Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

ANALISIS KREDIT AGRIBISNIS

ANALISIS RASIO (AKTIVITAS DAN RENTABILITAS) DAN


APLIKASI ANALISIS RASIO

OLEH :
KELOMPOK 6
HOLY EKKLESIA LADJAO
ANGELINE LOISYE W

G111 12 258
G111 12 259

KELAS : A

JURUSAN AGRONOMI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan penyertaanNya sehingga kelompok kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul ANALISIS RASIO AKTIVITAS DAN
RENTABILITAS ini dengan tepat pada waktunya.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu persyaratan kelulusan mata
kuliah Analisis kredit agribisnis. Ada pepatah yang mengatakan Tiada gading
yang tak retak, begitu juga dengan makalah ini untuk itu kami mohon saran dan
masukannya demi kesempurnaan makalah ini. Harapan kami makalah ini dapat
menambah pengetahuan pembaca khususnya mengenai analisis keuangan, rasio
aktivitas dan rasio rentabilitas.

Makassar, Februari 2015

Kelompok 6

DAFTAR ISI

ANALISIS RASIO

KATA PENGANTAR.......................................................................................... 1
DAFTAR ISI........................................................................................................ 2
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.......................................................................................... 3
1.2. Rumusan Masalah.................................................................................... 4
1.3. Tujuan Penulisan...................................................................................... 4
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1. Analisis Rasio Keuangan..........................................................................5
2.2. Rasio Aktivitas..........................................................................................6
2.3. Rasio Rentabilitas....................................................................................12
2.4. Aplikasi analisis rasio.............................................................................18
BAB 3 PENUTUP
3.1. Analisis Rasio Keuangan

21

3.2. Rasio Aktivitas.........................................................................................21


DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................22

BAB I
PENDAHULUAN
ANALISIS RASIO

1.1. Latar Belakang


Keadaan

perekonomian

indonesia

sedang

dilanda

krisis

yang

berkepanjangan sejak tahun 1997, sehingga sangat berpengaruh terhadap


perkembangan dunia usaha baik perusahaan swasta maupun badan usaha milik
negara ( BUMN ) yang mengalami failed, dikarenakan tidak mampu lagi
mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan, salah satu penyebab terjadinya
peningkatan harga produk dan terjadinya penurunan daya beli konsumen.
Sedangkan tujuan daripada perusahaan pada umumnya adalah memperoleh laba,
sedangkan tujuan untuk memperoleh laba perusahaan harus mampu bersaing
dengan perusahaan yang lainnya, maka hal tersebut mendorong perusahaan untuk
meningkatkan kualitas baik kualitas jasa manapun kualitas produk.
Agar dapat mengetahui perkembangan perusahaan, maka suatu perusahaan
sangatlah perlu untuk mengetahui kondisi keuangannya dan kondisi keuangan
suatu perusahaan akan dapat diketahui dari laporan keuangan merupakan alat
yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi
keuangan dan hasil hasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan.
Untuk mengetahui kondisi keuangan suatu perusahaan, maka perusahaan
perlu mengadakan analisis terhadap laporan keuangan tersebut. Analisis laporan
keuangan sangat diperlukan oleh perusahaan, karena dengan menganalisis laporan
keungan kondisi perusahaan dapat diketahui apakah perusahan itu mengalami
kemajuan atau kemunduran. Analisis terhadap laporan keuangan suatu perusahaan
pada dasarnya karena ingin mengetahui tingkat profitabilitas (keuntungan) dan
tingkat risiko atau tingkat kesehatan suatu perusahaan. Sebelum melakukan
analisis, seorang analis harus memahami konsep-konsep dan prinsip rasio
kemudian melakukan analisis dengan menggunakan alat-alat analisis seperti rasiorasio keuangan atau rasio-rasio lainnya. Berdasarkan uraian diatas, maka dibuatlah
makalah ini untuk mengetahui tentang rasio aktivitas dan rasio rentabilitas yang
mendasari laporan-laporan keuangan.
1.2. Rumusan Masalah
1.

Apa yang dimaksud Rasio Keuangan ?

2.

Apa yang dimaksud Rasio Aktivitas ?

ANALISIS RASIO

3.

Apa yang dimaksud Rasio Rentabilitas ?

4.

Bagaimana aplikasi Analisis Rasio ?

1.3. Tujuan Penulisan


Penulisan makalah ini bertujuan untuk menambah pengetahuan tentang
Analisis rasio keuangan, Rasio aktivitas, Rasio rentabilitas dan Aplikasi analisis
rasio.

BAB II
PEMBAHASAN

ANALISIS RASIO

2.1. Analisis Rasio Keuangan


Analisis

laporan

keuangan

merupakan

suatu

informasi

yang

menggambarkan hubungan diantara berbagai account dari beberapa laporan


keuangan yang mencerminkan keadaan keuangan serta hasil operasional
perusahaan. Analisis Rasio Keuangan (Financial Ratio Analysis) yang sering
digunakan di pasar modal, yaitu rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio rentabilitas,
rasio solvabilitas, rasio profitabilitas, rasio pasar (rasio saham).
Penggunaan analisis rasio untuk melakukan interpretasi dan menganalisis
laporan keuangan akan menggunakan ukuran-ukuran tertentu yang disebut rasio.
Rasio merupakan suatu bentuk rumusan matematis yang menunjukkan hubungan
di antara angka-angka tertentu. Dalam analisis rasio keuangan angka-angka yang
dianalisis berasal dari data keuangan. Agar rasio-rasio itu mempunyai arti, maka
rasio yang dihitung harus dari variable-variabel yang mampu memberikan arti.
Jadi, analisis rasio mampu menjelaskan hubungan antara variable-variabel yang
bersangkutan sehingga dapat digunakan untuk menilai suatu kondisi keuangan
dan dapat dipakai sebagai dasar perbandingan dari waktu ke waktu.
Analisis terhadap laporan keuangan suatu perusahaan pada dasarnya
karena ingin mengetahui tingkat profitabilitas (keuntungan) dan tingkat risiko atau
tingkat kesehatan suatu perusahaan. Bahkan dengan tersedianya program-program
komputer, seperti spreadsheet atau program-program akuntansi, atau programprogram yang khusus ditulis untuk tujuan laporan keuangan, perhitungan rasiorasio keuangan menjadi hal yang mudah dilakukan, dan bisa dilakukan secara
rutin. Tantangan analis bukan melakukan perhitungan semacam itu, melainkan
melakukan analisis dan menginterpretasikan rasio-rasio keuangan yang muncul.
Analisis semacam itu mengharuskan seorang analisis untuk melakukan
beberapa hal:
1) Menentukan dengan jelas tujuan dari analisis.
2) Memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang mendasari
laporan-laporan keuangan dan rasio-rasio keuangan yang diturunkan
dari laporan keuangan tersebut.
3) Memahami kondisi perekonomian dan kondisi bisnis lain pada
umumnya yang berkaitan dengan menggunakan alat-alat analisis
seperti rasio-rasio keuangan atau rasio-rasio lainnya.
ANALISIS RASIO

Sebelum melakukan analisis, seorang analis harus memahami ketiga


langkah diatas, baru kemudian melakukan analisis dengan menggunakan alat-alat
analisis seperti rasio-rasio keuangan atau rasio-rasio lainnya.
2.2. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan dan
efektivitas manajemen mengelola sumber daya yang dimilikinya. Rasio pertama
adalah asset turnover (perputaran aktiva).

Asset turnover =

penjualan bersih
x 1 kali
Total aktiva

Perputaran aktiva menunjukkan kemampuan manajemen mengelola


seluruh investasi (aktiva) guna menghasilkan penjualan.
Contoh:
Penjualan
Total aktiva
Perputaran aktiva

= Rp17.559
= Rp12.271
Rp 17.559
X 1 kali
=
Rp 12.271

= 1,43 kali

Secara umum dapat dikatakan, semakin besar rasio ini semakin bagus,
karena merupakan pertanda bahwa manajemen dapat memanfaatkan setiap Rupiah
aktiva untuk menghasilkan penjualan.
Lebih jauh lagi, untuk memperoleh gambaran yang lebih rinci mengenai
perputaran aktiva, orang sering menghitung perputaran aktiva tetap (fixed asset
turnover) secara khusus. Tujuannya adalah untuk mengetahui optimalisasi
penggunaan aktiva tetap. Pertimbangannya, aktiva tetap adalah aktiva yang
dimanfaatkan untuk memroduksi barang-barang yang akan dijual.

Fixed asset turnover =

Penjualan bersih
Total aktiva tetap

x 1 kali

Dengan membandingkan perputaran total aktiva dan perputaran aktiva


tetap, analisis dan kesimpulan yang lebih tajam mengenai produktivitas investasi
dapat diperoleh.
ANALISIS RASIO

Contoh, terjadi penurunan perputaran total aktiva tetapi teriadi


peningkatan perputaran aktiva tetap. Artinya, ada kemungkinan terdapat investasi
di luar aktiva tetap yang tidak atau belum memberikan kontribusi terhadap
peningkatan penjualan.
Rasio kedua, yang lebih popular, adalah account receivable turnover
(perputaran piutang dagang).

Acc receivable turnover =

Penjualan kredit
Piutang dagang

x 1 kali

Perputaran piutang dagang (account receivable turnover) menunjukkan


lamanya piutang dagang perusahaan berputar dalam satu tahun.
Dalam rumus ditulis pembilang adalah penjualan kredit. Bila dalam
analisis tidak diperoleh data penjualan kredit yang dilakukan, sebagai pendekatan
dapat dipergunakan total penjualan sebagai pengganti.
Contoh:
Penjualan
Piutang dagang

= Rp17.559
= Rp4.586
Rp 17.559
Perputaran piutang dagang =
Rp 4.586

X 1 kali = 3,8 kali

(asumsi: seluruhnya adalah penjualan kredit)


Contoh di atas menunjukkan bahwa piutang dagang bisnis berputar 3,8
kali dalam setahun. Atau, sama saja dengan mengatakan bahwa piutang dagang
akan tertagih kembali, menjadi tunai, dalam waktu lebih kurang 94 hari, yaitu
360/3,8.
Ekspresi perputaran piutang dagang dalam bentuk jumlah han dikenal
dengan istilah account receivable collection period (periode pengumpulan piutang
dagang), kadang-kadang disingkat menjadi collection period, atau disebut juga
perputaran piutang dagang dalam hari.
Collection period (days) =

360
Perputaran putang dagang

Seperti yang diuraikan :


ANALISIS RASIO

Perputaran piutang dagang =

Penjualan kredit
Piutang dagang

Sehingga, rumus collection period dapat juga ditulis menjadi :

Collection period (days) =

360
penjualan kredit / piutang dagang
Atau

Collection period (days) =

piutang dagang
x 360 days
Penjualan kredit

Dalarn prakteknya, sebagian besar orang lebih senang menggunakan


perputaran piutang dagang dalam jurnlah hari, misalnya 30 hari, 60 hari, dan
seterusnya ketimbang dalam jumlah kali per tahun, misalnya 12 kali, 6 kali, dan
seterusnya, karena lehih mudah dipahami.
Dalam melakukan perhitungan, ada yang menggunakan patokan 360 hari
per tahun. Tetapi, ada juga yang rnenggunakan 365 hari. Hal ini tergantung
kebijakan masing-masing institusi. Yang penting, dipakai secara konsisten supaya
perhandingan dapat dilakukan dengan baik. Jangan, misalnya, pada tahun ke 1
dipakai 360 hari, tetapi pada tahun ke 2 dipakai 365 hari.
Contoh :
Penjualan = Rp17.559
Piutang dagang = Rp4.586
Rp 4.568
Collection period =
X 360 hari = 94 hari
Rp 17,559
(asumsi: seluruhnya adalah penjualan kredit)

Perputaran piutang menunjukkan beberapa indikasi :

ANALISIS RASIO

1. Jumlah dana yang terikat dalam bentuk piutang dagang sebelum akhirnya
berubah menjadi bentuk tunai. ini berhubungan dengan penyediaan dana
untuk membiayai piutang tersebut. Ingat, setiap aktiva harus dibiayai.
Semakin cepat perputaran piutang dagang, semakin sedikit pula dana yang
terikat di dalamnya.
2. Hingga pada tingkat tertentu, rasio ini merupakan indikator kualitas
kolektor (penagih piutang) perusahaan. Bila perputaran piutang berjalan
lamban, mungkmn saja kolektor perusahaan bekerja kurang bagus.
Misalnya, dalam satu han mereka hanya mengunjungi dua pelanggan dan
yang seharusnya tiga, atau mungkiu para penagih tersebut kurang
mendesak para pelanggan untuk membayar tagihan yang telah jatuh
tempo.
3. Perputaran piutang juga merupakan indikator kualitas piutang dagang yang
dimiliki. Bila perusahaan memiliki kebijakan penjualan kredit tiga bulan
dan

kolektor

telah

bekerja

maksimal

tetapi

perputaran

piutang

menunjukkan angka 4 bulan, mungkin masalahnya terletak pada kualitas


pelanggan yang tidak mampu atau tidak mau membayar. Untuk itu, suatu
evaluasi terhadap pelanggan harus dilakukan. Setiap piutang yang belum
tertagih memiliki resiko tidak tertagih dan ini harus dipikul oleh
perusahaan.

Rasio ketiga yang banyak dipakai dalam golongan ini adalah perputaran
persediaan (inventory turnover).
Perputaran persediaan =

Harga pokok penjualan


x 1 kali
persediaanbarang

Rasio ini hampir sama dengan perputaran piutang dagang kecuali


diaplikasikan pada persediaan barang (inventory). Perputaran persediaan
menunjukkan berapa kali persediaan barang perusahaan berputar dalam setahun.

Contoh :
ANALISIS RASIO

Harga pokok penjualan = Rp 14.284


Persediaan barang
= Rp 2.643
Rp 14 284
x 1 kali = 5,4 kali
Perputaran persediaan =
Rp 2643
Contoh diatas menunjukkan bahwa persediaan barang PT Suka Maju
berputar 5,4 kali dalam setahun.
Sama dengan perputaran piutang, perputaran persediaan juga dapat ditulis
dalam bentuk hari:
Inventory turnover (days) =

360
Perputaran persedi aan barang

Dengan cara substitusi, sebagaimana dengan rasio perputaran piutang


dagang, rumus perputaran persediaan barang dalam jumlah hari dapat ditulis
menjadi :
Inventory turnover (days) =

Persediaan barang
Harga pokok penjualan

x 360 days

Contoh:
Harga pokok penjualan = Rp14.284
Persediaan barang
= Rp2.643
Rp 2.643
Perputaran persediaan =
Rp 14.284

X 360 hari = 67 hari

Rasio perputaran persediaan di atas menunjukkan bahwa mulai dari bahan


baku hingga berubah menjadi piutang dagang PT Suka Maju membutuhkan waktu
67 hari.
Perputaran Persediaan merupakan indikator keberhasilan manajemen
dalam mengelola persediaan barang. Lebih rincinya, perputaran persediaan
menunjukkan beberapa hal berikut:
1. Sifat persediaan barang dagangan, merupakan slow moving item (seperti
mesin-mesin berat) atau fast moving item (seperti consumer goods)
2. Bila perputaran persediaan berjalan lamban sedangkan barang yang dijual
tergolong fast moving item, mungkin terdapat item yang tidak laku.

ANALISIS RASIO

10

Misalnya, out of date dan lain-lain. Mungkin juga, pengendahan


persediaan kurang bagus sehingga terjadi penumpukan barang.
Rasio terakhir dari golongan ini adalah account payable turnover
(perputaran utang dagang).

Perputaran utang dagang =

Pembelian kredit
Utang dagang

X 1 kali

Rasio ini menunjukkan jumlah perputaran utang dagang per tahun. Dalam
prakteknya, sering kali data mengenai jumlah pembelian kredit tidak dapat
diperoleh. Oleh karena itu, dalam perhitungan perputaran utang dagang, sering
(Iebih lazim) dipergunakan data Harga pokok Penjualan sebagai pengganti
pembelian kredit. Dengan demikian, rumus di atas berubah menjadi :
Perputaran utang dagang =

Harga pokok penjualan


Utang dagang

X 1 kali

Contoh:
Harga pokok penjualan = Rp14.284
Utang dagang
= Rp 1.939
Rp 14.284
Perputaran utang dagang =
Rp.1 .939

X 1 kali = 7,37 kali

Utang dagang PT Suka Maju berputar 7,37 kali dalam setahun. Sama
dengan sebagian rasio aktivitas lainnya, rasio ini juga dapat dinyatakan dalam
bentuk jumlah hari.

Perputaran utang dagang (hari) =

360
Perputaran Utang dagang

Dengan mensubsitusikan rumus perputaran utang dagang, perputaran


utang dagang dalam hari, disebut juga periode pembayaran utang dagang, dapat
dihitung dengan rumus :
Perputaran utang dagang (hari) =

utangdagang x 360 hari


Perputaran Utang dagang

ANALISIS RASIO

11

Contoh:
Harga pokok penjualan = Rp 14.284
Utang dagang
= Rp 1.939
Rp 1.939
Perputaran utang dagang =
X 360 hari = 49 hari
Rp 14.284
Rasio di atas menunjukkan bahwa perusahaan, secara rata-rata, membayar
utang dagangnya setiap 49 hari. Dalam menganalisis rasio ini perlu diperhatikan
hal-hal berikut:
1. Bila terjadi penurunan yang signifikan pada rasio ini, ada kemungkinan
perusahaan mengambil keuntungan potongan tunai (dengan melakukan
pembelian tunai) dan mengambil pinjaman bank. Tetapi, ada juga
kemungkinan bahwa para pemasok tidak lagi mempercayai pihak
perusahaan sehingga perusahaan harus melakukan pembelian secara tunai.
2. Bila terjadi peningkatan yang signifikan, ada kemungkinan para pemasok
memperpanjang credit term kepada perusahaan. Tetapi, ada juga
kemungkinan bahwa perusahaan sedang berada dalam kesulitan likuiditas
dan menunggak pembayaran kepada para pemasoknya.
2.3. Rasio Rentabilitas
Rasio rentabilitas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan
mencetak laba. Bagi para pemegang saham (pemilik perusahaan), Rasio ini
menunjukkan persentase keuntungan yang diperoleh dari penjualan dan juga
menunjukkan tingkat penghasilan mereka dalam investasi.
Sebagaimana yang telah diuraikan pada saat pembahasan laporan
keuangan, laba kotor merupakan indikasi atas tiga hal: efisiensi, harga jual, dan
pengendalian persediaan. Umumnya dalam menganalisis laporan rugi/laba, yang
pertama-tama dilihat selalu gross profit margin.

Gross profit margin=

labakotor
x 100
penjualan

Contoh
Penjualan

= Rp17.559
ANALISIS RASIO

12

Laba kotor

= Rp3.275

Gross profit margin=

Rp 3.275
x 100
Rp .17 .559
= 18,65%

Contoh di atas menunjukkan bahwa setiap Rp.1 penjualan yang dilakukan,


perusahaan memperoleh laba kotor sebesar 18,65% atau Rp0,1865.
Dalam kondisi normal, gross profit margin seharusnya positif karena itu
menunjukkan perusahaan dapat menjual barangnya di atas harga pokok. Bila
gross profit margin negatif, ada pertanda bahwa perusahaan tersebut rugi dari
bisnis utamanya.Ingat, penjualan adalah penghasilan yang diperoleh perusahaan
dari produk bisnis utamanya.
Walaupun dikatakan bahwa gross profit margin seharusnya positif, dalam
prakteknya pasti akan ditemui perusahaan dengan gross profit margin negatif.
Dalam kasus seperti ini, perlu diperhatikan dan dicari penyebabnya. Beberapa
kemungkinan yang dapat membuat hal tersebut terjadi adalah :
1. Perusahaan masih baru (baru mulai beroperasi) sehingga produksi masih
belum mencapai kapasitas normal. Biaya tetap(fixed cost) yakni biaya
yang besarannya tidak tergantung kepada jumlah unit produksi, masih
besar. Dengan asumsi bahwa harga jual produk adalah normal, tetapi
karena jumlah unit produksi masih kecil, untuk sementara waktu
perusahaan akan merugi. Beberapa komponen yang termasuk dalam biaya
tetap ini adalah biaya penyusutan mesin, biaya penyusutan bangunan
pabrik, dan lain lain.Dengan makin meningkatnya jumlah unit produksi,
seharusnya gross profit margin akan berubah positif.
2. Perusahaan yang baru didirikan, produksi telah berjalan dengan kapasitas
normal, tetapi manajemen menerapkan"kebijakan harga miring"untuk
penetrasi pasar. Dalam masa introduksi, sering perusahaan memberikan
potongan harga untuk merebut pasar. Account/credit officer yang menemui
keadaan ini harus yakin bahwa harga khusus tersebut hanya berlaku untuk
sementara waktu. Bila kembali normal, perusahaan akan mencetak laba
(gross profit margin positif).
ANALISIS RASIO

13

3. Sedang terjadi perang harga yang luar biasa. Inilah keadaan yang
berbahaya. Bila berlangsung terus yang akan menang adalah perusahaan
yang"tahan rugi."Setiap perusahaan yang terlibat dalam perang ini berada
datam posisi kritis. Seorang account/ credit officer harus sangat berhatihati bila ada nasabah yang "terperangkap" dalam persaingan ini.
4. Yang paling berbahaya adalah bila perusahaan memang tidak mampu
menjual dengan harga yang lebih tinggi dari harga pokoknya. Apapun
alasannya, keadaan ini adalah keadaan yang harus dihindari. Tidak ada
perusahaan yang dapat hidup terus dengan gross profit margin negatif.
Rasio kedua adalah net profit margin (margin laba bersih), yaitu tingkat
keuntungan yang diperoleh dari bisnis setelah mengurangi penjualan dengan
segala biaya.

Net profit margin=

lababersih
x 100
penjualan

Ada dua versi pemakaian komponen laba bersih.Pertama yang


menggunakan laba bersih sebelum pajak. Argumentasinya, pajak penghasilan
adalah sesuatu yang sudah ditentukan pemerintah, tidak perlu dipertimbangkan
pada saat mengukur keberhasilan bisnis perusahaan.Kedua ada juga yang
menggunakan laba bersih setelah pajak.Alasannya, laba bersih ini yang akhirnya
memberikan nilai tambah kepada para pemegang saham. Ini hanya masalah
kebijakan saja.Yang penting, gunakan secara konsisten agar perbandingan yang
setara dapat dilakukan.
Contoh :
Penjualan
Laba bersih

Net profit margin=

= Rp17. 559
=Rp 1.767
Rp1.767
x 100
Rp17.559
= 10,06%

ANALISIS RASIO

14

Angka net profit margin dari contoh di atas menunjukkan bahwa dari
setiap Rp1 penjualan bersih, perusahaan memperoleh laba sebesar 10,06% atau
Rp0, 1006.
Bila gross profit margin menunjukkan "apakah perusahaan mencetak laba
dengan membuat produk(menyelenggarakan jasa) utamanya", net profit margin
menunjukkan "efisiensi perusahaan dalam mengelola bisnisnya". Telah diuraikan
juga pada bab sebelumnya bahwa net profit menunjukkan dua indikasi:
pengendalian biaya dan volume bisnis.
Sama seperti gross profit margin, perusahaan yang sehat seharusnya
memiliki net profit margin positif. Bila tidak, seorang account credit officer harus
menyelidiki penyebabnya.
Ada beberapa kemungkinan penyebab (perusahaan memiliki gross profit
margin positif tetapi net profit margin-nya negatif):
1. Perusahaan masih baru dan produksi belum berjalan dengan tingkat
normal. Walaupun gross profit margin adalah positif, volume penjualan
(bisnis) belum cukup besar untuk menutupi biaya operasional. Dengan
makin meningkatnya volume, diharapkannet profit margin dapat
berubah positif.
2. Perusahaan baru dengan program harga khusus yang mengakibatkan
hal yang sama dengan situasi di atas.
3. Perang harga sedang berlangsung.
4. Bila ketiga hal di atas tidak terjadi, ada kemungkinan biaya
operasional perusahaan memang terlalu besar untuk bisnisnya.
Misalnya, pemakaian tenaga administrasi terlalu banyak, pemakaian
alat tulis kantor terlalu boros, mobil direksi terlalu mewah, dan
sebagainya. Inilah situasi yang tidak menyenangkan dan harus segera
diatasi. Bila tidak perusahaan tersebut pasti akan "habis".
5. Volume penjualan memang tidak cukup besar untuk menutup biaya
operasionalnya. Sampai tingkat tertentu biaya operasional adalah biaya
tetap (seperti gaji staf administrasi, biaya penyusutangedung kantor,
dan Iain-lain). Bila sisa Rupiah dari laba kotor tidak cukup, karena

ANALISIS RASIO

15

penjualan yang tidak cukup besar, perusahaan tetap akan merugi


(asumsi: pengendalian

biaya

operasional

telah

mencapai

titik

maksimal).
Selanjutnya, walaupun net profit margin bisnis adalah positif, seorang
account(credit) officer harus tetap berhati-hati dan meneliti penyebabnya. Hal
tersebut perlu dilakukan karena beberapa alasan : Mungkin saja gross profit
margin itu negatif tetapi net profit margin-nya positif.Itu berarti ada pendapatan
yang berasal dari luar bisnis utamanya.
Perhatikan contoh berikut :
Penjualan bersih

12000

Harga pokok penjualan

15.000
(-)

Rugi kotor

-3.000

Biaya operasional

500
(-)

Rugi operasional

-3.500

Laba penjualan aktiva

5.000
(+)

Laba bersih

1.500

Bila dihitung, gross profit margin bisnis di atas adalah 125% (sama
dengan gross profit margin negatif 25%), tetapi net profit margin adalah 8,33%.
Bila tidak berhati-hati, mudah sekali dikatakan bahwa bisnis ini laba 8,33% dan
itu bagus. Memang benar,tetapi jangan lupa bahwa laba tersebut berasal dari
keuntungan yang diperoleh akibat adanya penjualan aktiva, bukan dari bisnis
utamanya. Dengan demikian, laba tersebut ada karena adanya suatu kejadian
yang"kebetulan".

ANALISIS RASIO

16

6. Terjadi selisih yang besar antara gross profit margin dengari net
profit margin. Misalnya, gross profit margin adalah 30% tetapi net
profit margin adalah 0,5%.
Ada beberapa kemungkinan yang dapat terjadi.Pertama, sifat bisnisnya
memang demikian.Misalnya, untuk industri obat (farmasi), selisih tersebut cukup
lebar karena besarnya biaya pemasaran yang harus dikeluarkan. Kedua, bila sifat
bisnis itu tidak demikian, perlu diteliti pos per pos biaya guna mencari tahu
penyebabnya. Misalnya, biaya bunga, biaya gaji, atau biaya- biaya tainnya.
Rasio pengukur tingkat keuntungan Iainnya adalah Return on Investment
(ROI) atau yang biasa dikenal juga dengan istilah Return on Asset (ROA). Rasio
ini menunjukkan tingkat pengembalian dari bisnis atas seluruh investasi yang
telah dilakukan.Dengan bahasa yang lebih sederhana, ROI menunjukkan laba
yang diperoleh atas setiap Rp1 investasi yang dilakukan.

ROA=

lababersih
x 100
total aktiva

Contoh :
Laba bersih
Total aktiva

ROA=

: Rp 1.767
: Rp 12.271

Rp 1.767
x 100
Rp .12 .271
= 14,40%

Contoh tersebut menunjukkan bahwa atas setiap Rp1 investasi, perusahaan


memperoleh laba sebesar Rp0,144atau 14,40%.
Rasio terakhir adalah Return on Equity (ROE) atau tingkat pengembalian
modal. Rasio ini mengukur besar pengembalian yang diperoleh pemilik bisnis
(pemegang saham) atas modal yang disetirkan untuk bisnis tersebut.ROE

ANALISIS RASIO

17

merupakan

indikator

yang

tepat

untuk

mengukur

keberhasilan

bisnis

"memperkaya" pemegang sahamnya.

ROE=

lababersih
x 100
total ekuitas

Contoh :
Laba bersih = Rp 1.767
Total ekuitas = Rp 7.323

ROE=

Rp 1.767
x 100
Rp 7.323
= 24,13%

Contoh tersebut menunjukkan bahwa setiap Rp1 modal yang disetor


pemegang saham, bisnis memberikan tingkat pengembalian sebesar 24,13% atau
Rp0, 2413.
Ukuran keberhasilan ROE ini dapat dibandingkan dengan beberapa
alternatif investasi lainnya.Filosofinya, semakin tinggi risiko suatu investasi,
semakin tinggi pula tingkat pengembalian yang harus diberikan oleh investasi
tersebut.
Yang paling mudah adalah dibandingkan dengan suku bunga investasi
teraman, yaitu SBI (Sertifikat Bank Indonesia), obligasi pemerintah atau deposito
bank.
Misalnya, suku bunga deposito adalah 7% p.a., tentu ROE dari bisnis
harus lebih tinggi dari itu.Karena, risiko bisnis jauh lebih besar dibandingkan
dengan risiko menempatkan uang di bank.
2.4. Aplikasi Analisis Rasio
Sebelumnya

telah

dibahas

rumus-rumus

perhitungan

rasio

keuangan.Sebenarnya, rasio tersebut masih banyak.Yang dibahas hanya beberapa


rasio yang paling banyak dipergunakan dalam praktek sehari- hari. Dalam

ANALISIS RASIO

18

menganalisis kasus atau industri tertentu,bisa saja muncul rasio-rasio yang


spesifik.
Misalnya, untuk industri retail, seperti swalayan, salah satu rasio yang
dipakai adalah sales per square meter (penjualan per meter persegi).Rasio ini
menunjukkan produktivitas dari luas lantai yang dikelola.semakin tinggi rasio ini,
semakin tinggi pula hasil yang diberikan oleh setiap meter luas lantai.
Masalahnya, hasil perhitungan rumus tersebut, sama seperti angka-angka
keuangan lainnya,tidak mengandung arti apa pun sebelum dilakukan analisis
terhadapnya. Semisal diperoleh angka current ratio 2 kali, perputaran persediaan
60 hari, ROI 13%, dan seterusnya, apakah kesimpulannya? Apakah current ratio 2
kali adalah bagus?Bagaimana dengan perputaran persediaan 60 hari? Kalau
dikatakan tidak bagus,kenapa? Apa penyebabnya? Apa kriteria dalam mengambil
kesimpulan "bagus" atau "tidak bagus?"
Sehubungan dengan hal tersebut, dalam membaca rasio, harus dicari suatu
angka pembanding yang menjadi standar ukuran.
Amerika Serikat memiliki rasio rata-rata industri yang secara berkala
diterbitkan oleh badan-badan tertentu seperti Dun &Bradstreet , Robert Morris
Associates, dan lain-lain. Dalam laporan tersebut, dihitung rata-rata data
keuangan, termasuk rasio-rasio, dari perusahaan-perusahaan sejenis dalam
berbagai

kategori

aktiva.Dengan

demikian,

seluruh

perhitungan

selalu

dibandingkan dengan rata-rata tersebut.Patut disayangkan, Indonesia tidak


memiliki informasi tersebut.
Sebagai solusi, ada beberapa data yang dapat dijadikan pembanding
(standar).Alternatif pertama, lakukan analisis rasio beberapa tahun untuk
memperoleh suatu pola. Dengan menganalisis trend tersebut, dapat diperoleh
gambaran yang lebih jelas dan dapat mendeteksi penyimpangan-penyimpangan
yang terjadi.
Misalnya, selama lima tahun berturut-turut current ratio adalah 2 kali, tibatiba pada tahun ke enam turun menjadi 0,9 kali, tentu ada sesuatu yang telah
terjadi. Penyelidikan lebih lanjut perlu dilakukan, Alternatif kedua, gunakan satu
tahun tertentu yang menurut analisis adalah kondisi yang paling ideal ebagai
patokan.Rasio-rasio tahun lainnya dibandingkan dengan "tahun ideal" tersebut.

ANALISIS RASIO

19

Misalnya, setelah melalui analisis bisnis beberapa tahun, kondisi keuangan


tahun 2010 adalah yang paling bagus dan ideal, maka rasio- rasio tahun tersebut
dapat dijadikan standar untuk perbandingan. Rasio-rasio tahun lainnya seperti
tahun 2011 atau 2012 dibandingkan dengan rasio tahun 2010 tersebut.
Perlu diperhatikan,standar tersebut dapat berubah dan perlu diadakan
perubahan bila perlu. Misalnya pada awalnya dipergunakan tahun 2010 sebagai
standar.Karena telah terjadi perkembangan-perkembangan, kondisi tahun 2010
menjadi tidak ideal lagi. Menurut analisis yang baru, tahun 2012 adalah kondisi
ideal, maka tahun 2012 digunakan sebagai standar baru.
Alternatif ketiga, tetapkan kondisi tersendiri yakni suatu kondisi yang
diinginkan.Seluruh rasio dibandingkan dengan kondisi yang diinginkan tersebut.
Kondisi ini dapat ditetapkan berdasarkan beberapa pertimbangan berikut :
1. Kesimpulan yang diambil dari hasil "diskusi" dengan rekan-rekan yang
berger di industri sejenis.
2. Kebijakan bisnis yang ditetapkan. Misalnya, ditetapkan bahwa rasio
perputaran piutang yang ideal adalah 60 hari.
3. Data keuangan dari perusahaan sejenis yang dipublikasikan. Misalnya,
dari majalah-majalah bisnis, koran-koran, dan lain-lain. Di samping
itu, data keuangan dari perusahaan sejenis yang telah go public juga
merupakan sumber yang berharga.
4. Pendapat para ahli bisnis, yang umumnya juga dipublikasikan.
Bila dilakukan perbandingan dengan perusahaan sejenis lainnya,usahakan
untuk melakukannya dengan perusahaan yang relatif seimbang misalnya, jumlah
aktiva, total omzet, pasar sasaran (lokal atau ekspor), jenis produksi, dan lain-lain.
Semakin banyak persamaan dengan data pembanding akan semakin bagus dan
realistis hasil perbandingamya.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan makalah kami, maka dapat disimpulkan bahwa :

ANALISIS RASIO

20

1. Analisis rasio keuangan merupakan suatu informasi yang menggambarkan


hubungan diantara berbagai account dari beberapa laporan keuangan yang
mencerminkan keadaan keuangan serta hasil operasional perusahaan.
2. Rasio aktivitas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan dan
efektivitas manajemen mengelola sumber daya yang dimilikinya. Rasio
aktivitas terdiri atas asset turnover (perputaran aktiva), account receivable
turnover (perputaran piutang dagang), inventory turnover (perputaran
persediaan).
3. Rasio rentabilitas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan
mencetak laba. Rasio ini terdiri atas gross profit margin dan net profit
margin. Rasio pengukur tingkat keuntungan Iainnya adalah Return on
Investment (ROI) atau Return on Asset (ROA), dan Return on Equity
(ROE).
4. Dalam menganalisis kasus atau industri tertentu, bisa saja muncul rasiorasio yang spesifik. Dalam membaca rasio, harus dicari suatu angka
pembanding yang menjadi standar ukuran. Sebagai solusi, ada beberapa
data yang dapat dijadikan pembanding (standar):Alternatif pertama,
lakukan analisis rasio beberapa tahun untuk memperoleh suatu pola.
Alternatif kedua, gunakan satu tahun tertentu yang menurut analisis adalah
kondisi yang paling ideal ebagai patokan.Rasio-rasio tahun lainnya
dibandingkan dengan "tahun ideal" tersebut. Alternatif ketiga, tetapkan
kondisi tersendiri yakni suatu kondisi yang diinginkan.
3.2. Saran
Analisis laporan keuangan sangat diperlukan oleh perusahaan, karena
dengan menganalisis laporan keungan kondisi perusahaan dapat diketahui apakah
perusahan itu mengalami kemajuan atau kemunduran.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2013.Analisis Kredit. www.scribd.com/document_downloads/direct/
96486692 Diakses pada tanggal 11 Februari 2015
Asep Budiman. 2013. Analisis kredit www.digilib.unpas.ac.id/files/disk1/
13/jbptunpaspp. Diakses pada tanggal 11 Februari 2015

ANALISIS RASIO

21

Jusuf Jopie. 2014. Analisis kredit untuk credit (account) officer. Jakarta : Penerbit
Gramedia
Sundjaja, Ridwan. 2002. Manajemen Keuangan Satu. Jakarta : Penerbit Ikrar
Mandiri Abadi

ANALISIS RASIO

22

Anda mungkin juga menyukai