liberalisasi sektor energi bertentangan dengan Pasal 33 UUD 1945, pemerintah seperti tidak
punya pilihan karena adanya kesepakatan pelaksanaan mekanisme pasar dengan World Bank.
Indonesia tidak akan bisa menjaga ketahanan energi dan hanya menjadi ladang eksploitasi bagi
perusahaan energi asing, tambah beliau.
Kekurangan anggaaran dana APBN dalam mewujudkan Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangungan Ekonomi Indonesia (MP3EI) membuat pemerintah membuka peluang yang besar
bagi investor asing untuk menutupi kekurangan tersebut. Saham yang ditanamkan investor asing
menjadi premis kuat dalam mendikte kebijakan pemerintah untuk memeuhi kepentingan
mereka. Sehingga, menjadi suatu hal yang biasa ketika pemerintah mengeluarkan regulasi yang
lebih memihak kepada para pemodal daripada rakyat sendiri. Seperti pencabutan subsidi BBM,
hal ini menjadikan premium dari perusahaan lokal menjadi tidak ada bedanya dengan premium
dari perusahaan asing seperti Shell dan Petronas.
Ketahanan energi pada akhirnya hanya menjadi visi politik yang tidak pernah diusahakan dengan
sungguh-sungguh perealisasiannya. Alih-alih mengembangkan sumber energi terbarukan demi
tercapainya diversifikasi energi, pemerintah malah meliberalisasi harga BBM dan membuka pintu
masuk investor asing melakukan ekploitasi. Apa yang terkandung dalam UUD 1945 pasal 33 ayat
3, Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat pun hanya menjadi pajangan
dalam kitab UUD Negara. Konstitusi Negara akhirnya harus dikalahkan oleh mekanisme pasar
khas neoliberalisme. @muhfauzim