jopie. 2014. Analisis kredit untuk credit (account) officer. Jakarta : Penerbit
Gramedia
Sundjaja, Ridwan. 2002. Manajemen Keuangan Satu. Jakarta : Penerbit Ikrar
Mandiri Abadi
ANALISIS RASIO
22