askep katarak
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Katarak merupakan penyebab kebutaan nomor satu di dunia. Indonesia
memiliki angka penderita katarak tertinggi di Asia Tenggara. Dari sekitar 234 juta penduduk, 1,5
persen atau lebih dari tiga juta orang menderita katarak. Sebagian besar penderita katarak adalah
lansia berusia 60 tahun ke atas. Lansia yang mengalami kebutaan karena katarak tidak bisa
mandiri dan bergantung pada orang yang lebih muda untuk mengurus dirinya.
Berdasarkan survei kesehatan indera penglihatan dan pendengaran tahun 1993-1996,
menunjukkan angka kebutaan di Indonesia sebesar 1,5%, dengan penyebab utama adalah katarak
(0,78%); glaukoma (0,20%); kelainan refraksi (0,14%); dan penyakit-penyakit lain yang
berhubungan dengan lanjut usia (0,38%).
Dibandingkan dengan negara-negara di regional Asia Tenggara, angka kebutaan
di Indonesia adalah yang tertinggi (Bangladesh 1%, India 0,7%, Thailand 0,3%). Sedangkan
insiden katarak 0,1% (210.000 orang/tahun), sedangkan operasi mata yang dapat dilakukan lebih
kurang 80.000 orang/ tahun. Akibatnya timbul backlog (penumpukan penderita) katarak yang
cukup tinggi. Penumpukan ini antara lain disebabkan oleh daya jangkau pelayanan operasi yang
masih rendah, kurangnya pengetahuan masyarakat, tingginya biaya operasi, serta ketersediaan
tenaga dan fasilitas pelayan kesehatan mata yang masih terbatas.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mengetahui gambaran secara umum tentang asuhan keperawatan pada klien dengan
katarak.
1.2.2 Tujuan Khusus
1.2.2.1 Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada klien dengan katarak.
1.2.2.2 Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada klien dengan katarak.
1.2.2.3 Mahasiswa mampu menyusun intervensi keperawatan pada klien dengan katarak.
1.2.2.4 Mahasiswa mampu menerapkan implementasi keperawatan pada klien dengan katarak.
1.2.2.5
Mahasiswa mampu mengevaluasi implementasi keperawatan yang telah dilaksanakan pada klien
dengan katarak.
Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode deskriptif yaitu dengan
penjabaran masalahmasalah yang ada dan menggunakan studi kepustakaan dari literatur yang
ada, baik di perpustakaan maupun di internet.
1.4
Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari empat bab yang disusun dengan sistematika penulisan sebagai
berikut:
1.4.1 BAB I : Pendahuluan, terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, dan
sistematika penulisan.
1.4.2 BAB II : Tinjauan Teoritis, terdiri dari pengertian, klasifikasi, anatomi dan fisiologi, etiologi,
patofisiologi/pathway, manifestasi klinis, komplikasi, pemeriksaan diagnostik dan
penatalaksanaan.
1.4.3 BAB III : Asuhan Keperawatan terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi
keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan.
1.4.4 BAB IV : Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1
Definisi
Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih. Biasanya terjadi akibat
proses penuaan tapi dapat timbul pada saat kelahiran (Brunner & Suddarth,2001).
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau akibat kedua-duanya yang biasanya
mengenai kedua mata dan berjalan progresif (Mansjoer,2000).
Katarak adalah terjadinya opasitas secara progresif pada lensa atau kapsul lensa,
umumnya akibat dari proses penuaan yang terjadi pada semua orang yang lebih dari 65 tahun
(Doenges,2000).
2.2
Klasifikasi
Gambar 2.1 Klasifikasi Katarak
Katarak Senile.
Katarak senile ini adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia
diatas 50 tahun (Ilyas, Sidarta: Ilmu Penyakit Mata, ed 3). Penyebabnya sampai sekarang tidak
diketahui secara pasti. Katarak senile ini jenis katarak yang sering ditemukan dengan gejala pada
umumnya berupa distorsi penglihatan yang semakin kabur pada stadium insipiens pembentukkan
katarak, disertai penglihatan jauh makin kabur. Penglihatan dekat mungkin sedikit membaik,
sehingga pasien dapat membaca lebih baik tanpa kaca mata (second sight).
2.2.3 Katarak Juvenile.
Kekeruhan lensa yang terjadi pada saat masih terjadi perkembangan serat-serat lensa
sehingga biasanya konsistensinya lembek seperti bubur dan disebut sebagai soft carahast. Mulai
terbentuknya pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak juvenil biasanya
merupakan kelanjutan katarak kongenital.
2.2.4 Katarak Komplikata.
Katarak jenis ini terjadi sekunder atau sebagai komplikasi dari penyakit lain. Penyebab
katarak jenis ini adalah gangguan okuler, penyakit sistemik dan trauma.
2.3 Anatomi dan Fisiologi
Gambar 2.2 Anatomi Lensa Mata
2.3.1 Anatomi Lensa
Lensa adalah struktur sirkuler, lunak dan bikonveks, avaskular, tidak berwarna dan
hampir transparan sempurna. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameter 9 mm, terletak di belakang
iris, di depan badan vitreus. Titik pusat permukaan anterior dan posterior disebut polus anterior
dan polus posterior, dan garis yang melewati kedua polus tersebut disebut aksis. Lensa tetap
berada di tempatnya karena dari depan ditekan oleh akueos humor, dari belakang ditekan oleh
vitreus humor dan digantung zonula atau ligamen suspensorium. Zonula adalah membran tipis
yang menutupi permukaan dalam badan silier, prosessus siliaris dan lensa. Permukaan posterior
lensa lebih cembung dibandingkan permukaan anterior dan lensa ini menempati fossa hialoidea
badan vitreus.
Lensa terdiri atas 3 lapisan yaitu kapsul pada bagian luar, korteks dan nukleus pada
bagian dalam. Nukleus lensa lebih keras daripada korteksnya. Sesuai dengan bertambahnya usia,
serat-serat lamellar subepitel terus diproduksi sehingga lama kelamaan menjadi lebih besar dan
kurang elastik. Nucleus dan korteks terbentuk dari lamella konsentris yang panjang dari serabutserabut yang tepinya dihubungkan oleh bahan yang menyerupai perekat yang tertutup di dalam
suatu kapsul tipis. Kapsul lensa adalah suatu membran yang semipermeabel yang akan
memperbolehkan air dan elektrolit masuk. Kapsul ini merupakan membrane bening yang
menutup lensa secara erat dan lebih tebal pada permukaan anterior.
2.3.2
Fisiologi Lensa
Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Untuk memfokuskan
cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris relaksasi, menegangkan serat zonula dan
memperkecil diameter anteroposterior lensa sampai ukurannya yang terkecil, daya refraksi lensa
diperkecil sehingga berkas cahaya paralel atau terfokus ke retina. Untuk memfokuskan cahaya
dari benda dekat, otot siliaris berkontraksi sehingga tegangan zonula berkurang. Kapsul lensa
yang elastik kemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis diiringi oleh peningkatan daya
biasnya. Kerjasama fisiologik tersebut antara korpus siliaris, zonula, dan lensa untuk
memfokuskan benda dekat ke retina dikenal sebagai akomodasi. Seiring dengan pertambahan
usia, kemampuan refraksi lensa perlahan-lahan berkurang. Selain itu juga terdapat fungsi
refraksi, yang mana sebagai bagian optik bola mata untuk memfokuskan sinar ke bintik kuning,
lensa menyumbang +18.0- Dioptri.
2.4
2.4.1
Etiologi
Beberapa pandangan teoritis oleh beberapa ahli tentang penjabaran penyebab terjadinya
penyakit (etiologi) katarak :
Penyebab dari katarak adalah usia lanjut (senile) tapi dapat terjadi secara kongenital akibat
infeksi virus dimasa pertumbuhan janin, genetik, dan gangguan perkembangan, kelainan
sistemik, atau metabolik, seperti diabetes melitus, galaktosemi, atau distrofi mekanik, traumatik:
2.4.2
2.4.3
terapi kortikosteroid, sistemik, rokok, dan konsumsi alkohol meningkatkan resiko katarak
(Mansjoer,2000).
Penyebab utama katarak adalah penuaan. Anak dapat menerima katarak yang biasanya
merupakan penyakit yang sedang diturunkan, peradangan dalam kehamilan. Faktor lain yaitu
diabetes mellitus dan obat tertentu, sinar UV B dari cahaya matahari, efek racun, rokok, dan
alkohol, gizi kurang vitamin E dan radang menahun didalam bola mata, serta adanya cidera mata
(Ilyas,1997).
Katarak terjadi akibat proses penuaan tapi dapat timbul pada saat kelahiran (katarak kongenital)
dapat juga berhubungan dengan trauma mata tajam/tumpul, penggunaan kortikosteroid jangka
panjang, penyakit sistemis, seperti dibetes melitus atau hiperparatiroidisme, pemajanan radiasi,
pemajanan sinar matahari (sinar ultraviolet) atau kelainan mata lain seperti uveitis anterior
(Smeltzer,2002).
Trau
ma
2.5
Patofisiologi/Pathway
2.6
Manifestasi Klinis.
Biasanya gejala berupa keluhan penurunan tajam penglihatan secara progresif (seperti
rabun jauh memburuk secara progresif). Penglihatan seakan-akan melihat asap dan pupil mata
seakan akan bertambah putih. Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak
benar-benar putih, sehingga refleks cahaya pada mata menjadi negatif (-).
Gejala umum gangguan katarak meliputi :
2.6.1
Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.
2.6.2
Peka terhadap sinar atau cahaya.
2.6.3
Dapat melihat doubel pada satu mata.
2.6.4
Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.
2.6.5
Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.
2.7 Komplikasi
2.7.1
Glaukoma
2.7.2
Infeksi pasca operasi
2.7.3
Perdarahan
2.7.4
2.8
2.8.1
2.8.2
2.8.3
2.8.4
2.8.5
2.8.6
2.8.7
2.8.8
Edema
Pemeriksaan Diagnostik
Kartu mata Snellen/mesin telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan).
Lapang penglihatan: penurunan mungkin disebabkan CSV, massa tumor pada hipofisis/otak,
karotis atau patologis arteri serebral atau glaukoma.
Pengukuran tonografi: mengkaji intraokuler (TIO) (normal 12-25mmHg).
Pengukuran gonioskopi: membantu membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glaukoma.
Tes provokatif: digunakan dalam menentukan adanya/tipe glaucoma bila TIO normal atau hanya
meningkat ringan.
Pemeriksaan oftalmoskopi: mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi lempeng optik,
papiledema, perdarahan retina, dan mikroaneurisme. Dilatasi dan pemeriksaan belahan-lampu
memastikan diagnose katarak.
Darah lengkap, LED : menunjukkan anemia sistemik/infeksi.
Tes toleransi glukosa/FBS: menentukan adanya/kontrol diabetes.
2.9
Penatalaksanaan Medis.
Tidak ada terapi obat untuk katarak. Jenis pembedahan untuk katarak
mencakupextracapsular
cataract
extractive (ECCE)
dan intracapsular
cataract
extractive(ICCE).
2.9.1 Ekstracapsular Cataract Extractie (ECCE)
Korteks dan Nukleus diangkat, kapsul posterior ditinggalkan untuk mencegah prolaps
vitreus, untuk melindungi retina dari sinar ultraviolet dan memberikan sokongan untuk
implantasi lensa okuler. ECCE paling sering dilakukan karena memungkinkan dimasukkannya
lensa intraokuler ke dalam kapsul yang tersisa. Setelah pembedahan diperlukan koreksi visus
lebih lanjut. Visus biasanya pulih dalam dalam 3 bulan setelah pembedahan. Teknik yang sering
digunakan dalam ECCE adalah fakoemulsifikasi, jaringan dihancurkan dan debris diangkat
melalui penghisapan (suction).
2.9.2
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1
3.1.1.3
3.1.1.4
3.1.1.5
3.1.2.3
3.1.2.4
3.1.2.5
3.1.2.6
3.1.2.7
3.1.2.8
Pengkajian
3.1.1 Anamnesis
3.1.1.1 Umur
Katarak bisa terjadi pada semua umur tetapi pada umumnya pada usia lanjut.
3.1.1.2 Riwayat trauma
Trauma tembus ataupun tidak tembus dapat merusak kapsul mata.
Riwayat pekerjaan
Pada pekerjaan laboratorium atau yang berhubungan dengan bahan kimia atau terpapar
radioaktif/sinar-X.
Riwayat penyakit/masalah kesehatan yang ada
Beberapa jenis katarak komplikata terjadi akibat penyakit mata yang lain dan penyakit sistemik.
Riwayat penggunaan obat-obatan.
3.1.2 Pemeriksaan Fisik
3.1.2.1 Klien mengeluhkan penurunan pandangan bertahap dan tidak nyeri.
3.1.2.2 Pandangan kabur, berkabut atau pandangan ganda.
Klien juga melaporkan melihat glare/halo di sekitar sinar lampu saat berkendaraan di malam
hari, kesulitan dengan pandangan malam, kesulitan untuk membaca, sering memerlukan
perubahan kacamata dan gangguan yang menyilaukan serta penurunan pandangan pada cuaca
cerah. Klien juga memberikan keluhan bahwa warna menjadi kabur atau tampak kekuningan
atau kecokelatan. Perlu peningkatan cahaya untuk membaca.
Jika klien mengalami kekeruhan sentral, klien mungkin melaporkan dapat melihat lebih baik
pada cahaya suram daripada terang, karena katarak yang terjadi di tengah dan pada saat pupil
dilatasi klien dapat melihat melalui daerah di sekitar kekeruhan.
Jika nucleus lensa terkena, kemampuan refraksi mata (kemampuan memfokuskan bayangan
pada retina) meningkat. Kemampuan ini disebut second sight, yang memungkinkan klien
membaca tanpa lensa.
Katarak hipermatur dapat membocorkan protein lensa ke bola mata, yang menyebabkan
peningkatan. Tekanan intraokuler dan kemerahan pada mata
Kaji visus, terdapat penurunan signifikan.
Inspeksi dengan penlight menunjukkan pupil putih susu dan pada katarak lanjut terdapat area
putih keabu-abuan di belakang pupil.
3.3
Intervensi Keperawatan
3.3.1
DiagnosaKeperawatan
Tujuan/kriteria evaluasi:
Intervensi
M
se
ta
M
ya
ke
3. Pasien dapatmengungkapkan
3. Observasi tanda vital dan
keakuratan
pengetahuan peningkatan respon fisik
tentang pembedahan
pasien.
4. M
4. Beri penjelasan pasien
pa
tentang prosedur tindakan m
operasi, harapan dan
ko
akibatnya.
5. M
Tujuan/kriteria evaluasi:
Intervensi
perdarahan
intraokuler, kemungkinan cedera.
pada pascaoperasi tentang
kehilangan vitreous.
2. Mengubah
lingkungan nyeri, pembatasan aktivitas,
sesuai
indikasi
untuk penampilan, balutan mata.
meningkatkan keamanan.
Beri pasien posisi bersandar,
kepala tinggi, atau miring ke
2.
sisi yang tak sakit sesuai
keinginan.
dan
dalam
dipe
Istir
samp
rawa
sema
kom
pada
Batasi aktivitas seperti
mem
menggerakkan kepala tibaatau
tiba,
menggaruk
mata,
terbu
membongkok.
3. Men
Ambulasi dengan bantuan;
oper
berikan kamar mandi khusus
bila sembuh dengan anastesi.
4. Mem
Anjurkan
menggunakan
teknik manajemen stres darip
contoh, bimbingan imajinasi, dapa
2.
Pertahankan perlindungan
mata sesuai indikasi.
6.
Observasi
pembekakan
luka, bilik anterior kempis,
pupil berbentuk buah pir.
Meningkatkan
7.
penyembuhan luka tepat Kolaborasi:
waktu, bebas drainaseBerikan obat sesuai indikasi:
Risiko tinggi terhadap infeksi purulen,
eritema
dan
Antiemetic,
contoh
b/d prosedur invasif (bedah demam
proklorperazin (Compazine)8.
pengangkatan katarak).
Mengidentifikasi
intervensi
untuk
Asetazolamid
mencegah/menurunkan
risiko infeksi.
Digu
cede
men
Men
ruptu
keru
mata
Mua
TIO.
untu
Dibe
Mandiri:
1. Diskusikan
pentingnya
mencuci tangan sebelum
menyentuh/mengobati mata.
2. Gunakan/tunjukkan teknik
yang
tepat
untuk
1.
membersihkan mata dari
dalam ke luar dengan tisu
basah/bola kapas untuk tiap
2.
usapan, ganti balutan dan
masukan lensa kontak bila
menggunakan.
3.
Gangguan
sensori-perseptual:
penglihatan
b/d
gangguan
1.
penerima sensori/status organ
indera,
lingkungan
secara
terapeutik dibatasi.
2.
bila
peni
enzim
hum
Men
tang
area
Tekn
peny
kont
Kolaborasi:
Mengenal
gangguan
4. Berikan
obat
sensori dan berkompensasi indikasi :
terhadap perubahan.
Antibiotic
3. Mengidentifikasi/
parenteral,atau
memperbaiki
potensial subkonjungtival).
bahaya dalam lingkungan.
4.
sesuai
(topical,
Steroid
Mandiri :
1.
Temukan
ketajaman
penglihatan, catat apakah
satu atau kedua mata terlibat.
Sedi
profi
agre
infek
ditam
topic
impl
Digu
infla
Keb
inter
kehi
lamb
bilat
pada
biasa
dipe
Orientasikan
pasien
terhadap lingkungan, staf,
orang lain di areanya.
2. Mem
4.
keny
keke
dan
Terb
yang
keter
men
oran
bila
ukur
Gang
bera
mata
men
peng
haru
jang
Ingatkan
pasien seme
menggunakan
kacamata6. Peru
katarak yang tujuannya keda
memperbesar kurang lebih men
25%, penglihatan perifer peng
hilang, dan buta titik cede
mungkin ada.
untu
Letakkan
barang
yang7.
dibutuhkan/posisi
bel
pemanggil dalam jangkauan
pada sisi yang tak dioperasi.
Mem
obje
mem
perto
Mandiri :
Kaji
informasi
tentang Men
kondisi, prognosis, tipe men
prosedur/lensa.
prog
Tekankan
pentingnya Pen
evaluasi perawatan rutin. men
Beritahu untuk melaporkan seriu
penglihatan berawan.
kaps
atau
ming
pasc
laser
peng
Dap
Informasikan pasien untuk deng
menghindari tetes mata yang
dijual bebas.
Pen
Diskusikan
kemungkinan
efek atau interaksi antara
obat mata dan masalah
medis
pasien,
contoh
peningkatan
hipertensi,
PPOM, diabetes. Ajarkan
metode
yang
tepat
memasukkan obat tetes
untuk meminimalkan efek
sistemik.
cont
peny
kolin
men
penc
PPO
pada
insul
mem
sirku
masa
efek
Akt
mata
Vals
dapa
dan
pend
Anjurkan
pasien pern
menghindari
membaca, batu
berkedip: mengangkat berat, TIO.
mengejan saat defekasi, Mem
membongkok pada panggul, mem
meniup hidung; penggunaan mela
sprei, bedak bubuk, merokok tak
(sendiri/orang lain).
peng
Dorong aktivitas pengalih penu
seperti mendengar radio, freku
gera
berbincang-bincang,
men
menonton televisi.
mem
Dap
men
pada
Mec
mata
peni
deng
Anjurkan pasien memeriksa
kepa
ke dokter tentang aktivitas
Men
seksual.
pada
Tekankan kebutuhan untuk
menggunakan
kaca
pelindung
selama
hari
pembedahan/penutup pada
malam.
Anjurkan
pasien
tidur
terlentang,
mengatur
intensitas
lampu
dan
menggunakan kaca mata
10.
gelap bila keluar/dalam
ruangan terang, keramas
dengan kepala kebelakang
Men
atau
dapa
ke
3.4
Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan tindakan keperawatan atau implementasi keperawatan terhadap pasien yang
mengalami katarak disesuaikan dengan intervensi yang telah dirancang atau disusun sebelumnya.
3.5
Evaluasi Keperawatan
Hasil Asuhan Keperawatan pada klien yang menderita katarak adalah sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan pada intervensi. Evaluasi ini berdasarkan pada hasil yang di
harapkan atau perubahan yang terjadi.
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau akibat kedua-duanya yang biasanya
mengenai kedua mata dan berjalan progresif (Mansjoer,2000).
Katarak dapat diklasifikasikan menjadi katarak kongenital, katarak senile, katarak
juvenile dan katarak komplikata. Penyebab dari katarak adalah usia lanjut (senile) tapi dapat
terjadi secara kongenital akibat infeksi virus dimasa pertumbuhan janin, genetik, dan gangguan
perkembangan, kelainan sistemik, atau metabolik, seperti diabetes melitus, galaktosemi, atau
distrofi mekanik, traumatik: terapi kortikosteroid, sistemik, rokok, dan konsumsi alkohol
meningkatkan resiko katarak.
Gejala umum gangguan katarak meliputi penglihatan tidak jelas, seperti terdapatkabut
menghalangi objek, peka terhadap sinar atau cahaya, dapat melihat doubel pada satu mata,
memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca, lensa mata berubah menjadi buram
seperti kaca susu.
Komplikasi katarak adalah glaukoma, infeksi pasca operasi, perdarahan dan
edema. Tidak ada terapi obat untuk katarak. Jenis pembedahan untuk katarak
mencakupextracapsular
cataract
extractive (ECCE)
dan intracapsular
cataract
extractive(ICCE).
4.2
Saran
Untuk menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan katarak sebaiknya perawat
mengkaji masalah yang ada pada klien. Disamping itu, pengetahuan, sikap dan keterampilan
perawat juga diperlukan untuk memberikan asuhan keperawatan sesuai rencana dan keadaan
klien secara utuh, terencana dan sistematis.
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta; EGC
Mansjoer, Arief. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1. Jakarta; Media Aesculapius Fakultas
Kedokteran UI
Smeltzer,Suzanne. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 3. Jakarta; EGC
Istiqomah, Indriana. 2004. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata. Jakarta; EGC
http://satriadwipriangga.blogspot.com/2011/11/bab-i-pendahuluan-1_15.html
Diposkan oleh satria dwi priangga di 16.54
Katarak Juvenile
STATUS PASIEN
Identitas
Nama
: Tn. W
Umur
: 16 tahun
Jenis Kelamin
: Laki- laki
Alamat
: Kalianda
Masuk RSUAM
: 26 Oktober 2010
Anamnesa
Keluhan Utama
kurang jelas, lama kelamaan menjadi lebih buram sampai pasien tidak bisa melanjutkan
sekolahnya. Selain itu pasien juga mengeluh mata berair. Dalam keluarga pasien tidak ada yang
mengalami
penglihatan
kabur.
Selama keluhan ini 2 tahun yang lalu pasien pernah berobat kedokter umum dan disarankan
untuk operasi tetapi menunggu usia pasien 20 tahun. Karena penglihatan pasien semakin buram
dan berkabut dari hari ke hari, maka keluarga membawa pasien ke Rumah Sakit Abdul Moeloek
untuk mendapatkan penanganan medik. Riwayat sakit kepala yang hilang timbul, trauma dan
memakai kacamata untuk melihat jauh disangkal oleh pasien.
Riwayat Penyakit Dahulu
Trauma pada kedua mata disangkal oleh pasien.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga pasien yang menderita penyakit seperti ini.
PEMERIKSAAN FISIK
Status present
Keadaan umum
Kesadaran
: Compos mentis
Tekanan darah
: 120/80 mmHg
Nadi
: 82 x/menit
Pernafasan
: 20 x/menit
Suhu
: Afebris
Status generalis
Kepala
Bentuk
: Simetris
Rambut
Mata
Hidung
Telinga
Mulut
Leher
Inspeksi
: Bentuk simetris
Palpasi
: Trakhea di tengah
JVP
: Tidak meningkat
Toraks
Jantung
Paru
Abdomen
Hepar
: Tidak teraba
Lien
: Tidak teraba
Ekstremitas
STATUS OFTALMOLOGIS
OCULAR DEXTRA
1/300
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Kedudukan normal
Bergerak ke segala arah
Normal
Normal
Normal
tenang
tenang
tenang
Tenang, anikterik
Jernih
Sedang
Gambaran kripta baik
Sentral, bulat, RC (+)
Keruh, Shadow tes (-)
Tidak dilakukan
OCULAR SINISTRA
VISUS
KOREKSI
SKIASKOPI
SENSUS COLORIS
BULBUS OCULI
PARESE / PARALISE
SUPERCILIA
PALPEBRA SUPERIOR
PALPEBRA INFERIOR
CONJUNGTIVA PALPEBRA
CONJUNGTIVA FORNICES
CONJUNGTIVA BULBI
SCLERA
CORNEA
CAMERA OCULI ANTERIOR
IRIS
PUPIL
LENSA
FUNDUS REFLEKS
1/300
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Kedudukan normal
Bergerak ke segala arah
Normal
Normal
Normal
tenang
tenang
tenang
Tenang, anikterk
Jernih
Sedang
Gambaran kripta baik
Sentral, bulat, RC(+)
Keruh, Shadow tes (-)
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Normal perpalpasi
Tidak dilakukan
CORPUS VITREUM
TENSIO OCULI
SISTEM CANALIS
Tidak dilakukan
Normal perpalpasi
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
LACRIMALIS
LAIN- LAIN
Tidak dilakukan
RESUME
Pasien laki-laki, usia 16 tahun dengan keluhan penglihatan yang kabur dan seperti melihat kabut
pada kedua matanya sejak 6 tahun yang lalu. Keluhan tersebut dirasakan semakin bertambah,
dimana penglihatan pada kedua matanya semakin tidak jelas dan buram sehingga mengganggu
aktifitas sehari-hari. Riwayat trauma, sakit kepala yang hilang timbul dan memakai kacamata
untuk melihat jauh disangkal oleh pasien.
Status Oftalmologis
: OD
OS
Visus
: 1/300
1/300
Pupil
: Sentral,bulat, RC (+)
Lensa
PEMERIKSAAN ANJURAN
Biometri
USG
DIAGNOSIS BANDING
Katarak Juvenile ODS
DIAGNOSA KERJA
Katarak Juvenile ODS
PENATALAKSANAAN
Fakoemulsifikasi + pemasangan Lensa Intra Ocular (IOL) OD dengan anestesi local
Medika Pre Operasi:
Tab Diamox 250 mg; 1 dd I
Tab Diazepam 5mg; 1 dd 1
Midriatil ED , 1gtt/ 30 menit
Gentamisin 0,3% ED, ODS
PROGNOSA
Quo ad Vitam : dubia ad bonam
Quo ad Fungtionam : dubia ad bonam